Senin, 01 November 2010

Pegunungan Jayawijaya



Puncak yang juga terdaftar sebagai salah satu dari tujuh puncak benua (seven summit) yang sangat fenomenal dan menjadi incaran pendaki gunung di berbagai belahan dunia. Puncak jayawijaya terletak di taman nasional laurentz, papua. Puncak ini diselimuti oleh salju abadi. Salju abadi di puncak jayawijaya merupakan satu dari tiga padang salju di daerah tropis yang terdapat di dunia.

Di negeri kita yang dilalui garis khatulistiwa ini, menyaksikan adanya salju di indonesia tentunya sesuatu yang mustahil untuk bisa dimengerti. Carstenz pyramid (4884 mdpl) adalah salah satu puncak yang bersalju tersebut. Puncak tertinggi di asia tenggara dan pasifik ini terletak di rangkaian pegunungan sudirman. Puncak ini terkenal tidak hanya karena tingginya, tetapi juga karena terdapat lapisan salju di puncaknya.

Bagi rekan pendaki dan pencinta alam, silahkan nikmati pemandangan Puncak Gunung Jayawijaya (catens)













Pegunungan Jayawijaya adalah nama untuk deretan pegunungan yang terbentang memanjang di tengah provinsi Papua Barat dan Papua (Indonesia) hingga Papua Newguinea di Pulau Irian. Deretan Pegunungan yang mempunyai beberapa puncak tertinggi di Indonesia ini terbentuk karena pengangkatan dasar laut ribuan tahun silam. Meski berada di ketinggian 4.800 mdpl, fosil kerang laut, misalnya, dapat dilihat pada batuan gamping dan klastik yang terdapat di Pegunungan Jayawijaya. Karena itu, selain menjadi surganya para pendaki, Pegunungan Jayawijaya juga menjadi surganya para peneliti geologi dunia.

Pegunungan Jayawijaya juga merupakan satu-satunya pegunungan dan gunung di Indonesia yang memiliki puncak yang tertutup oleh salju abadi. Meskipun tidak seluruh puncak dari gugusan Pegunungan Jayawijaya yang memiliki salju. Salju yang dimiliki oleh beberapa puncak bahkan saat ini sudah hilang karena perubahan cuaca secara global.


Sejarah terbentuknya Pegunungan Jayawijaya

Menurut teori geologi, awalnya dunia hanya memiliki sebuah benua yang bernama Pangea pada 250 juta tahun lalu. Benua Pangea pecah menjadi dua dengan membentuk benua Laurasia dan benua Eurasia. Benua Eurasia pecah kembali menjadi benua Gonwana yang di kemudian hari akan menjadi daratan Amerika Selatan, Afrika, India, dan Australia.

Pengendapan yang sangat intensif terjadi di benua Australia, ditambah terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo-Pasifik dengan Indo-Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua.

Akibat proses pengangkatan yang terus-menerus, sedimentasi dan disertai kejadian tektonik bawah laut, dalam kurun waktu jutaan tahun menghasilkan pegunungan tinggi seperti yang bisa dilihat saat ini.

Bukti bahwa Pulau Papua beserta pegunungan tingginya pernah menjadi bagian dari dasar laut yang dalam dapat dilihat dari fosil yang tertinggal di bebatuan Jayawijaya.

1.  Puncak Jaya 4.860 M.dpl



2. Puncak Carstenz 4.884 M.dpl



3. Puncak Yamin 4.535 M.dpl



3. Puncak Idenberg 4.673 M.dpl



4. Puncak Mandala 4.650 M.dpl



5. Puncak Trikora 4.730 M.dpl


Sumber: wikipedia & kaskus

Mengamati Perubahan Gunung Api di Indonesia dengan Metode InSAR


Oleh : Agustan 

1.       Indonesia dan Gunung Api

Sebagai konsekuensi negara yang terletak di daerah pertemuan beberapa lempeng tektonik, Indonesia mempunyai banyak gunung api. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral mencatat 129 gunung api atau sekitar 13% dari seluruh gunung api di dunia berada di Indonesia. Sampai saat ini tercatat ada 80 gunung api yang dikategorikan aktif yang berpotensi untuk meletus.
lokasi_gunung_api
Ket : simbol segitiga merah melambangkan gunung api, sedangkan titik-titik hitam adalah sebaran lokasi pusat gempa

Gb 1. Sebaran Gunung Api di Indonesia

Gunung api akan menjadi sumber bencana jika meletus. Bahaya letusan gunung api disebabkan oleh awan panas, longsoran gunung api, gas beracun, guguran batu pijar, lontaran batu pijar, lahar akibat letusan, aliran lava, aliran lumpur terkait dengan curah hujan, hujan abu, tsunami akibat letusan, gempa, gelombang kejut, anomali panas bumi, anomali air bawah permukaan dan longsoran. Di balik bahaya yang mengancam, gunung api juga mempunyai aspek positif, misalnya kesuburan lahan untuk pertanian, keindahan panorama untuk kegiatan pariwisata dan juga sebagai salah satu sumber energi panas bumi.

Untuk meminimalkan dampak dari letusan gunung api, terutama korban jiwa akibat letusan gunung api, ada empat kegiatan besar yang dilakukan di Indonesia yaitu : riset gunung api, pemetaan kawasan rawan bencana dan letusan, pemantauan, dan peringatan dini letusan gunung api. Dari data awal tentang aktivitas kegunungapian, beberapa gunung sudah dikelompokkan dan diberikan prioritas untuk diamati lebih detil. Saat ini ada empat status gunung api di Indonesia, yaitu : aktif normal (tingkat 1) yang menjelaskan suatu gunung dalam keadaan normal dan tidak ada peningkatan aktivitas kegunungapian berdasarkan pengamatan visual dan instrumental ; waspada (tingkat 2) yang menjelaskan adanya peningkatan aktivitas kegunungapian yang teramati secara visual dan instrumental ; siaga (tingkat 3) yang menjelaskan adanya peningkatan kegiatan kegunungapian secara nyata teramati secara visual dan instrumental dan cenderung diikuti oleh letusan ; awas (tingkat 4) yang menjelaskan peningkatan kegiatan kegunungapian mendekati atau menjelang letusan utama yang diawali oleh letusan abu atau asap.

Salah satu indikator dalam pemantauan gunung api adalah perubahan bentuk permukaan (ground deformation) gunung api yang disebabkan oleh perubahan tekanan atau pergerakan magma dalam perut bumi. Perubahan permukaan ini dapat dipantau dengan berbagai metode, salah satunya dengan metode penginderaan jauh dengan memanfaatkan metode interferometri dari data radar. Metode lainnya adalah metode pengamatan posisi menggunakan alat Global Positioning System (GPS) ; pengamatan perubahan jarak antar dua titik menggunakan Electronic Distance Measurement (EDM) atau dengan menggunakan tilt-meter. Indikasi perubahan permukaan bumi dikombinasikan dengan pengamatan visual dan instrumental lainnya (misalnya seismometer) memungkinkan analisis kondisi suatu gunung api menjadi lebih lengkap dan akurat. Hal ini membantu dalam pengambilan keputusan untuk perlu tidaknya evakuasi dilakukan apabila terdapat peningkatan aktivitas kegunungapian. Artikel ini  memberikan ilustrasi tentang aplikasi metode interferometri data radar (Interferometry Synthetic Aperture Radar, InSAR) dalam pemantauan perubahan permukaan gunung api beserta contoh dari pengolahan data untuk Gunung Ibu yang berada di Halmahera, Maluku..

2.  Sekilas Tentang InSAR

InSAR adalah salah satu metode dalam penginderaan jauh (remote sensing) yang menggunakan prinsip kombinasi nilai tiap piksel dari dua data radar. Dari pengertiannya, InSAR terdiri dari dua tahapan utama yaitu pembentukan citra radar (single look complex / SLC image) dari data mentah (synthetic aperture radar / SAR data) hasil pemotretan (dengan menggunakan wahana pesawat atau satelit) ; dan tahapan pembentukan citra interferogram untuk melihat bentuk permukaan topografi.
sar_basic
Gb 2. Konfigurasi sistem pemetaan dengan SAR 1

Salah satu tujuan utama penginderaan jauh dalam bidang pemetaan adalah untuk mengetahui atau mendapatkan gambar suatu obyek tanpa harus ‘mendatangi’ obyek tersebut secara langsung. Metode ini terkait dengan sensor yang bisa mengamati suatu obyek, yang analoginya adalah kamera foto. Jika kamera atau sensor ini terletak di pesawat udara, maka hasilnya adalah foto udara ; jika terletak di satelit atau pesawat luar angkasa, maka hasilnya adalah citra satelit. Sensor merekam semua pantulan radiasi yang dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi. Radiasi yang umum adalah dari pantulan sinar matahari (gelombang cahaya) yang direkam oleh sensor dan diterjemahkan dalam warna yang berbeda tergantung panjang gelombangnya. Metode ini dikelompokkan menjadi penginderaan jauh pasif, karena sensor hanya menerima pantulan panjang gelombang cahaya. Kelemahannya adalah sangat tergantung kepada sinar matahari, artinya tidak berfungsi di malam hari, dan tidak dapat menembus awan.

Untuk menutupi kelemahan tersebut, dikembangkan metode penginderaan jauh aktif yang menggunakan prinsip radar dan menggunakan gelombang elektromagnetik. Sensor yang digunakan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pemancar gelombang elektromagnetik dan sekaligus menerima pantulan gelombang tersebut. Pemetaan dengan radar yang selanjutnya dikenal dengan SAR biasanya tergantung dengan jenis gelombang radar yang digunakan. Saat ini yang populer adalah gelombang X (2.5-4 cm dengan frekuensi 8-12 GHz), gelombang C (4-8 cm and dengan frekuensi 4-8 GHz) dan gelombang L (15-30 cm dengan frekuensi 1-2 GHz). Sensor dengan panjang gelombang tertentu inilah yang diletakkan dalam pesawat luar angkasa atau satelit dan digunakan untuk memetakan permukaan bumi.

Tabel 1. Sistem Satelit SAR.
Ket : Kolom berwarna abu-abu programnya sudah berakhir sedang kolom berwarna hijau muda masih dalam tahap rencana) 2

Hasil pemetaan dengan metode SAR ini adalah citra radar, yang kemudian apabila terdapat sepasang citra (dua citra radar) untuk daerah yang sama (citranya bertampalan) yang diamati dengan sensor yang sama, maka dapat dibuat data permukaan secara tiga dimensi atau model topografi permukaan bumi. Hasil ini diperoleh melalui tahapan dalam proses InSAR. Selanjutnya, apabila terdapat model permukaan topografi yang dijadikan sebagai acuan atau apbila terdapat tiga atau lebih citra radar, maka perubahan permukaan dapat ditentukan melalui proses pengurangan atau differential InSAR (DInSAR).

Aplikasi yang dapat diterapkan dengan metode InSAR ini adalah pemetaan topografi, pembuatan model permukaan (digital elevation model), pemetaan arus laut, pekerjaan hidrologi, aktivitas terkait dengan seismik, kegiatan terkait dengan deformasi permukaan (penurunan atau kenaikan permukaan tanah), gunung api, perubahan daerah pesisir serta aplikasi kehutanan.

3.  Melihat Deformasi Gunung Ibu dengan DInSAR

Gunung Api Ibu yang mempunyai ketinggian sekitar 1340 m secara administratif terletak di Kecamatan Ibu Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara. Gunung ini tercatat pernah meletus pada tahun 1911, 1998, 1999, 2005 dan 2008.

lokasi_gunung_ibu
Gb 3. Lokasi Gunung Ibu di Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara

Untuk mengamati perubahan permukaan di sekitar Gunung Ibu, digunakan data radar hasil pengamatan satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) dengan sensor PALSAR (Phased Array type L-band Synthetic Aperture Radar) untuk bulan Agustus 2007, Oktober 2007, Januari 2008, Februari 2008 dan April 2008. Hasil dari pengolahan data mentah menjadi citra radar dan interferogram dengan metode InSAR dapat dilihat pada Gb 4.

fig_4_tichubu09
Gb 4. Hasil pengolahan citra ALOS-PALSAR untuk Gunung Ibu. (a) citra hasil pengolahan SAR, (b) hasil interferogram data Agustus 2007 – Oktober 2007, (c) hasil interferogram data Oktober 2007 – Januari 2008, (d) hasil interferogram data Januari 2008 – Februari 2008; dan (e) hasil interferogram data Februari 2008 – April 2008.

Hasil interferogram seperti yang terlihat pada Gb 4 di atas merepresentasikan unsur topografi, deformasi dan unsur lainnya. Untuk melihat hanya unsur deformasinya, maka unsur-unsur yang lain harus dihilangkan, dan untuk itu metode DInSAR dibutuhkan. Deformasi Gunung Ibu dari metode DInSAR dapat dilihat pada Gb 5 di bawah ini.

fig_5a_tichubu09
Gb 5. Deformasi Gunung Ibu. (a) profil melintang garis hitam pada gambar 5.b untuk setiap waktu pengamatan, (b) deformasi untuk Agustus 2007 – Oktober 2007, (c) deformasi untuk Oktober 2007 – Januari 2008, (d) deformasi untuk Januari 2008 – Februari 2008; dan (e) deformasi untuk Februari 2008 – April 2008.


Pada Gambar 5-a terlihat pola deflasi-inflasi pada Gunung Ibu dalam rentang waktu Agustus 2007 – April 2008.

4.  Penutup

Teknologi penginderaan jauh, terutama yang termasuk dalam kategori aktif, sangat bermanfaat dalam kegiatan survei pemetaan di Indonesia. Hal ini karena kemampuannya dalam menembus awan dan tidak terkendala pada ketersediaan sinar matahari. Sebagai pertimbangan, Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa yang beriklim tropis, tentu saja mempunyai kandungan awan yang besar dalam atmosfirnya.

Selain untuk pemetaan, data radar juga dapat digunakan untuk memantau perubahan permukaan bumi melalui metode differential InSAR. Sebagai salah satu negara yang mempunyai banyak gunung api dan tersebar di beberapa lokasi yang terpencil, metode ini berguna sebagai penyedia informasi awal dari kondisi suatu gunung api. Kelemahannya hanyalah sangat tergantung kepada ketersediaan data (datanya tidak kontinyu), yang secara langsung terkait dengan waktu pengamatan yang dilakukan oleh satelit.


5.  Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Prof. Hasanuddin Z. Abidin, guru besar Teknik Geodesi-Institut Teknologi Bandung yang atas kerjasamanya dengan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) sehingga data PALSAR Gunung Ibu dapat diolah. Juga kepada Yoga Pamitro (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) atas data dan cerita tentang Gunung Ibu.

6.  Daftar Pustaka

1.         Dzurisin, Daniel. 2007. Volcano deformation : geodetic monitoring techniques, Springer, 441 p., Berlin.
2.         http://www.npoc.nl/EN-version/satelliteinfo/satellitetabel.html, dikunjungi pada 23 Februari 2009.


Sumber: www.io.ppijepang.org


Gunung Rajabasa di Lampung


Gunung Rajabasa 1281mdpl [4,203feet]; terletak di Lampung, Sumatra, Indonesia; Latitude: 5.78°S 5°47'0"S Longitude: 105.625°E 105°37'30"E

Tipe gunung strato; masih ada aktifitas Fumarol. Aktifitas erupsinya tidak diketahui, tapi terakhir dilaporkan ada pada bulan april 1863 dan mei 1892. Vegetasi dan hutannya sangat variatif dan cukup 'perawan' karena letaknya hampir berada di tepi pantai.


Rute ke Lokasi:

Banyak sekali angkutan menuju kesana. Dari Jakarta dapat ditempuh dengan bus yang berangkat dari terminal Kampung Rambutan atau terminal lainnya yang menuju pelabuhan Merak di Banten kurang lebih sekitar 2 jam perjalanan, kemudian dilanjutkan dengan kapal ferry [ yang selama 2 jam menyeberang menuju pelabuhan Bakauheni di Lampung. Selepas Pelabuhan Bakaheuni tinggal naik angkot dari terminal yang ada di depan pelabuhan, angkot berwarna kuning tujuan Kalianda dan turun di daerah Sukamandi, persis berhenti di depan pintu gerbang desa menuju desa Sumur Kumbang.


Alternatif lain adalah naik angkutan umum dan turun di depan kantor Pemda Lampung Selatan baru dilanjutkan dengan ojek menuju ds. Sumur Kumbang. Lama perjalanan sekitar 30 menit. Setelah itu langsung disambung dengan ojek tujuan Kampung Sumur Kumbang dengan total waktu tempuh sekitar 15 menit.

Perlu diketahui di Kampung Sumur Kumbang ini banyak sekali komunitas penduduk bersuku Sunda. Bila perlu, di kampung ini pula dapat meminta bantuan kepala dusun untuk mencari penunjuk jalan.



Info jalur :


Total waktu pendakian sekitar 6-8 jam perjalanan. Ada sekitar 6 pos hingga ke Puncak. Di puncak ada jalur turun menuju kawah yang sudah menjadi danau. Cukup banyak tempat buat ngecamp selama jalur pendakian. Bekal air sebaiknya dipersiapkan sebelum naik. Masih banyak sumber air sebelum pos 1, setelah itu, tidak ditemukan sumber air. Tetapi yang harus diperhatikan adalah pacet, karena Rajabasa sendiri terkenal sebagai ‘gudang pacet’. Jalurnya sendiri cukup aman dan jelas mengikuti satu punggungan gunung. (Menurut penduduk setempat, bila ingin turun ke danau, waktu tempuh dari puncak sekitar 0.5 – 1 jam perjalanan)






Info lainnya :

Danau tersebut menjadi tujuan utama bagi penduduk lokal maupun orang yang khusus datang untuk berziarah. disana ada yang disebut ‘batu cukup’ ; konon sebanyak apapun orang berdiri diatasnya, akan selalu cukup. Kalau beruntung, orang yang datang dapat menemukan batu kabah. Mengenai ukuran sendiri kurang jelas, ada yang bilang seukuran 1x2 meter. Apakah batu tersebut dapat mengarah ke arah kiblat atau berasal dari Kabah? *masih jadi misteri*

Ada satu pantangan/ pamali yang dipercaya oleh penduduk Sumur Kumbang disana, apabila hendak membuat api unggun agar tidak mematahkan ranting dengan tangan, tetapi harus ditebas dengan pisau.

Kebanyakan kendaraan umum tidak beroperasi lagi setelah gelap. Pastikan kembali ke kota sebelum gelap.

jalur =
Setelah pos 1, jalur terus naik dan cukup jelas, namun di beberapa tempat sebelum pos 2, banyak sekali jalur yang on off tertutup rumput setinggi kepala. Orientasi terus keatas dan tidak berpindah punggungan. Sejam kemudian, masih kita temui ladang cengkeh. Beberapa rumpun bambu. Setelah itu, mulai memasuki pintu rimba.

Pos 2 sendiri berupa dataran yang cukup buat ngecamp 2 tenda. Masih ada papan tripleks bercat merah yang berisi tulisan yang sama. Jalur jelas. Tapi sepanjang jalur hingga puncak, penuh dengan pacet. Dan benar-benar tertutup rapat oleh vegetasi.

Tepat sebelum pos 3 jalur berbelok kekiri, ada satu dataran cukup untuk beristirahat dan cukup 2 tenda untuk ngecamp. Masih banyak pacet, dan nyamuknya cukup ganas. Dari situ jalur naik keatas.

Kira2 satu jam kemudian akan kita temui pos 4 yang tepat berada di tengah pepohonan tinggi dan rapat. Banyak tempat buat ngecamp, walau tanah sedikit miring. Setelah melewati pos 4 dan terus berjalan menuju pos 5, orientasi terus bergerak ke arah kiri. Kemudian menuruni lembah, untuk kemudian naik kembali hingga pos 5. jurang di sisi kanan dan kiri. Hati-hati, karena jalurnya tipis sekali. Tanah mudah runtuh. Beberapa kali kami harus meloncati portal kayu yang licin. Sepanjang jalur keatas, banyak tanda panah menuju puncak dari aluminium yang dipasang pada batang pohon.


Kawah Gunung Rajabasa,


Begitu tiba di pos 5. Ada semacam gerbang dari batang kayu yang dipasang beberapa papan nama. Cukup untuk beristirahat sejenak. Jarak ke puncak tidak begitu jauh. Dan mulai terbuka sehingga puncak bisa terlihat dari sini. Mungkin sekitar 10-20 meter naik ke atas. Melewati portal, sedikit ke arah kanan, ikuti jalur naik keatas. Hingga, tibalah di puncak.

Gunung Tanggamus

 

Gunung Tanggamus di Kabupaten Tanggamus memang unik dan memiliki tantangan tersendiri. Menuju lokasi itu saja sudah punya cerita khusus, apalagi jalur pendakian ke tempat peristirahatan pertama hingga puncak.

Dari kejauhan, gunung setinggi 2.100 meter itu seolah menyimpan misteri. Kabut tebal bak pernah berhenti menutupi puncaknya. Tempat itu paling mudah dicapai dari Kota Bandar Lampung melewati kota Pringsewu, Kabupaten Tanggamus. Setelah menempuh jarak 90 kilometer melalui jalan berkelok dan naik turun, perjalanan selama dua jam berakhir di Desa Gisting.

Dari pertigaan Pasar Gisting, pengunjung masih harus menempuh jarak sekitar lima kilometer untuk bisa sampai ke titik awal pendakian, tepatnya di Desa Tanggamus. Di rumah Pak Kidi,, salah satu penduduk, yang sudah biasa disinggahi para pendaki, kami mampir. Di rumah itu seluruh perbekalan, peralatan pendakian dan kemah, serta perlengkapan lainnya dicek ulang.





Jalur pendakian :
bandar lampung (dari terminal rajabasa-naik bus jurusan kotaagung), turun di desa gisting atas (pasar) lalu dilanjutkan dengan ojek atau angkutan umum lainnya ke desa lanbau (kaki gunung tanggamus)...selamat mendaki

(info; di jalur pendakian banyak sekali jalur lain yang digunakan para penjerat burung yang menyusahkan dalam menentukan jalur menuju puncak)

ini ada catper dari kawan yang sudah mendaki gunung tanggamus;

Satu jam kemudian, persiapan selesai. Tepat pukul 14.30 pendakian dimulai. Mulai dari Desa Tanggamus ke tempat peristirahatan pertama atau Base Camp Sonokeling terbentang jarak sejauh lebih kurang lima kilometer. Jalur pendakian pendek itu terjal, bahkan diselingi dua tanjakan yang berat.

Kejutan perjalanan awal dibayar dengan hamparan perkebunan sayur yang luar biasa indah. Sejauh mata memandang, perkebunan kol, tomat, cabai, dan terung mendominasi. Warna hijau, merah, ungu, dan coklat tanah menyegarkan mata. Yang menyenangkan, pendaki juga bisa melihat bulir-bulir biji kopi robusta yang tumbuh menghijau ditingkahi suara berbagai jenis burung. Sayang, tanaman kebun yang indah itu tumbuh di dalam kawasan hutan lindung.




Empat jam

Pagi yang cerah menghidupkan suasana di tempat peristirahatan pertama dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan air laut itu. Sambil memandang ke puncak yang diselimuti kabut, bagi pendaki profesional, puncak bisa ditempuh dalam tempo tak kurang dari empat jam.

Ada beberapa jalur menuju puncak, dan pilihan jatuh ke jalur yang biasa dilalui pendaki umum, jalur yang langsung terjal naik dengan kemiringan yang hampir sama dengan perjalanan pertama. Bahkan di beberapa tempat ada yang memiliki kemiringan ekstrem.

Menuju puncak, vegetasi seperti semak, hutan sonokeling, dan kebun penduduk mulai ditinggalkan dan beralih ke vegetasi khas hutan hujan tropis. Di sepanjang jalur pendakian, pohon-pohon khas hutan hujan tropis, seperti meranti, kruing, balau, rotan, dan pakis hutan tumbuh rapat. Kanopi yang terbentuk menyejukkan udara di sekitar. Di kejauhan, monyet dan siamang saling bersahutan.

Saking populernya jalur itu, di sepanjang jalur banyak ditemui tanda seperti potongan tali rafia yang diikatkan pada batang pohon atau tanaman. Asep menerangkan, mungkin karena pengaruh angin yang kencang, gesekan antarbatang yang tumbuh rapat begitu kuat, banyak pohon bertumbangan. Pelan tetapi pasti, pendakian terasa berat juga.

Melewati suatu kawasan hutan yang alas hutannya dipenuhi pacet.




Mendekati ketinggian 1.700 meter di atas permukaan air laut (dpl), batang-batang pohon mulai terselimuti lumut.
Menjelang hutan lumut ada tempat peristirahatan. Di sana bisa melepas lelah sejenak dan mencari air minum. Air dingin dari mata air menyegarkan kerongkongan yang kehausan.

Mendekati puncak, kelembaban semakin tinggi. Hawa dingin makin menusuk. Menjelang tengah hari kabut perlahan-lahan turun. Di tengah perjalanan menuju puncak itu, "Kondisi sepuluh tahun yang lalu betul-betul berbeda dengan sekarang. Mungkin karena sekarang banyak betul batang-batang pohon yang bertumbangan dan menutupi jalur pendakian yang lama."

Di ketinggian lebih kurang 1.900 meter dpl, kabut semakin tebal dan membuat jarak pandang semakin pendek. Tanpa menyadari bahwa telah berada di tengah-tengah batang pohon besar berlumut yang tumbang.

Meski berjalan setapak demi setapak, akhirnya sampai juga di puncak. Hawa semakin dingin karena hujan dan suhu terus turun. Bermalam di puncak Tanggamus yang saat itu sedang hujan angin dan berkabut.



Hujan angin


Keesokan paginya kabut tebal disertai hujan angin menyambut. Padahal, kami berharap bisa melihat keluasan Tanggamus dari puncak. Kekecewaan pun melanda. Puncak tak terlihat sama sekali. Jarak pandang juga pendek. Sambil menunggu hujan reda, segala perlengkapan kami benahi.

Kali ini perjalanan turun terasa tidak seberat perjalanan naik. Bahkan, jika saat mendaki kami tidak sempat melihat keindahan hutan lumut, pagi itu dengan jelas kami bebas mengamati hutan lumut. Namun, hujan yang turun semalam membuat jalan yang kami lalui menjadi licin.

Setibanya di tempat peristirahatan pertama, kami singgah ke gubuk Mbah Achmadi. Mbah Achmadi ini sudah puluhan tahun tinggal di kawasan itu dan mengusahakan berbagai tanaman kebun dan kopi. Rasa capai yang sangat hilang ketika Mbah Achmadi menyuguhkan singkong goreng yang baru diangkat dari penggorengan.

Diiringi semilir angin lereng gunung, kami turun ke Desa Tanggamus. Di rumah Pak Kidi, sekali lagi keramahan khas penduduk desa menyambut kami. Berat rasanya meninggalkan keindahan Gunung Tanggamus yang puncaknya selalu berkabut itu.

Gunung Pesagi di Lampung Selatan




Gunung Pesagi memiliki ketinggian 2231 mdpl Terletak di Kabupaten Lampung Barat. Gunung Pesagi adalah gunung tertinggi di Propinsi Lampung memang terasa tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan gunung-gunung lain, tetapi Gumpalan FP Unila memberikan garansi apabila perbandingannya gunung-gunung di pulau jawa maka Gunung Pesagi memiliki keunggulan tersendiri termasuk kategori gunung yang memiliki jalur yang menantang terutama Hutannya yang perawan dan Tracknya yang membentuk penyambungan seperti Jembatan Sirotol Mustaqim.


Gunung Pesagi memiliki 3 Jalur pendakian, dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitan medan perjalanan menuju Puncak Pesagi, yaitu :

1. Jalur Patah Hati (Desa Bahway – Dusun Way Pematu)

Pos 1 – Pos 2

Jalur menuju pos 2 merupakan jalur pemukiman penduduk Desa Bahway. Jalur ini berupa jalan batu yang landai dengan panorama pemandangan alam desa yang khas. Di kanan dan kiri jalur terdapat aliran sungai, areal persawahan, dan perumahan tradisional masyarakat Desa Bahway. Jalur ini cukup panjang dan bisa dianggap ”Bonus” tetapi tetap menantang karena jalur yang dilewati cukup licin sampai akhirnya kita akan menemukan perkebunan kopi melewati jalan setapak menuju pos 2. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar.

Pos 2 – Pos 3

Disinilah ujian sesungguhnya dimulai. Pada jalur ini kita akan melewati sungai dan melewati sedikit perkebunan kopi, selanjutnya kita akan menjumpai sungai untuk yang kedua kalinya alirannya disini pun cukup deras, setelah melewati sungai peserta mulai masuk kedalam hutan, dahulu pintu rimba gunung pesagi ditandai dengan dua buah pohon besar yang menjulang tinggi di kanan kiri jalur, namun saat ini kedua pohon itu tidak ditemui karena telah tumbang. setelah memasuki pintu rimba jalur menuju pos 3 berupa tanjakan panjang dan licin, kita harus berhati-hati karena jalur ini banyak terdapat pohon rotan yang masih berduri dan menghalangi jalan sampai ke pos 3. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar

Pos 3 – Pos 4

Pada Jalur Pos 3 – Pos 4 ini dapat ditemukan tanaman ”Angrek Macan”, termasuk kategori bunga yang khas dan indah dari tanaman ini adalah batangnya yang mempunyai Loreng atau bercak hitam putih menyerupai macan. Selain anggrek macan kita juga akan menjumpai tanaman kantong semar yang banyak ditemukan sampai ke pos puncak. Jalur semakin menantang semakin terjal dan tidak terdapat sumber air, Vegetasi hutan semakin rapat dengan tanaman pakis dan rotan yang masih setia menggoda dan mencubit para petualang, kekuatan karakter hutan pesagi sangat tampak, hutan yang masih rapat dan lembab. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar

Pos 4 – Pos 5

Jalur antara Pos 4 – Pos 5 termasuk kategori berbahaya. Pada jalur ini kita akan menikmati jalur yang mulai pindah punggungan gunung dari punggungan satu ke punggungan lainnya, sesuai dengan Nama Gunung ini Pesagi karena gunung ini berbentuk persegi yang menciptakan banyak punggungan dan diantara punggungan adalah lembah sehingga dituntut sangat waspada karena terdapat jurang, melewati dan membelah jalur air terjun/curup mati dan sungai kecil yang sangat licin. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar

Pos 5 – Puncak Pesagi

Jalur antara Pos 5 – Pos 6 adalah jalur yang paling ekstrim pada jalur inilah asal muasal ”Jalur Patah Hati”, beranjak dari Pos 5 menuju Pos 6 atau air terjun Badas Gumpalan maka peserta harus sedikit memutar dengan tanjakan terjal guna menghindari air terjun, kemudian disuguhi sedikit susur sungai dengan kondisi cukup landai atau ”Bonus”, belum selesai kita bergumam jalur kembali menanjak mencapai 40 – 50 derajat yang terkadang memaksa untuk merayap, mencari akar pohon sebagai pegangan dan naik keatas batang pohon.

Disinilah View indah tersaji kembali, peserta bisa melihat sebelah kanan dan kiri adalah lembah dengan gemercik air dan tiupan angin
terdengar bagai alunan nada alam belum lagi godaan dari burung-burung yang terkadang mendekat dengan kicaunya seolah menyapa, ”Capek Ya Bang”, kemudian didepan kita tampak adalah Puncak Pesagi dan dibelakang adalah Ujung Tanjung. Pada Ujung Tanjung terdapat juga Puncak tetapi lebih rendah dari Puncak Pesagi, kita tidak melewati Puncak Ujung Tanjung karena jalurnya yang berbeda, pada Puncak Ujung Tanjung terdapat susunan batu-batu besar yang tersusun rapi bagaikan areal Sholat dengan Batu yang menyusun laksana ruangan Imam saat Sholat dan Batu susunan lainnya membentuk saf sebagai jamaahnya oleh karena itu disebut ”Batu Masjid”, menurut Bang Pay, Bang Refin dan Bang Ogho yang pernah menjejakkan kaki di Puncak Ujung Tanjung saat membuka Jalur Patah Hati sebagai pemberi informasi mereka bercerita sungguh sebuah karya alam buatan Sang Maha Pencipta yang Luar Biasa.





2. Jalur Pendakian Standar (Desa Bahway – Dusun Ramuan)

Pos 1 – Pintu Rimba
Jalur menuju Pintu Rimba merupakan areal perkebunan kopi penduduk, setelah sebelumnya kita akan melewati perumahan penduduk. Waktu tempuh 1,5 Jam perjalanan standar

Pintu Rimba – Gisting
Jalur menuju gisting sedikit menanjak tetapi cukup panjang, disini kita juga telah merasakan hutan pesagi yang rapat, setelah itu maka kita akan sampai di Pos ini yang bernama Gisting, disini terdapat sumber air yang terletak 20 meter kebawah, sumber air ini tidak kering meskipun saat musim kemarau karena berasal dari aliran sungai yang melewati celah-celah batu hingga selalu mengalir dan tertampung dalam cekukan batu yang terdapat disekitar sumber air. Waktu tempuh 2,5 Jam perjalanan standar

Gisting – Penyambungan

Beranjak dari Gisting kita akan langsung menikmati ”Super Tanjakan” untuk dapat mencapai batu pipih, batu pipih adalah batu yang berbentuk pipih yang berdekatan dengan ukuran yang cukup lebar bahkan cukup jika dipakai beristirahat sambil merebahkan badan. Panorama pada batu pipih ini sangat indah,

disini kita bisa melihat jalur ujung tanjung dan deretan bebatuan besar yang berdiri tegak menopang Puncak Pesagi dan apabila terkena cahaya bagai kilau mutiara, ingin rasanya mencumbui pahatan alam tersebut.

Setelah melewati batu pipih kita akan berhadapan dengan jalur yang banyak dihiasi pohon tumbang hasil dari suksesi alami yaitu kebakaran yang terjadi secara alami, baru kemudian kita akan menikmati Jalur susunan batu bertingkat yang direkatkan secara alami oleh lapisan tanah membentuk sebuah tebing yang dinamakan Penyambungan, ini satu lagi yang dinamakan penyambungan seperti Jembatan Sirotol Mustaqim. karakter ini tidak akan ditemui kemiripannya pada Gunung-gunung lain. Waktu tempuh 1 Jam perjalanan standar

Penyambungan – Puncak Pesagi

Setelah penyambungan kita akan menikmati wilayah hutan lumut dengan suasana yang lembab tetapi track yang mulai landai karena telah berada di kawasan Puncak.

Pada puncak Gunung Pesagi, kita dapat menyaksikan indahnya liukan Danau Ranau, permukiman masyarakat OKU, laut lepas Krui, dan laut lepas Belimbing. Selain menyaksikan keindahan alam dari kejauhan, banyak lagi pemandangan yang dijumpai di puncak. Di antaranya tugu peninggalan Belanda, yang merupakan tanda batas wilayah kekuasaan Belanda kala itu, Sumber mata air Sumur Tujuh yang terletak ± 20 meter turun sedikit dari Puncak, Sumber mata air Sumur Tujuh.

 


3. Jalur Desa Hujung Simpang Luas

Pada jalur ini cenderung lebih landai dan lebih mudah untuk menjangkau Puncak Gunung Pesagi. Relatif tidak menemukan pemandangan yang indah di sepanjang jalan Waktu tempuh 5 Jam perjalanan standar.

Gunung Talamau di Pasaman Barat

Menikmati Eksotisitas Gunung Talamau


Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) boleh dikatakan masih tergolong Kabupaten baru, dibanding Kabupaten lainnya yang lebih dulu berkembang, kendati demikian Pasbar juga memiliki berbagai potensi alam yang tidak tidak kalah indahnya dengan Kabupaten lain yang berada di Sumatra Barat (Sumbar).

Dengan potensi wisata alam Gunung Talamau dan Gunung Pasaman membuat Pasaman Barat menjadi lebih perkasa dan seolah-olah seperti raksasa bangun dari tidur dengan harapan dapat mensejajar diri dengan Kabupaten lainnya di Sumbar.
Gunung Talamau memang megah, terletak di Pinagar Nagari Aur Kuning Kecamatan Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), kayu yang manjulang tinggi menandakan Gunung Talamau memang masih asri, mempunyai ketinggian sekitar 2.900 km diatas permukaan laut, Talamau didampingi Puluhan Air terjun, serta puncaknya dihiasi belasan telaga dan dikelilingi hamparan warna-warni bunga membuat keindahan Gunung Talamau semakin memikat hati.

Dari penelusuran saya, bersama Kelompok Pecinta Alam (KPA) Gabher Pasaman Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) selama satu Minggu di Gunung Talamau, tahap awal untuk melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Talamau dapat dimulai dari pusat Kota Kabupaten Pasbar yakni Bundaran Simpang Empat Kecamatan Pasaman, dengan menggunakan kendaraan roda dua atau empat menuju Simpang Pintu Air irigasi persis di kaki Gunung tersebut kemudian baru diteruskan dengan berjalan kaki dengan rute pendakian yang cukup menantang memakan waktu hingga mencapai sekitar 1 jam, barulah akan mencapai selter pertama yakni Bukit Harimau Campo.


Pada bukit Harimau Campo ini para pendaki dapat bermalam dengan mendirikan tenda atau hanya sekedar bisa juga melapas lelah sejenak sambil menikmati keindahan dengan memandang lepas bagaimana Tatanan Kota Simpang Empat, dan Indahnya matahari sore yang tenggelam di Pantai Sasak Kecamatan Sasak Ranah Pasisia. Selain beristirahat sambil menikmati pemandangan indah dari Bukit Harimau Campo.

sekitar 100 meter pendaki juga dapat menikmati indahnya air terjun lenggogeni, kabarnya air terjun tersebut mempunyai legenda yang menarik untuk diketahui, konon ceritanya air terjun lenggogeni merupakan tempat pemandian para putri raja pada zaman dahulu. Usai beristirahat dibukit harimau campo, perjalanan kemudian diteruskan menuju selter selanjutnya yakni selter II atau biasa dikatakan para pendaki yakni Rindu Alam, dengan menempuh perjalanan sekitar 4 jam, para pendaki harus ekstra hati-hati sebab untuk menuju Rindu Alam harus melewati beberapa anak sungai dengan bebatuan yang licin, jalan setapak yang menantang serta ditambah binatang penghisap darah yakni pacet (Sejenis Lintah) yang siap menempel dan menghisap darah para pendaki. Selain beristirahat dan mengisi air untuk perbekalan minum ke selter selanjutnya dikawasan rindu alam pendaki dapat juga memeriksa pacet yang menempel dikaki atau ditangan.


Sementara dari rindu alam menuju selter III atau Bumi Sarasah perjalanan pendakian akan memakan waktu sekitar 6 jam. Setelah mencapai Bumi Sarasah kemudian para pendaki akan menjelajahi pendakian yang paling menantang yakni rute menuju paninjauan atau selter IV dengan jalan bebatuan yang terjal disini pendaki akan semakin teruji kalau tidak hati-hati akan tergelincir karena bebatuan yang terjal dan licin perjalanan dari Bumi Sarasah menuju paninjauan memakan waktu sekitar 4 jam.

Setelah melakukan pendakian yang bertahap mulai dari selter I, II, III dan IV, akhirnya sampai di Padang siranjano, tidak lupa kami mengucapkan "Assalamu'alaikum" ketika memasuki Kawasan Padang Siranjano karena disini tempatnya belasan telaga, seperti talago Biru.Talago Rajo Bagindo, Talago Puti, Talago Lumuik dan talago lainnya.



Setelah satu hari berjalan akhirnya cita-cita tercapai yakni sampai di Puncak tertinggi atau TOP Talamau Puncak Rajawali, ketinggian sekitar 2900 Meter diatas permukaan laut, di puncak talamau letih,lelah tak terasa lagi indahnya alam menjadi obat bagi kami, indahnya ciptaan tuhan memang tiada duanya sejauh mata memandang,"Talamau Aku Cinta Kamu" setelah puas memandang alam bebas dari Puncak G. Talamau , kami mengambil gambar, kami kembali dengan memakan waktu sekitar 6 jam untuk ke kota simpang empat.


Gunung Talamau dengan ketinggian 2982 meter dari permukaan laut (dpl), merupakan gunung tertinggi di Provinsi Sumatera Barat. Karakteristik Gunung Talamau termasuk salah satu dari gunung api, tetapi Talamau termasuk gunung yang tidak aktif. Gunung tersebut menyimpan segudang pesona yang sayang untuk di lewatkan. Kawasan hutan yang masih perawan, ditingkahi kicauan burung yang bersahutan berpadu dengan keindahan puluhan telaga yang terserak di kawasan gunung, membuat perjalanan panjang para wisatawan takkan terasa sia-sia. 


Kota Bukittinggi dengan latar belakang Gunung Talamau

Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Gunung Talamau berasal dari berbagai jenis batuan, yaitu batuan vulkanik produk Galau (campuran) Talamau, yang dari Major Elemen yang menunjukkan batuan beku di kawasan itu dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu jenis batuan basa (basalt), menengah (andesit), agak asam (dasit), dan granit (asam).

http://photos.friendster.com/photos/04/64/16054640/1_814865414l.jpg

· Tinggi : 2920 mdpl.
· Letak : di Desa Pinagar Kec. Pasaman Kab. Pasaman Sumatera Barat. (Peta JANTOP TNI AD tahun 1982 helai peta 1225-II).
· Karakteristik : gunung api tidak aktif, ditutupi hutan hujan tropis, mempunyai 13 telaga pada ketinggian 2750 mdpl, trek pendakian tidak begitu terjal.

· Jalur Pendakian Pinagar
-Titik start : desa Pinagar (250 mdpl), Kec. Pasaman Kab. Pasaman, lama pendakian normal + 7 jam. Berjarak + 190 Km dari Padang.

· Transportasi : MAPALA UNAND-Terminal Regional Bingkuang Padang , Terminal Bingkuang–Terminal Pasaman dengan Bus jurusan Padang-Pasaman PO. Mandala, Pastra dan sebagainya Terminal Pasaman–Desa Pinagar.

· Kondisi Medan :
* Desa Pinagar (Pos I)–Pos II + 2,5 jam (+4 km): landai/jalan berbatu, ladang penduduk, terdapat sumber air.
* Pos II-Shelter I (600 mdpl) + 2,5 jam (+ 3,5 km) : tanjakan ringan sampai agak terjal, hutan sekunder - hutan primer - hutan sekunder, terdapat sumber air.
* Shelter I–Shelter II (1800 mdpl) + 3 jam (+ 3 km): tanjakan terjal, terdapat sumber air.
* Shelter II–Shelter III (2500 mdpl) + 2 jam (+ 2,5 km): tanjakan terjal, terdapat sumber air.
* Shelter III–Puncak + 1,5 jam : tanjakan ringan, padang rumput, telaga, medan terbuka, sumber air telaga banyak.

. Perizinan :
Surat tugas dari organisasi, bagi pendaki cewek harus ada surat izin dari orang tua dan lapor di Pos II atau pada kepala desa di desa terakhir. Untuk pendakian Gunung Talamau dikenakan biaya Rp. 4000 yang bayar di pos II.

· Potensi : Telaga 13 buah, bunga Edelweiss, Panorama gunung Talang, Marapi, Singgalang dan Samudera Hindia.

* Ongkos transportasi selalu mengalami perubahan tarif.