Senin, 14 Maret 2011

Republik Lupa!

”Perjuangan melawan kekuasaan adalah perjuangan melawan lupa.” (Milan Kundera)


Seperti menjadi kebiasaan penulis sebelum melakukan penulisan selalu menghaturkan permintaan maaf jika ada kata-kata atau tulisan yang penulis buat membuat sebagian pembaca merasa tersinggung atau penulis dianggap menista atau apalah, apa yang penulis tulis adalah murni dari pendapat penulis terkait masalah yang penulis lihat, baca dan dengar, sekali lagi maaf.

Mungkin bagi sebagian pembaca kutipan di atas sudah tidak asing bagi anda karena kutipan di atas sering di kutip oleh para ilmuwan Indonesia atau pengamat-pengamat dalam memberikan opini mereka terhadap sesuatu hal di negara ini.

Kutipan di atas juga penulis kutip berkaitan dengan beberapa situasi yang beberapa waktu lalu marak tetapi sekarang malah melempem kayak kerupuk ya.

Mari kita berpikir dan berkhayal sejenak dengan beberapa pertanyaan yang penulis ajukan yaitu, APA KABAR 12 instruksi Presiden tentang penanganan kasus Gayus, kemudian APA KABAR hasil Kongres Sepakbola Nasional, lalu APA KABAR Kasus tewasnya aktivis HAM, Munir, kemudian APA KABAR kasus penganiayaan aktivis Indonesian Corruption Watch-ICW, Tama Satrya Langkun atau APA KABAR 3 Instruksi Presiden soal Pajak. Itu masih sebagian kecil yang penulis ingat sepanjang 7 tahun dan 2 periode pemerintahan ini di kelola dan di pimpin oleh SBY tetapi kembali lagi ke pertanyaan APA KABAR!

Apakah “ APA KABAR “ itu sudah di tuntaskan oleh anak buah atau pihak yang di sentil oleh Presiden, kita semua tahu Presiden dalam membuat instruksi atau perintah itu selalu ada limit waktunya tetapi kembali lagi apakah “APA KABAR” itu sudah di tuntaskan sebelum limit waktu yang di berikan? TIDAK!!

Kita bisa lihat seperti kasus penganiayaan aktivis ICW, apakah sampai sekarang sudah tertangkap orang yang menganiaya beliau? BELUM! padahal kalau kita melihat kasus ini baru kali ini sepanjang sejarah Indonesia merdeka seorang Presiden membesuk seorang aktivis yang teraniaya karena sikap kritisnya terhadap lembaga kepolisian yang mana Kapolri bertanggung jawab dalam kerjanya kepada Presiden langsung tetapi nyatanya?!

Kalau seperti ini boleh kah penulis mengatakan bahwa negara ini bukan Republik Indonesia tetapi Republik Lupa Indonesia? karena ya seperti itulah yang terjadi di negara ini kebanyakan lupa daripada kerja!

Pemerintah kita seperitnya lebih banyak jago bersilat lidah atau membuat masyarakat selalu optimis di awal tetapi dalam pelaksanannya terkesan hilang begitu saja baru timbul lagi ketika ada segelintir orang atau media yang mengangkatnya baru sadar dan itu pun tidak lama hanya sementara selanjutnya begitu terus dan kita hanya bisa berkata MAU SAMPAI KAPAN seperti ini, benar tidak?!

Indonesia sudah 66 tahun merdeka dan 7 tahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tetapi kenapa kondisi negara kita ini tidak ada kemajuan ya ada kah yang salah dari pemimpin ini sehingga rakyat yang terus menderita ? kenapa instruksi-instruksi tidak pernah di jalankan dengan segenap hati nurani dan limit waktu yang diberikan atau memang fungsi pemimpin kita ini sudah dianggap sebelah mata oleh kolega-kolega kita yang bisanya hanya memberikan instruksi tetapi tidak pernah turun tangan ke masyarakat dengan menyingsingkan lengan bajunya seperti ketika membantu warga yang sedang menjadi korban banjir atau apa ?

Karena penulis melihat, mulai dari pemerintahan beliau jilid dua sepertinya negara ini berjalan di tempat banyak sekali instruksi yang di keluarkan tetapi tidak ada hasil nyata, seharusnya sebagai pemimpin yang di pilih langsung oleh rakyat bisa memberikan hukuman yaitu pemecatan bagi jajarannya yang tidak bisa menjalankan apa yang di instruksikan tetapi nyatanya ? tidak perlu lah di sebutkan satu-persatu siapa saja atau manusia siapa yang ada di jajaran beliau yang secara nyata tidak menjalankan apa yang di instruksikan beliau.

Tetapi itulah negara kita di saat negara luar sudah mengenal yang namanya tanggung jawab dimana jika ada pemimpin yang tidak mampu menjalankan apa yang ditugaskan atau di amanatkan untuk melayani rakyat pemimpin itu dengan nurani mengundurkan diri tetapi di negara Indonesia yang secara kita lihat di peta dimana secara otomatis mata langsung tertuju kepada bentuk negara kita ketika ada pemimpin yang gagal menjalankan fungsi tugasnya terhadap negara dan masyarakat malah tetap dan bersikukuh tidak akan mundur!

Pesan penulis buat para manusia (yang katanya) pemimpin di negara ini (yang katanya) di pilih oleh rakyat karena suara rakyat adalah suara Tuhan, mengutip dari kata pembuka daripada sebuah fraksi di Senayan ketika memulai jawaban atas isu yang ada ketika rapat paripurna yaitu…..

SAATNYA HATI NURANI BERBICARA !!

Merdeka Barat, 040311 16:30
Rhesza


Sumber: kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar