Selasa, 22 Maret 2011

Tsunami di Negeri Penjajah

Kota Hiroshima dan Nagasaki berkabut debu dan luka mengiringi kematian 140.000 penduduk Hiroshima dan 80.000 penduduk Nagasaki. Sebuah bom Atom menghantam dua kota di Jepang oleh Amerika, saat perang dunia kedua di bawah komando Presiden Amerika Serikat, Harry S Truman pada tahun 1945.
Selama 350 Tahun Indonesia di jajah, Namun penjajahan Jepang hanya berkisar 3,5 Tahun dan banyak meninggalkan luka dan duka, bahkan dampak dari penjajahan itu masih terasa hingga saat ini, Jepang setelah peristiwa bom Nuklir membangun negaranya melalui pendidikan, pertama yang ia lakukan mendata guru yang masih hidup, sedangkan Indonesia pasca kemerdekaannya hanya mengutamakan konsep pembangunan. Jika kita membandingkannya maka kita sungguh jauh tertinggal dari negeri sakura itu.

Jepang yang sudah maju tiba-tiba saja peristiwa alam memporak porandakannya dengan gempa dan tsunami yang melanda Jepang juga pernah melanda indonesia dengan tsunami di Aceh dan gempa di Padang.


Gempa dan Tsunami di Negeri Sakura

Gempa pada tanggal 1 September 1923 dengan kekuatan 7,9 skala richer, memberi pelajaran berharga. Jepang yang dikenal dengan negara yang memiliki intensitas gempa yang cukup tinggi membuat pemerintahan Jepang untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dan mengurangi resiko jatuhnya korban jiwa lebih banyak, dengan konstruksi bangunan yang memerhatikan dari dampak gempa yang sering terjadi.

Para kontraktor bangunan merancangnya menjadi bangunan anti gempa, selain itu kesadaran masyarakat juga berperan aktif dalam menghadapi gempa yang mungkin saja setiap saat terjadi sehingga mengurangi resiko yang lebih besar.

Hasilnya pun terbukti korban dapat di minimalisir, saat peristiwaTsunami kembali melanda negeri sakura, korban tewas akibat gempa bumi berkekuatan 8,9 yang diikuti Tsunami di Jepang, mencapai lebih dari 10.000 orang.

Dari beberapa bencana yang terjadi mulai dari bencana gempa di tahun 1923 dan peristiwa Bom Atom pada kota Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945 dan bencana gempa dan tsunami pada tanggal 11 Maret 2011 kemarin menyisakan banyak pelajaran yang dapat kita petik.




Mengambil Hikmah

Ibu pertiwi seringkali menangis di Indonesia baik Tsunami di Aceh tahun 2004 yang menelan korban sebanyak 166.080 jiwa tersapu ombak dahsyat, Gempa di padang 2009, dan lumpur lapindo serta guncangan koalisi yang melanda istana 2011, tetapi Indonesia tetap tegar menghadapi semua cobaan itu, sebab kita telah terbiasa untuk menderita baik dari penjajah dari luar negeri maupun penjajah di dalam negeri sendiri.

Bencana tersebut mengajarkan kita untuk menjadi manusia pemaaf, karena maaf itu begitu indah, keindahannya jauh melebihi dari penyiksaan yang mendapat ampunan. Ingatkah kita tentang kisah penjajahan jepan?

Kebencian itu yang telah mengakar dan menyejarah bagi rakyat Indonesia, seolah tergugah dan prihatin atas peristiwa yang melanda negeri matahari terbit itu, peristiwa alam kembali menagih janji kemanusiaan kita, membawanya dengan penuh santunan dan bantuan serta bela sungkawa yang mendalam pada masyarakat Jepang.

Sungguh mulia rakyat kita dengan memberikan sikap peduli terhadap sesama manusia, meski ia pernah menjajah kita dan hingga kini dampak penjajahan itu masih terus terasa, sebab kemiskinan kian subur, keadilan kian mahal, dan kejujuran kian dipertanyakan, semua itu masih sisa-sasa perang yang ada hingga saat ini.

Jepang mengalami dua peristiwa besar sepanjang sejarah peradaban, banyak hikmah yang dapat kita petik di dalamnya diantara pada saat Bom Atom yang melanda kota Hiroshima dan Nagasaki meluluh lantahkan dua kota tersebut maka untuk pemulihan negaranya.

Jepang hanya mendata guru yang masih hidup, itu artinya jepang ingin memulai membangun negaranya pada bidang pendidikan dan hasilnya terbukti jepang menjadi salah satu negara yang unggul dibidang teknologi dan industri terutama dibidang mekanik dan mesin dan kita dapat menikmatinya seperti motor dan mobil yang banyak kita gunakan di Indonesia.

Pelajaran yang dapat kita petik pada peristiwa tsunami dan gempa yang baru-baru ini terjadi, pemerintahan jepang kembali melakukan evakuasi kepada warganya yang berada di sekitar kilang nuklir yang meledak, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir di Fukushima menyebabkan pemerintah Jepang mengevakuasi warganya dari kawasan Fukushima. Mungkin itu berarti pemerintah jepang mengutamakan kesehatan warganya.

Pendidikan dan kesehatan yang menjadi perhatian besar sangat berbeda dengan pemerintahan Indonesia yang hanya sibuk dengan politik tanpa adanya tanda-tanda kemajuan bangsa dari segi teknologi sebab pendidikan dan kesehatan saja tidak kunjung terselesaikan.

Pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik dari beberapa peristiwa alam yang telah melanda Indonesia dan Jepang merupakan bukti sejarah peradaban umat manusia untuk kita jadikan sebagai dasar dalam membingkai rasa kasih sayang dan persaudaraan kita terhadap sesama.

Masyarakat Indonesia mencintai kedamaian, kita semua merindukan keadilan, dan mengharapkan pendidikan yang layak serta pelayanan kesehatan yang memadai semua itu adalah harapan bagi anak bangsa ini yang telah lama ia nantikan sejak kemerdekaan bangsa ini di proklamirkan pada tahun 1945 yang lalu.

Telah banyak cucuran darah, keringat dan air mata melihat peristiwa-peristiwa besar yang melanda negara kita termasuk peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu pada masyarakat yang berkeyakinan berbeda dengan kebanyakan.serta peristiwa koalisi perpolitikan yang hanya menjadi obat telinga yang kedengarannya nyaring namun tak berisi.

Manusia di anjurkan untuk berlaku manusiawi layaknya peristiwa gempa dan Tsunami di negeri Sakura itu, untuk mengulurkan tangan-tangan maaf kita dengan bantuan kemanusiaan, bukankah tangis Jepang adalah tangis kita juga. Jadi, masihkan kita menaruh dendam pada negara yang telah menjajah kita.

Kini penulis mulai ragu terhadap pemerintahan kita sebab sejak menjabat menjadi presiden tak ada tanda-tanda dalam memajukan bangsa Indoensia, pemerintah kita hanya sibuk menguras otaknya dengan koalisi demi mempertahankan kekuasaannya dari pada harus sibuk mengurusi program pemerintahan secara jangka panjang dan program kekinian yang harusnya sesegara mungkin terselesaikan.

Belum lagi anggota dewan yang hanya mengurusi perumahannya dengan mengeluarkan anggaran APBN tahun 2011 sekitar 1,1 trilliun dan ini berlangsung selama 3 tahun dengan jumlah yang sama tiap tahunnya hingga 2013, untuk menyelesaikan perumahan mewah anggota dewan terhormat kita, tanpa pernah merasakan betapa sulitnya rakyat yang hanya hidup di bawah rel kereta api, itupun harus di gusur lagi, entah kemana rimbanya mereka sekarang yang tak memiliki rumah,

Mungkin alam ini cukup luas untuk dia jadikan tempat bertenduh. Bagi mereka, langit adalah atapnya dan tanah adalah tikarnya. Apakah ini merupakan bukti dari program pemerintah membangun perumahan murah? Maksudnya murah mengumbar janji politik. Entahlah.

Siratal Mustaqim


Sumber: kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar