Kamis, 21 April 2011

Kutu Loncat Serbu Demokrat (2)

Malin Kundang Berebut Si Cantik


Malin Kundang Berebut Si Cantik  

PD tampaknya begitu menggiurkan bagi sejumlah politisi. Terutama mereka yang yang kini duduk di jabatan strategis. Betapa tidak, sejumlah kepala daerah yang sebelumnya diusung oleh partai lain, kini lompat pagar ke partai besutan Presiden SBY itu.

Sebut saja Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Zainul Majdi, alias Tuan Guru Bajang, yang belum lama ini pindah ke PD. Sebelumnya Zainul adalah Ketua DPD Partai Bulan Bintang (PBB). Kepindahan Zainul juga diikuti Syamsul Luthfi, Wakil Bupati Lombok Timur, yang sebelumnya menjabat Ketua DPC PBB Lombok Timur.

Selain Zainul dan Syamsudin, yang juga heboh adalah kepindahan Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf. Mantan anggota DPR dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini pekan lalu diketahui lompat ke PD. Bahkan Dede dikabarkan sudah dipersiapkan untuk menjabat Ketua DPD PD.

Aksi lompat pagar ini tentu saja menjadi buah bibir. Pasalnya, mereka dianggap tidak loyal dan tidak menghargai partai yang telah mengantarkan mereka ke kursi pimpinan daerah.

Kepindahan kader-keder potensial tersebut tentu saja sangat disesalkan partai asal mereka. Sebab bukan tidak mungkin kader-kader yang 'membelot' tersebut bisa menggembosi partai sebelumnya. Penggembosan ini misalnya sudah terbukti dalam kasus loncatnya Zainul. Para pengikut Zainul ikut berbondong-bondong mencontoh langkah sang gubernur.

"Saat ini banyak kader PBB di NTB yang ikut langkah Pak Zainul pindah ke PD. Saya sendiri pindah karena ikut Pak Zainul," ungkap Wakil Bupati Lombok Timur Syamsul Lutfi saat berbincang-bincang dengan detikcom.

Meski pindah ke lain partai, Syamsudin menampik jika dianggap hanya ingin cari selamat. Dia berkilah perpindahannya untuk kepentingan rakyat, terutama yang ada di wilayahnya. "Kami pindah partai bukan untuk kepentingan politik 2013 (Pilkada Lombok Timur) atau Pemilu 2014. Tapi semata untuk kepentingan rakyat," ujar Syamsul.

Syamsul juga tidak gusar bila dicap sebagai politisi kutu loncat. Apalagi saat ini PBB bisa dibilang bagaikan perahu yang akan karam. Sebab setelah tidak lolos ambang batas parlemen di Pemilu 2009, banyak kadernya yang sudah mencari selamat.

Di PBB, Syamsul sudah menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC). Namun ia berkilah sebenarnya ia hanya simpatisan PBB. Aktivitas sejatinya Syamsul bergiat di Ormas Nahdlatul Waton (NW), yang dipimpin Zainul. "Sebagai ormas, NW tak berafiliasi ke partai politik manapun. Sama seperti NU atau Muhammadiyah," elaknya.

Ambisi pada kekuasaan juga melatarbelakangi pindahnya Dede ke PD. Hingga kini Dede memang tetap merahasiakan alasan lompat pagarnya. Namun Ketua Umum PAN Hatta Rajasa membocorkan wakil gubernur Jabar itu ingin naik jabatan menjadi gubernur.

Dede sudah meminta izin Hatta, dan ketua umum PAN itu pun memberikan restunya. "Tadi (Dede) sudah minta waktu kepada saya. Dia mengatakan ingin jadi gubernur. Untuk itu dia memerlukan partai yang lebih besar. Saya mengatakan, silakan saja. Ini kan negara demokrasi," kata Hatta.

Dede mengirimkan surat pengunduran diri pada PAN pada 15 April 2011 lalu. Hingga kini ia belum mengirimkan surat permohonan untuk masuk PD. Tapi soal masuk PD itu hanya tinggal mengitung hari saja. Dede sudah sangat memperhitungkan matang-matang rencananya loncat ke PD. Ia juga sudah siap menanggung risiko disebut kutu loncat. "Nggak papa disebut kutu loncat. Yang penting bukan pengkhianat bangsa," kata Dede.

Meski Hatta memberi restu, PAN tetap terluka dengan pindahnya Dede. PAN misalnya menyindir Dede sebagai Malin Kundang, alias anak durhaka. Sindiran disampaikan Sekjen PAN Taufik Kurniawan. Ia mengimbau semua kader PAN untuk setia pada partai yang telah membesarkannya.

"Jangan seperti Malin Kundang yang mengkhianati ibunya yang telah melahirkan di saat Malin Kundang telah meraih kesuksesan. Ya kita hanya bisa mendoakan semoga semuanya baik-baik saja termasuk buat Dede," tutur Taufik kepada detikcom.

Taufik pun mengusulkan revisi UU Pemilukada untuk mengatasi para Malin Kundang. Para pejabat diminta meletakkan jabatannya dulu bila ingin lompat ke partai lain. Dengan revisi itu diharapkan tak ada lagi kader pragmatis yang berpindah partai setelah menjadi pejabat. 

"Ke depan memang harus direvisi UU pemilukada. Agar kepala daerah dari parpol yang mundur di tengah jalan dari parpol itu harus meletakkan jabatannya terlebih dahulu. Karena anggota DPR saja kalau keluar dari partai harus di PAW," harap Taufik.

Golkar yang sudah pernah menjadi korban kutu loncat pun kembali dibuat gusar dengan fenomena kutu loncat akhir-akhir ini. Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie buru-buru memperingatkan kader Golkar agar tidak berpindah-pindah parpol.

Bila parpol lain kebat-kebit, suasana yang beda ditunjukkan PD. Partai besutan SBY ini bangga dengan banyaknya kutu loncat menyerbu partainya. Anggota Dewan Pembina PD Ahmad Mubarok mengibaratkan partainya saat ini sebagai gadis cantik yang sedang jadi rebutan.

"Demokrat itu diibaratkan gadis cantik yang diburu pemuda, termasuk hidung belang. Tapi kalau hidung belang ya kita tolak," kata Mubarok.

Politisi PD Ruhut Sitompul juga menyambut baik melompatnya Dede. Ia keberatan bila politisi yang pindah parpol disebut sebagai Malin Kundang. Ruhut juga merupakan kutu loncat, ia pindah dari Golkar ke PD.

"Bodoh kalau aspirasi kita sebagai kader partai sudah tidak tersalurkan masih bertahan di partai itu. Saya 30 tahun di Golkar tidak jadi apa-apa, setelah pindah saya malah jadi anggota DPR," katanya.

Deden Gunawan - detikNews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar