Sabtu, 10 Juli 2010

Pupuh Negarakretagama 5

Negarakretagama bagian 5


Pupuh LIV

1. Tersebut Baginda telah mengendarai kereta kencana

Tinggi lagi indah ditarik lembu yang tidak takut bahaya

Menuju hutan belantara, mengejar buruan ketakutan

Yang menjauhkan diri lari bercerai-berai meninggalkan bangkai

2. Celeng, kaswari, rusa dan kelinci tinggal dalam ketakutan

Baginda berkuda mengejar yang riuh lari bercerai-berai

Menteri, tanda dan pujangga di punggung kuda turut memburu

Binatang jatuh terbunuh, tertombak, terpotong, tertusuk, tertikam

3. Tanahnya luas lagi rata, hutannya rungkut, di bawah terang

Itulah sebabnya kijang dengan mudah dapat diburu kuda

Puaslah hati Baginda, sambil bersantap dihadap pendeta

Bercerita tentang caranya berburu, menimbulkan gelak tawa

Pupuh LV

1. Terlangkahi betapa narpati sambil berburu menyerap sari keindahan

Gunung dan hutan, kadang-kadang kepayahan kembali ke rumah

perkemahan

Membawa wanita seperti cengkerma; di hutan bagai menggempur negara

Tahu kejahatan satwa, beliau tak berdosa terhadap darma ahimsa

2. Tersebut beliau bersiap akan pulang, rindu kepada keindahan pura

Tatkala subakala berangkat menuju Banyu Hanget, Banir dan Talijungan

Bermalam di Wedwawedan, siangnya menuju Kuwarahan, Celong dan Dadamar

Garuntang, Pagar Telaga, Pahanjangan, sampai di situ perjalanan beliau

3. Siangnya perjalanan melalui Tambak, Rabut, Wayuha terus ke Balanak

Menuju Pandakan, Banaragi, sampai Pandamayan beliau lalu bermalam

Kembali ke selatan, ke barat, menuju Jejawar di kaki gunung berapi

Disambut penonton bersorak gembira, menyekar sebentar di candi makam

Pupuh LVI

1. Adanya candi makam tersebut sudah sejak zaman dahulu

Didirikan oleh Sri Kertanagara, moyang Baginda raja

Di situ hanya jenazah beliau sahaja yang dimakamkan

Kar’na beliau dulu memeluk dua agama Siwa-Buda

2. Bentuk candi berkaki Siwa, berpuncak Buda, sangat tinggi

Di dalamnya terdapat arca Siwa, indah tak dapat dinilai

Dan arca Maha Aksobya bermahkota tinggi tidak bertara

Namun telah hilang; memang sudah layak, tempatnya: di Nirwana

Pupuh LVII

1. Konon kabarnya tepat ketika arca Hyang Aksobya hilang

Ada pada Baginda guru besar, mashur, Pada Paduka

Putus tapa, sopan suci penganut pendeta Sakyamuni

Telah terbukti bagai mahapendeta, terpundi sasantri

2. Senang berziarah ke tempat suci, bermalam dalam candi

Hormat mendekati Hyang arca suci, khidmat berbakti sembah

Menimbulkan iri di dalam hati pengawas candi suci

Ditanya, mengapa berbakti kepada arca dewa Siwa

3. Pada Paduka menjelaskan sejarah candi makam suci

Tentang adanya arca Aksobya indah, dahulu di atas

Sepulangnya kembali lagi ke candi menyampaikan bakti

Kecewa! Tercengang memandang arca Maha Aksobya hilang

4. Tahun Saka api memanah hari (1253) itu hilangnya arca

Waktu hilangnya halilintar menyambar candi ke dalam

Benarlah kabaran pendeta besar bebas dari prasangka

Bagaimana membangun kembali candi tua terbengkalai?

5. Tiada ternilai indahnya, sungguh seperti surga turun

Gapura luar, mekala serta bangunannya serba permai

Hiasan di dalamnya naga puspa yang sedang berbunga

Di sisinya lukisan puteri istana berseri-seri

6. Sementara Baginda girang cengkerma menyerap pemandangan

Pakis berserak sebar di tengah tebat bagai bulu dada

Ke timur arahnya di bawah terik matahari Baginda

Meninggalkan candi Pekalongan girang ikut jurang curam

Pupuh LVIII

1. Tersebut dari Jajawa Baginda b’rangkat ke desa Padameyan

Berhenti di Cunggrang, mencahari pemandangan, masuk hutan rindang

Ke arah asrama para pertapa di lereng kaki gunung menghadap jurang

Luang jurang ternganga-nganga ingin menelan orang yang memandang

2. Habis menyerap pemandangan, masih pagi kereta telah siap

Ke barat arahnya menuju gunung melalui jalannya dahulu

Tiba di penginapan Japan, barisan tentara datang menjemput

Yang tinggal di pura iri kepada yang gembira pergi menghadap

3. Pukul tiga itulah waktu Baginda bersantap bersama-sama

Paling muka duduk Baginda, lalu dua paman berturut tingkat

Raja Matahun dan Paguhan bersama permaisuri agak jauhan

Di sisi Sri Baginda; terlangkahi berapa lamanya bersantap

Pupuh LIX

1. Paginya pasukan kereta Baginda berangkat lagi

Sang pujangga menyidat jalan ke Rabut, Tugu, Pengiring

Singgah di Pahyangan, menemui kelompok sanak kadang

Dijamu sekadarnya karena kunjungannya mendadak

2. Banasara dan Sangkan Adoh telah lama dilalui

Pukul dua Baginda t’lah sampai di perbatasan kota

Sepanjang jalan berdesuk-desuk, gajah, kuda, pedati

Kerbau, banteng dan prajurit darat sibuk berebut jalan

3. Teratur rapi mereka berarak di dalam deretan

Narpati Pajang, permaisuri dan pengiring paling muka

Di belakangnya, tidak jauh, berikut Narpati Lasem

Terlampau indah keretanya, menyilaukan yang memandang

4. Rani Daha, rani Wengker semuanyan urut belakang

Disusul rani Jiwana bersama laki dan pengiring

Bagai penutup kereta Baginda serombongan besar

Diiringi beberapa ribu perwira dan para ment’ri

5. Tersebut orang yang rapat rampak menambak tepi jalan

Berjejal ribut menanti kereta Baginda berlintas

Tergopoh-gopoh perempuan ke pintu berebut tempat

Malahan ada yang lari telanjang lepas sabuk kainnya

6. Yang jauh tempatnya, memanjat ke kayu berebut tinggi

Duduk berdesak-desak di dahan, tak pandang tua muda

Bahkan ada juga yang memanjat batang kelapa kuning

Lupa malu dilihat orang, karena tepekur memandang

7. Gemuruh dengung gong menampung Sri Baginda raja datang

Terdiam duduk merunduk segenap orang di jalanan

Setelah raja lalu, berarak pengiring di belakang

Gajah, kuda, keledai, kerbau berduyun beruntun-runtun

Pupuh LX

1. Yang berjalan rampak berarak-arak

Barisan pikulan bejalan belakang

Lada, kesumba, kapas, buah kelapa

Buah pinang, asam dan wijen terpikul

2. Di belakangnya pemikul barang berat

Sengkeyegan lambat berbimbingan tangan

Kanan menuntun kirik dan kiri genjik

Dengan ayam itik di k’ranjang merunduk

3. Jenis barang terkumpul dalam pikulan

Buah kecubung, rebung, s’ludang, cempaluk

Nyiru, kerucut, tempayan, dulang, periuk

Gelaknya seperti hujan panah jatuh

4. Tersebut Baginda telah masuk pura

Semua bubar masuk ke rumah masing-masing

Ramai bercerita tentang hal yang lalu

Membuat gembira semua sanak kadang

Pupuh LXI

1. Waktu lalu; Baginda tak lama di istana

Tahun Saka dua gajah bulan (1282) Badra pada

Beliau berangkat menuju Tirib dan Sempur

Nampak sangat banyak binatang di dalam hutan

2. Tahun Saka tiga badan dan bulan (1283) Waisaka

Baginda raja berangkat menyekar ke Palah

Dan mengunjungi Jimbe untuk menghibur hati

Di Lawang Wentar, Blitar menenteramkan cita

3. Dari Blitar ke selatan jalannya mendaki

Pohonnya jarang, layu lesu kekurangan air

Sampai Lodaya bermalam beberapa hari

Tertarik keindahan lautan, menyisir pantai

4. Meninggalkan Lodaya menuju desa Simping

Ingin memperbaiki candi makam leluhur

Menaranya rusak, dilihat miring ke barat

Perlu ditegakkan kembali agak ke timur

Pupuh LXII

1. Perbaikan disesuaikan dengan bunyi prasati, yang dibaca lagi

Diukur panjang lebarnya; di sebelah timur sudah ada tugu

Asrama Gurung-gurung diambil sebagai denah candi makam

Untuk gantinya diberikan Ginting, Wisnurare di Bajradara

2. Waktu pulang mengambil jalan Jukung, Jnyanabadran terus ke timur

Berhenti di Bajralaksmi dan bermalan di candi Surabawana

Paginya berangkat lagi, berhenti di Bekel, sore sampai pura

Semua pengiring bersowang-sowang pulang ke rumah masing-masing

Pupuh LXIII

1. Tersebut paginya Sri naranata dihadap para ment’ri semua

Di muka para arya, lalu pepatih, duduk teratur di manguntur

Patih amangkubumi Gajah Mada tampil ke muka sambil berkata:

“Baginda akan melakukan kewajiban yang tak boleh diabaikan

2. Atas perintah sang rani Sri Tribuwana Wijayatunggadewi

Supaya pesta serada Sri Rajapatni dilangsungkan Sri Baginda

Di istana pada tahun Saka bersirah empat (1284) bulan Badrapada

Semua pembesar dan Wreda menteri diharap memberi sumbangan.”

3. Begitu kata sang patih dengan ramah, membuat gembira Baginda

Sorenya datang para pendeta, para budiman, sarjana dan ment’ri

Yang dapat pinjaman tanah dengan Ranadiraja sebagai kepala

Bersama-sama membicarakan biaya di hadapan Sri Baginda

4. Tersebut sebelum bulan Badrapada menjelang surutnya Srawana

Semua pelukis berlipat giat menghias “tempat singa” di setinggil

Ada yang mengetam baki makanan, bokor-bokoran, membuat arca

Pandai emas dan perak turut sibuk bekerja membuat persiapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar