Kamis, 18 Agustus 2011

“Perang Dingin” Antara Megawati dan SBY

131364699584983047 

Ketua umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarno Putri/Tribunnews/Dany Permana




Pastinya kita bertanya-tanya selama ini, ada apa antara Megawati dengan SBY. Karena Megawati tidak pernah hadir kalau di undang dalam pesta HUT RI di Istana Negara. Memangnya ada salah apa Pak SBY sampai Ibu Megawati malas melangkahkan kaki masuk pekarangan Istana Negara. Padahal tempat itu pernah menjadi tempat beliau juga dahulu. Dan HUT RI merupakan bagian yang tidak terpisahkan antara Ibu Megawati dengan sejarah kemerdekaan Indonesia dan Presiden pertama RI  Ir.Soekarno.

Sudah tujuh kali ini Ibu Megawati tidak pernah melihat megahnya kibaran Sang Saka Merah Putih yang di laksanakan oleh Pasukan Pengibar Bendera. Juga sudah tujuh kali ini Ibu Megawati tidak bertemu dengan pejabat-Pejabat Negara dan Para Menteri serta para undangan Tamu Negara Asing.

Sebagai seorang anggota elite politik, sebenarnya moment seperti ini sangat penting untuk pencitraan diri.
Menurut Guruh Soekarno  Putra, kakaknya ini lebih senang menghadiri upacara HUT kemerdekaan di tempatnya sendiri. Bahkan tahun lalu beliau memilih berupacara hikmat di kantor PDI-Perjuangan, di Lenteng Agung.

Padahal, Pemerintah selalu mengundang Ibu Megawati untuk menghadiri acara ini di Istana Merdeka. Sampai HUT yang ke 66, belum satukalipun Ibu Megawati memenuhi undangan Pak SBY. Jadi total sudah tujuhkali tidak hadir sejak beliau berhenti menjadi Presiden di tahun 2004.

Namun, ketika Barack Obama datang ke Indonesia tahun 2010, tanpa keberatan dan dengan senang hati Ibu Megawati melangkahkan kaki kembali masuk ke dalam Istana Merdeka. Duduk bersama para tamu negara asing dan para undangan lainnya. Bercengkerama dan menikmati pertemuan tersebut. Kita berpikir, masak Presiden Amerika lebih penting daripada perayaan HUT Kemerdekaan bangsa sendiri. Aneh kan.
Memangnya siapa Barack Obama, sampai meluluhkan kekerasan hati ibu Megawati.


Apakah karena Amerika, Megawati hadir di Istana?

Menurut pengamatan saya dan beberapa pengamat, memang demikian.
Amerika memang sejak dahulu kala tidak pernah lepas dari peta catur perpolitikan Indonesia. Maka tak heran Ibu Megawati hadir ketika “Anak Menteng Dalam” sejenak pulang kampung.

Dan menurut aturan baru, maka sebutan untuk Ibu Megawati bukan “mantan Presiden RI” tetapi “Presiden ke–lima”. (ada yang bisa memberitahu saya mungkin tentang peraturan ini!). Menurut saya kalau berdasarkan urutan kepemimpinan maka memang tepat sebutan Presiden ke-lima RI.

Tetapi kalau “mantan” juga tidak salah. Hanya saja analoginya kalau mantan mengarah pada “bekas atau eks.” Dan sebagai penghormatan kita kepada jasa seseorang yang telah menjadi pemimpin bangsa ini tentunya tidak begitu saja loyal dengan “mantan Presiden.” Akan tetapi Presiden ke-sekian.

Kehadiran Megawati ketika itu memang memberi banyak spekulasi;
>  Mungkin saja Megawati mengharapkan bantuan Amerika untuk pesta tarung tahun 2014 nanti. Megawati sendiri sudah lewat usia pencalonan , tetapi mungkin bisa untuk Puan putrinya. Bagaimanapun Amerika rupa-rupanya masih senang dilirik oleh parpol di Indonesia dalam sepak terjang mereka untuk menjadi pemimpin di negeri ini. Dan Amerika memang tidak lelah-lelahnya menelusup mencari pegangan agar tetap eksis di kawasan Asia Tenggara.
Dengan kasus Nazaruddin ini saja kalau diteliti terus maka “benang merahnya” pasti ada Amerika di dalamnya.

> Atau memang taktik diplomasi Megawati untuk membuktikan dirinya pada Amerika, bahwa beliau sebagai putri dari tokoh Pemimpin Indonesia yang sangat Legendaris – Ir. Soekarno, Presiden pertama RI masih tetap eksis. Baik di tingkat nasional dan tingkat internasional. Masih dipandang oleh bangsa Indonesia
Kesempatan yang mubazir memang kalau sampai Megawati kala itu tidak hadir. Bagaimanapun, figur Barack Obama yang ketika itu pasti masih “bocah ingusan di bilangan Menteng Dalam, dan masih sekolah SD,” belum tahu benar siapa Megawati Soekarno Putri. Mungkin kalau nama Presiden RI yang pertama beliau sudah tahu. Tetapi tidak menyangka kalau putrinya kelak menjadi pemimpin di negeri ini.


Apakah Megawati tidak menghormati HUT RI

Megawati itu sangat menghormati HUT RI. Situasi ini merupakan titik tolak tonggak sejarah RI dimana ayanda beliau adalah pencetusnya atau founding father RI, juga dalam penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

Ketidak hadiran beliau tentunya ada sangkut pautnya dengan relasi beliau yang boleh dikatakan “perang dingin” dengan Presiden SBY. Perang dingin dalam soal politik.

Mereka memang sering tidak akur, apalagi ketika tahun 2004 SBY menjadi saingan utama Megawati dalam pemilu CaPres. Dan semakin tidak harmonis lagi ketika SBY mengundurkan diri dari jabatan sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan, ketika Megawati masih berkuasa. Jadi memang keduanya sudah lama selalu tidak akur. Masing-masing memiliki prinsip yang tidak mau didahului dan mendahului. Umum katakan, sama-sama oposan dilarang saling mendahului.

Sampai saat ini memang Megawati selalu mengkritik kinerja Presiden SBY:
a.  bahwa pemerintahan KIB I dan KIB II ini hanya senang pencitraan saja,
b.  banyak kebijakkan pemerintah yang kacau balau,
c.  dikritik juga mengapa Satpol PP selalu menggunakan senjata melawan publik,
d.  mengkritik bahwa pemerintah tidak teliti mengurus persoalan tabung gas 3kg, dimana rakyat menjadi korbannya.

Kritikan dan keluhan Megawati ini memang buat kesal banyak pejabat pemerintah. Bahkan kritikan ini dianggap angin lalu saja oleh mereka. 

Bahkan Syarifuddin Hasan-Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah mengatakan bahwa SBY tak perlu mananggapi keluhan dan kritikan Megawati, cukup beliau saja yang akan menanggapinya.

Karena masa pemerintahan SBY itu jauh lebih baik bila dibandingkan dengan masa Megawati, dimana pemerintah dengan APBN nya mampu menembus jumlah 1.100 triliun rupiah. Era Megawati sendiri tidak pernah bisa menembus angka 600 triliun rupiah. (Vivanews.com 5 Agustus 2010).

Rupanya, kerikil-kerikil inilah yang membuat Megawati memang menjaga jarak dengan lingkungan Istana. Seperti pemikirannya untuk perbaikan bangsa ini dianggap angin lalu saja. Jadi, memang dapat dikatakan Ibu Megawati sakit hati dengan Presiden SBY.

Kenyataannya,  kita suka atau tidak dengan pemerintahan Presiden SBY ini karena prihatin dengan kondisi negara Indonesia. Ternyata realisasi APBN 2011 jauh lebih baik jika dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Peningkatan Belanja Negara 13,9% dari tahun lalu. Hibah Rp.213,8 triliun, atau naik Rp.38,8 triliun dari tahun 2010.(Kompas.com 14 april 2011).

Jadi kritikan kita dan juga kritikan Megawati , sebenarnya jatuh pada tempat yang tidak sebenarnya. Karena memang bukti angka-angka  realisasi APBN sampai masuk tahun 2011 bulan maret kemarin adalah jawaban yang valid. 

Nah, jadi kritikan Megawati dan publik yang merasa bahwa negara ini dalam kondisi carut marut berdasarkan karena apa?  Karena ketidak senangan yang bersifat subjektif atau objektif.

Della Anna 

Sumber: www.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar