Rabu, 06 April 2011

Umar Bin Khattab, Sang Presiden "Lapar"

Umar Bin Khattab Radhiyallahu anhu adalah seorang Presiden (--baca : Khalifah) yang tidak mementingkan dirinya sendiri. Tidak terkecuali dalam urusan makan. Beliau pernah menjauhi daging, susu, samin buat dirinya sendiri. Dan beliau mengisi perutnya dengan minyak zaitun pagi dan sore, dengan sedikit roti.

Dalam sebuah riwayat, konon beliau pernah merasa kepanasan karena minyak zaitun dan ia berkata pada Qoddimatnya ( --baca:pembantu), "Kurangi panas minyak itu dengan api". Minyak itu pun dimasak. Tetapi ternyata malah tambah panas. Perut beliau bertambah keroncongan.

Kalau sudah begitu maka ditabuhnya perut itu dengan jarinya, sambil berkata," Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap kuisi dengan minyak, sebelum rakyat bisa hidup dengan wajar".

Beliau selalu bersikap tegas pada keluarganya dan sikap tegasnya itu tetap berlanjut hingga masa paceklik berlalu. Ia tidak mengizinkan keluarganya makan dan minum banyak-banyak sedang rakyat sekitar mereka hidup dalam kondisi minus dan kelaparan. Ia sangat sedih melihat bencana yang menimpa rakyatnya itu, sehingga para sahabat sangat mengkhawatirkan keadaan beliau yang sedih sangat mendalam (terutama kesehatan) serta perhatiannya yang besar pada kaum muslimin.

Warna kulitnya jadi berubah, yang tadinya putih bersih menjadi hitam, karena terlalu sering ia makan hanya dengan minyak zaitun dan sering menahan lapar. Di tengah malam, ia sering bangun dan berdoa pada Allah, agar kaum muslimin tidak hancur saat ia menjadi khalifah karena kepemimpinannya.



Al-Baqarah (2) : 207

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ وَاللّهُ رَؤُوفٌ بِالْعِبَادِ
2.207. Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

Adakah Presiden itu akan muncul lagi di antara kita ?

Yang mendahulukan kenyangnya rakyat daripada ia & keluarga terdahulu?

Jawaban kita sudah pasti : TIDAK ADA....(atau BELUM?)

Kita bisa mengambil hikmah, bahwa kemuliaan seseorang bukan karena harta, jabatan, dan gelar yang disandang atau karena ia memimpin sebuah negara. Namun CARA ia memimpin dan cara ia bersikap adil dalam kepemimpinannya yang membuat ia begitu dicintai rakyatnya.

Kalau belum bisa tahan akan lapar, minimal, Presiden memberi contoh pola hidup sederhana, menerapkan hukum keadilan bagi diri dan keluarga.

SUNGGUH SANGAT BERAT MENJADI PRESIDEN, DAN LUCUNYA BANYAK INGIN JADI PRESIDEN.

Wallahu'alam bishawab.

HAS
Kembang Anggrek

Koleksi Mobil Mewah Melinda Dee

Mengintip Mobil Mewah Melinda Dee

Melinda Dee, wanita cantik yang juga tersangka kasus pembobol dana Rp17 miliar milik nasabah Citibank, menjadi sorotan publik saat ini. Tak hanya menyoroti siapa si cantik mantan Senior Relation Manager Citigold Citibank ini, tapi juga harta karun Melinda, salah satunya koleksi mobil mewahnya. Lalu semewah apa sih mobilnya?

  •  Hummer

Ilustrasi Hummer H3. Foto: Carsgallery.com

Hummer dipakai Andika Gumilang, pesinetron yang juga suami Melinda. Hummer 3 Luxury Sport Utility warna putih bernopol B 18 DIK ini dibeli Melinda seharga Rp 2 miliar.
Hummer sendiri adalah mobil mewah yang super langka, apalagi di Indonesia. Hummer hanya bisa dibeli oleh importir umum, maklum di negara kita belum ada agen resmi pemegang merk Hummer.
 
Dari catatan yang dikutip dari Vivanews.com, di Indonesia Hummer paling laris adalah model H3 dengan harga sekitar Rp3 miliar. Itu masih harga barunya, coba kita bandingkan dengan harga Hummer bekas, hampir tidak ada satupun Hummer yang dijual di bawah Rp1 miliar. Harga Hummer H-3 paling murah pun masih di kisaran Rp1 miliar (tanpa nego).

Hummer H-3 memang lebih laku di Indonesia, karena konon harganya relatif lebih murah dibanding Hummer tipe lainnya. Apa yang istimewa dari kendaraan gagah ini? Tentu selain harga mahal dan menaikkan gengsi, Hummer selalu diproduksi terbatas, body yang tahan peluru dan berlapis baja, dan juga tangguh menerjang segala medan, dan interior yang super ekslusif meski dari luar dandananya sangat macho. Tapi coba bayangkan, bagaimana rasanya mengendarai Hummer di tengah kemacetan Jakarta ya?
  

  • Mercedes Benz

Tak hanya Hummer H-3, Melinda juga memiliki Mercedes Benz tipe CLS 350 bernopol B 467 QW untuk putranya. Apa yang istimewa dari mobil keluaran Daimler Chrysler tahun 2004 ini?
Tidak saja unggul di kelas sedan mewah, tapi Mercy juga dikenal dengan mesinnya yang diklaim memiliki tenaga mumpuni tapi irit BBM, fitur interior & eksterior yang super mewah, fitur-fitur keamanan kelas tinggi dan telah menjadi merk kepercayaan kalangan ekskekutif di pasar mobil premium.

 
Mercedes Benz CLS 350 (nopol B 467 QW) untuk putra Melinda Foto: Kaskus.us

Harga second-nya pun relatif mahal, dengan perbandingan harga jual Mercy CLS ada kisaran rata-rata Rp1 miliar untuk keluaran tahun 2005. Tak salah jika Melinda memasukkan Mercedes di koleksi tunggangannya. Naik Mercy, gengsi pun naik!



  • Ferrari  
Ferrari warna merah F-430 Scuderia 4.300 cc bernopol B 5 DEE juga menjadi salah satu tunggangan yang diamankan Bareskrim Mabes Polri pada Kamis kemarin (31/03/2011) dari sebuah rumah mewah di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Menurut Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam, Ferrari Melinda menggunakan nopol palsu B 481 SAA, sementara Nopol aslinya adalah B 5 DEE. Dalam sebuah foto yang beredar di kalangan pewarta berita, Melinda tampak berpose di depan Ferrari merah seksinya.


Ferrari Scuderia F430 Foto: Kaskus.us

Eits... Tapi Ferrari milik Melinda bukan cuma satu. Ada 2! Bahkan yang satunya berjenis Ferrari California umurnya lebih baru dibanding dengan Ferrari F430 karena baru dilahirkan Ferrari pada 2008. Mobil bernopol B 125 DEE dengan mesin 4.300 cc ini dapat menyemburkan tenaga hingga 460 daya kuda pada putaran mesin 7.750 rpm, yang mampu melesat 0-100 km/jam hanya dalam waktu 4 detik!

Ferrari California Foto: Kaskus.us

Harga Ferrari bekas pun masih di kisaran minimal Rp 2 miliar untuk Ferrari keluaran 2004, sementara Ferrari F430 Coupe tahun 2008 masih ada di kisaran harga 7 miliar.

Selain gengsi naik, memilih Ferrari sebagai mobil koleksi juga berasa bagai seorang pembalap di sirkusit balap. Dengan tetap membawa body sedan, Ferrari dikenal sebagai mobil bertenaga super, interior yang canggih, garansi total, dan diproduksi terbatas. Tak heran jika hanya orang berduit dan kalangan pesohor papan atas saja yang menjadikan Ferrari salah satu hunian garasi mereka .



  • ALPHARD 
http://www.toyota.bebasgaya.com/wp-content/uploads/2011/01/alphard_4.jpg
 
Mobil keluaran Toyota kelas MPV ini juga jadi salah satu harta Melinda yang masih diburu polisi. Dengan harga baru sekitar Rp 1 miliar ini, bisa jadi ini adalah satu-satunya kendaraan dengan harga termurah yang dimiliki Melinda.
 
Mobil mewah memang membawa gengsi dan menaikan kelas pemiliknya, tapi jika didapat dengan cara haram, apa artinya gengsi yang dibangun. Harga diri hilang, mobil pun tak lagi dalam tunggangan!

Koleksi Mobil Christiano Ronaldo



Sebagai pemain termahal dunia, uang bukanlah masalah besar bagi seorang Cristiano Ronaldo. Gaji selangit membuatnya bebas membeli apa pun yang ia mau. Mulai dari rumah dengan luas tanah berhektar-hektar sampai dengan mobil-mobil termahal sejagad raya.

Tercatat CR7 memiliki begitu banyak mobil mewah di garasinya. Namun, ia memiliki selera tersendiri. Berikut ini 8 mobil mewah milik CR7 yang paling sering ia kendarai.


1. Bugatti Veyron
Ini adalah jenis mobil terdahsyat milik Ronaldo. Bagaimana tidak, Bugatti Veyron adalah mobil tercepat dan termahal di muka bumi. Top speednya yang mencapai 253 mph atau sekitar 407 Km/jam dan dapat mengalahkan mobil Formula 1 yang sanggup melaju hingga 360 km/jam. Harganya pun tak sembarangan, yakni mencapai US$ 1,2 juta atau sekitar Rp 10,8 miliar.



2. Rolls-Royce Phantom Drophead Coupe
Rolls-Royce merupakan merk mobil yang sangat disegani di Inggris. Mobil ini biasanya hanya dimiliki oleh para bangsawan atau orang-orang yang memiliki harta berlimpah. Hanya beberapa orang yang saat ini memiliki mobil jenis Rolls-Royce Phantom Drophead Coupe di Inggris. Bayangkan saja, harganya mencapai US$ 443.000 atau sekitar Rp 4 miliar. Yang menakjubkan adalah di dalam bagasi mobil ini terdapat sebuah “picnic boot”. Ketika bagasi dibuka, maka akan keluar sebuah lemari otomatis yang menyimpan beberapa botol champagne dan perlengkapan piknik lainnya.



3. Porsche Cayenne Diesel
Mobil ini baru meluncur bulan Mei lalu, namun CR7 yang sudah menunggu-nunggu sejak lama, langsung getol membelinya. Mobil ini memiliki mesin dahsyat yaitu mengusung mesin 3.0 liter V6 8 transmisi percepatan triptonic. Kecepatan maksimumnya pun hingga 218 km/jam. Untuk konsumsi BBM, mobil ini bisa menghabiskan 10,5 liter untuk jarak 100 km. Harganya, 49.000 euro atau sekitar Rp 600 juta.




4. BMW M6
Mobil ini telah mendapat pengakuan di seluruh dunia sebagai mobil impian bagi mereka yang suka otomotif dan bergaya sporty. Mobil ini tentu saja sangat cocok dengan pekerjaan Ronaldo sebagai seorang atlet papan atas dunia. Meski harganya mencapai 100.000 USD (sekitar Rp 900 juta), Ronaldo tak memiliki masalah untuk membeli dan memajangnya di garasi.





5. Porsche 911
Mobil ini sangat terbatas. Pihak Porsche hanya menyediakan sebanyak 356 unit. Untuk memboyong mobil beratap terbuka dengan gaya roadster klasik ini, Ronaldo rela merogoh kocek dalam-dalam sebesar 201.682 Euro atau sekitar Rp 2,4 miliar.






6. Bentley Continental GT
Mobil ini adalah Bentley terkuat yang pernah dibuat,dan yang pertama menembus kecepatan 320 km/jam. CR7 yang naksir berat mobil ini harus mengeluarkan dana sebesar US$ 375 ribu atau sekitar Rp 4,5 miliar untuk bisa mengendarainya.





7. Ferrari F430
Mobil sport dua tempat duduk ini sebenarnya telah pensiun. Namun, Ronaldo sangat sayang terhadap Ferrari jenis ini. Karena itu, ia tak mau menjual dan masih sering mengendarai mobil seharga US$ 188 ribu (kira-kira Rp 1,6 miliar) tersebut.






8. Audi R8
Mobil super ini dapat mencapai kecepatan puncak hingga 316 km/jam. Harganya pun juga selangit yakni U$D 109.000 atau sekitar Rp 982 juta.


Sumber: www.focus-global.co.cc

Koleksi Mobil Mewah Muamar Khadafi

 
Mobil koleksi Muammar Khadafi (Autoblog)
 
 
 
 Libya terus bergemuruh. Puluhan kota sudah dikuasai musuh Presiden Muamar Khadafi. Mereka tengah bergerak ke Tripoli, ibu negeri itu, bergabung dengan puluhan ribu orang yang berbaris di jalanan menuntut Khadafi mundur.
 
 
 
Empat puluh tahun memimpin Libya, Khadafi tidak hanya menumpuk kekuasaan di tanganya, tapi juga menumpuk hampir sebagian besar kekayaan negeri itu.  Dia memiliki villa mewah, helikopter pribadi dan kandang mobil mewah di sejumlah wilayah.

 
 
Dan Khadafi memberi nama kepada hampir semua mobilnya. Yang paling sohor adalah mobil bernama The Saroukh el-Jamahiriya yang artinya Roket Libya. Dinamakan  roket sebab badan mobil ini dirancang menyerupai roket.

 
 
Seperti dikutip Autoblog, Rabu 2 Maret 2011, Khadafi memperlihatkan mobil ini pertama kali saat acara 30 tahun revolusi Libya, atau sekitar 11 tahun silam.

 
 
Mobil ini desain aerodinamis layaknya mobil-mobil milik James Bond. Berkapasitas lima penumpang dan menggunakan mesin V6 dengan kekuatan 230 tenaga kuda. Interiornya dilengkapi jok kulit dan karpet khas Libya.
 
Sumber: bacaananda.blogspot.com

Megahnya Ketidakpedulian DPR

http://www.kampungtki.com/wp-content/uploads/gedungbarudpr2.jpg

Gedung baru DPR direncanakan akan dibangun pada Juni mendatang. Biaya pembangunan per ruangannya cukup fantastik, nyaris menembus Rp 800 juta. Luas ruangan per anggota DPR setelah dilakukan efisiensi sebesar 111,1 meter persegi. Dengan hitungan Rp 7,2 juta per meter persegi, maka untuk membangun satu ruang anggota DPR saja dibutuhkan anggaran Rp 799.920.000, hampir Rp 800 juta. Angka ini belum termasuk aksesorinya seperti mebel dan laptop.

Kemudian, luas gedung baru DPR ini secara keseluruhan adalah 157.000 meter persegi. Dana yang diperlukan untuk membangun gedung ini setidaknya memakan tak kurang dari Rp 1.16 triliun. Jumlah yang sangat bombastis!



Pembohongan Publik


Serta merta public mengkritik sikap DPR tersebut yang tidak memperdulikan realitas kehidupan mayoritas penduduk negeri ini. DPR sering menyebut dirinya wakil rakyat. Namun dalam kebijakannya, tak pernah sedikit pun mencerminkan keinginan rakyat. Hati nurani telah mati. Kejujuran apa lagi. Malah kebohongan yang terus menerus dipertontonkan.

Di antara kebohongan itu terkait pendirian bangunan baru yang super megah itu bahwa gedung yang sekarang telah mengalami kemiringan 7 derajat, gedungnya sudah hampir runtuh karena pondasinya sudah keropos. Hal ini terlalu mengada-ngada. Gedung yang ada saat ini dinilai masih layak digunakan. Kementerian PU bahkan sudah memprediksi ketahanan gedung hingga 35 tahun mendatang. Tidak hanya itu, keinginan kuat sejumlah anggota dan pimpinan dewan juga menimbulkan tanda tanya. Apakah transaksi atau idealisme?

Kita menyayangkan sikap para wakil rakyat yang bisa tertawa di tengah para kosntituennya yang menjerit kesusahan karena himpitan ekonomi. Padahal, jika dilihat dari kinerjanya, anggota DPR saat ini belum pantas mendapatkan fasilitas yang baik menunjang kinerja mereka. Contohlah gedung parlemen negara-negara demokratis yang perekonomiannya kuat, dan pendapatan per kapitanya tinggi, seperti AS, Kanada, Australia, Jepang dan Korea Selatan.

Di negara-negara itu, gedung-gedung parlemennya dirancang dengan tidak berlebihan, sesuai dengan kebutuhan
Padahal dana sebesar itu jika digunakan untuk kepentingan public, bisa membangunkan 116 unit rumah bagi fakir miskin dengan asumsi per rumah menghabiskan dana Rp 100 juta. Dengan harga tersebut masyarakat akan mendapatkan rumah yang bukan type RSSS (rumah sangat sederhana sekali) yang selama ini mereka tempati atau lebih diutaman bagi masyarkaat yang belum memiliki rumah.

Selain itu, dana Rp 1.16 triliun bisa digunakan untuk membuka lahan pertanian seluas 20 ribu hektar. Bukan rahasia umum lagi bahwa mayoritas petani kita saat ini merupakan petani penggarap alias tidak punya lahan. Karenanya tidak mengherankan jika nasib mereka masih jauh panggang dari api.

Seharusnya, DPR lebih mengutamakan kemegahan prestasi positif konstruktif daripada mengejar kemegahan fasilitas. Dengan begitu, mereka akan merengkuh dukungan legitimasi luas masyarakat, selain menghindarkan mereka dari pembangkangan kolektif kalangan akar rumput. Jika yang terakhir ini yang mereka pilih, jangan pernah bermimpin akan kembali ke gedung megah itu dengan selamat.


Politisi Busuk

Sikap para politisi di DPR yang tidak memperdulikan keadaan dan menegasikan kepentingan polls (umum) yang notabene telah memberikan mereka suara sehingga bisa duduk di salah satu kursi DPR, semakin menegaskan bahwa mereka sesungguhnya adalah politisi busuk, atau drakula yang hanya menghisap darah manusia lain untuk menyambung nafas. Karenanya, tidak ada sedikit pun kebaikan dalam diri mereka.

Sejarah membuktikan, keadaan suatu bangsa takkan terperbaiki jika dikuasai politisi/pejabat busuk yang dililit mentalitas koruptif, vested interests, pembohongan publik, "mumpung" isme, individualisme, rasisme, dan premanisme. Jalan-jalan haram seperti komersialisasi suara rakyat, ancaman, teror dan ulah premanisme, dihalalkan dalam berpolitik.

Politisi/pejabat busuk ikut bertanggung jawab atas kegagalan negeri ini memberikan hak-hak warganya. Fakta money politics di kalangan politisi/pejabat busuk, misalnya, melukiskan disposisi nurani yang mulai tumpul dan sesat. Duit menjadi penguasa nurani. Suara rakyat kecil dikhianati.

Padahal, mereka diantar rakyat kecil ke panggung politik. Kehendak rakyat kecil telah lama dikomersialisasi. Yang lebih memprihatinkan, kepentingan terselubung kaum politisi/pejabat busuk menggeser cita-cita dasar para pendiri republik yang ber-kemanusiaan, beradab, dan berkeadilan sosial.

Politisi/pejabat busuk memandang dunia dan isinya bukan sebagai kosmos, tetapi khaos dan realitas sosial yang perlu dipolitisasi. Egoisme individual dan kelompok dibenarkan dan disanjung. Dimensi tanggung jawab horizontal dan vertikal dari profesi politisi dilupakan.

Politisi lalai memperhatikan kepentingan polls (baca: umum), lebih mengutamakan kepentingan individual dan sektarian. Lingkaran nepotistik mendominasi pikiran politisi busuk. Akibatnya, kepentingan rakyat dan fasilitas umum luput dari sorotan politisi busuk sebab mereka dilanda demoralisasi.


Virus Disorientasi

Politisi/pejabat busuk berpotensi menyebar virus sosial di dunia politik, ekonomi, dan kebudayaan. Virus itu bernama disorientasi yang lebih berbahaya dibandingkan dengan sapi gila atau flu burung atau nyamuk aedes aegipty. Kualitas fisik dan batin penderita mengalami deteriorasi yang kronis akibat virus ini. Tiba-tiba penderita kehilangan akal sehat, perasaan, rasa kepatutan, dan juga hati nurani.

Virus disorientasi hidup subur di lingkungan politik yang kumuh, seperti air parit. Joroknya lingkungan seperti itu telah menjungkirbalikkan akal sehat, melanggar nilai-nilai dan norma-norma sosial, mengabaikan rasa keadilan, dan mengacuhkan kepentingan rakyat.

Mengapa tubuh para politisi/pejabat itu busuk dan menebar virus? Mereka busuk karena otak mereka bebal, wajah tebal, hati nurani ba’al, dan kehilangan akal. Itulah jika terlalu lama berpolitik dan berkuasa. Dan temyata kelompok politisi/pejabat busuk itu beranak-pinak dengan cepat, seperti ecenggondok. Bak makhluk seram dalam film Alien, mereka membuat koloni-koloni dengan menarik sekutu dari kalangan kampus, LSM, pengusaha, sampai dari dunia hiburan.

Kenapa pula geng busuk ini cepat tumbuh menjalar seperti pohon dolar? Soalnya, sebagaimana halnya buah durian, menjadi busuk itu enak. Dari pada melarat, begitu busuk mereka langsung menambah istri, rumah, mobil, rekening dollar AS dan rupiah. Orang-orang busuk ini sebenarnya ganjen. Walau sudah tenar dan kaya, mereka merambah ke mana-mana bagaikan Dasamuka berganti-ganti wajah. Ada pula kutu Ioncat yang hobi berganti-ganti partai politik seperti balita sehabis mandi ganti celana.

Ahmad Arif
Penulis adalah pemerhati masalah social, juga koresponden situs asyeh.com Arab Saudi. Berdomisili di Banda Aceh


Sumber: detik.com

Sembilan Tahun Umar Patek Disembunyikan CIA?

 http://www.philippinenewsdaily.com/wp-content/uploads/2011/03/umar-patek-jemaah-islamiya-most-wanted-arreste.jpg


Belum tuntas masalah isu dan penanganan teror bom buku dan teror bingkisan, kita dikejutkan dengan penangkapan gembong teroris Umar Patek di Pakistan. Umar Patek adalah aktor Bom Bali I pada tahun 2002, di mana akibat aksi terornya mengakibatakan 202 orang, 88 diantaranya warga Australia, tewas.

Ditangkapnya Umar Patek di satu sisi membuat banyak orang senang, sebab jaring-jaring terorisme semakin putus dan habis. Namun di sisi lain, tertangkapnya Umar Patek membuat beberapa pihak merasa takut dan jiwanya terancam, pasalnya penangkapan itu akan membuat aksi balas dendam.

Sehingga membuat pemerintah Australia memperingatkan kepada warganya bila hendak berkunjung ke Indonesia. Secara resmi di dalam websitenya, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia mengatakan bahwa warga Australia harus mempertimbangkan kembali perjalanan ke Indonesia, khususnya Bali.

Rangkaian terorisme dari bom buku hingga tertangkapnya Umar Patek menunjukan bahwa aksi terorisme di Indonesia belum habis dan tuntas penanganannya, meski gembong-gembongnya seperti Dr. Azhari, Dulmatin, Nordin M. Top, Trio Bom Bali I, sudah diekskusi oleh aparat keamanan.

Dengan tertangkapnya Umar Patek berarti menunjukan selama ini geliat teroris sepertinya tidak pernah berhenti. Terorisme seolah-olah silih berganti muncul. Mengapa hal demikian bisa terjadi? Faktornya. 'Pertama', kerja aparat keamanan dalam menangani terorisme kalau tidak kalah dengan kelihaian para teroris, ya mereka tidak serius untuk memberantas aksi-aksi para terorisme.

Misalnya, sampai saat ini aparat belum berhasil mengurai siapa sesungguhnya pelaku dari aksi bom buku. Apa motif dan tujuannya belum terungkap jelas. Karena aparat belum bisa mengurai dengan cepat, maka masyarakat mengambil kesimpulan tersendiri mengenai peristiwa itu. Misalnya, Farhat Abbas dan LSM Hajar melaporkan Dhani ke pihak kepolisian, beberapa waktu yang lalu, sebab paket bom tersebut adalah bohong alias sensasi liar yang diciptakan Ahmad Dhani sendiri.

Kemudian rentang waktu tertangkapnya Umar Patek memerlukan waktu yang sangat lama, yakni 9 tahun. Menjadi pertanyaan ke mana saja aparat keamanan selama ini? Menangkap Umar Patek adalah bukan hal yang sulit, sebab bila aparat keamanan Indonesia serius, pasti dibantu oleh aparat keamanan negara lain.

Soal bantuan dari negara lain itu contohnya, selepas Bom Bali I, polisi dan TNI sering melakukan latihan antiteror dan kerjasama penanggulangan antiteror dengan berbagai negara dan dengan biaya yang sangat besar. Misalnya saja kerjasama penanganan terorisme antara Indonesia dan Amerika Serikat yang dijalin sejak tahun 2005 sampai September 2008 dengan biaya bantuan Amerika Serikat sebesar US$400.000.

Menangkap Umar Patek sebenarnya sesuatu yang menggiurkan, sebab Pemerintah Amerika Serikat, yang warganya juga menjadi korban dalam Bom Bali I, memberikan hadiah sebesar US$1 juta bagi yang berhasil menangkap Umar Patek. Hadiah tersebut tentu lebih besar daripada bantuan biasa yang diberikan Amerika Serikat. Dan hadiah itu tentu bisa digunakan untuk lebih memantapkan kinerja aparat keamanan. Mengapa hal demikian tidak dilakukan oleh aparat Indonesia?

Sebab yang memangkap Umar Patek adalah aparat 'Pakistan State Intelligence Service', maka maka aparat negara itulah yang berhak mendapat hadiah sebesar US$1 juta. Dengan hadiah sebesar itulah, bisa jadi aparat keamanan Pakistan mampu membangun kekuatan keamanannya.

‘Kedua’, kapasitas Umar Patek sebagai seorang teroris sangat dipertanyakan, sebab bila ia seorang teroris besar dan sangat berbahaya pasti ditangkap sendiri oleh Amerika Serikat. Terbukti, Amerika Serikat selama 9 tahun membiarkan Umar Patek pergi ke mana-mana.

Lainnya halnya seperti dengan Muhammad Saad Iqbal Madni, Hambali, dan Umar Al Faruq. Ketiga orang tersebut diberitakan, sebab dirasa berbahaya bagi Amerika Serikat, maka mereka langsung ditangkap oleh CIA.

Dalam sebuah berita disebutkan, Muhammad Saad Iqbal Madni yang disinyalir anggota Al-Qaida digaruk petugas imigrasi Indonesia pada 9 Januari 2002. Warga Pakistan ini dideportasi, namun setibanya di bandara ia dibawa pesawat dinas CIA entah kemana.

Kemudian, 5 Juni 2002, Umar al-Faruq, warga negara Indonesia yang besar di Kuwait, ditangkap di Bogor, selanjutnya disebut dibawa oleh CIA ke Afghanistan. Nasib serupa juga dirasakan oleh Hambali. Warga negara Indonesia itu ditangkap Thailand, kemudian dibawa pula oleh CIA.

'Ketiga', penangkapan Umar Patek yang berasal dari informasi intelijen Amerika Serikat ('Koran Tempo', 2/4/11) ini sebagai salah satu bentuk untuk menimbulkan ketergantungan intelijen negara lain kepada intelijen Amerika Serikat atau CIA. Sebenarnya CIA mempunyai banyak info-info penting mengenai sepak terjang para teroris.

Meski Amerika Serikat negara paling bersemangat memerangi terorisme, namun dalam menghabisi para teroris, Amerika Serikat melakukan secara tidak serta merta. Ada beberapa langkah yang dilakukan dan disimpan CIA dalam memberikan informasinya kepada intelijen negara lain dengan tujuan untuk meningkatkan daya tawarnya. Dengan adanya 'terorisphobia', maka banyak negara yang membutuhkan 'lindungan' Amerika Serikat.

Daya tawar ini pula dilakukan agar intelijen negara lain bergantung kepada info-info CIA. Dari sinilah maka kooptasi yang dilakukan oleh Amerika Serikat kepada negara lain tidak hanya sebatas sumber ekonomi, namun juga sumber-sumber informasi intelijen. Sebenarnya Amerika Serikat bisa menangkap Umar Patek kapan saja dan di mana saja, namun Umar Patek dibiarkan berkelana agar intelijen Australia, Thailand, Indonesia, dan Philiphina penasaran.

Bahkan intelijen Australia, Thailand, Indonesia, dan Philiphina seolah-olah diperlombakan, yaitu siapa yang bisa menangkap Umar Patek mendapat hadiah. Jelas saja intelijen negara-negara itu tidak bisa menangkap Umar Patek sebab kecuali Amerika Serikat mereka tidak memiliki informasi keberadaan Umar Patek. Dari sinilah muncul pertanyaan besar, apakah selama 9 tahun ini keberadaan Umar Patek disembunyakan CIA?

Pertanyaan itu bisa saja dijawab, ya bisa saja disembunyikan CIA, sebab Amerika Serikat meski dengan musuh-musuh besarnya mereka bisa melakukan konspirasi atau bargaining posisi. Konspirasi antara Amerika Serikat dengan musuhnya pernah terjadi, salah satunya, ketika Amerika Serikat hendak mengadakan 'U. S Election 1980'. Di mana rivalitas antara Jimmy Carter dan Ronald Reagan begitu kuat.

Di atas kertas, Jimmy Carter lebih unggul. Untuk mensiasati hal yang demikian, Tim Sukses Reagan yang dipimpin oleh George H. Bush, mencari celah bagaimana selain Reagan bisa unggul dibanding Carter juga mampu memenangi pemilu.

Dengan kelihaian Bush, ia memanfaatkan penyanderaan 52 warga Amerika Serikat di Teheran untuk menaikan pamor Reagan. Akhirnya dengan konspirasinya, Bush mengadakan negoisasi dengan Pemimpin Revolusi Islam Iran Ayatullah Khomeini.

Konspirasi itu berjalan lancar sebab Khomeini kooperatif. Kooperatifnya itu dengan mengirim Perdana Menteri Iran Bani Sadr untuk melakukan negoisasi dengan Bush dan manajer kampanye Reagan lainnya, William Casey (Cassey di masa pemerintahan Reagan diangkat menjadi Direktur CIA), di Paris, Perancis, di sebuah tempat yang dirahasiakan.

Dalam negoisasi disepakati Iran sudi melepas 52 sandera asal ditukar dengan senjata antitank yang hendak dipergunakan untuk berperang melawan Irak. Tidak hanya itu, konspirasi lainnya adalah sandera itu dibebaskan saat Reagan melaksanakan pidato kenegaraan awal menjadi Presiden Amerika Serikat. Dari konspirasi kedua itu, Iran mendapat uang sebesar US$40 juta. Dari konspirasi yang disusun inilah menjadikan seolah-olah Reagan adalah Presiden yang berhasil melindungi rakyatnya dari aksi penyaderaan, sehingga Reagan seolah-olah menjadi pahlawan. Padahal sesungguhnya semuanya 'by design'.

Hubungan diam-diam Amerika Serikat dengan Iran tidak hanya itu saja, ada juga skandal Iran-Contra, yakni penjualan senjata ke Iran di mana keuntungan dari penjualan senjata itu disumbangkan ke pemberontak di Nikaragua. Skandal-skandal konspirasi Iran-Amerika Serikat itu semua berhasil ditutupi karena keterlibatan CIA.

Dari semua fakta itu menunjukan meski Iran dan Amerika Serikat di depan mata saling bermusuhan, namun di belakang mereka bisa melakukan konspirasi atau bargaining dengan tujuan saling menguntungkan ('Dirty War', Angkasa, Edisi Koleksi). Demikian juga halnya seolah-olah Amerika Serikat di depan mata berperang atau memerangi terorisme, padahal bisa jadi di belakang antara Amerika Serikat dan para teroris berkonspirasi.

‘Keempat’, dari rangkaian terorisme yang ada, terorisme ternyata muncul buka karena faktor ketidakadilan Barat pada dunia Islam saja, namun juga karena unsur-unsur dari luar. Unsur-unsur dari luar inilah yang sekarang dominan yang menyebabkan aksi-aksi terorisme, entah skalanya besar atau kecil.

Dengan provokasi dan permaianan intelijen, akhirnya membuat terorisme yang ada menjadi 'by design'. Terorisme yang terjadi diatur sedemikian rupa dengan tujuan untuk memfitnah, mejelekkan salah satu kelompok (saat ini dunia Islam yang distigmakan sebagai kelompok teroris), mengalihkan perhatian, untuk kepentingan politis dan ekonomi.

Kesuksesan Amerika Serikat dalam mem-'by design' terorisme itulah yang membuat negara itu, secara politik semakin menancamkan kekuasaannya di Timur Tengah, sementara secara ekonomi mampu menguasai sumber-sumber minyak di kawasan Timur Tengah.

Entah karena 'by design' atau bukan, terror bom buku mampu mengalihkan perhatian masyarakat Indonesia dari masalah-masalah pokok yang seharusnya diselesaikan, seperti soal pemberantasan korupsi dan 'abused power'.

Ardi WinangunPenulis Pernah Bekerja di Civil-Militery Relations Studies (Vilters) dan Peminat Studi Pertahanan

Sumber: detik.com


Kitakah Gayus Tambunan, Kitakah Melinda Dee itu…

1302061007964768644
berita8.com

Tidak sedikit orang menginginkan kehidupannya sebagaimana Gayus Tambunan, seorang staf pegawai pajak yang kuaya raya  dulu menikmati kekayaan yang diperolehnya. Demikian pula kehidupan yang dijalani oleh Melinda Dee, karyawan Citibank yang kaya raya pula.

Bukankah kita sering silau dengan penampakan kekayaan seseorang, dan sering menyepelekan penampilan kemiskinan seseorang. Menjadi pegawai harus kaya, menjadi politisi harus kaya, menjadi artis harus kaya bahkan menjadi ustadz atau kayi harus nampak kaya. Tentu saja kita boleh dan harus menjadi kaya, tetapi cara memperoleh kekayaan itu dan tujuan kita kaya harus lah jelas, bersih dan tentu saja diperoleh dengan cara yang halal.

Repotnya, kita tak pernah mau tahu dengan cara apa kekayaan itu diperoleh. Pokoke kuaya, titik. Maka berlombalah kita semua untuk berburu uang dengan segala cara. Sampai-sampai ada yang mengatakan cari yang HARAM aja susah apalagi cari yang HALAL. Segala upaya ditempuh untuk mendapatkan kekayaan. Kalau jadi maling jangan tanggung-tanggung, akibat sama juga, jika ketangkep dikandangin juga. Yang maling voucher handphone 10.000 rupiah ditangkap polisi, sekalian saja maling 10.000 dollar. Artinya dengan uang sebesar 10.000 dollar kita masih berbagi dengan oknum petugas agar kita bisa dibebaskan. Kita masih bisa berbagi dengan uang hasil penggarongan itu.


13020610491011589766
bi2t.com

Untuk membela maling voucher, sangat sulit mendapatkan pengacara kondang. Tetapi untuk seorang Gayus, untuk Melinda Dee, para pengacara kondang berebut untuk membelanya. Tentu hanya satu tujuan, bagaimana mereka bisa mendapatkan fee yang besuaar dari klien kakapnya.

Kita tak beda dengan ummat Israel, ummat Yahudi, tatkala mereka cemburu, iri dan kepengen mempunyai kekayaan sebanyak Qorun punya. Tetapi ketika Qorun ditenggelamkan ke dalam perut bumi, mereka sadar bahwa kekayaan yang diperoleh oleh seseorang tidak menjamin keselamatan dirinya. Jika bisa, jika tidak ketahuan. Kita mau seperti Gayus, kita menghendaki kehidupan Melinda Dee. Dalam perburuan harta tak beda pria maupun wanita. Gayus berbekal dengan pengetahuan tentang pajak dan jaringannya mampu mengumpulkan miliaran rupiah, demikian juga Melinda Dee dengan bekal kecantikan, kecerdasan dan pengetahuan tentang produk perbankan, mampu mengecoh dan merogoh kantung para nasabahnya hingga miliaran rupiah.

Ismail Solichin


Sumber: kompasiana.com

Tolak Bertanding Lawan Israel, Indonesia Lewatkan Piala Dunia 1958

Tolak Bertanding Lawan Israel, Indonesia Lewatkan Piala Dunia 1958
 
 
Piala Dunia 1958 yang berlangsung di Swedia. Indonesia melewatkan momen berharga ini karena memilih tidak melawan Israel.

Setelah tampil di Piala Dunia 1938 Prancis, Tim nasional Indonesia berpeluang besar mengulangi capaian serupa di Piala Dunia Swedia 1958.

Indonesia bahkan tinggal selangkah lagi lolos karena hanya menyisakan satu partai penentuan zona Asia. Lawan yang dihadapi pun hanya tim lemah Israel. Namun karena sang lawan itu pula Indonesia memilih tidak lolos. Timnas memilih tidak tampil di piala dunia ketimbang berada satu lapangan dengan tim Israel.

Keputusan ini juga tidak terlepas sikap tegas Presiden Soekarno yang dikenal sangat anti-Israel.  Tidak hanya Indonesia, sejumlah Negara lain yang diberi kesempatan oleh FIFA menggantikan Indonesia juga menolak tampil. Tercatat Sudan dan Turki menolak untuk bertanding dengan Israel. Belgia pun menyatakan hal serupa.

Di saat FIFA kebingungan mencari lawan yang bersedia tampil dengan Israel, tim papan bawah Eropa, Wales pun menyatakan kesediaannya. Melawan tim papan bawah Eropa ternyata tidak juga member keuntungan bagi Israel.

Wales sukses mempermalukan Israel lewat kemenangan kandang-tandang dengan skor masing-masing 2-0. Alhasil Wales pun lolos ke piala dunia Swedia 1958.





FIFA Akui Indonesia Sebagai Peserta Piala Dunia




FIFA Akui Indonesia Sebagai Peserta Piala DuniaTim Nasional Hindia Belanda dalam Piala Dunia 1938.

Kendati saat itu masih bernama Hindia Belanda, Federasi Sepak Bola Dunia FIFA tetap mengakui Indonesia sebagai salah satu peserta piala dunia tahun 1938. Di laman resmi FIFA, Indonesia tercatat sebagai salah satu Negara di dunia yang pernah berpartisipasi di ajang sepak bola paling prestisius  di dunia tersebut. Capaian inilah yang merupakan satu-satunya prestasi Indonesia yang didokemntasikan di situs FIFA.

Dalam keikutsertaannya tahun 1938, Indonesia (Hindia Belanda) hanya menjalankan satu pertandingan, yakni saat berhadapan dengan tim tangguh Hongaria. Dalam pertandingan itu, Indonesia kalah telak 0-6. Di piala dunia tahun 1938, Indonesia diperkuat campuran pemain lokal, keturunan Tionghoa, dan Belanda.

Para pemain yang memperkuat Hindia Belanda, di antaranya adalah penjaga gawang Mo Heng , Sutan Anwar, Achmad Nawir. Saat tampil di piala dunia, bukan Indonesia Raya yang berkumandang, melainkan lagu kebangsaan Belanda. 

Keikutsertaan di Piala dunia Prancis 1938 merupakan kali terakhir Indonesia tampil di Piala Dunia karena hingga kini tim Garuda selalu gagal masuk putaran Final. Dalam empat kualifikasi piala dunia terakhir, Indonesia bahkan gagal di babak awal kualifikasi.

 Kini babak kualifikasi Piala Dunia 2014 Brasil telah menjelang. Indonesia dijadwalkan bertemu Turkmenistan di babak ke dua kulifikasi. Jika berhasil melewati Turkmenistan, bukan berarti pekerjaan mudah bagi Boas Solossa cs untuk melangkah ke Brasil.

Tim nasional harus melewati putaran ketiga dan keempat yang memakai sistem grup. Hanya peringkat pertama dan kedua grup (final zona Asia) yang langsung lolos ke Brasil. Sedangkan peringkat tiga terbaik mendapat kesempatan melakoni laga Playoff melawan juara zona Oseania.

Sumber: republika.co.id

Pemberantasan Korupsi: Mulailah dari Pemerintahan Desa

1302026167627897458
Gambar dari Geogle

Korupsi (bahasa latin : corruptio dari kata kerja corrumpere bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalikkan, menyogok). Secara harfiah korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. ( Wikipedia Bahasa Indonesia).

Dalam kontek yang lebih kecil dalam kehidupan di desa pun tidak jauh dari korupsi yang dilakukan oleh Aparatur pemerintah desa,  lembaga-lembaga desa dan masyarakat. Kalau dari sisi desa saja terjadi korupsi yang maha dahsyat tentu akan memberikan warna bagi negeri ini. Upaya pemberantasan korupsi sangat sulit karena telah Bersama-sama dalam melakukan tindakan korupsi tersebut. Melawan arus tersebut hanya akan mati konyol ketika kita akan menjadi Pahlawan dalam pemberantasan korupsi di desa.

Sebagai ilustrasi singkat dalam pemerintahan desa setiap tahunnya mendapatkan alokasi dana desa (ADD) sekitar 130juta pertahun. Hasil pengamatan dalam memfasilitasi pemberdayaan masyarakat di perdesaan Bahwa ADD tersebut ada alokasi untuk pembangunan prasarana sekitar 20juta dan  untuk  pembangunan ekonomi  10 juta. Hampir 3 tahun saya mengamati kenapa Alokasi dana yang begitu besar dari ADD untuk pembangunan prasarana dan pembangunan ekonomi hampir tidak ada realisasinya dilapangan.

Untuk pembangunan prasarana sebesar 20 juta ketika ditelusuri ternyata hampir di korup dan dibagi rata ke dusun-dusun untuk pembangunan prasarana ternyata hampir realisasinya kok tidak ada kalopun ada paling cuma berapa kubik batu pecah untuk pembangunan jalan.

Untuk Pembangunan ekonomi yang dialokasikan 10juta pertahun biasanya untuk bumdes (simpanpinjam) ternyata hanya menjadi bancakan para pejabat desa (aparatur desa beserta konco-konconya) dan tidak ada perkembangannya dari kegiatan itu. Dana 10 juta menguap begitu saja tidak ada pertanggungjawabannya ketika akhir tahun.

Dari gambaran singkat tersebut tentu timbul pertanyaan kenapa Korupsi begitu membudaya dan susah untuk diberantas ???? 

Hanya satu Jawabannya : Karena Korupsi dilakukan secara Bersama-sama. 

Melakukan tindakan korupsi ternyata dilakukan oleh semua elemen baik dari pemerintah baik dari jajaran pemerintah daerah, kecamatan dan desa, lembaga-lembaga desa seperti BPD, LPMD, dst.

Pemerintah Daerah melalui Bawasda setiap awal tahun melakukan audit tetapi hampir belum pernah ada temuan padahal untuk prasarana dengan anggaran sebesar 20 juta tidak ada realisasinya dilapangan hanya ada administrasi laporan pertanggungjawaban dan ternyata tidak pernah cek lakosi kegiatan. Ketika ada audit dari bawasda para kepala desa dan kepala uptd  sibuk ngumpulin uang untuk akomodasi (sogokan/suap).

Pemerintah Kecamatan mendapatkan hasil dari jasa untuk pengajuan ADD ke pemerintah daerah. Karena merasa membantu mendapatkan pencairan ADD maka setiap pencairan ADD kepala desa sudah mengalokasikan untuk kecamatan.

Aparatur desa mulai kades, sekdes, kaur-kaur dan kepala dusun beserta BPD dan LPMD jelas merasakan nikmatnya setiap pencairan ADD. Alokasi untuk pembangunan prasarana dan ekonomi tidak jauh dari mereka ini yang mengemplang dana ADD itu.

Pengawasan  masyarakat sangat sulit diharapkan karena mendapatkan alokasi pembinaan untuk PKK, Karangtaruna, Kaderposyandu, Guru ngaji, RT, semua menikmati ADD tersebut. Maka sangat sulit mengharapkan masyarakat melalui para pengurus atau tokohnya protes walaupun tahu dan menyaksikan terjadinya korupsi dilingkungan pemerintahan desa.

Setelah ADD cair di desa tidak sedikit para “wartawan” dari berbagai media yang datang silaturohmi” ke kantor desa.

Potret buram penyelenggaraan pemerintahan desa di daerah yang jauh dari kota kabupaten. Walaupun tahu terjadi korupsi akan aman-aman saja karena sudah dilakukan secara bersama-sama. Mencoba teriak korupsi dalam pemerintahan desa hanya akan mejadi Pahlawan kesiangan yang akan dimusuhi oleh semua unsur pemerintah dan masyarakat. Melaporkan terjadinya korupsi ??? mungkin hanya akan mati konyol saja, Korupsi sudah menjadi Lingkaran setan yang sulit untuk diberantas dan mengganti pejabat desa seperti pemilihan kepala desa, walaupun kepala desa yang terpilih adalah orang yang kredibilitasnya baik tetapi ketika masuk kedalam sistem menjadi tidak berdaya juga.

Putus asa kah kita…
Oh tidak…Masih ada harapan untuk memperbaikinya.
Melalui Pemberdayaan Masyarakat….!!!!!!

Thedjo aza
Sumber: kompasina.com
 

Mereka Wakil Rakyat ……………….

Alangkah terhormatnya menyandang predikat sebagai  Wakil Rakyat. Kita, sebagai orang yang diwakili memanggil mereka dengan sebutan “anggota dewan yang terhormat”.

Apa sih sebenarnya wakil rakyat itu…..?

Wakil, dalam bahasa Arab berarti tempat bersandar, artinya siapapun yang menjadi wakil harus siap dan mampu menjadi tempat sandaran bagi yang diwakili.  Seorang wakil mestilah memiliki kesiapan mental dan kapasitas profesional untuk menjadi tempat sandaran dan pengaduan mereka yang diwakili. Makna lain dari wakil dalam tradisi barat adalah representasi.  Sebagai representasi,  menjadi sangat janggal bila tidak memahami dan memperjuangkan yang diwakilinya. Rakyat,  dalam bahasa Arab mengandung dua arti, yaitu himpunan massa yang perlu dijaga serta tempat kembali. (Komaruddin Hidayat,  MetrotvNews.com,  02 Agustus 2010).

Dengan demikian seorang wakil rakyat haruslah mampu memahami dan memperjuangkan nasib sehimpunan massa yang diwakilinya.  Sudahkah kita melihat itu..?

Pertanyaan selanjutnya, pantaskah tempat bersandar itu menjadi melankolis, menjadi cengeng  dengan mengeluarkan kalimat kalimat  “saya di dzolimi”,  “Saya teraniaya”…?

Dengan membaca  tulisan Im Sumarsono, Inilah.com , 02/02/10 yang mengutip tanggapan Ikrar Nusa Bhakti, kita mungkin bisa mendapat jawaban dari pertanyaan itu.

‘Teraniaya atau terdzolimi itu hanya berlaku bagi kaum yang lemah.  Kaum yang tertindas.  Tidak ada yang namanya penguasa atau orang yang sedang memegang kekuasaan menyebut dirinya terdzolimi.  Bagaimana bisa terdzolimi atau teraniaya, dia yang memegang kekuasaan?.  Rakyat sudah memberikan mandat.  Itu tipikal politisi cengeng saja.” 

Gus Dur telah meninggalkan kita, tapi ada sebutan beliau kepada orang orang di lembaga wakil rakyat ini yang mungkin tak pernah kita lupakan. ‘Anak TK ‘.

Cap anak TK pada DPR tidak pernah hilang.  Terlebih bila anggota parlemen tidak bisa menunjukkan etika dan kinerja yang baik untuk kepentingan rakyat. Waktu,  katanya,  bisa menyembuhkan segala luka.  Waktu juga akan membuat seseorang tumbuh kembang dan menjadi dewasa. Tapi bagi anggota DPR, waktu seperti tidak mengubah apa-apa.  Anggota DPR tidak kunjung beranjak dari dunia  ‘taman kanak-kanak’

Pergantian waktu bagi DPR seperti jeruk purut yang mengkerut.  Polah anggota DPR tetap sering membikin kita cemberut.  Entah sampai kapan kita harus bersabar. He he he …(Muhammad Nur Hayid, DetikNews, 03/03/10).

Dari tiga kutipan tulisan  diatas,  kita mungkin telah bisa menjawab pertanyaan:  Mereka Wakil Rakyat..?
Wallahu’alam.

 Novarizqa Saefuddin

Sumber: kompasiana.com

PNS, CPNS, dan Malinda Dee

Dua kali mengetes kejujuran para kondektur Metromini 640 Jurusan Tanah Abang Pasar Minggu, hasilnya kurang memuaskan. Caranya? Diam-diam saya membayari ongkos Metromini teman satu instansi saya, walau tidak kenal. Saya memberi uang 4000 perak kepada kondektur untuk ongkos angkut saya dan teman yang ada di depan. Saya tunjuk dari belakang seorang perempuan berjilbab. Saya yakini betul kondektur itu untuk tidak menagih lagi ongkos padanya.

Kondektur melewati teman saya walau ia sudah menyodorkan uangnya. Dan ketika sudah sampai ke tujuan dan ia hendak turun, teman saya itu kembali menyerahkan uang dua ribuannya kepada kondektur. Kondektur itu melihat dulu ke arah saya, karena dia tahu saya mengawasinya, ia cuma bilang “sudah dibayari sama yang di belakang.” Teman saya bingung siapa lagi yang bayari dia. Saya pura-pura melihat ke arah lain. Apa coba yang terjadi kalau saya tidak memelototi kondektur itu?

Hari yang lain juga sama. Untuk ini saya serahkan uang enam ribu rupiah kepada kondektur buat dua orang teman saya yang ada di depan, tentu tanpa sepengetahuan mereka. Kondektur melewati mereka. Namun karena dua teman saya itu tak tahu ada yang membayari mereka maka pada saat turun mereka tetap menyerahkan uangnya kepada kondektur. Kondektur itu menerimanya walau tahu mereka sudah dibayari saya. Seharusnya kondektur itu bilang, “ada yang bayarin.” Apa susahnya? 

Dua orang kondektur itu bagi saya masih diragukan kejujurannya. Tapi eksperimen saya masih sumir karena mengambil sampel yang cuma sedikit. Yang membanggakan adalah teman-teman saya dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ini, integritas mereka teruji sudah. Merasa belum bayar, mereka tidak langsung menyimpan uangnya kembali ke saku, memanfaatkan kesempatan lupanya kondektur untuk mengirit dua ribu perak, tetapi membiarkan uang itu tetap dipegang di tangannya dan akan diserahkannya pada saat turun nanti. 
Akan ada yang berpikir begini bahwa mereka—teman-teman saya ini—belum teruji karena cuma disodorkan kesempatan “menilap” uang recehan yang tidak bernilai itu. Kalau uang milyaran di depan mata, siapa tak akan mau? Sebenarnya jawabannya mudah. Kalau yang kecil saja tidak bisa ditolak bagaimana mungkin akan menolak yang bernilai besar? Semua itu dimulai dari hal-hal yang kecil. Hari itu saya bangga mempunyai teman seperti mereka.

Di kesempatan lain, ada teman yang pernah menjadi calon Pegawai Negeri Sipil (PNS) di daerah Kalimantan namun meninggalkan kesempatan besar untuk menjadi PNS itu hanya karena banyak hal yang bertentangan dengan idealismenya. Saya ingin menceritakannya sepintas.

Seperti kita ketahui bersama, begitu banyak orang terpikat untuk menjadi PNS, oleh karenanya saat lowongan penerimaan PNS dibuka, ribuan orang turut serta berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri. Bagi yang tak mau capek dan ingin hasil yang instan, segala cara bisa dipakai. Mulai dari menggunakan jalur koneksi, dukun, sampai sogok menyogok. Seringkali pada akhirnya mereka hanya menjadi korban penipuan saja.

Tak masalah jika dari hasil seleksi itu yang diterima adalah mereka yang benar-benar berkualitas. Masalahnya adalah jika mereka yang tak mau capek dan memakai segala cara itu ternyata ikut diterima juga. Lalu akan jadi birokrat seperti apa mereka? Pun, apakah mereka yang diterima dengan cara yang benar dijamin akan menjadi seorang birokrat yang mampu memegang idealismenya? Tentu ini tergantung antara lain dari budaya yang ada di tempat kerjanya, keteladanan para seniornya, dan komitmen para pemangku kepentingan utama untuk menjalankan good corporate governance.

Ceritanya, teman saya ini diterima sebagai CPNS dengan cara yang jujur dan langsung ditempatkan di salah satu dinas di sana ketika lulus. Hanya empat bulan dia bertahan dengan suasana yang penuh ujian terhadap integritasnya. Mulai dari disuruh me-markup laporan pertanggungjawaban, lembur dan rapat fiktif, menerima uang tidak jelas sebesar 50 ribu sampai 100 ribu rupiah sehari, atau sekadar dicatut namanya pada kegiatan tertentu lalu ia tinggal menikmati hasilnya. Ia protes atas semua itu.

Ia yang sudah diajarkan tentang nilai idealisme dan menyampaikan kebenaran walau pahit sejak kecil, merasa menjadi PNS bukan dunianya lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya, keluar dari menjadi Calon PNS. Dengan meninggalkan kesempatan untuk menjadi PNS, gaji Rp3,5 juta waktu itu dan akan bertambah besar, serta mendapatkan jaminan pensiun kelak. Dan ia bersedia untuk membayar Rp10 juta untuk pengunduran dirinya. Sekarang ia hanya menjadi seorang guru SDIT saja. Mendengar ceritanya, hari itu saya bangga mempunyai teman sepertinya. 

Dua cerita ini menjadi sebuah jawaban atas pertanyaan saya sendiri pada saat diskusi di dalam bus yang membawa kami pulang dari Pengadilan Pajak. Masih adakah orang jujur untuk melanjutkan reformasi birokrasi yang dirasa berjalan lambat ini dan karena adanya peristiwa-peristiwa yang mencederai semangat reformasi itu? Faktanya ada. Masih banyak orang jujur. Tidak hanya di DJP, di luar DJP juga tidaklah sedikit.

Begitu pula potensi korupsi dan orang-orang yang tidak jujur tidak hanya ada pada instansi pemerintah, tetapi juga pada instansi swasta yang profesional dan kredibel, seperti Citibank misalnya. Sebagaimana sudah diketahui kalau Citibank ini adalah bank terkenal, mendunia, disebut juga sebagai universitas perbankan, mempunyai kultur kerja yang baku, nilai-nilai yang sudah inheren, sistem perbankan yang canggih dan modern. Tetapi sebutan itu tak berdaya di hadapan seorang Malinda Dee yang disangka telah membobol lebih dari Rp17 milyar selama 3 tahun.

Malinda diuntungkan karena tempatnya bekerja. Dia tidak langsung disebut sebagai seorang koruptor ketika menyelewengkan uang nasabah, cuma penggelap. Beda dengan teman-teman saya di atas jika tidak melakukan perbuatan tidak jujur itu. Stigma koruptor langsung melekat. Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring disebutkan pelaku yang menyelewengkan uang Negara atau perusahaan adalah koruptor.

Jarang pengamat yang menyalahkan sistem perbankkannya yang bobrok, semuanya mengarah pada niat dan kesempatan terbuka yang dimanfaatkan oleh Malinda. Tidaklah sama dengan yang diterima institusi pemerintahan seperti DJP yang berusaha untuk menjadikan sistem pelayanannya diterima masyarakat dengan baik. Seberapa bagusnya sistem tersebut, selain orang yang disalahkan maka sistemnya pun menjadi ajang terbuka untuk dihujat. Inilah risiko ketika reformasi birokrasi dimulai dari sebuah awal yang buruk berupa stigma masa lalu: birokrasi korup.

Pada akhirnya teman-teman saya di atas, PNS dan CPNS itu, terbukti lebih bersahajanya daripada Malinda Dee ketika kesempatan itu terbuka di depan mata.


Riza almanfaluthi

Sumber: kompasiana.com

Prajurit Polisi Nyanyi Diancam Sanksi, SBY Nyanyi Dipuji

13020182581695398665

Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)


Anggota Polisi yang aksi nyanyi Indianya bisa dilihat publik secara luas melalui situs Video Youtube  kini sangat populer dan ramai dikunjungi banyak orang di dunia maya. Popularitas prajurit polisi ini ternyata tidak berbanding lurus dengan sikap institusinya yang justru akan memintai keterangan  dan pertanggungjawaban sehingga yang bersangkutan bisa dikenai sanksi.

Ancaman sanksi yang telah menunggu Brigadir Satu Norman Kamaru itu dikarenakan yang bersangkatan dianggap melanggar etika karena menjalankan aktivitas bernyanyi  saat berdinas dan berpakaian resmi Kepolisian. Semua    ini terjadi karena aksi prajurit polisi itu masuk ke situs Video YouTube sehingga dengan leluasa bisa diakses secara mudah dan luas oleh publik seantero dunia.
Prajurit polisi ini tentu tidak mengira jika aksinya akan menyita perhatian banyak pihak. Aksi ini menyanyi juga terlihat dilakukan secara spontan, sehingga tidak memiliki target komersial apalagi bermotif pencitraan  seperti yang sering dilakukan kaum politisi/ pejabat.
Terhadap ancaman yang secara serius akan diberikan kepada Polisi yang ketahuan bernyanyi India itu tentu tidak terlalu urgen dan cenderung dibesar-besarkan  karena masih banyak persoalan yang melilit citra Polri yang justru lebih berat dan mendesak untuk diselesaikan.  Kasus rekening Gendut dan Mafia Pajak Gayus Tambunan yang diduga menyeret beberapa perwira tinggi justru lebih memalukan dan mencoreng citra Polri sehingga wajib segera dituntaskan.

Tersebarnya video polisi menyanyi itu sesungguhnya tidak perlu serius disikapi oleh  karena yang dibutuhkan justru penyaluran hobi dan pembinaan yang tepat, bukan menjatuhkan sanksi  yang akan mematikan kreatifitas seninya. Pemberian sanksi kepada prajurit polisi ini juga terkesan diskriminatif karena faktanya banyak juga pejabat negara yang sering bernyanyi  dan berjoged ria di hadapan publik tetapi tidak pernah diberi sanksi oleh siapapun juga.

Perlakuan prajurit polisi yang bernyanyi India itu tentu sangat berbeda denganperlakuan terhadap  Presiden SBY yang juga memiliki kegemaran bernyanyi dihadapan publik dan sekaligus merekamnya. Ketika SBY bernyanyi maka posisinya sebagai Presiden adalah tetap melekat selama 24 jam dan tidak pernah ada yang berani mempersoalkan, apalagi mengancam akan memberi sanksi.

Itulah fakta diskriminasi yang terjadi, dimana Prajurit Polisi Nyanyi diancam Sanksi,  sementara SBY Nyanyi selalu di puji.  Perlakuanl ini sangat kontradiktif, karena keduanya menjalankan aktivitas yang sama yaitu menyalurkan hoby “bernyanyi”   disela-sela  menjalankan tugas negara.

Itulah fakta diskriminasi yang ada di depan mata, dimana sanksi hanya keras diberlakukan kepada yang kecil, lemah  dan tak berdaya, sementara kepada sang Boss maka sang pemberi sanksi justru selalu memuji  karena tak punya nyali sedikitpun untuk memberi sanksi.

Jika prajurit polisi yang bernyanyi diberi sanksi, maka Presiden SBY seharusnya diberlakukan tidak berbeda. Yang menjadi persoalan, siapakah di negeri ini yang berani mengancam sanksi kepada Presidennya yang suka bernyanyi ?   
Inilah simbol diskriminasi keadilan yang nyata dan sedang ada di depan mata kita.

Aly Imron DJ


Sumber: kompasiana.com