Sabtu, 10 Juli 2010

Pupuh Negarakretagama 4

Negarakretagama bagian 4


Pupuh XLII

1. Tahun Saka janma sunyi surya (1202) Baginda raja memberantas penjahat

Mahisa Rangga, karena jahat tingkahnya dibenci seluruh negara

Tahun Saka badan langit surya (1206) mengirim utusan menghancurkan Bali

Setelah kalah rajanya menghadap Baginda sebagai orang tawanan

2. Begitulah dari empat jurusan orang lari berlindung di bawah Baginda

Seluruh Pahang, segenap Melayu tunduk menekur di hadapan beliau

Seluruh Gurun, segenap Bakulapura lari mencari perlindungan

Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah Jawa

3. Jauh dari tingkah alpa dan congkak, Baginda waspada tawakal dan bijak

Faham akan segala seluk beluk pemerintahan sejak zaman Kali

Karenanya tawakal dalam agama dan tapa untuk teguhnya ajaran Buda

Menganut jejak para leluhur demi keselamatan seluruh praja

Pupuh XLIII

1. Menurut kabaran sastra raja Pandawa memerintah sejak zaman Dwapara

Tahun Saka lembu gunung indu tiga (3179) beliau pulang ke Budaloka

Sepeninggalnya datang zaman Kali, dunia murka, timbul huru hara

Hanya batara raja yang faham dalam nam guna, dapat menjaga Jagad

2. Itulah sebabnya Baginda teguh bakti menyembah kaki Sakyamuni

Teguh tawakal memegang pancasila, laku utama, upacara suci

Gelaran Jina beliau yang sangat mashur yalah Sri Jnyanabadreswara

Putus dalam ?lsafat, ilmu bahasa dan lain pengetahuan agama

3. Berlumba-lumba beliau menghirup sari segala ilmu kebatinan

Pertama-tama tantra Subuti diselami, intinya masuk ke hati

Melakukan puja, yoga, samadi demi keselamatan seluruh praja

Menghindarkan tenung, mengindahkan anugerah kepada rakyat murba

4. Di antara para raja yang lampau tidak ada yang setara beliau

Faham akan nan guna, sastra, tatwopadesa, pengetahuan agama

Adil, teguh dalam Jinabrata dan tawakal kepada laku utama

Itulah sebabnya beliau turun-temurun menjadi raja pelindung

5. Tahun Saka laut janma bangsawan yama (1214) Baginda pulang ke Jinalaya

Berkat pengetahuan beliau tentang upacara, ajaran agama

Beliau diberi gelaran: Yang Mulia bersemayam di alam Siwa-Buda

Di makam beliau bertegak arca Siwa-Buda terlampau indah permai

6. Di Sagala ditegakkan pula arca Jina sangat bagus dan berkesan

Serta arca Ardanareswari bertunggal dengan arca Sri Bajradewi

Teman kerja dan tapa demi keselamatan dan kesuburan negara

Hyang Wairocana-Locana bagai lambangnya pada arca tunggal, terkenal

Pupuh XLIV

1. Tatkala Sri Baginda Kertanagara pulang ke Budabuana

Merata takut, duka, huru hara, laksana zaman Kali kembali

Raja bawahan bernama Jayakatwang, berwatak terlalu jahat

Berkhianat, karena ingin berkuasa di wilayah Kediri

2. Tahun Saka laut manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya

Atas perintah Siwaput’ra Jayasaba berganti jadi raja

Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri

Tahun tiga sembilan Siwa raja (1193) Jayakatwang raja terakhir

3. Semua raja berbakti kepada cucu putera Girinata

Segenap pulau tunduk kepada kuasa raja Kertanagara

Tetapi raja Kediri Jayakatwang membuta dan mendurhaka

Ternyata damai tak baka akibat bahaya anak piara Kali

4. Berkat keulungan sastra dan keuletannya jadi raja sebentar

Lalu ditundukkan putera Baginda; ketenteraman kembali

Sang menantu Dyah Wijaya, itu gelarnya yang terkenal di dunia

Bersekutu dengan bangsa Tatar, menyerang melebur Jayakatwang

Pupuh XLV

1. Sepeninggal Jayakatwang jagad gilang-cemerlang kembali

Tahun Saka masa rupa surya (1216) beliau menjadi raja

Disembah di Majapahit, k’sayangan rakyat, pelebur musuh

Bergelar Sri Narapati Kretarajasa Jayawardana

2. Selama Kretarajasa Jayawardana duduk di takhta

Seluruh tanah Jawa bersatu padu, tunduk menengadah

Girang memandang pasangan Baginda empat jumlahnya

Puteri Kertanagara cantik-cantik bagai bidadari

Pupuh XLVI

1. Sang Parameswari Tribuwana yang sulung, luput dari cela

Lalu Parameswari Mahadewi, rupawan tidak bertara

Prajnyaparamita Jayendradewi, cantik manis m’nawan hati

Gayatri, yang bungsu, paling terkasih, digelarai Rajapatni

2. Perkawinan beliau dalam kekeluargaan tingkat tiga

Karena Batara Wisnu dengan Batara Narasingamurti

Akrab tingkat pertama; Narasinga menurunkan Dyah Lembu Tal

Sang perwira yuda, dicandikan di Mireng dengan arca Buda

Pupuh XLVII

1. Dyah Lembu Tal itulah bapa Baginda Nata

Dalam hidup atut runtun sepakat sehati

Setitah raja diturut, menggirangkan pandang

Tingkah laku mereka semua meresapkan

2. Tersebut tahun Saka tujuh orang dan surya (1217)

Baginda menobatkan put’ranya di Kediri

Perwira, bijak, pandai, putera Indreswari

Bergelar Sang raja putera Jayanagara

3. Tahun Saka surya mengitari tiga bulan (1231)

Sang prabu mangkat, ditanam di dalam pura

Antahpura, begitu nama makam beliau

Dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa

Pupuh XLVIII

1. Beliau meninggalkan Jayanagara sebagai raja Wilwatikta

Dan dua orang puteri keturunan Rajapatni, terlalu cantik

Bagai dewi Ratih kembar, mengalahkan rupa semua bidadari

Yang sulung jadi rani di Jiwana, yang bungsu jadi rani Daha

2. Tersebut pada tahun Saka mukti guna memaksa rupa (1238) bulan Madu

Baginda Jayanagara berangkat ke Lumajang menyirnakan musuh

Kotanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan

Giris miris segenap jagad melihat keperwiraan Sri Baginda

3. Tahun Saka bulatan memanah surya (1250) beliau berpulang

Segera dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama

Di Sila Petak dan Bubat ditegakkan arca Wisnu terlalu indah

Di Sukalila terpahat arca Buda sebagai jelmaan Amogasidi

Pupuh XLIX

1. Tahun Saka Uma memanah dwi rupa (1256)

Rani Jiwana Wijayatunggadewi

Bergilir mendaki takhta Wilwatikta

Didampingi raja put’ra Singasari

2. Atas perintah ibunda Rajapatni

Sumber bahagia dan pangkal kuasa

Beliau jadi pengemban dan pengawas

Raja muda, Sri Baginda Wilwatikta

3. Tahun Saka api memanah hari (1253)

Sirna musuh di Sadeng, Keta diserang

Selama bertakhta, semua terserah

Kepada menteri bijak, Mada namanya

4. Tahun Saka panah musim mata pusat (1265)

Raja Bali yang alpa dan rendah budi

Diperangi, gugur bersama balanya

Menjauh segala yang jahat, tenteram.

5. Begitu ujar Dang Acarya Ratnamsah

Sungguh dan mengharukan ujar Sang Kaki

Jelas keunggulan Baginda di dunia

Dewa asalnya, titisan Girinata

6. Barangsiapa mendengar kisah raja

Tak puas hatinya, bertambah baktinya

Pasti takut melakukan tidak jahat

Menjauhkan diri dari tindak durhaka

7. Paduka Empu minta maaf berkata:

“Hingga sekian kataku, sang rakawi

Semoga bertambah pengetahuanmu

Bagai buahnya, gubahlah puja sastra

8. Habis jamuan rakawi dengan sopan

Minta diri kembali ke Singasari

Hari surut sampai pesanggrahan lagi

Paginya berangkat menghadap Baginda

Pupuh L

1. Tersebut Baginda Raja berangkat berburu

Berlengkap dengan senjata, kuda dan kereta

Dengan bala ke hutan Nandawa, rimba belantara

Rungkut rimbun penuh gelagah rumput rampak

2. Bala bulat beredar membuat lingkaran

Segera siap kereta berderet rapat

Hutan terkepung, terperanjat kera menjerit

Burung ribut beterbangan berebut dulu

3. Bergabung sorak orang berseru dan membakar

Gemuruh bagaikan deru lautan mendebur

Api tinggi menyala menjilat udara

Seperti waktu hutan Kandawa terbakar

4. Lihat rusa-rusa lari lupa darat

Bingung berebut dahulu dalam rombongan

Takut miris menyebar, ingin lekas lari

Malah menengah berkumpul tumpuk timbun

5. Banyaknya bagai banteng di dalam Gobajra

Penuh sesak, bagai lembu di Wresabapura

Celeng, banteng, rusa, kerbau, kelinci

Biawak, kucing, kera, badak dan lainnya

6. Tertangkap segala binatang dalam hutan

Tak ada yang menentang, semua bersatu

Srigala gagah, yang bersikap tegak-teguh

Berunding dengan singa sebagai ketua

Pupuh LI

1. Izinkanlah saya bertanya kepada sang raja satwa

Sekarang raja merayah hutan, apa yang diperbuat?

Menanti mati sambil berdiri ataukah kita lari

Atau tak gentar serentak melawan, jikalau diserang?

2. Seolah-olah demikian kata srigala dalam rapat

Kijang, kaswari, rusa dan kelinci serempak menjawab:

“Hemat patik tidak ada jalan lain kecuali lari

Lari mencari keselamatan diri sedapat mungkin”.

3. Banteng, kerbau, lembu serta harimau serentak berkata:

“Amboi! Celaka bang kijang, sungguh binatang hina lemah

Bukanlah sifat perwira lari, atau menanti mati.

Melawan dengan harapan menang, itulah kewajiban.”

4. Jawab singa: Usulmu berdua memang pantas diturut

Tapi harap dibedakan, yang dihadapi baik atau buruk.

Jika penjahat, terang kita lari atau kita lawan

Karena sia-sia belaka, jika mati terbunuh olehnya

5. Jika kita menghadapi tripaksa, resi Siwa-Buda

Seyogyanya kita ikuti saja jejak sang pendeta

Jika menghadapi raja berburu, tunggu mati saja

Tak usah engkau merasa enggan menyerahkan hidupmu

6. Karena raja berkuasa mengakhiri hidup makhluk

Sebagai titisan Batara Siwa berupa narpati

Hilang segala dosanya makhluk yang dibunuh beliau

Lebih utama daripada terjun ke dalam telaga

7. Siapa di antara sesama akan jadi musuhku?

Kepada tripaksa aku takut, lebih utama menjauh

Niatku, jika berjumpa raja, akan menyerahkan hidup

Mati olehnya, tak akan lahir lagi bagai binatang

Pupuh LII

1. Bagaikan katanya: “Marilah berkumpul!”

Kemudian serentak maju berdesak

Prajurit darat yang terlanjur langkahnya

Tertahan tanduk satwa, lari kembali

2. Tersebut adalah prajurit berkuda

Bertemu celeng sedang berdesuk kumpul

Kasihan! Beberapa mati terbunuh

Dengan anaknya dirayah tak berdaya

3. Lihatlah celeng jalang maju menerjang

Berempat, berlima, gemuk, tinggi, marah

Buas membekos-bekos, matanya merah

Liar dahsyat, saingnya seruncing golok

Pupuh LIII

1. Tersebut pemburu kijang rusa riuh seru menyeru

Ada satu yang tertusuk tanduk, lelah lambat jalannya

Karena luka kakinya, darah deras meluap-luap

Lainnya mati terinjak-injak, menggelimpang kesakitan

2. Bala kembali berburu, berlengkap tombak serta lembing

Berserak kijang rusa di samping bangkai bertumpuk timbun

Banteng serta binatang galak lainnya bergerak menyerang

Terperanjat bala raja bercicir lari tunggang langgang

3. Ada yang lari berlindung di jurang, semak, kayu rimbun

Ada yang memanjat pohon, ramai mereka berebut puncak

Kasihanlah yang memanjat pohon tergelincir ke bawah

Betisnya segera diseruduk dengan tanduk, pingsanlah!

4. Segera kawan-kawan datang menolong dengan kereta

Menombak, melembing, menikam, melanting, menjejak-jejak

Karenanya badak mundur, meluncur berdebak gemuruh

Lari terburu, terkejar; yang terbunuh bertumpuk timbun

5. Ada pendeta Siwa dan Buda yang turut menombak, mengejar

Disengau harimau, lari diburu binatang mengancam

Lupa akan segala darma, lupa akan tata sila

Turut melakukan kejahatan, melupakan darmanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar