Sabtu, 10 Juli 2010

Pupuh Negarakretagama 2

Negarakretagama bagian 2

Pupuh XVII

1. Telah tegak teguh kuasa Sri Nata di Jawa dan wilayah nusantara

Di Sripalatikta tempat beliau bersemayam, menggerakkan roda dunia

Tersebar luas nama beliau, semua penduduk puas, girang dan lega

Wipra, pujangga dan semua penguasa ikut menumpang menjadi mashur

2. Sungguh besar kuasa dan jasa beliau, raja agung dan raja utama

Lepas dari segala duka, mengeyam hidup penuh segala kenikmatan

Terpilih semua gadis manis di seluruh wilayah Janggala Kediri

Berkumpul di istana bersama yang terampas dari negara tetangga

3. Segenap tanah Jawa bagaikan satu kota di bawah kuasa Baginda

Ribuan orang berkunjung laksana bilangan tentara yang mengepung pura

Semua pulau laksana daerah pedusunan tempat menimbun bahan makanan

Gunung dan rimba hutan penaka taman hiburan terlintas tak berbahaya

4. Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling

Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura

Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetyan

Girang melancong mengunjungi Wewe Pikatan setempat dengan candi lima

5. Atau pergilah beliau bersembah bakti ke hadapan Hyang Acalapati

Biasanya terus menuju Blitar, Jimur mengunjungi gunung-gunung permai

Di Daha terutama ke Polaman, ke Kuwu dan Lingga hingga desa Bangin

Jika sampai di Jenggala, singgah di Surabaya, terus menuju Buwun

6. Tahun Aksatisurya (1275) sang prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring

Tahun Saka angga-naga-aryama (1276) ke Lasem, melintasi pantai samudra

Tahun Saka pintu-gunung-mendengar-indu (1279) ke laut selatan menembus hutan

Lega menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu dan Sideman

7. Tahun Saka seekor-naga-menelan bulan (1281) di Badrapada bulan tambah

Sri Nata pesiar keliling seluruh negara menuju kota Lumajang

Naik kereta diiringi semua raja Jawa serta permaisuri dan abdi

Menteri, tanda, pendeta, pujangga, semua para pembesar ikut serta

8. Juga yang menyamar Prapanca girang turut mengiring paduka Maharaja

Tak tersangkal girang sang kawi, putera pujangga, juga pencinta kakawin

Dipilih Sri Baginda sebagai pembesar kebudaan mengganti sang ayah

Semua pendeta Buda umerak membicarakan tingkah lakunya dulu

9. Tingkah sang kawi waktu muda menghadap raja, berkata, berdamping, tak lain

Maksudnya mengambil hati, agar disuruh ikut beliau ke mana juga

Namun belum mampu menikmati alam, membinanya, mengolah dan menggubah

Karya kakawin; begitu warna desa sepanjang marga terkarang berturut

10. Mula-mula melalui Japan dengan asrama dan candi-candi ruk-rebah

Sebelah timur Tebu, hutan Pandawa, Daluwang, Bebala di dekat Kanci

Ratnapangkaja serta Kuti Haji Pangkaja memanjang bersambung-sambungan

Mandala Panjrak, Pongging serta Jingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi jalan

11. Habis berkunjung pada candi makam Pancasara, menginap di Kapulungan

Selanjutnya sang kawi bermalam di Waru, di Hering, tidak jauh dari pantai

Yang mengikuti ketetapan hukum jadi milik kepala asrama Saraya

Tetapi masih tetap dalam tangan lain, rindu termenung-menung menunggu

Pupuh XVIII

1. Seberangkat Sri Nata dari Kapulungan, berdesak abdi berarak

Sepanjang jalan penuh kereta, penumpangnya duduk berimpit-impit

Pedati di muka dan di belakang, di tengah prajurit berjalan kaki

Berdesak-desakan, berebut jalan dengan binatang gajah dan kuda

2. Tak terhingga jumlah kereta, tapi berbeda-beda tanda cirinya

Meleret berkelompok-kelompok, karena tiap ment’ri lain lambangnya

Rakrian sang menteri patih amangkubumi penatang kerajaan

Keretanya beberapa ratus berkelompok dengan aneka tanda

3. Segala kereta Sri Nata Pajang semua bergambar matahari

Semua kereta Sri Nata Lasem bergambar cemerlang banteng putih

Kendaraan Sri Nata Daha bergambar Dahakusuma mas mengkilat

Kereta Sri Nata Jiwana berhias bergas menarik perhatian

4. Kereta Sri Nata Wilwatikta tak ternilai, bergambar buah maja

Beratap kain geringsing, berhias lukisan mas, bersinar merah indah

Semua pegawai, parameswari raja dan juga rani Sri Sudewi

Ringkasnya para wanita berkereta merah, berjalan paling muka

5. Kereta Sri Nata berhias mas dan ratna manikam paling belakang

Jempana-jempana lainnya bercadar beledu, meluap gemerlap

Rapat rampak prajurit pengiring Janggala Kediri, Panglarang, Sedah

Bhayangkari gem’ruduk berbondong-bondong naik gajah dan kuda

6. Pagi-pagi telah tiba di Pancuran Mungkur; Sri Nata ingin rehat

Sang rakawi menyidat jalan, menuju Sawungan mengunjungi akrab

Larut matahari berangkat lagi tepat waktu Sri Baginda lalu

Ke arah timur menuju Watu Kiken, lalu berhenti di Matanjung

7. Dukuh sepi kebudaan dekat tepi jalan, pohonnya jarang-jarang

Berbeda-beda namanya Gelanggang, Badung, tidak jauh dari Barungbung

Tak terlupakan Ermanik, dukuh teguh-taat kepada Yanatraya

Puas sang dharmadhyaksa mencicipi aneka jamuan makan dan minum

8. Sampai di Kulur, Batang di Gangan Asem perjalanan Sri Baginda Nata

Hari mulai teduh, surya terbenam, telah gelap pukul tujuh malam

Baginda memberi perintah memasang tenda di tengah-tengah sawah

Sudah siap habis makan, cepat-cepat mulai membagi-bagi tempat

Pupuh XIX

1. Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam

Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes,Times

Serta biara pendeta di Pogara mengikut jalan pasir lemah-lembut

Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus lari

2. Tersebut dukuh kasogatan Madakaripura dengan pemandangan indah

Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur rapi

Di situlah Baginda menempati pasanggrahan yang terhias sangat bergas

Sementara mengunjungi mata air, dengan ramah melakukan mandi-bakti

Pupuh XX

1. Sampai di desa kasogatan Baginda dijamu makan minum

Pelbagai penduduk Gapuk, Sada, Wisisaya, Isanabajra

Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan, Lambang, Kuran, Pancar, We Petang

Yang letaknya di lingkungan biara, semua datang menghadap

2. Begitu pula desa Tunggilis, Pabayeman ikut berkumpul

Termasuk Ratnapangkaja di Carcan, berupa desa perdikan

Itulah empat belas desa kasogatan yang berakuwu

Sejak dahulu delapan saja yang menghasilkan bahan makanan

Pupuh XXI

1. Fajar menyingsing; berangkat lagi Baginda melalui

Lo Pandak, Ranu Kuning, Balerah, Bare-bare, Dawohan

Kapayeman, Telpak, Baremi, Sapang serta Kasaduran

Kereta berjalan cepat-cepat menuju Pawijungan

2. Menuruni lurah, melintasi sawah, lari menuju

Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan

Langsung ke Payaman, Tepasana ke arah kota Rembang

Sampai di Kemirahan yang letaknya di pantai lautan

Pupuh XXII

1. Di Dampar dan Patunjungan Sri Baginda bercengkerma menyisir tepi lautan

Ke jurusan timur turut pasisir datar, lembut-limbur dilintas kereta

Berhenti beliau di tepi danau penuh teratai, tunjung sedang berbunga

Asyik memandang udang berenang dalam air tenang memperlihatkan dasarnya.

2. Terlangkahi keindahan air telaga yang lambai-melambai dengan lautan

Danau ditinggalkan, menuju Wedi dan Guntur tersembunyi di tepi jalan

Kasogatan Bajraka termasuk wilayah Taladwaja sejak dulu kala

Seperti juga Patunjungan, akibat perang, belum kembali ke asrama.

3. Terlintas tempat tersebut, ke timur mengikut hutan sepanjang tepi lautan

Berhenti di Palumbon berburu sebentar, berangkat setelah surya larut

Menyeberangi sungai Rabutlawang yang kebetulan airnya sedang surut

Menuruni lurah Balater menuju pantai lautan, lalu bermalam lagi

4. Pada waktu fajar menyingsing, menuju Kunir Basini, di Sadeng bermalam

Malam berganti malam Baginda pesiar menikmati alam Sarampuan

Sepeninggalnya beliau menjelang kota Bacok bersenang-senang di pantai

Heran memandang karang tersiram riak gelombang berpancar seperti hujan

5. Tapi sang rakawi tidak ikut berkunjung di Bacok, pergi menyidat jalan

Dari Sadeng ke utara menjelang Balung, terus menuju Tumbu dan Habet

Galagah, Tampaling, beristirahat di Renes seraya menanti Baginda

Segera berjumpa lagi dalam perjalanan ke Jayakreta-Wanagriya

Pupuh XXIII

1. Melalui Doni Bontong, Puruhan, Bacek

Pakisaji, Padangan terus ke Secang

Terlintas Jati Gumelar, Silabango

Ke utara ke Dewa Rame dan Dukun

2. Lalu berangkat lagi ke Pakembangan

Di situ bermalam; segera berangkat

Sampailah beliau ke ujung lurah daya

Yang segera dituruni sampai jurang

3. Dari pantai ke utara sepanjang jalan

Sangat sempit, sukar amat dijalani

Lumutnya licin akibat kena hujan

Banyak kereta rusak sebab berlanggar

Pupuh XXIV

1. Terlalu lancar lari kereta melintas Palayangan

Dan Bangkong, dua desa tanpa cerita, terus menuju

Sarana, mereka yang merasa lelah ingin berehat

Lainnya bergegas berebut jalan menuju Surabasa

2. Terpalang matahari terbenam berhenti di padang lalang

Senja pun turun, sapi lelah dilepas dari pasangan

Perjalanan membelok ke utara melintas Turayan

Beramai-ramai lekas-lekas ingin mencapai Patukangan

Pupuh XXV

1. Panjang lamun dikisahkan kelakuan para ment’ri dan abdi

Beramai-ramai Baginda telah sampai di desa Patukangan

Di tepi laut lebar tenang rata terbentang di barat Talakrep

Sebelah utara pakuwuan pasanggrahan Baginda Nata

2. Semua menteri, mancanagara hadir di pakuwuan

Juga jaksa Pasungguhan Sang Wangsadiraja ikut menghadap

Para Upapati yang tanpa cela, para pembesar agama

Panji Siwa dan Panji Buda, faham hukum dan putus sastera

Pupuh XXVI

1. Sang adipati Suradikara memimpin upacara sambutan

Diikuti segenap penduduk daerah wilayah Patukangan

Menyampaikan persembahan, girang bergilir dianugerahi kain

Girang rakyat girang raja, pakuwuan berlimpah kegirangan

2. Untuk pemandangan ada rumah dari ujung memanjang ke lautan

Aneka bentuknya, rakit halamannya, dari jauh bagai pulau

Jalannya jembatan goyah kelihatan bergoyang ditempuh ombak

Itulah buatan sang arya bagai persiapan menyambut raja

Pupuh XXVII

1. Untuk mengurangi sumuk akibat teriknya matahari

Baginda mendekati permaisuri seperti dewa-dewi

Para puteri laksana apsari turun dari kahyangan

Hilangnya keganjilan berganti pandang penuh heran-cengang

2. Berbagai-bagai permainan diadakan demi kesukaan

Berbuat segala apa yang membuat gembira penduduk

Menari topeng, bergumul, bergulat, membuat orang kagum

Sungguh beliau dewa menjelma, sedang mengedari dunia

Pupuh XXVIII

1. Selama kunjungan di desa Patukangan

Para menteri dari Bali dan Madura

Dari Balumbung, kepercayaan Baginda

Menteri seluruh Jawa Timur berkumpul

2. Persembahan bulu bekti bertumpah-limpah

Babi, gudel, kerbau, sapi, ayam dan anjing

Bahan kain yang diterima bertumpuk timbun

Para penonton tercengang-cengang, memandang

3. Tersebut keesokan hari pagi-pagi

Baginda keluar di tengah-tengah rakyat

Diiringi para kawi serta pujangga

Menabur harta, membuat gembira rakyat

Pupuh XXIX

1. Hanya pujangga yang menyamar Prapanca sedih tanpa upama

Berkabung kehilangan kawan kawi-Buda Panji Kertayasa

Teman bersuka-ria, teman karib dalam upacara ‘gama

Beliau dipanggil pulang, sedang mulai menggubah karya megah

2. Kusangka tetap sehat, sanggup mengantar aku ke mana juga

Beliau tahu tempat-tempat mana yang layak pantas dilihat

Rupanya sang pujangga ingin mewariskan karya megah indah

Namun, mangkatlah beliau, ketika aku tiba, tak terduga

3. Itulah lantarannya aku turut berangkat ke desa Keta

Meliwati Tal Tunggal, Halalang-panjang, Pacaran dan Bungatan

Sampai Toya Rungun, Walanding, terus Terapas, lalu bermalam

Paginya berangkat ke Lemah Abang, segera tiba di Keta

Pupuh XXX

1. Tersebut perjalanan Sri Narapati ke arah barat

Segera sampai Keta dan tinggal di sana lima hari

Girang beliau melihat lautan, memandang balai kambang

Tidak lupa menghirup kesenangan lain sehingga puas

2. Atas perintah sang arya semua menteri menghadap

Wiraprana bagai kepala, upapati Siwa-Buda

Mengalir rakyat yang datang sukarela tanpa diundang

Mambawa bahan santapan, girang menerima balasan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar