Jumat, 07 Januari 2011

(Kasus Gayus): Kemana Nuranimu Pejabat?

http://tommyutama.files.wordpress.com/2010/12/sdgsgsgsdg.jpeg


Dulu Guru mengajarkan:” Perhatikan masalah penting”. Penting antara lain salah satunya masalah yang menjadi sorotan masyarakat atau bersekala Nasional. Masalah seperti ini harus ditangani dengan prioritas utama. Artinya penanganannya harus segera mungkin, teliti/korek, tidak menimbulkan masalah baru dan lain-lain langkah penyelesaian masalah sesuai ilmu dan standar prosedur.

Kasus “Gayus Tambunan”, diawali tuduhan kasus money laundry, penggelapan pajak yang barang buktinya Milyaran rupiah. Kasus ini adem ayem; Gayus dibebaskan Pengadilan,barang bukti dikembalikan kepada seorang tampaknya berhak. Namun penanganannya yang penuh menabrak rambu-rambu hukum.  Seandainya Susno Duaji  tidak berteriak, masalah ini selesai.  Cara penyelesaian seperti ini akan menjadi pola penanganan kasus serupa atau akan dijadikan model canggih perselingkuhan .  Untunglah Susno Duaji berteriak lantang, dan apa yang diteriakkan benar adanya. Kasus berkembang menjadi melebar kemana-mana.  Sehingga terungkaplah berbagai kelakuan Gayus berkaitan masalah pajak yang memanfaatkan kelemahan hukum perpajakan. Jagat hukum Indonesia menjadi gaduh. Berbagai langkah ditempuh untuk menmbenahi masalah pajak dan penanganan kasus “Gayus”. Penanganan masalah sepertinya berjalan bagus sesuai standar prosedur. Gayus diproses ulang dan ditahan. Mafia hukum ditangkap dan diadili. Pembenahan aturan hukum peradilan pajak. Mantan pejabat pajak ditangkap/menyerahkan diri lalu diproses hukum. Petugas Polri yang menyalahi standar prosedur dicopot jabatannya, diproses hukum dan dijatuhi hukuman. Hakim yang membebaskan Gayus diproses dan di hukum. Jaksa juga diproses, meskipun belum sederastis penanganan di Kepolisian dan di Pengadilan.

Sementara Gayus menunggu proses sidang pengadilan ,tiba-tiba  dunia hukum Indonesia di hebohkan berita  ; Orang mirip Gayus jalan-jalan dan menonton pertandingan tennis  di Bali.  Kelakuan Gayus ini untung saja ada wartawan yang jeli dan memiliki semangat profesional yang tinggi sehingga dunia massmedia diramaikan lagi masalah Gayus.  Dunia hukumpun gempar, bagaimana mungkin Gayus yang ditahan di tempat penahanan khusus dan dijaga oleh petugas khusus yang dikenal memiliki disiplin yang tinggi bisa dipengaruhi Gayus.

Disinilah kehebatan Gayus, kejeliannya melihat peluang dan  adanya kelemahan pejabat, maka dengan kekuatan uangnya dimainkan sandiwara baru. Pejabat kepala rutan Brimob Polri kena imbasnya , dicopot dari jabatan dan diproses. Terungkap adanya aliran dana Gayus kekantong pejabat dan petugas. Pejabat terlena oleh uang, terbius sehingga lupa dan lalai bagaimana menangani masalah penting. Gayus merupakan tahanan dengan penanganan prioritas utama. Standar prosedurnya juga pasti  berbeda dengan tahanan biasa.

Namun pejabat melalaikan semua itu. Pejabat dan petugas dengan label khusus, memiliki disiplin yang ter uji saja bisa terpengaruh, bagaimana dengan petugas yang standarnya biasa-biasa saja? Nalar logika pastilah akan berkesimpulan” lebih parah lagi”. Kepercayaan telah dilunturkan. Akhirnya Gayus dipindah penahanannya ke Lembaga Pemasyarakatan.

Masyarakat masih tidak puas cara-cara penanganan kasus Gayus berkaitan masalah perpajakan.  Masyarakat meminta KPK mengambil alih penanganan kasusnya. Namun tidak juga bersambut keinginan masyarakat untuk membongkar lebih dalam lagi masalah penyimpangan pajak yang merugikan negara. Belum ada lagi perkembangan pengungkapan pelaku-pelaku baru yang terlibat korupsi/pengemplang pajak yang terkait dengan aliran dana ke Gayus yang sampai ratusan millyar. Masyarakat harus cukup puas dengan penjelasan yang disamapaikan ke  masyarakat :” Masih dalam penyelidikan.” Dunia hukum dihebohkan lagi.

Tiba-tiba masyarakat digemparkan  adanya berita terkait dengan Gayus untuk sekian kalinya. Masalah ini mencuat kepermukaan karena ada keberanian penulis rubik pembaca Kompas tanggal 2 Januari 2011  yang menuturkan dengan yakin telah  melihat seseorang  yang diduga Gayus bersamanya dalam satu  pesawat Air Asia menuju Singapura pada tanggal 30 September 2010. Lagi-lagi kasus terungkap karena ada yang berani mengungkap, coba kalau tidak ada yang berani, kasus akan terkubur sampai hancur tidak menimbulkan bau lagi.Terungkap orang yang dimaksud menggunakan paspor dengan nama “Sony Laksono”.  Sebuah nama yang sama digunakan Gayus ketika ketahuan pelesir ke Bali.  Pakar Telematika Roy Suryo dengan keahliannya menilai dengan yakin foto “Sony Laksono” pada paspor yang diduga digunakan Gayus adalah “Jelas 100 % asli foto Gayus”. Jika nanti terungkap itu benar Gayus, maka terjadi lagi kiprah Gayus memainkan keahliannya menerabas aturan.  Bagaimana tidak,  semua paspor foto pemiliknya mana ada yang pake kacamata,namun  ini dengan gaya pakai wig dan kacamata untuk dokumen resmi dilakoni Gayus . Di Bandara bisa lolos dengan mudah, petugas tidak mempermasalahkan paspor dengan foto lain dari yang lain. Memang hebat Gayus.

Terungkap satu-satu pejabat yang masih mau dan berani mempertaruhkan kredibelitasnya dipengaruhi oleh apa lagi kalau tidak oleh uang.  Atau mungkin ada kekuatan lain ikut mengatur yang takut masalahnya terungkap terkait masalah Gayus?  Kemungkinan itu tetap saja masih  terbuka sampai kasus Gayus terungkap tuntas tanpa meninggalkan kesangsian-kesangsian lain. Setelah institusi Pajak, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan kini Imigrasi  terimbas kasus Gayus. Institusi mana lagi menysul?  Borok-borok yang selama ini terbau masyarakat namun tidak berwujut,  sekarang terlihat dengan transparan benar ada borok itu. Kapan dan nunggu apa lagi agar semua borok-borok terbau masyarakat dibersihkan . Apakah menunggu ada yang harus berteriak lagi ?

Sekarang mungkin suatu momentum  yang pas  Prsesiden harus turun tangan memimpin langsung kasus  Gayus ini , atau seluruh kasus diambil oper KPK.  Sekarang waktunya juga para pejabat jangan sampai lagi nuraninya tergadai hanya gara-gara uang. Jangan lagi penanganan kasus dijadikan peluang untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompok dengan mengorbankan suara hati nurani yang selalu berbicara kebenaran dan keadilan.  Jangan lagi pemilahan pekerjaan berdasarkan ada bonus atau tidak. Tidak ada bonus , nanti dulu. Sebaliknya ada bonus meskipun melanggar aturan dikerjakan juga. Harapan rakyat dan kepercayaan rakyat masih ada. Apa jadinya kalau rakyat sudah hilang kepercayaan dan harapannya.

Aria8
Sumber: kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar