Kamis, 30 Juni 2011

Masa depan dan Kehancuran Negara Israel

Beberapa hari yang lalu saya berdiskusi dengan hangat dengan beberapa teman di sini, tentang konflik Israel/Israil dan Palestina. Sesuatu hal yang wajar jika kita membela dan berada di salah satu fihak yang bertikai, dan itu biasanya berkaitan dengan sesuatu yang sangat emosional, yaitu kedekatan agama dan keyakinan. Tapi saya berharap kita tetap berada dalam sebuah jalur yang benar, jujur dan berimbang dalam melihat dengan seimbang, terukur dan adil dalam melihat konflik yang tak berkesudahan ini.

13094200691526373262



Bangsa Yahudi sering kali menggunakan istilah sebagai “bangsa terpilih”, yang berarti juga sebagai sebuah bangsa yang paling disayang, terkadang istilah sebagai “bangsa terpilih” ini begitu menganggu pikiran saya, jika memang ada sebuah bangsa yang terpilih berarti harus ada bangsa yang tidak terpilih, begitu juga ada bangsa yang tidak disayang, logika yang sederhana dan berbalik seimbang. Tapi pertanyaannya, apakah Tuhan memiliki sifat seperti itu, sifat yang hanya di miliki oleh manusia seperti kita, sifat dasar sebagai manusia? sama seperti saya. Dogma/Logika ini tentu sulit saya mengerti, tapi untuk beberapa hal saya biarkan saja mereka (Yahudi) untuk meyakini dan memahami apa yang mereka yakini.


Bani Israel/Israil pasca eksodus dari negeri Mesir. (sudut pandang study Islamic Archaeologi)

Salah satu tujuan penting hijrahnya bangsa bani Israel/Israil adalah tentang pengenapan janji Tuhan kepada mereka, tentang sebuah tanah yang telah di janjikan bagi mereka, yaitu bumi Palestina. Wilayah – wilayah ini pada mulanya di kuasai raja – raja Filishtin/ raja bangsa Palestina. Oleh karena itu Al-Qur’an menggunakan kata kerja “mewarisi” untuk penyebutan pengambilalihan bani Israel/Israil atas tanah suci ini (Palestina).

Al-Qur’an juga menyebut bahwa tanah yang diwarisi buat mereka (Yahudi) hanyalah bagian timur dan baratnya saja (Ini berbeda dengan realita sekarang). Dalam sebuah dialog yang tercatat :

“ … ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, … Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah di tentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh) dan menjadikan kamu menjadi orang – orang merugi.”

“Mereka berkata,” Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri ini ada orang – orang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali – kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari padanya, jika mereka keluar dari padanya, pasti kami akan memasukinya.”

Dalam dialog ini jelas, bahwa klaim bangsa Yahudi bahwa tanah palestina adalah tanah tak bertuan dan tak memiliki penguasa gugur atas sebuah realita sejarah. Dan sejarah pun mencatat pada masa Musa, rakyat Israil hidup terlunta – lunta karena mereka tidak berani memasuki bumi (Palestina) ini.

Sampai datangnya nabi Daud a.s yang memerangi bangsa Filishtin dan membunuh raja mereka. Daud lalu mendirikan kerajaan Yahudi di atas tanah Palestina untuk pertama kalinya dalam sejarah perjalanan bangsa Israel/Israil setelah hidup terlunta – lunta di bumi ini, maka genaplah janji Tuhan bagi mereka pada masa itu.

Puncak kejayaan bangsa ini terjadi pada masa nabi Sulaiman a.s. Kerajaan Yahudi membentang luas, tapi sayangnya setelah kematian Sulaiman, bangsa Yahudi terpecah belah dan membuat kerajaan mereka terpecah menjadi dua. Satu di utara dan satu lagi di selatan. Penyebab perpecahan mereka ialah sepuluh dari dua belas suku memberontak kepada raja penganti yang berasal dari keluarga Sulaiman dan mereka mendirikan kerajaan di utara dengan nama Israel.

Dalam muqadimah kitab raja – raja disebutkan pada tahun 722 SM, bangsa Assiria menyerang kerajaan Israil di bagian utara dan menghancurkannya. Lalu di ikuti 130 tahun sesudahnya, bangsa Babilonia menghancurkan kerajaan Israil(Yahudza) di selatan.

Hampir di semua buku – buku sejarah sepakat bahwa setelah kehancuran pertama (1) Israel sebagai sebuah Kerajaan/ Negara tak pernah lagi ada kerajaan atau negara yahudi yang berdiri kecuali baru pada tahun 1948 M di bumi Palestina ini.


Masa pembuangan/ diaspora

Setelah hancurnya kerajaan mereka di tangan Babilonia, bangsa Yahudi di usir dari bumi ini, mereka di jadikan budak di negeri - negeri Babilonia. Setelah Babilonia hancur oleh kerajaan Persia barulah kaum Yahudi ini di ijinkan kembali tinggal di negeri Palestina.

Masa pun berganti, tanah Palestina ini berada di bawah kekuasaan bangsa Romawi, kali ini bangsa Yahudi kembali terusir akibat pemberontakan yang gagal untuk mendapatkan otonomi dan kekuasaan di Palestina. Raja Romawi akhirnya menghancurkan haikal (rumah ibadah) mereka dan mengusir mereka keluar dari tanah Palestina dan itu terjadi pada tahun 70 M, dan pada tahun 135 M seluruh sisa – sisa sejarah mereka di hapuskan sama sekali di bumi Palestina ini. Dan mereka mulai hidup “bergentanyang” di muka bumi selama ribuan tahun.


4 mitos Zionism untuk klaim atas tanah Palestina

Kaum Yahudi yang hidup dalam pengasingan meyadari bahwa mereka harus kembali lagi ke tanah yang telah di janjikan untuk mereka. Janji tentang tanah dan kaum yang terpilih “berdengung” keras di hati, jiwa dan pikiran mereka. Mereka butuh sebuah negara, sebuah wilayah yang berada di bawah kekuasaan mereka, yang akan melindungi mereka, dan mereka akan aman di dalamnya, inilah mimpi – mimpi yang di suarakan oleh kaum Zionism.

Theodore Herzl, sebagai salah satu bapak Zionism terus mengkampanyekan tentang tanah yang telah di janjikan ini, padahal di dalam benak kaum Yahudi pada saat itu mereka tidak lagi menginginkan kembali ke tanah Palestina karena sudah hidup dengan damai dan makmur di negara – negara Eropa.

Zionismlah yang akhirnya membentuk sebuah kesadaran baru tentang pentingnya sebuah negara Yahudi, negara yang akan melindungi dan menjaga mereka. Empat mitos dasar Zionism yang kemudian membentuk kesadaran semua orang tentang pentingnya masyarakat Yahudi tentang zionism.

Pertama (1) adalah tentang “sebuah negeri tanpa bangsa, untuk bangsa tanpa negeri”. Mitos ini secara licik telah di gunakan oleh orang – orang zionism awal untuk menyebarkan friksi bahwa Palestina merupakan sebuah tempat kosong, terpencil, tandus dan jauh dari keadaan yang siap untuk di tempati. Klaim ini dengan cepat diikuti oleh penolakan adanya identitas, kebangsaan dan kepemilikan absah bangsa Palestina pada negeri yang di dalamnya bangsa Palestina telah tinggal sepanjang sejarah, bahkan sebelum bangsa Yahudi datang ke negeri ini.

Kedua (2) adalah mitos tentang demokrasi Israel. Cerita – cerita surat kabar dan referensi televisi yang tak terhitung jumlahnya tentang negara Israel di ikuti oleh penegasan bahwa Israel merupakan satu – satunya demokrasi sejati di Timur dekat. Dalam kenyataannya, Israel tidak lebih baik dari negara Apartheid di belahan Afrika. Kebebasan sipil yang merupakan proses wajib dan hak hak asasi secara hukum menolak mereka yang tidak memenuhi kreriteria rasial dan keagamaan.

Mitos ketiga (3) adalah bahwa “keamanan” sebagai kekuatan penggerak kebijaksanaan luar negeri Israel. Orang – orang Zionis mempertahankan bahwa negaranya harus menjadi kekuatan militer terbesar keempat di dunia. Sebab Israel dipaksa untukmempertahankan dirinya melawan ancaman besar dari negara – negara Arab di sekitarnya.

Mitos keempat (4) zionism sebagai pewaris moral dan korban – korban Holocaust. Mitos ini merupakan yang paling tersebar dan mendalam dari mitos – mitos tentang zionism. Para idiolog zionism telah membungkus diri mereka dengan kain kafan kolektif dari enam juta (silahkan lihat dibuku THE HOLOCAUST INDUSTRI, NORMAN G. FINKELSTEIN, di buku ini Norman menelanjangi tentang kebusukan dan pemerasan yang di lakukan oleh organisasi Yahudi dalam memeras para bank – bank di Eropa atas nama HOLOCAUST, di dalam buku ini Norma juga menolak klaim 6 juta yang terbunuh atas penelitian yang di lakukannya terhadap keberadaan kamp konstentrasi dalam melakukan pembersihan etnis) Yahudi yang menjadi korban pembunuhan massal Nazi. 


Israel/Israil masa kini

Rabbi Fischam mengatakan pada komite penyelidikan khusus PBB pada tanggal 9 Juli 1947, dengan sombongnya ia mengatakan bahwa tanah yang di janjikan Tuhan membentang dari sungai Mesir sampai sungai Eufrat, berarti itu meliputi Suriah, Lebanon dan Jordania. Pada buku harian Thedore Herzl pada volume II halaman 711 menyebutkan bahwa tanah Israel/Israil membentang dari hulu Nil sampai ke Eufrat.

Ideologi dan paham inilah yang akhirnya menyeret sebuah perang panjang antara Yahudi dan negara – negara Arab di sekitarnya. Dan sampai detik ini pun negara – negara Arab tidak mengakui klaim sepihak dan rasis oleh bangsa Yahudi ini.

Beberapa bulan yang lalu, pemimpin Israel mengatakan dalam sebuah forum di Israel bahwa mimpi mereka mewujudkan Israel raya telah mati oleh kenyataan dan realita, mimpi Israel Raya yang membentang seperti yang di dengungkan oleh para bapak pendiri negeri ini telah terhancur dan pecah dan berhamburan bagai buih di lautan. Tak ada lagi Israel Raya seperti dahulu, ujar salah satu pemimpin mereka dengan tertunduk.

Israel kini menghadapi kenyataan pahit yang belum pernah mereka alami, dunia kini mulai sadar tentang kejahatan, pembunuhan, kekejaman, kebohongan, teror dan dusta yang dibangun oleh pemerintah mereka.
 
Kedigdayaan militer mereka pun akhirnya ambruk ketika mereka harus mengakui kalah dalam perang di Libanon/HIzbullah (2006) dan Di Gaza/Hammas (2009-2010). Israel sebagai kekuatan militer di timur tengah pun terancam dengan hadirnya kekuatan militer Iran yang mulai menunjukkan taringnya, apalagi Iran berkali – kali melakukan ujicoba missil yang mampu menerjang wilayah Israel. Apalagi Iran kini mulai menunjukkan sebagai negara yang memiliki kekuatan nuklir.

Musim semi di semenanjung Arab telah menjatuhkan pemimpin mereka yang zalim, yang selama ini menghambakan diri mereka kepada Amerika/Israel. Tak di pungkiri lagi, masa depan negara – negara Arab mulai berubah seiring detak jam sejarah. Raja – raja di negeri Arab mulai mencemaskan revolusi ini akan menghantam singgasana mereka. Dan Israel paham benar bahwa sebagian besar pemimpin Arab yang mulai tersisa hanya lah menunggu waktu untuk di jatuhkan oleh rakyat mereka.


Tafsir ayat – ayat surat Al-isra tentang kehancuran Israel

Peristiwa kejatuhan bangsa Yahudi sudah berlalu kurang lebih selama 500 tahun ketika di tanah Arab turun rasul bernama Muhammad, sehingga wajar apabila sebagian bangsa Arab pada saat itu melupakan bahwa di bumi ini (Palestina) pernah tinggal (Bukan pemilik) satu bangsa yang bernama Yahudi.

Pandangan para mufasirin tentang tafsir sejarah berpendapat bahwa bangsa Yahudi tidak pernah terwujud (negara) keberadaan mereka di tanah Al-Quds setelah kaisar Romawi, Hadrian menghancurkan haikal dan mengusir mereka dari tanah Palestina.

Ini adalah salah satu surat Al-Isra yang mengabarkan tentang hancurnya bangsa Yahudi (kembali) ini di bumi Palestina.

“Dan telah kami tetapkan kepada bani Israil di dalam kitab (Taurat), sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di bumi (Palestina) dua (2) kali, dan sesungguhnya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.” (Al-Isra 4).

“Maka apabila telah tiba janji pembalasan (atas kejahatan) untuk kali pertama (1) (lihat tulisan saya di bagian Bani Israel/Israil pasca eksodus dari negeri Mesir & masa pembuangan) dari dua (2) janji pembalasan. Kami datangkan kepadamu hamba – hamba kami yang tangguh dan hebat serangannya, lalu mereka menjelajah di segala penjuru. (Dan peringatan ini) adalah sebuah janji yang pasti di tunaikan.” (Al-Isra 5).

“Kemudian kami bangkitkan lagi kepadamu kekuasaan dari mereka (yang pernah mengalahkanmu) (lihat tulisan saya di bagian Israel/Israil masa kini), dan kami membantu mu dengan harta dan kekayaan dan anak – anak lelaki yang banyak. Serta kami jadikan kamu kaum yang banyak pasukannya.” (Al-Isra 6).

Setelah 1800 tahun berlalu, tak terlintas sedikit pun dari kalangan mufassirin terdahulu, bahwa bangsa Yahudi akan kembali berkuasa di bumi Palestina untuk kedua (2) (lihat surat Al-Isra 4,5) kalinya. Dan itu adalah hal yang wajar, bukankah pada masa itu khilafah Umayyah, Abbassiyah dan Ustaminayyah sangat kokoh dan luas wilayahnya.


Tafsir Analitik

“Dan kami telah tetapkan dari bani Israil, yang di maksud dengan kaum bani Israil berdasarkan Al- Qur’an dalam surat Ali Imran 93, Maryam 58 adalah anak dari keturunan Nabi Ya’qub. Dalam surat Al- Isra ayat 5 telah di sebutkan bahwa untuk pertama (1) kalinya bangsa Yahudi terwujudnya sebagai sebuah bangsa/negara di hukum oleh Tuhan akibat kedurhakaan, kesombongan, kejahatan dan penyelewengan mereka. Kerajaan mereka di hancurkan oleh Tuhan dengan menggunakan tangan dari bangsa Assiria dan Babilonia.

Hari ini, bangsa Yahudi di takdirkan kembali ke tanah Palestina dan mereka berwujud sebagai sebuah bangsa/negara. Kelakuan mereka pun tak ubahnya seperti kelakuan ennek moyang mereka. Mereka melakukan pengusiran, pembunuhan, teror dan kejahatan – kejahatan lainnya secara terbuka. Atas nama Tuhan mereka melakukan kejahatan/teror yang telah melanggar nilai – nilai kemanusiaan.

Peperangan demi peperang telah mereka lakukan demi sebuah impian Israel raya, kini setelah “tangan – tangan mereka lumpuh” oleh kenyataan yang ada, mereka tidak lagi memiliki keberanian untuk berperang atau menyerang negeri – negeri tetangga mereka demi sebuah klaim atas tanah yang di janjikan. 

Tapi kejahatan mereka terhadap bangsa Palestina masih berlanjut, anak – anak Palestina mendekam di penjara dengan kondisi yang sangat mengkuatirkan, hak – hak dan keselamatan harga diri mereka terancam oleh sistem penjara Israel yang tidak memperbolehkan tawanan di jenguk oleh pihak keluarga mau pun dari lembaga amnesti internasional.

Israel telah mengambil paksa tanah miliki bangsa Palestina dengan pembunuhan, teror dan kejahatan lainnya, yang membuat anak – anak Palestina hidup dalam pengasingan dan tenda – tenda darurat. Mereka tidak dapat kembali ke tanah mereka.

Kejahatan Israel lainnya adalah memblokade sepihak atas Gaza dengan klaim mereka yang di tolak oleh masyarakat Internasional, hanya Amerika dan Israel saja yang memiliki logika yang sama tentang yang namanya “pembunuhan” secara ekonomi dan sosial atas masyarakat Gaza. Dan mereka meyakininya sebagai sebuah “hukuman” yang setimpal karena rakyat Gaza memilih Hamas sebagai pelindung mereka, buka Fattah atau pun Amerika.
Israel tidak lagi kuat seperti dulu, satu persatu negara – negara bangsa mulai sadar jika mereka selama ini di butakan oleh kampanye media yang dilakukan oleh pemerintahan Israel dan media massa yang menyembah kepada kepentingan Israel dalam menutupi “kejahatan politik dan kemanusiaan” yang selama di lakukan oleh bangsa Israel ini.

“Maka apabila tiba janji hukuman yang terakhir (kami akan datangkan musuh – musuhmu) supaya mereka memuramkan mukamu.” (Al-Isra 7)

“Maka apabila telah datang janji hukuman yang terakhir, kami akan mendatangkan kalian dalam keadaan bercampur baur.” (Al-Isra 104)

Setelah kehancuran bangsa Yahudi oleh Babilonia, baru sekarang bangsa Yahudi terwujud sebagai sebuah negara. Saat ini bangsa Yahudi sekarang tidak lagi murni seperti nenek moyang mereka terdahulu. Para pakar geologi berpendapat bahwa 90 % Yahudi sekarang bukan berasal dari keturunan bani Israil, mereka hanyalah bangsa yang menganut agama Yahudi. Orang Yahudi pun mengakui bahwa sebanyak sepuluh (10) cabang keturunan mereka telah hilang, yaitu Raubin, Syam’un, Zabulun, Yasakir, Dan, Jad, Isyir, Naftali, Afrayim dan Mansi.

“Maka apabila telah tiba janji pembalasan (atas kejahatan) untuk kali pertama (1) (lihat tulisan saya di bagian Bani Israel/Israil pasca eksodus dari negeri Mesir & masa pembuangan) dari dua (2) janji pembalasan. Kami datangkan kepadamu hamba – hamba kami yang tangguh dan hebat serangannya, lalu mereka menjelajah di segala penjuru. (Dan peringatan ini) adalah sebuah janji yang pasti di tunaikan.” (Al-Isra 5).

Ayat ini bercerita tentang akan jatuhnya hukuman kedua kalinya untuk bangsa Yahudi dalam wujudnya sebagai sebuah bangsa/Negara, sebagaimana yang pertama kali mereka mendapatkan hukuman setelah wafatnya nabi Sulaiman.


Wahai bani Israil, bersiaplah menunggu hukuman (Kehancuran) kedua (2) bagi kalian

Dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Abu Dawud dalam kitab Jihad di sebutkan … “ Wahai Ibnu Hawwalah, jika kamu telah melihat kekalifahan telah turun di tanah suci (Palestina) berarti telah dekat terjadinya huruhara, prahara dan perkara – perkara besar …”

Ini adalah dalil yang menunjjukkan bahwa kekilafahan turun kembali setelah hilang dari muka bumi. Dalam sejaran khilafah pertama bermula di Madinah, lalu ke Kufah, berjalan menuju Damascus, berpindah ke Bagdad dan berdiri megah di Istanbul. Dan kelak akan turun sekali lagi di Baitul Maqdis (Palestina) dan ini sesuai dengan sejarah bahwa kekilafahan belum pernah sekalipun berpusat di Palestina.

“Mereka berada di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis” sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW (saya lupa perawinya) kekalifahan berawal di Madinah dan akan berakhir di Baitul Maqdis.
Wallahul muwaffiq

Sumber tulisan:
  1. Dr Bassam Nahad Jarrar, Zawal Israil 2022M nubuat qur’aniyyat an shodat raqniyyat
  2. Dr Louay Fatoohi, Prof Shetha Al-Dargazelli, History testifies to the infillibility of the Qur’an
  3. Norman G. Finkelstein, The Holocuast Industry
  4. Raplh Schoenmman, The Hidden history of Zionism
  5. Al- Quran
  6. Al-Kitab (Lembaga Alkitan Indonesia 2011)

Oleh: Arif "go-date" Rahman Nasution

www.kompasiana.com

1 komentar:

  1. Sulaiman dan Daud bukanlah Yahudi, akan tetapi mereka adalah nabi yang menyerukan tauhid di tengah2 kalangan Yahudi.

    Perlu diketahui bahwa Yahudi berasal dari kata Yudea, keturunan dari Ya'qub/Israil (sebagian pendapat ulama, Allahu a'lam). Ia ingin merubah kitab Taurat menjadi sesuai dengan ajaran yang ia yakini dan ia mencari pengikut sebanyak2nya. Hanya beberapa kalangan saja yang menolaknya, sebagian besar mengikuti apa yang diserukannya. Sedangkan saudara2 Yusuf yang lainnya telah menyebar ke berbagai wilayah di bumi. Maka wilayah yang banyak terdapat ajaran dari Yudea disebut sebagi Yahudi. Dan para nabi banyak sekali diturunkan untuk menyerukan tauhid pada mereka (pengikut Yudea/Yahudi)

    BalasHapus