Sabtu, 10 Juli 2010

Pupuh Negarakretagama 7

Negarakretagama bagian 7


Pupuh LXXVI

1. Desa perdikan Siwa yang bebas dari pajak: biara relung Kunci, Kapulungan

Roma, Wwatan, Iswaragreha, Palabdi, Tanjung, Kutalamba, begitu pula Taruna

Parhyangan, Kuti Jati, Candi Lima, Nilakusuma, Harimandana, Uttamasuka

Prasada-haji, Sadang, Panggumpulan, Katisanggraha, begitu pula Jayasika

2. Tak ketinggalan: Spatika, Yang Jayamanalu, Haribawana, Candi Pangkal, Pigit

Nyudonta, Katuda, Srangan, Kapukuran, Dayamuka, Kalinandana, Kanigara

Rambut, Wuluhan, Kinawung, Sukawijaya, dan lagi Kajaha, demikian pula

Campen, Ratimanatasrama, Kula, Kaling, ditambah sebuah lagi Batu Putih

3. Desa perdikan kasogatan yang bebas dari pajak: Wipulahara, Kutahaji

Janatraya, Rajadanya, Kuwanata, Surayasa, Jarak, Lagundi, serta Wadari

Wewe Pacekan, Pasaruan, Lemah Surat, Pamanikan, Srangan serta Pangiketan

Panghawan, Damalang, Tepasjita, Wanasrama, Jenar, Samudrawela dan Pamulang

4. Baryang, Amretawardani, Wetiwetih, Kawinayan, Patemon, serta Kanuruhan

Engtal, Wengker, Banyu Jiken, Batabata, Pagagan, Sibok dan Padurungan

Pindatuha, Telang, Suraba, itulah yang terpenting, sebuah lagi Sukalila

Tak disebut perdikan tambahan seperti Pogara, Kulur, Tangkil dan sebagainya

Pupuh LXXVII

1. Selanjutnya disebut berturut desa kebudaan Bajradara:

Isanabajra, Naditata, Mukuh, Sambang, Tanjung, Amretasaba

Bangbang, Bodimula, Waharu Tampak, serta Puruhan dan Tadara

Tidak juga terlangkahi Kumuda, Ratna serta Nadinagara

2. Wungajaya, Palandi, Tangkil, Asahing, Samici serta Acitahen

Nairanjana, Wijayawaktra, Mageneng, Pojahan dan Balamasin

Krat, Lemah Tulis, Ratnapangkaya, Panumbangan, serta Kahuripan

Ketaki, Telaga Jambala, Jungul ditambah lagi Wisnuwala

3. Badur, Wirun, Wungkilur, Mananggung, Watukura serta Bajrasana

Pajambayan, Salanten, Simapura, Tambak Laleyan, Pilanggu

Pohaji, Wangkali, Biru, Lembah, Dalinan, Pangadwan yang terakhir

Itulah desa kebudaan Bajradara yang sudah berprasasti

Pupuh LXXVIII

1. Desa keresian seperti berikut: Sampud, Rupit dan Pilan

Pucangan, Jagadita, Pawitra, masih sebuah lagi Butun

Di situ terbentang taman, didirikan lingga dan saluran air

Yang Mulia Mahaguru—demikian sebutan beliau—

2. Yang diserahi tugas menjaga sejak dulu menurut piagam

Selanjutnya desa perdikan tanpa candi, di antaranya yang penting:

Bangawan, Tunggal, Sidayatra, Jaya Sidahajeng, Lwah Kali dan Twas

Wasista, Palah, Padar, Siringan, itulah desa perdikan Siwa

3. Wangjang, Bajrapura, Wanara, Makiduk, Hanten, Guha dan Jiwa

Jumpud, Soba, Pamuntaran, dan Baru, perdikan Buda utama

Kajar, Dana Hanyar, Turas, Jalagiri, Centing, Wekas

Wandira, Wandayan, Gatawang, Kulampayan dan Talu, pertapaan resi

4. Desa perdikan Wisnu berserak di Batwan serta Kamangsian

Batu, Tanggulian, Dakulut, Galuh, Makalaran, itu yang penting

Sedang, Medang, Hulun Hyan, Parung, Langge, Pasajan, Kelut, Andelmat

Paradah, Geneng, Panggawan, sudah sejak lama bebas pajak

5. Terlewati segala dukuh yang terpencar di seluruh Jawa

Begitu pula asrama tetap yang bercandi serta yang tidak

Yang bercandi menerima bantuan tetap dari Baginda raja

Begitu juga dukuh pengawas, tempat belajar upacara

Pupuh LXXIX

1. Telah diteliti sejarah berdirinya segala desa di Jawa

Perdikan, candi, tanah pusaka, daerah dewa, biara dan dukuh

Yang berpiagam dipertahankan; yang tidak segera diperintahkan

Pulang kepada dewan desa di hadapan Sang Arya Ranadiraja

2. Segenap desa sudah diteliti menurut perintah Raja Wengker

Raja Singasari bertitah mendaftar jiwa serta seluk-salurannya

Petugas giat menepati perintah, berpegang kepada aturan

Segenap penduduk Jawa patuh mengindahkan perintah Baginda raja

3. Semua tata aturan patuh diturut oleh pulau Bali

Candi, asrama, pesanggrahan telah diteliti sejarah tegaknya

Pembesar kebudaan Badahulu, Badaha Lo Gajah ditugaskan

Membina segenap candi, bekerja rajin dan mencatat semuanya

Pupuh LXXX

1. Perdikan kebudayaan Bali sebagai berikut; biara Baharu (hanyar)

Kadikaranan, Purwanagara, Wiharabahu, Adiraja, Kuturan

Itulah enam kebudayaan Bajradara, biara kependetaan

Terlangkahi biara dengan bantuan negara seperti Arya-dadi

2. Berikut candi makam di Bukit Sulang, Lemah Lampung, dan Anyawasuda

Tatagatapura, Grehastadara, sangat mashur, dibangun atas piagam

Pada tahun Saka angkasa rasa surya (1260) oleh Sri Baginda Jiwana

Yang memberkahi tanahnya, membangun candinya: upasaka wreda mentri

3. Semua perdikan dengan bukti prasasti dibiarkan tetap berdiri

Terjaga dan terlindungi segala bagunan setiap orang budiman

Begitulah tabiat raja utama, berjaya, berkuasa, perkasa

Semoga kelak para raja sudi membina semua bangunan suci

4. Maksudnya agar musnah semua durjana dari muka bumi laladan

Itulah tujuan melintas, menelusur dusun-dusun sampai ke tepi laut

Menenteramkan hati pertapa yang rela tinggal di pantai, gunung dan hutan

Lega bertapa brata dan bersamadi demi kesejahteraan negara

Pupuh LXXXI

1. Besarlah minat Baginda untuk tegaknya tripaksa

Tentang piagam beliau bersikap agar tetap diindahkan

Begitu pula tentang pengeluaran undang-undang, supaya

Laku utama, tata sila dan adat-tutur diperhatikan

2. Itulah sebabnya sang caturdwija mengejar laku utama

Resi, Wipra, pendeta Siwa Buda teguh mengindahkan tutur

Catur asrama terutama catur basma tunduk rungkup tekun

Melakukan tapa brata, rajin mempelajari upacara

3. Semua anggota empat kasta teguh mengindahkan ajaran

Para menteri dan arya pandai membina urusan negara

Para puteri dan satria berlaku sopan, berhati teguh

Waisya dan sudra dengan gembira menepati tugas darmanya

4. Empat kasta yang lahir sesuai keinginan Hyang Maha Tinggi

Konon tunduk rungkup kepada kuasa dan perintah Baginda

Teguh tingkah tabiatnya, juga ketiga golongan terbawah

Candala, Mleca dan Tuca mencoba mencabut cacad-cacadnya

Pupuh LXXXII

1. Begitulah tanah Jawa pada zaman pemerintahan Sri Nata

Penegakan bangunan-bangunan suci membuat gembira rakyat

Baginda menjadi teladan di dalam menjalankan enam darma

Para ibu kagum memandang, setuju dengan tingkah laku sang prabu

2. Sri Nata Singasari membuka ladang luas di daerah Sagala

Sri Nata Wengker membuka hutan Surabana, Pasuruan, Pajang

Mendirikan perdikan Buda di Rawi, Locanapura, Kapulungan

Baginda sendiri membuka ladang Watsari di Tigawangi

3. Semua menteri mengenyam tanah pelenggahan yang cukup luas

Candi, biara dan lingga utama dibangun tak ada putusnya

Sebagai tanda bakti kepada dewa, leluhur, para pendeta

Memang benar budi luhur tertabur mengikuti jejak Sri Nata

Pupuh LXXXIII

1. Begitulah keluhuran Sri Baginda ekananta di Wilwatika

Terpuji bagaikan bulan di musim gugur, terlalu indah terpandang

Durjana laksana tunjung merah, sujana seperti teratai putih

Abdi, harta, kereta, gajah, kuda berlimpah-limpah bagai samudera

2. Bertambah mashur keluhuran pulau Jawa di seluruh jagad raya

Hanya Jambudwipa dan pulau Jawa yang disebut negara utama

Banyak pujangga dan dyaksa serta para upapati, tujuh jumlahnya

Panji Jiwalekan dan Tengara yang menonjol bijak di dalam kerja

3. Mashurlah nama pendeta Brahmaraja bagai pujangga, ahli tutur

Putus dalam tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya

Hyang brahmana, sopan, suci, ahli weda, menjalankan nam laku utama

Batara Wisnu dengan cipta dan mentera membuat sejahtera negara

4. Itulah sebabnya berduyun-duyun tamu asing datang berkunjung

Dari Jambudwipa, Kamboja, Cina, Yamana, Campa dan Karnataka

Goda serta Siam mengarungi lautan bersama para pedagang

Resi dan pendeta, semua merasa puas, menetap dengan senang

5. Tiap bulan Palguna Sri Nata dihormat di seluruh negara

Berdesak-desak para pembesar, empat penjuru, para prabot desa

Hakim dan pembantunya, bahkan pun dari Bali mengaturkan upeti

Pekan penuh sesak pembeli penjual, barang terhampar di dasaran

6. Berputar keliling gamelan dalam tanduan diarak rakyat ramai

Tiap bertabuh tujuh kali, pembawa sajian menghadap ke pura

Korban api, ucapan mantra dilakukan para pendeta Siwa-Buda

Mulai tanggal delapan bulan petang demi keselamatan Baginda

Pupuh LXXXIV

1. Tersebut pada tanggal patbelas bulan petang Baginda berkirap

Selama kirap keliling kota busana Baginda serba kencana

Ditata jempana kencana, panjang berarak beranut runtun

Menteri, sarjana, pendeta beriring dalam pakaian seragam

2. Mengguntur gaung gong dan salung, disambut terompet meriah sahut-menyahut

Bergerak barisan pujangga menampung beliau dengan puja sloka

Gubahan kawi raja dari pelbagai kota dari seluruh Jawa

Tanda bukti Baginda perwira bagai Rama, mulia bagai Sri Kresna

3. Telah naik Baginda di takhta mutu-manikam, bergebar pancar sinar

Seolah-olah Hyang Trimurti datang mengucapkan puji astuti

Yang nampak, semua serba mulia, sebab Baginda memang raja agung

Serupa jelmaan Sang Sudodanaputera dari Jina bawana

4. Sri nata Pajang dengan sang permaisuri berjalan paling muka

Lepas dari singgasana yang diarak pengiring terlalu banyak

Menteri Pajang dan Paguhan serta pengiring jadi satu kelompok

Ribuan jumlahnya, berpakaian seragam membawa panji dan tunggul

5. Raja Lasem dengan permaisuri serta pengiring di belakangnya

Lalu raja Kediri dengan permaisuri serta menteri dan tentara

Berikut maharani Jiwana dengan suami dan para pengiring

Sebagai penutup Baginda dan para pembesar seluruh Jawa

6. Penuh berdesak sesak para penonton ribut berebut tempat

Di tepi jalan kereta dan pedati berjajar rapat memanjang

Tiap rumah mengibarkan bendera, dan panggung membujur sangat panjang

Penuh sesak perempuan tua muda, berjejal berimpit-impitan

7. Rindu sendu hatinya seperti baru pertama kali menonton

Terlangkahi peristiwa pagi, waktu Baginda mendaki setinggil

Pendeta menghaturkan kendi berisi air suci di dulang berukir

Menteri serta pembesar tampil ke muka menyembah bersama-sama

Pupuh LXXXV

1. Tanggal satu bulan Caitra bala tentara berkumpul bertemu muka

Menteri, perwira, para arya dan pembantu raja semua hadir

Kepala daerah, ketua desa, para tamu dari luar kota

Begitu pula para kesatria, pendeta dan brahmana utama

2. Maksud pertemuan agar para warga mengelakkan watak jahat

Tetapi menganut ajaran Rajakapakapa, dibaca tiap Caitra

Menghindari tabiat jahat, seperti suka mengambil milik orang

Memiliki harta benda dewa, demi keselamatan masyarakat

Pupuh LXXXVI

1. Dua hari kemudian berlangsung perayaan besar

Di utara kota terbentang lapangan bernama Bubat

Sering dikunjungi Baginda, naik tandu bersudut singa

Diarak abdi berjalan, membuat kagum tiap orang

2. Bubat adalah lapangan luas lebar dan rata

Membentang ke timur setengah krosa sampai jalan raya

Dan setengah krosa ke utara bertemu tebing sungai

Dikelilingi bangunan menteri di dalam kelompok

3. Menjulang sangat tinggi bangunan besar di tengah padang

Tiangnya penuh berukir dengan isi dongengan parwa

Dekat di sebelah baratnya bangunan serupa istana

Tempat menampung Baginda di panggung pada bulan Caitra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar