Rabu, 16 Maret 2011

Paket Bom 15 Maret Jadikan Sebagai Early Warning

Lagi-lagi muncul masalah baru di negeri kita; beberapa bom dalam bentuk kiriman paket buku dikirimkan ke beberapa pihak berbeda. Bom-bom yang sempat menimbulkan korban tangan Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur ini jelas telah menimbulkan histeria baru, meskipun pada level dan lingkup yang terbatas. Terlepas dari motifnya yang pengungkapannya akan makan waktu dan melelahkan, tidak ada salahnya jika kita secara bersama-sama berbenah diri di lingkungan masing-masing guna mengurangkan gap ekspektasi yang bisa menjadi motif suatu tindakan anarkis seperti pengiriman bom ini.

Kalau kita lihat secara sederhana, sasaran bom itu adalah orang-orang yang cukup sohor dan berperan saat ini. Namun cukup naïf kalau pengiriman bom itu diharapkan dapat mencederai mereka yang tentu cukup jauh dari aktivitas sekedar membuka paket yang dikirim oleh orang yang tidak jelas. Apalagi yang dikirmkan kepada seorang pejabat polisi di Badan Narkotika Nasional (BNN) yang sudah terkeanl sebagai seorang aparat yang baik dan tangguh.

Akan lebih masuk akal jika kiriman bom kelas low explosive itu lebih sebagai upaya pihak yang belum diketahui itu untuk membangkitkan terror di dalam negeri kita yang akhir-akhir ini sedang agak memanas. Satu paket dikirimkan ke seorang pengurus partai yang sedang getol meributkan koalisi dan reshuffle yang tentunya akan bersinggungan dengan partai lain dan beberapa menteri yang sedang menjabat. Bisa jadi ada pikiran dikaitkan dengan hal tersebut tapi tentu argumentasi itu cukup lemah mengingat partai-partai dan para fungsionaris tingginya di negeri kita belum pernah tercatat menempuh cara-cara demikian. Disebutkan juga bahwa si pengirim bom tidak mengupdate informasi tentang sasarannya. Namun bisa saja kalau itu dikaitkan dengan kirpah sang tujuan dalam hal lain.

Tujuan kiriman bom lain adalah ke petinggi BNN dan tokoh pemuda yang sangat berpengaruh. Tidak seperti para sindikat narkotika di negara-negara Amerika Latin atau Eropa, di negeri kita sejauh ini belum sampai pada tingkat anarkis bersenjata demikian. Tokoh pemuda yang dituju tersebut saat ini pula bukan sebagai pihak yang punya musuh kolektif sehingga menimbulkan motif untuk jadi sasaran. Juga, cukup ganjil kalau sasaran kelompok pengirim bom itu adalah beberapa orang dengan domain aktivitas yang berbeda, kecuali mereka adalah musuh sosial masyarakat kita.

Oleh sebab itu, sebagai sekedar masukan yang mungkin second opinion, bisa jadi sekarang ini ada pihak-pihak yang ingin mengacaukan negara kita. Dikaitkan pula dengan kasus Wikileaks yang mungkin sedikit memanaskan suasana, pihak yang tidak bertanggungjawab pengirim bom ini bisa jadi hanya melakukan coba-coba atau menangguk di air keruh terhadap situasi dalam negeri, mana tahu ada yang terpancing dengan berbagai situasi global yang ada. Dampak minimal adalah timbulnya citra buruk pada kelompok penganut agama Islam yang sebenarnya sangat cinta kedamaian.

Kita yang masih sangat mencintai NKRI tentu harus senantiasa waspada terhadap upaya-upaya ini, sambil mendukung yang berwenang untuk menyingkap dan menyelesaikan kasus bom ini dengan sebaik-baiknya. Kejadian ini sebaliknya kita jadikan sebagai early warning terhadap kinerja bangsa secara keseluruhan. Sementara itu kita harap agar momentum ini dapat dipakai untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada secara mendasar dan komprehensif demi kemaslahatan segenap komponen masyarakat bangsa. Dengan demikian berbagai motivasi anarki politik dan fisik akan hilang dengan sendirinya.

Feizal

Sumber: kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar