Selasa, 17 Januari 2012

Ketika Musim Durian Tiba

1323680571717680870


Harga durian di sini memang sangat murah. Saudara dari Jakarta sampai terheran-heran. “Di Jakarta, durian sebesar ini harganya 50 ribu, nih,” katanya sambil membelah durian yang baru dibelinya dengan harga 15 ribu.

Setelah tahun lalu tidak bisa panen karena erupsi Merapi, warga lereng Merapi panen durian lagi. Menjelang fajar, warga dan pedagang pengepul sudah berduyun-duyun di Pasar Kembang Kemalang untuk bertransaksi buah berduri ini. Harga buah di sini jauh lebih murah karena langsung dibeli dari petani.

Akan tetapi jika ingin mengalami sensasi memetik buah dari pohonnya dan menyantap di pedesaan, Anda bisa mengunjungi desa Kanoman. Di sini hampir tiap jengkal tanah ditanami pohon durian. Begitu masuk desa, Anda akan menyaksikan buah-buah durian yan bergelantungan di atas pohon. Ada yang menggelayut di puncak pohon yang tinggi, namun ada pula yang terjuntai hanya setinggi manusia.

Ada bermacam-macam buah durian yang dihasilkan di desa ini, seperti durian petruk dan durian montong. Akan tetapi yang paling terkenal adalah durian mentega. Ciri-cirinya daging berwarna kuning emas seperti mentega dan ada nuansa rasa pahit karena mengandung alkohol.


Photobucket
Durian mentega


Photobucket
Anak kecil pun suka


Untuk menuju lokasi, Anda harus membawa kendaraan sendiri karena sedikit sekali angkutan umum yang melayani wilayah ini. Dari jalan Solo-Jogja, mula-mula Anda menuju pabrik gula Gondangwinangun. Pada lampu merah, Anda berbelok ke arah Merapi bergerak ke arah kecamatan Karangnongko. Sesampai simpang empat kantor camat, ambil arah ke Jiwan (lihat papan penunjuk). Sekitar 1 km, Anda sudah akan melihat pohon-pohon durian yang berbuah.  Jangan berharap akan menemukan semacam sentra buah yang dibangun secara khusus. Yang ada adalah beberapa rumah yang menjadi tempat pengepul buah durian setoran dari tetangga sekitarnya. Cari saja rumah yang menumpuk buah durian di depan rumahnya.

Setidaknya kami menemukan 4 rumah yang menjadi pengepul. Pertama, rumah ibu Narti. Begitu masuk desa Kanoman, Anda akan melihat papan penunjuk yang ditulis di atas kertas kardus. Tulisannya berbunyi, “Rumah Durian Ibu Narti.” Ikuti saja arahnya. Satunya lagi rumah di sebelah utara rumah bu Narti. Saya lupa menanyakan namanya. Pemiliknya adalah seorang nenek. Kami sengaja memilih membeli durian di sini karena pembeli di rumah bu Narti sudah banyak. Biasanya kalau pembeli berjubel, pedagang enggan menurunkan harga duriannya. Sedangkan dua rumah pengepul lainnya ada di sebelah utara gereja di Gemampir.

Meski harganya sudah murah, Anda masih boleh menawar. Biasanya, jika Anda membeli durian dalam jumlah banyak, penduduk bersedia menurunkan harganya. Tips lain, jika tawar-menawar sudah buntu, maka Anda dapat meminta durian yang lebih kecil sebagai bonusnya.  Selain itu, Anda juga bisa meminta rambutan ace sebagai tambahan bonus. Selain durian, desa ini juga menghasilkan buah rambutan. Namun karena lebih berminat menjual durian yang harganya jauh lebih tinggi, maka mereka menawarkan buah rambutan itu kepada siapa saja secara gratis. Misalnya waktu kami menanyakan arah ke penduduk desa, sebelum pergi dia menawarkan buah rambutan yang ranum-ranum secara gratis. Kami boleh memetik sepuasnya secara prodeo. Itu sebabnya jangan lupa membawa tas plastik untuk mewadahi rambutan ace. Kami membawa 3 kantong plastik rambutan ace.


13236805082061339972
Buah durian ditali supaya tidak jatuh ke tanah

Panen raya durian ini dapat menjadi penghibur bagi petani setelah tahun lalu mereka tidak bisa panen karena bunga-bunga durian rontok diterpa abu vulkanik. Untuk setiap kebun yang dimiliki warga, mereka bisa memanen ratusan butir durian. Jika setiap durian dijual sekitar 15 ribu, maka mereka bisa mendapat penghasilan sekitar 1,5-3 juta. Namun untuk pengepul keuntungannya lebih besar lagi. Nenek penjual durian yang kami kunjungi memperkirakan bisa mendapatkan uang sekitar 20 juta dari musim panen kali ini.


Photobucket
Silakan petik sendiri


Pemerintah kabupaten Klaten semestinya menangkap peluang ini dan membuat program terpadu untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Selama ini, banyak warga di dusun Merapi yang memilih menyewakan lahan mereka sebagai lokas penambangan pasir. Akibatnya, banyak laha-lahan di sekitar puncak Merapi yang menjadi rusak karena dibiarkan begitu saja oleh penyewa karena pasirnya sudah habis. Mereka tidak melakukan reklamasi lahan. Akibatnya, wilayah ini rawan longsor. Selain itu pasokan air di kota Klaten akan terancam habis karena tidak ada lagi pohon-pohon yang menangkap air di lereng Merapi.

Bersama dengan relawan kemanusiaan, kami sudah menanam sekitar 5000 bibit pohon duren dan puluhan ribu bibit pohon buah lain pada lahan bekas reklamasi. Kami berharap anak cucu kami masih tetap bisa menikmati panen raya durian seperti kami saat ini.

Photobucket
Simbah pengepul durian


Purnawan Kristanto
http://ekonomi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar