Jumat, 15 Oktober 2010

Soto Madura Wawan, yang Terkenal di Surabaya


Di Surabaya ada begitu banyak orang Madura menjalankan bisnis makanan ataupun jajanan khas Madura. Namun, tak banyak dari mereka bisa menjamah pertokoan besar untuk mendirikan banyak cabang di dalamnya.

Wawan bukanlah orang Madura tulen. Dia juga tak pernah menempuh pendidikan formal yang terlalu tinggi, cukup bersekolah hingga tamat SMA. Bapak tiga anak ini juga tak punya modal materi besar saat pertama kali menjalankan usahanya. Dia hanya bermodal tekad untuk memerbaiki taraf hidup dan membahagiakan orangtua serta keluarga yang sudah dibangunnya.

Meski begitu, dia punya sumbangan yang luar biasa bagi pulau Madura. Dia ikut memberikan kontribusi dan warna kuliner nusantara dengan terus memajukan usahanya. Warung Soto Madura milik pria dengan nama lengkap Wawan Sugianto itu kini telah masuk ke beberapa pertokoan besar dan mall-mall modern di ibukota Jawa Timur ini.

"Dulu setelah lulus sekolah di Bojonegoro sekitar tahun 1988 saya pergi ke Surabaya. Saya bekerja di sebuah hotel di sini," ucap Wawan.

"Di hotel itu saya bertemu dengan salah seorang teman. Dia adalah anak salah seorang penjual soto Madura yang cukup terkenal di Surabaya," imbuhnya.

Pertemanan dua pemuda itu kemudian berlanjut. Mereka selalu berkomunikasi tentang pekerjaan mereka di hotel hingga merencanakan untuk membangun usaha mandiri dan keluar dari pekerjaan yang saat itu dilakoninya. "Ibaratnya, kita berdua saat itu ibarat kakak beradik. Kami berdua saling membantu dalam banyak hal, hingga akhirnya kami keluar dari pekerjaan di hotel," ungkapnya.

Wawan kemudian memutuskan untuk bergabung dengan temannya dan mulai berjualan soto Madura. Saat itu, soto terkenal dari Madura berlabel Soto Madura Kali Asin.

Putra Purnawirawan ABRI itu mulai berjualan soto sendiri sejak 20 tahun silam. Sejak pertama kali berjualan, dia mengaku tak pernah menjajakan soto Madura berkeliling kampung layaknya penjual pemula. Dia bekerjasama dengan salah seorang pemilik rumah di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya. "Saya yang jual makanan, pemilik rumah yang menjual minuman," tandasnya.

Tak lama berselang, dia pun berinisiatif mendirikan usahanya secara mandiri. Sebab, warung sotonya begitu ramai dikunjungi penggemar makanan khas Madura tersebut. Maka, dia mulai rajin menabung untuk menyewa sebuah rumah untuk membesarkan usahanya. Dari situ, dia mulai mematangkan niatnya untuk terus memajukan usaha warung soto Madura yang sudah diberi nama panggilannya tersebut, Soto Madura Wawan. Nama itu dipakainya supaya orang mudah mengingatnya.

Di Surabaya ini banyak juga orang berjualan soto. Jadi supaya gampang diingat saya pakai nama saya sendiri saja. Orang yang sudah pernah makan di sini saya harapkan bisa terus ingat," paparnya.

Uang tabungan Wawan akhirnya terkumpul. Dia segera mencari lokasi yang strategis untuk membuka warung yang seluruhnya akan dikelola dan dibiayainya sendiri. Maka dipilihlah salah satu rumah yang juga berlokasi di Jalan Mayjen Sungkono Surabaya. "Di sini (Mayjen Sungkono 86, Red.) saya mulai mendirikan usaha saya sendiri. Jadi, tempat ini sangat bersejarah bagi saya," ujarnya saat ditemui di warung sotonya tersebut.

Tempat yang dipilihnya untuk berjualan sangat menguntungkan. Lokasinya yang strategis membuat penggemar soto berdatangan dan menjadi pelanggan tetap. "Paling tidak, di tahun-tahun pertama saya sudah merasakan bahwa usaha saya ini (Soto Madura, Red.) bisa berkembang dengan baik di Surabaya," katanya bersemangat.

http://images.goal2go.multiply.com/image/1/photos/upload/300x300/R2Bj4QoKCn8AADxgE2c1/Soto%20Madura%201.JPG?et=vcKD%2CnuFO8I5Ko73%2CfYE7Q&nmid=


Langkah selanjutnya, Wawan membeli rumah yang awalnya dia sewa untuk warungnya tersebut. Karena lokasinya yang cukup strategis, tak heran jika Wawan harus mengeluarkan banyak tabungannya. "Tapi tak apalah, yang penting usaha saya bisa berkembang," tandasnya.

Keberhasilannya terus meningkat. Dia berpikir, agar usahanya berjalan dengan baik dan kesehatan keuangan terus terjaga, maka harus ada pengelolaan secara professional dari tangan-tangan berpengalaman. Lalu, dia mulai merekrut beberapa tenaga kerja untuk dijadikan pelayan di warung dan sebagian untuk kantor pengelola keuangan.

"Kalau untuk kantor, saya merekrut akuntan yang sudah berpengalaman. Begitu juga untuk tenaga-tenaga operasional. Baik di kantor maupun di warung," ujarnya.

Sebab, lanjut pria penghobi burung berkicau ini, dia mulai kebingungan mengatur sendiri operasional usaha maupun keungannya jika ditanganinya sendiri. Dia akhirnya bisa bernafas lega setelah semua pekerjanya bisa menjalankan tugasnya secara professional dan bertanggung jawab. "Karyawan saya bukan hanya orang Madura, tapi lintas nusantara. Yang penting mereka bisa bekerja dengan baik," ucapnya. (nra/ed)

Sumber: Jawa Pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar