Kamis, 17 Mei 2012

Sebuah Harapan untuk Palestina




Perjuangan menuntut kebebasan dan keadilan senantiasa menjadi tuntutan bagi mereka yang hak dan keadilannya dirampas. Ketika seseorang dirampas hak dan keadilannya maka sesungguhnya ia sedang mengalami penindasan. Hal inilah seperti yang dialami oleh mereka yang terpenjara kebebasannya oleh penguasa yang bersikap sewenang-wenang. Mereka yang kini terisolasi dalam penjara kegelapan yang tak tentu harapan, kapan mentari kebebasan mengeluarkan mereka dari belenggu-belenggu karat, tanpa pengadilan dan cengkraman tangan penindas yang arogan.

Kehidupan yang kini dialami sedikitnya 4.610 tahanan politik Palestina yang mendekam dalam penjara-penjara Zionis Israel, dan 322 diantaranya adalah tahanan administratif (data dari Asosiasi Dukungan Terhadap Tahanan dan Haka Azasi Manusia, Addameer yang diterbitkan 1 April 2012). Dimana penahanan administrasi merupakan praktek kontroversial yang digunakan oleh Tel Aviv untuk menahan setiap orang yang merupakan warga Palestina, tanpa tuduhan atau pengadilan selama enam bulan, dan masa penahanan mereka akan diperpanjang hingga tanpa batas.

Mereka ditahan tanpa melalui proses pengadilan bahkan sebagian dari para tahanan mendapat perlakuan hukum yang tidak semestinya oleh pemerintahan Israel,  seperti tahanan yang sakit yang mendapatkan perlakuan penganiayaan, larangan kunjungan keluarga dan penggeledahan dengan cara menghina dan menyalahi aturan kepada mereka yang ingin mengunjungi tahanan.

Dengan kondisi yang begitu akhirnya para tahanan melakukan aksi penentangan terhadap aturan kesewenang-wenangan pihak penjara terhadapa mereka. Sebagian dari tahanan Palestina itu melakukan aksi mogok makan sebagai sikap ketidakadilan yang diperlakukan pemerintahan Israel kepada mereka. Sikap yang mereka tunjukkan ini terekspresikan pada 17 April bulan kemarin.Menurut laporan dari Republika. CO.ID. Gaza, 14/5, lebih kurang 1.600 sampai 2.500 tahanan Palestina melakukan aksi mogok makan massa guna menuntut hak-hak mereka sebagai manusia. Mereka memprotes peraturan yang diberlakukan Israel terhadap para tahanan administrasi, penggunaan sel isolasi, pelarangan kunjungan keluarga, dan penyiksaan terhadap tahanan yang sakit. Dalam melakukan aksinya ada dari sebebagian besar tahanan mogok makan itu melakukan mogok makan selama sebulan, bahkan tiga di antara mereka 70 hari lebih.

Sebuah sikap yang sangat bertentangan dengan nilai kemanusiaan yang dilakukan oleh sebuah negara ilegal yang memaksakan kemerdekaannya diatas penderitaan masyarakat dan negara lain. Kezaliman pemerintahan Israel yang rapuh memaksakan kehendaknya, dan kini berhadapan dengan suara-suara mereka yang terzalimi akan haknya. Mereka berteriak dari dalam penjara-penjara yang jauh dari pantauan pembela dan pencari kebenaran. Entah sampai kapan kezaliman ini berakhir.

Jeritan mereka kini didengar dunia luar, di Gaza warga Palestina mendengar jeritan dan harapan mereka, masyarakat dan warga menggelar aksi unjuk rasa, mengekspresikan solidaritas mereka kepada mereka yang ditahan, mendekam diberbagai penjara rezim Zionis Israel. Menurut IRIB Indonesia, para demonstran itu melakukan aksi gelar mereka di depan kantor Komite Palang Merah Internasional pada ahad 13 Mei, yang diselenggakan oleh Front Pembebasan Arab, sebuah faksi dari otoritas Palestina. Dimana dalam aksinya para demonstran meneriakan slogan-slogan untuk mendukung ribuan tahanan Palestina.
Kami menyerukan kepada organisasi internasional untuk turun tangan dan membantu para tahanan Palestina. Kami juga meminta mereka untuk menekan Israel guna mengakhiri penahanan administratif.” kata salah seorang demonstran seperti yang dikutip IRIB Indonesia.

Bahkan suara penentangan yang lebih keras itu pun datang dari para pejabat faksi Palestina dan mengancam akan melancarkan intifadah ketiga, jika ada tahanan Palestina yang tewas akibat mogok makan tersebut.Salah satu faksi Palestina yang menentang kezaliman Israel itu adalah dari organisasi Pemimpin Jihad Islam, Muhammad al-Hindi, dimana beliau memperingatkan Israel, setiap kematian tahanan Palestina yang melancarkan aksi mogok makan akan mencetuskan intifadah ketiga, seperti yang dilansir media Republika. CO.ID. Gaza, 7/5/2012. Al-Hindi menyatakan “Perlawanan ini akan menjadi pintu gerbang bagi persatuan di Palestina“.

Bukankah dalam sejarah Palestina di tahun 1987 dimulailah intifadah pertama, dan berakhir tahun 1993 setelah adanya penandatanganan Perjanjian Oslo dan pembentukan Otoritas Nasioan Palestina. Kemudian intifadah kedua terjadi pada tanggal 29 Septembar tahun 2000 saat perdana Menteri Israel Ariel Sharon dan seribu pasukan bersenjata memasuki lingkungan masjid Al-Aqsa. Intifadah kedua ini berakhir setelah Israel dan Palestina setuju untuk berdamai, 8 Februari 2005.
Sebuah harapan akan kebebasan dan keadilan bagi seseorang yang bernama manusia akankah terpenuhi? Mudah-mudahan bukan harapan semu. Aksi para tahanan itu pun berhenti setelah Tel Aviv tunduk kepada tuntutan mereka untuk meningkatkan kondisi penjara yang lebih baik. Para tahanan Palestina sepakat mengakhiri aksi mogok makan mereka setelah melakukan negosiasi antara para pejabat penjara dan salah seorang tahanan senior Palestina di penjara Ashkelon di mana Mesir sebagai mediator.

Pihak Israel akhirnya setuju untuk mengeluarkan tahanan dari sel isolasi dan bergabung dengan tahanan lainnya serta memperbolehkan kunjungan keluarga dari Gaza dan Tepi Barat. Harapan yang menjadi tumpuan hidup kini menjadi nyata setelah kabar penandatanganan perjanjian yang dilakukan 14 Mei 2012 itu akhirnya membuat warga Palestina di Gaza bersorak gembira.

Harapan untuk sebuah kebebasan dan keadilan kiranya belum terpenuhi. Palestina perjuanganmu masih berlangsung. Kini telah terjadi lagi insiden dalam perayaan “Nakba Day”(Hari Bencana) di mana terjadi bentrok antara Polisi Israel dan demonstran Palestina. Padahal baru terjadi kesepakatan antara para tahanan Palestina dengan pihak Israel untuk mengakhiri aksi mogok makan. Tradisi Nakba Day yang jatuh pada 15 Mei di Palestina perayaan itu merupakan sejarah terpenting bagi mereka karena pada tanggal itu ratusan ribu dari warga Palestina melarika diri atau diusir dari rumah mereka dalam perang yang menyertai deklarasi kemerdekaan Israel.

Peringatan yang biasanya ditandai dengan protes dan bentrokan dengan Israel ini adalah hari bencana bagi penduduk Palestina akibat pengusiran massal oleh Israel sehingga mereka kehilangan haknya sebagai bangsa yang merdeka.

Menurut laporan Republika. CO.ID. Ramallah, (15/5), mulai senin 14 Mei ribuan warga Palestina sudah memulai rangkaian pawai dan demonstrasi menjelang peringatan Nakba Day di berbagai kota Tepi Barat, kota Ramallah. Para demonstran juga dijadwalkan dilakukan di Yerusalem Timur, wilayah yang diduduki Israel, serta di jalur Gaza.

Dalam aksinya para demonstran mengibarkan bendera Palestina dan sebuah kunci raksasa sebagai simbol optimisme mereka untuk pulang ke rumah mereka. Kegiatan peringatan “Hari Bencana” yang diselenggarakan oleh pihak otoritas Palestina juag adalah sebagai aksi bentuk solidaritas terhadap para tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.

Masalah Palestina bukanlah masalah warga yang mendiami wilayah Palestina saja. Masalah Palestina itu bukan masalah umat Islam saja, tapi masalah Palestina merupakan masalah seluruh umat manusia. Kezaliman terhadap sebuah bangsa, berarti kezaliman kepada semua bangsa yang lain di dunia ini. kezaliman kepada seseorang sama juga dengan kezaliman kepada seluruh umat manusia. Warga Palestina yang terpenjara haknya cuma contoh yang terwakilkan bagi manusia lainnya di seluruh dunia. Bagaimana sebuah bangsa yang telah kehilangan hak kebebasan dan keadilannya harus menapaki perjuangan sedikit demi sedikit untuk meraih sebuah harapan, sebuah cita-cita demi masa depan sebuah bangsa yang merdeka, berdaulat dan diakui dunia.

Inilah sebuah tulisan yang mendiskripsikan perjuangan sebuah masyarakat dan bangsa terzalimi, menjadi saksi akan kezaliman sebuah bangsa yang bernama Palestina. Yakin bahwa sebuah kekuatan akan lahir dari sebuah kelemahan.  Sejarah senantiasa menjadi guru dan penabur ibrah (pelajaran) bagi mereka yang berakal. Jadikanlah “Hari Bencana(Nakba Day)” sebagai gerakan memperjuangkan dan merebut hakmu yang hilang. Sebagai motivasi akan nilai-nilai kemenangan yang akan diraih. Palestina perjuanganmu belum selesai. Kuatkanlah kesatuan di antara kalian, sebab sebuah kemenangan perlu kegigihan, keberanian di samping persatuan. Inilah sebuah harapan dari penulis, Sebuah Harapan untuk Palestina.



Irwan Mushaddaq
http://politik.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar