Jumat, 25 Maret 2011

Teror Bom dan Doktrin Kematian?




Jihad dan doktrin kematian adalah dua hal yang saling mengikat dalam pemahaman kelompok Islam gerakan dan kelompok Islam ideologis. Maka membaca isu teror bom yang saat ini merebak di seantero Jakarta, seolah menggurat rasa curiga bahwa benarkah teror bom tersebut bersumber dari kelompok Islam gerakan? Pasalnya, peristiwa demi peristiwa tersebut ibarat gertakan sambal dan cenderung menyembulkan isu dengan pesan murahan yang mudah ditangkap publik.

Sepintas jika dibaca, teror bom yang terjadi di Kantor Berita 68-H Utan Kayu, Jakarta Timur seolah-olah dialamatkan pada Ulil Abshar Abdallah, akibat distorsi pikiran-pikiran liberalnya yang selama ini terkesan memarjinalkan umat Islam. Sehingga peristiwa teror bom tersebut memperhadapkan Ulil dengan kelompok yang diklaim sebagai Islam radikal, fundamentalis dan pelabelan lainnya. 

Dengan demikian, ledakan bom yang terjadi di Kantor Berita 68-H tersebut, dengan mudah dituduhkan pada kelompok Islam gerakan yang menyimpan dendam terhadap Ulil Absar dan kelompok Jaringan Islam Liberal (JIL). Demikian juga teror bom terhadap Ahmad Dhani, pentolan grup band Dewa 19. Pemusik itu selama ini diidentikkan dengan perilakunya yang nyeleneh dan cenderung melecehkan simbol-simbol sakral ummat Islam.

Dari dua peristiwa tersebut, menggambarkan bahwa ada desain kondisi yang dikemas. Artinya, teror bom saat ini seolah-olah disebabkan oleh geramnya kelompok Islam gerakan terhadap oknum-oknum yang dianggap mendistorsikan kesakralan ajaran Islam.

Dalam teori intelijen, prakondisi seperti dalam dua peristiwa teror di atas, merupakan cara melokalisir kejahatan. Meski dengan cara rekayasa intelijen. Prinsipnya adalah kejahatan dengan motif apa pun tidak akan terkuak, ketika tidak dilokalisir.

Tapi tanpa disengaja, kedua peristiwa dramatis di atas, hampir bersamaan dengan hebohnya pemberitaan media asing dan Wikileaks yang memojokkan Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudoyono (SBY) terkait beberapa kasus di Indonesia. Demikian pun hebohnya kontroversi reshufle kabinet koalisi. Dengan maraknya isu teror bom tersebut, menenggelamkan isu-isu sebelumnya yang kian memojokkan pemerintahan SBY.

Tak salah jika kita bisa simpulkan bahwa, fenomena teror bom saat ini adalah 'perang isu'. Bukan ekspresi radikalisme keberagamaan yang kita kira selama ini. Sebab doktrin jihad adalah doktrin kematian. Bukan hanya untuk menghasilkan anasir-anasir isu demi konspirasi politik tertentu.

Jihad yang selama ini terkanalisasi dalam pelabelan negatif kelompok fobia tertentu, adalah bersandar pada faham-faham perlawanan yang ekstrem terhadap kolonialisasi dandespotisme. Olehnya itu, melawannya dianggap 'jihad' dan yang mati di jalan perlawanan tersebut disebut 'syuhada'.

Olehnya itu, jika kita membaca sepintas beberapa isu teror bom yang diberitakan selama ini, maka perlu berpikir dua kali untuk mengatakan bahwa teror tersebut merupakan ulah dari kelompok Islam gerakan. Demikian pula sebaliknya, isu teror bom yang marak saat ini bisa saja merupakan konspirasi pengalihan isu terkait kegagalan pemerintahan SBY?
Wallahu a'lam bishowab.


Abdul Munir Sara

Peminat sosial keagamaan

Sumber: www.detiknews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar