Jumat, 17 Desember 2010
Kostum Timnas Indonesia Setara dengan Brazil
Sejak 2007, Nike menjadi pemasok kostum timnas Indonesia. Selama itu pula, tiga kali desain dan konsep kostum Tim Merah Putih mengalami perubahan. Mulai dari desain yang mengambil tema tokoh pewayangan pada kostum di Piala Asia 2007 hingga pada konsep yang mengedepankan semangat dan keberanian di kostum Piala AFF 2008.
Untuk tema desain kostum di Piala AFF 2010, Nike mengusung konsep yang hampir sama. Mereka mengangkat semangat nasionalisme dengan menonjolkan ciri khas Indonesia. Bedanya, dari sisi visual, penegasan budaya Indonesia lebih terasa.
"Kami berharap kentalnya corak Indonesia ini bisa menambah semangat pemain di lapangan. Mereka lebih berani dan bangga memakai kostum kebesaran timnas," kata Nadita Wardani, Brand Connection Nike.
Dibandingkan desain pada dua kostum sebelumnya, perbedaan visual sangat ketara. Di bagian depan contohnya, warna merah tidak ditampilkan polos. Ada garis tipis berwarna hitam yang membentuk lambang Garuda Pancasila di sana.
Di bagian dada, logo Garuda Pancasila lebih menonjol dengan garis melingkar di sekitarnya. "Di balik logo Garuda itu ada tulisan Bhineka Tunggal Ika. Di bagian leher belakang juga ada topografi Indonesia," tambah Jefry, prudoct specialist Nike.
Tim Merah Putih digarap sama persis dengan kostum tim besar yang disponsori Nike. "Ketika membuat kostum buat Brasil, Belanda dan Portugal di Piala Dunia 2010 lalu. Kami juga mempertimbangkan ciri khas culture dari negara-negara tersebut. Untuk timnas Indonesia pun kami melakukan hal yang sama," beber Nadita.
Bagaimana dengan teknologi dan bahan yang digunakan? Nike mengklaim tak ada perbedaan sama sekali. Bahan kostum yang dipakai Firman Utina cs sama dengan yang dikenakan pemain-pemain dunia sekelas Cristiano Ronaldo di timnas Portugal atau Kaka di timnas Brasil.
Gimana keren khan kostum timnas kita....setara dengan kostum Kaka dan CR7. Semoga nasibnya juga sama dengan Brasil.
Sumber: bolagoalnet.blogspot.com
Piala AFF, Timnas Gunakan Kostum Ramah Lingkungan
Nike mempersembahkan kostum timnas yang ramah lingkungan untuk dikenakan saat Piala Suzuki Federasi Sepakbola Asean – Piala Suzuki AFF 2010.
Uniknya, kostum ini dibuat dari bahan poliester dengan cara mendaur ulang delapan botol bekas. Untuk membuat kostum timnas 2010, pemasok kain untuk Nike mengumpulkan botol plastik bekas dari berbagai tempat dan melelehkannya untuk menghasilkan benang baru untuk dianyam menjadi bahan kaus.
Proses ini menghemat bahan dasar dan mengurangi konsumsi energi hingga 30% jika dibandingkan dengan pembuatan dari bahan dasar baru. Dengan menggunakan bahan poliester daur-ulang untuk kostum nasionalnya, Nike berhasil mengurangi limbah poliester yang akan dibuang ke TPA di seluruh dunia.
Kostum timnas ini merupakan langkah penting dalam usaha menjadikan produk Nike lebih ramah lingkungan. Dengan menggunakan poliester daur-ulang untuk koleksi kostum timnas barunya, Nike telah mengambil peran aktif dalam usaha pelestarian lingkungan dengan mengumpulkan sekitar 5 juta ton botol plastik bekas untuk didaur-ulang.
Untuk kostum timnas Indonesia, desain digabungkan dengan inspirasi budaya dalam negeri yang menjadi acuan dalam pembuatan konsep kostum ini. Bhinneka Tunggal Ika menjadi desain inspiratif dalam penentuan pesan yang memotivasi timnas dalam bertanding dan dicantumkan di dalam desain. Tulisan Bhinneka Tunggal Ika dapat ditemukan dibalik Lambang Garuda pada sisi kanan depan seragam. Logo sayap Garuda di bagian leher dalam melambangkan lambang negara sekaligus cermin identitas bangsa.
Sumber: inilah.com
Profil Timnas Indonesia Piala AFF 2010
Pelatih timnas senior Alfred Riedl telah menetapkan 25 pemain yang akan memperkuat tim Merah Putih di Piala AFF 2010 pada 1-29 Desember mendatang di Jakarta dan Hanoi.
Deputi bidang teknis Badan Tim Nasional [BTN] PSSI Iman Arif mengatakan, ke-25 pemain itu tidak mengalami perubahan hingga pelaksanaan Piala AFF nanti. Pergantian hanya dilakukan bila ada pemain yang mengalami cedera.
Awalnya BTN telah mengirimkan 30 nama ke panitia Piala AFF untuk skuad timnas. Dengan penetapan 25 pemain itu, maka lima pemain yang tak terpilih berstatus ‘stand by’.
Lima nama yang tak masuk ke dalam daftar 25 pemain adalah kiper Persiba Balikpapan I Made Wirawan, bek Supardi [Sriwijaya FC] dan Yesaya Desnam [Persiwa Wamena], serta striker Johan Juansyah [Persijap Jepara] dan Dendi Santoso [Arema Indonesia].
“Kelima pemain itu tidak kami coret. Mereka akan tetap masuk ke dalam skuad jika ada pemain yang cedera menjelang atau ketika Piala AFF digulirkan. Ini juga untuk mempermudah pergantian pemain saat Piala AFF berlangsung,” ujar Iman.
Pelatnas Piala AFF tahap terakhir akan dimulai pada 8 November. Serangkaian uji coba sudah disiapkan menjelang turnamen dua tahunan tersebut.
Skuad Timnas Indonesia Di Piala AFF 2010 :
Kiper: Markus Horison [Persib Bandung], Ferry Rotinsulu [Sriwijaya FC], Kurnia Meiga [Arema Indonesia].
Belakang: Zulkifli [Arema Indonesia], Benny Wahyudi [Arema], Nova Arianto [Persib], Maman Abdurahman [Persib], Hamka Hamzah [Persipura Jayapura], M Roby [Persisam Samarinda], M Nasuha [Persija Jakarta], Slamet Riyadi [Persela Lamongan].
Tengah: M Ridwan [Sriwijaya FC], Arif Suyono [Sriwijaya FC], Toni Sucipto [Persija], Firman Utina [Sriwijaya FC], Eka Ramdani [Persib], Ahmad Bustomi [Arema Indonesia], Hariono [Persib], Oktovianus Maniani [Sriwijaya FC], Oktavianus [Persija].
Depan: Christian Gonzales [Persib], Irfan Bachdim [Persema Malang], Boas Salossa [Persipura], Bambang Pamungkas [Persija], Yongky Aribowo [Arema].
Luar Biasa Suporter Timnas Indonesia!
Luar biasa!
Pelatih Tim Nasional (Timnas) Pilifina Simon Alexander McMenemy sama sekali tak menyangka betapa hebatnya suporter Indonesia. "Saya tak menyangka bakal seperti ini," kata McMenemy. Bertempat di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Kamis 16 Desember 2010, Indonesia sukses mengalahkan filipina di leg pertama semifinal Piala AFF.
Ribuan suporter Indonesia tumpah ruah, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tak kenal lelah, suporter Indonesia terus mendukung Firman Utina dan kawan-kawan. Dukungan berupa mars Garuda Di Dadaku, tepuk tangan, dan teriakan 'huuu...' membuat anak-anak asuh McMenemy salah tingkah.
"Suasana begitu berisik. Salah sedikit, kami langsung disoraki. Sebaliknya, tim Anda mendapat dukungan begitu hebat," kata McMenemy.
McMenemy wajar terheran-heran. Masyarakat Indonesia sangat mencintai tim nasional-nya. Membludaknya suporter tak hanya ketika kontra Pilifina, tapi juga kala Firman Utina dan kawan-kawan berhadapan dengan tim lain di Grup A, yakni Malaysia, Laos, dan Thailand.
Eskalasi penonton setiap kali Tim Merah Putih bertanding mengalami kenaikan siginifikan. Jika Indonesia melaju ke final, bisa dipastikan jumlah penonton akan lebih bertambah.
Siapakah suporter Indonesia itu? Jawabannya beragam. Bisa jadi mereka adalah fans klub peserta DISL (Djarum Indonesia Super League) semacam Jak Mania (Persija Jakarta), Bobotoh (Persib Bandung), Singa Mania (Sriwijaya FC), Aremania (Arema Indonesia), dan lain-lain. Bisa jadi pula mereka adalah individu-individu tak punya afiliasi ke salah satu klub. Katakanlah seperti orang kantoran, politisi, seniman, bahkan preman. Semua lebur jadi satu: Suporter Indonesia.
Dalam sebuah tim, tak terkecuali timnas, kehadiran suporter sangat dibutuhkan. Dengan kata lain, suporter merupakan elemen yang terpisahkan dari pertandingan sepak bola. Kehadiran mereka sangat dinanti, sebab mereka adalah 'pemain ke-12'.
Wajar jika setiap kali memetik kemenangan, pelatih Alfred Riedl dan pemain yang diwakili sang kapten Firman Utina selalu mengucapkan terima kasih kepada semua suporter, baik yang ada di rumah terlebih yang datang ke stadion.
Bisa dibayangkan, jika saja McMenemy suatu saat nanti menukangi salah satu tim sepak bola di Indonesia. Pelatih berusia 33 tahun tentu tak akan kaget, sebab setiap kali laga DISL digelar ribuan fans tuan rumah menyatroni stadion.
Sebelum laga, McMenemy yakin anak-anak asuhnya tak akan terpengaruh dengan kehadiran suporter. Saat bertemu Vietnam sebagai tuan rumah Grup B, Alexander Charles Luis dan kawan-kawan mampu tampil gemilang. Padahal, laga berlangsung di hadapan pendukung tuan rumah. Atas dasar inilah, McMenemy tak terlampau merisaukan publik Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Akan tetapi, McMenemy meleset. Indonesia bukanlah Vietnam. Jakarta bukan Hanoi. Soal militansi dan loyalitas, Vietnam tak ada apa-apanya. Di kompetisi DISL, boleh dibilang tak pernah sepi dari penonton. Minimal, 20 sampai 30 ribu pendukung tuan rumah hadir di stadion.
Jak Mania, misalnya. Setiap kali Macan Kemayoran melakoni laga kandang, sedikitnya 30 ribu Jak Mania hadir guna mendukung perjuangan Bambang Pamungkas dan kawan-kawan. Ini juga tersuguhkan di Bandung, Malang, Papua, Palembang, Balikpapan, Makassar, Jepara, Pekanbaru, Padang, kota-kota lainnya peserta DISL.
Maka dari itulah, jika McMenemy terpukau, baiklah kita mahfum. Suporter Indonesia memang tak ada matinya. Luar biasa!
Sumber: vivanews.com
Ryan Babel dan Rio Ferdinand MendukungTimnas Indonesia
Ryan Babel
Menyambut kemenangan Indonesia atas Filipina, dua bintang sepak bola Eropa, Ryan Babel dan Rio Ferdinand langsung memberi ucapan selamat melalui Twitter .
Kebetulan, sebelum laga keduanya memang turut mendoakan agar Tim Garuda sukses pada laga semifinal leg 1 ini. Dan doa mereka akhirnya terkabul. Meski dengan skor tipis, namun Indonesia berhasil meraih modal bagus di leg 1 ini.
"Aku doakan Indonesia meraih hasil yang terbaik di laga semifinal hari ini. Tweeps dari Indonesia memenuhi timeline -ku mengenai partai ini," tulis Ferdinand sebelum laga.
Doa serupa sempat diucapkan Babel kepada Indonesia dan mantan rekan setimnya ketika masih sama-ama di akademi Ajax Amsterdam, Irfan Bachdim. Dilanjutkan dengan ucapan selamat dari Babel menyambut kemenangan 1-0 Merah Putih melalui gol Cristian Gonzales.
"Selamat atas kemenangan Indonesia hari ini," sebut Babel melalui akun Twitter -nya, @RyanBabel.
Sayang, satu lagi rekan Irfan di akademi Ajax, Gregory van der Wiel absen mmemberi selamat pada hari ini. Padahal, saat fase grup bek kanan timnas Belanda itu sempat turut mendoakan Irfan cs.
Van Der Wiel memang tidak seperti Ferdinand ataupun Babel yang terbilang aktif di Twitter.
Kebetulan, sebelum laga keduanya memang turut mendoakan agar Tim Garuda sukses pada laga semifinal leg 1 ini. Dan doa mereka akhirnya terkabul. Meski dengan skor tipis, namun Indonesia berhasil meraih modal bagus di leg 1 ini.
"Aku doakan Indonesia meraih hasil yang terbaik di laga semifinal hari ini. Tweeps dari Indonesia memenuhi timeline -ku mengenai partai ini," tulis Ferdinand sebelum laga.
Doa serupa sempat diucapkan Babel kepada Indonesia dan mantan rekan setimnya ketika masih sama-ama di akademi Ajax Amsterdam, Irfan Bachdim. Dilanjutkan dengan ucapan selamat dari Babel menyambut kemenangan 1-0 Merah Putih melalui gol Cristian Gonzales.
"Selamat atas kemenangan Indonesia hari ini," sebut Babel melalui akun Twitter -nya, @RyanBabel.
Sayang, satu lagi rekan Irfan di akademi Ajax, Gregory van der Wiel absen mmemberi selamat pada hari ini. Padahal, saat fase grup bek kanan timnas Belanda itu sempat turut mendoakan Irfan cs.
Van Der Wiel memang tidak seperti Ferdinand ataupun Babel yang terbilang aktif di Twitter.
Sumber: bolagolnet.blogspot.com
Perbandingan Skema Permainan Timnas Indonesia Dalam 6 Tahun
Selama enam tahun terakhir, Tim Merah-Putih mengusung patron permainan berbeda dibawah empat pelatih: Peter White, Ivan Kolev, Benny Dollo, dan Alfred Riedl.
Peter White
Pada era White di ajang Piala AFF 2004, timnas tampil dengan pola dasar 4-5-1. White yang berasal dari Inggris, amat suka patron permainan direct ball dengan mengandalkan bola-bola lambung atau tusukan dari sektor sayap.
Empat pemain sayap, Ortizan Solossa, Ismed Sofyan, Elie Aiboy, dan Boaz Solossa, berperan amat besar. Mereka silih berganti melakukan akselerasi ke jantung pertahanan lawan. Striker Ilham Jayakusuma menjadi target man di lini depan. Hasil racikan White lumayan. Timnas sukses menembus partai final sebelum akhirnya diempaskan Singapura.
Inilah skema andalan Peter White di Piala AFF 2004:
Skema 4-5-1: Hendro Kartiko, Ismed Sofyan, Charis Yulianto, Jack Komboy, Ortizan Solossa, Elie Aiboy, Syamsul Chairuddin, Lessy, Ponaryo Astaman, Boaz Solossa, Ilham Jayakusuma.
Ivan Kolev
Strategi baku yang diterapkan White direvolusi Ivan Kolev pada Piala Asia 2007. Pelatih asal Bulgaria tersebut mengusung pola ofensif yang tengah menjadi tren: 4-3-3. Trio penyerang Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas, Elie Aiboy menjadi andalan utama.
Kolev memberi kebebasan kepada sejumlah pemain yang punya skill individual untuk melakukan akselerasi dan mengobrak-abrik pertahanan lawan. Pola permainan yang diandalkan Kolev lumayan sukses saat menghadapi dua negara kuat Asia, Korea Selatan (0-1) dan Arab Saudi (1-2), yang berada satu grup dengan Indonesia di Piala Asia 2007 di Jakarta.
Inilah skema andalan Ivan Kolev di Piala Asia 2007:
Skema 4-3-3: Jendri Pitoy, Ricardo Salampessy, Maman Abdulrahamn, Charis yulianto, M.Ridwan, Eka Ramdani, Firman Utina, Ponaryo Astaman, Elie Aiboy, Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono.
Strategi baku yang diterapkan White direvolusi Ivan Kolev pada Piala Asia 2007. Pelatih asal Bulgaria tersebut mengusung pola ofensif yang tengah menjadi tren: 4-3-3. Trio penyerang Budi Sudarsono, Bambang Pamungkas, Elie Aiboy menjadi andalan utama.
Kolev memberi kebebasan kepada sejumlah pemain yang punya skill individual untuk melakukan akselerasi dan mengobrak-abrik pertahanan lawan. Pola permainan yang diandalkan Kolev lumayan sukses saat menghadapi dua negara kuat Asia, Korea Selatan (0-1) dan Arab Saudi (1-2), yang berada satu grup dengan Indonesia di Piala Asia 2007 di Jakarta.
Inilah skema andalan Ivan Kolev di Piala Asia 2007:
Skema 4-3-3: Jendri Pitoy, Ricardo Salampessy, Maman Abdulrahamn, Charis yulianto, M.Ridwan, Eka Ramdani, Firman Utina, Ponaryo Astaman, Elie Aiboy, Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono.
Benny Dollo
Gaya bermain Kolev dipertahankan penerusnya, Benny Dollo. Hanya, pelatih asal Manado ini sedikit memodifikasi formasi 4-3-3 direvolusi menjadi 4-2-3-1.
Alasan utama pelatih yang akrab disapa Bendol tersebut adalah untuk menyeimbangkan antara serangan dan pertahanan.
Kehadiran dua pemain jangkar, Ponaryo Astaman-Hariono diharapkan melapis lini pertahanan kala melakoni kualifikasi Piala Asia 2011 melawan tim-tim kuat layaknya Oman dan Australia. Taktik Bendol efektif, walau akhirnya gagal lolos ke putaran final Piala Asia 2011, Indonesia tidak pernah menderita kekalahan telak.
Inilah skema andalan Benny Dollo di Pra Piala Asia 2011:
Skema 4-2-3-1: Markus, Ismed, Nova, Charis, Isnan Ali, Hariono, Ponaryo, Ilham, Firman Utina, Boaz Solossa, Bambang Pamungkas.
Alfred Riedl
Perubahan cukup radikal dilakukan Alfred Riedl, yang meneruskan tongkat estafet dari Bendol. Arsitek asal Austria ini menerapkan skema tradisional 4-4-2. Prinsip keseimbangan permainan menjadi fokusnya. Timnas bermain dengan bola-bola pendek, sentuhan kaki ke kaki di sepanjang Piala AFF 2010.
Yang menarik, Alfred juga banyak memasukkan pemain muda dalam skuadnya. Kita tunggu, apakah racikan Alfred ini akan terbukti lebih sukses dibandingkan dengan tiga pendahulunya.
Inilah skema andalan Alfred Riedl di Piala AFF 2010:
Skema 4-4-2: Markus, Zulkifli, Hamka Hamza, Maman, Nasuha, M.Ridwan, Firman Utina, Bustomi, Oktovianus, Cristian Gonzales, Irfan Bachdim.
Sumber: bolagolnet.blogspot.com
'El Loco' Gonzales: Dilihat Boleh, Dipegang Jangan
Eva Nurida Siregar Gonzales tak keberatan jika sang suami Cristian Gonzales, penyerang Timnas Indonesia dan Persib Bandung, dielu-elukan banyak perempuan.
Nama Gonzales kian mengorbit setelah mendapat kewarganegaraan Indonesia dan tampil cemerlang dalam AFF Suzuki Cup 2010. Sang pencetak gol terbanyak liga Indonesia sejak 2005 lalu ini pun semakin digandrungi kaum hawa.
Meski demikian, sadar suaminya adalah seorang figur publik, Eva menganggapnya sebagai hal yang wajar.
“Saya bersyukur menjadi suami Cristian. Dia orangnya sabar dan penuh perhatian,” ungkap Eva kepada wartawan. “Saya paham posisi Cristian, dia juga selalu menjaga batasan-batasannya, jadi saya nggak cemburu kalau ada perempuan yang mengidolakan dia.”
“Ya, dikagumi, dilihat boleh, dipegang jangan,” ungkap Eva sembari tersenyum. “Lagi pula, kita jarang berpisah, kok. Saya selalu ada di samping Cristian, jadi saya tahu semuanya.”
Lain halnya dengan Eva, justru kedua anak pasangan ini yang kerap cemburu apabila sang ayah berdekatan dengan wanita lain.
“Yang cemburu justru anak saya yang perempuan. Kalau misalnya papanya diwawancarai, terus presenter-nya perempuan dan terlalu dekat dengan Cristian, mereka suka bilang ‘itu kenapa sih deket-deket’,” urai sang istri yang tampak selalu sumringah ini.
Christian Gonzales dan Keluarga
Karena kerabatnya sedang mengadakan hajatan di Jakarta, wanita yang tinggal di Bandung ini punya alasan untuk menginap di hotel Sultan, tempat menginap skuad Timnas Indonesia. Meski demikian, bukan berarti ia dengan bebas menemui El Loco.
“Saya di sini kebetulan aja, cuma sampai tanggal 17 (Desember) karena kakak saya lagi ada acara di sini,” terangnya. “Oh, saya sebentar kalau ketemu Cristian. Paling setelah makan siang, cuma satu menit, setelah itu dia langsung naik ke atas (kamarnya).”
Eva mengaku tak tahu apakah pelatih memberikan batasan bagi pemain untuk bertemu keluarganya. Apa yang ia lakukannya hanya semata-mata karena permintaan sang suami.
“Saya belum dengar ya, instruksi dari pelatih. Cuma Cristian saja yang minta seperti itu, dia bilang harus diperketat, saya sih nggak masalah, kan cuma sementara. Saya kan selalu ada di hati Cristian,” tutupnya sebelum memasuki lift hotel sambil tertawa kecil.
Sumber : olahraga.inilah.com
El Loco, Sang Muallaf yang Menjadi Lokomotif Timnas
Muallaf Christian Gonzales
Christian Gonzales, pemain cemerlang bertabur bintang dengan gelar peraih top skor 4 tahun berturut-turut merupakan sosok yang tak asing lagi di dunia persepakbolaan tanah air Indonesia. Namun siapa menyangka, dibalik kesuksesan Gonzales terdapat suatu kekuatan yang menyemangati hidupnya, terlebih setelah ia menjadi Muallaf, kekuatan itu tidak lain adalah kekuatan doa.
Gonzales atau yang memiliki nama lengkap Christian Gerard Alfaro Gonzales dilahirkan di Monteveido, Uruguay pada tanggal 30 Agustus 1976 dari seorang ayah angkatan militer bernama Eduardo Alfaro dan ibu seorang suster di rumah sakit Montevideo bernama Meriam Gonzales.
Kedua pasangan ini, khususnya sang ibu adalah penganut agama Katolik yang taat. Gambar Bunda Maria selalu menempel di setiap sudut ruangan rumah dan tempat kerjanya. Bahkan saking fanatiknya, gambar Bunda Maria kerap dibawa kemana-mana oleh ibunya.
Ketaatan dari sang ibu nampaknya berpengaruh pada diri Gonzales, anak ketiga dari enam saudara ini kerap pergi ke Gereja dua sampai tiga kali dalam seminggu, oleh karena itu tidak heran jika Gonzales dikenal sebagai anak yang taat dalam beragama.
Perkenalannya dengan dunia sepak bola, dimulai ketika Gonzales berusia 6 tahun. Semula ayahnya berharap Gonzales dapat meneruskan jejaknya menjadi seorang militer, namun karena kegilaannya terhadap dunia sepak bola, harapan itu tak terpenuhi.
Menginjak usia ke 18 tahun, pria yang menyukai warna hitam ini bertemu dengan seorang wanita beragama Islam asal Indonesia, Eva Nurida Siregar di Cile, Amerika latin pada tahun 1994. Saat itu Eva menekuni salsa di sekolah Vinadelmar. Lama berkenalan akhirnya Gonzales menyimpan hati pada Eva. Dan tak lama kemudian Cintanya berbalas.
Sebagai penganut Katolik, lelaki yang dikenal pendiam ini sama sekali tidak mengenal agama Islam yang dianut pujaan hatinya, begitu pun dengan sang ibu. “Sebelum ketemu istri, saya sama sekali tidak tahu Islam” ungkap pria penggemar Rivaldo. Maka peran Eva pun menjadi berat, ia berulang kali menjelaskan tentang ajaran Islam yang dianutnya.
Usaha wanita kelahiran Pekanbaru ini akhirnya berhasil. Eva Nurida Siregar yang beragama Islam dan Christian Gerard Alfaro Gonzales yang beragama Katolik menikah dan hidup bersama di Uruguay pada tahun 1995.
Karir pria yang memiliki tinggi badan 177 Cm ini di dalam persepak bolaan terus berkembang, mulai dari Klub Penarol Uruguay (1988-1991), South Amerika (1994-1995), Huracan de Carientes Argentina (1997) dan Deportivo Maldonado (2000-2002) pernah dijajaikinya.
Perkembangan karir ini sebetulnya tidak lepas dari peran Eva. Setiap kali pemain sepak bola yang dijuluku elloco (si gila) ini mau berangkat bertanding, wanita yang biasa dipanggil Amor oleh Gonzales ini selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT. Dalam berdoa terkadang Eva sengaja mengeraskan suara dengan harapan Gonzales dapat mendengarnya.
Kebiasaan inilah yang membuat Gonzales mulai tertarik dengan ajaran Islam. Ia sendiri tidak akan beranjak pergi sebelum kekasihnya selesai berdoa. Karena dari doa inilah Gonzales menemukan kedamaian dan ketenangan yang selama ini tidak didapatkan dari agama yang dianut sebelumnya. Doa ini pula yang membuat dirinya semakin bersemangat dan optimis setiap kali bertanding di lapangan hijau.
Tidak hanya itu, Gonzales terkadang memperhatikan kebiasaan Eva yang selalu mengucapkan bismilah ketika mau melakukan sesuatu atau mengucapkan istighfar ketika dihadapkan pada konflik, serta ucapan lainnya yang menjadi doa umat Islam.
Pada tahun 2002 pria yang menyukai aktor Tom Cruise ini menerima sebuah tawaran dari agen sepak bola untuk bermain di Indonesia. Ia pun tertarik dan akhirnya menerima tawaran tersebut dengan merumput di Indonesia bersama PSM Makassar pada tahun 2003.
Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam, selama ini Gonzales hanya mengenal Islam melalui istrinya dan ini dirasa tidak cukup. Sekarang pemain yang doyan sup ayam ini bisa langsung menemukan Islam dari para penganutnya.
“Saya tidak pernah memaksa Gonzales masuk Islam”. Ungkap Eva “Kadang-kadang setelah saya baca buku tentang ajaran Islam, saya simpan buku itu di meja dan Christian diam-diam membacanya, maka dia kemudian tau bagaimana sikap suami terhadap istrinya dalam Islam dan bagaimana sikap istri terhadap suaminya” Lanjutnya mengenang saat pertama kali tinggal di Indonesia bersama Gonzales.
Maka tepat pada tanggal 9 Oktober 2003 Christian Gonzales memutuskan untuk masuk Islam atas dasar kemauan sendiri dengan disaksikan oleh ustadz Mustafa di Mesjid Agung al Akbar Surabaya. Christian Gerard Alfaro Gonzales kemudian diberi nama Mustafa Habibi. Nama Mustafa diambil dari guru spiritualnya, ustadz Mustafa sedangkan Habibi (cintaku) diambil karena rasa cinta sang istri amat besar kepada Christian Gonzales.
Islam memiliki kesan tersendiri bagi Gonzales “Karena di dalam Islam setiap ada sesuatu ada ucapan doanya seperti ketika masuk rumah mengucapkan assalamualaikum, ketika mau melakukan sesuatu diawali dengan basmalah, dan setiap melangkah dalam Islam selalu aja ada bacaan. Dan ini menjadi hati saya merasa tenang” Ungkap Eva mengutip ucapan Gonzales.
keislaman pria penggemar Manchester United ini kemudian dilegalkan di Kediri dengan Piagam muallaf dari Urusan agama setempat sekaligus melegalkan pernikahan antara Christian Gonzales dengan Eva Siregar.
Sang ibu, Meriam Gonzales saat dikabarkan keislaman anaknya, menerima dengan ikhlas agama yang dipilih anak tercintanya, ia hanya berharap anaknya meraih kesuksesan di masa depan. Namun untuk menjalin hubungan keluarga, Gonzales dan Eva setiap hari tidak ketinggalan menghubungi ibunya, hanya sekedar menanyakan kabar dari negara nun jauh di sana.
Seakan menemukan air di gurun sahara, begitulah kondisi pemain yang mencetak 33 gol untuk PSM Makassar saat itu. Dengan bimbingan Ustadz Mustafa, Gonzales mulai mengenal Islam lebih dalam. Selain itu Hj Fatimah, ulama terkenal asal Mojosari dan Hj. Nurhasanah turut menjadi guru spiritual Gonzales. Bahkan Majlis Ulama Gresik sendiri sampai mengangkat Gonzales beserta keluarganya sebagai anak angkat mereka.
Hj. Nurhasanah biasa dipanggil Bunda, selalu menyemangati Gonzales dengan nasehat untuk selalu berdoa. “Kamu harus kuat-kuat doa” kenang Eva menirukan ucapan Hj. Nurhasanah. Begitu pun Hj Fatimah, ustadzah yang membangun mesjid dengan nama Gonzali ini baik via telephone atau tatap muka selalu menyemangati Gonzales dengan doa sambil menangis.
Selama di Kediri, ayah empat anak ini bermain membela Persik Kediri dan tinggal di perumahan Taman Persada. Rumah ini menjadi awal kehidupan baru bagi Mustafa Habibi. Islam telah banyak merubah dirinya. Setiap tengah malam ia terbiasa membangunkan istrinya untuk shalat tahajud atau sekedar berdoa.
Setiap kali pertandingan akan digelar keesokan harinya, Eva sang istri selalu mengadakan pengajian yang dihadiri oleh ibu-ibu sekitar rumahnya dan diakhiri dengan pembacaan doa. Sementara pengajian berlangsung, Gonzales selalu memperhatikan pengajian dan duduk disamping Eva atau terkadang ia duduk di belakang ibu-ibu pengajian. Maka tidak heran jika Eva lupa tidak mempersiapkan pengajian orang yang pertama kali menegurnya adalah suaminya sendiri.
Namun Gonzales bukanlah manusia yang sempurna, sama seperti pemain lainnya dalam pertandingan sepak bola, konflik kadang tidak bisa dihindari. Tercatat pada tahun 2004, Gonzales pernah memiliki masalah dengan Abu Shaleh Pengurus Pengda PSSI Banten saat PSM Makassar menjamu Persikota Tanggerang. Tahun 2006, Gonzales bermasalah dengan Emanuel de Porras striker PSIS. Setahun kemudian Gonzales berurusan dengan wasit Rahmat Hidayat saat melawan Pelita Jaya Jawabarat dan pada tahun 2008 Gonzales berurusan dengan Erwinsyah Hasibuan bek dari PSMS.
Tentunya permaslahan ini berujung pada sanski yang dikeluarkan tim disiplin PSSI, mulai dari denda sampai larangan bermain. Sanksi ini bagi Gonzales merupakan ujian berat, dan pada saat yang sama guru-guru spiritual Gonzales selalu membingbing dan menyemangati Gonzales untuk tetap bangkit dan bersabar menerima cobaan. Terbukti, nasehat ini berhasil membawa Gonzales terus bangkit dan kembali berlaga untuk menciptakan gol di lapangan hijau.
Popularitas dan harta yang melimpah ruah tidak begitu mempengaruhi Gonzales, ia bukanlah tipe orang yang suka menghambur hamburkan uang. Bahkan ia akan sangat marah jika ada orang yang mengajaknya ke klub atau tempat hiburan malam dan tak segan Gonzales akan memutuskan hubungan dengan orang tersebut.
Harta yang ia raih dari perjuangannya di persepakbolaan lebih suka ia berikan kepada anak yatim, fakir miskin dan ibu-ibu pengajian sebagai zakat dan shadaqah. Hal ini dilakukan karena Gonzales mengetahui kewajiban zakat yang ia baca dari buku-buku keislaman milik istrinya.
Sempat Gonzales beserta istrinya berkeinginan untuk menunaikan haji tahun 2008, namun Allah berkehendak lain uang yang di dapatkan dari peralihan top skor sebanyak 50 juta digunakan guna membiayai operasi istrinya untuk melahirkan anak keempat, Vanesa Siregar Gonzales .
Menyangkut kebiasaanya dalam pertandingan sepak bola, pemain yang rajin bersih-bersih rumah ini setiap kali berangkat bertanding selalu membawa tasbih di dalam tasnya dan beberapa buku doa sebagai perbekalan. Selain itu tidak seperti pemain muslim lainnya yang sujud syukur ketika menciptakan gol, bagi Gonzales bentuk rasa syukur ketika berhasil mencetak gol adalah dengan mengangkat telunjuknya ke mulut seraya menengadah ke langit, hal ini merupakan isyarat rasa syukur terhadap Allah yang Maha Esa.
Bahkan pada saat membela tim Persib Bandung, pria berkalung ayat kursi ini menggunakan nomor punggung 99. Nomor ini dipilih bukan tanpa alasan, 99 merupakan isyarat asma Allah yang dikenal dengan asmaul husna.
Terkait harapannya ke depan, Gonzales sangat perhatian dengan keluarga “Saya berharap anak-anak menjadi anak yang shaleh dan sehat wal afiyat, semoga Allah melindungi, supaya ketika masalah datang ya cepat hilang” demikian keinginan Gonzales.
Biodata
Nama Lengkap : Christian Genard Alfaro Gonzales
Istri : Eva Siregar
Anak : Amanda Gonzales ()
Michael Gonzales ()
Fernando`Alvaro ()
Vanesa Siregar Gonzales ()
Karir Klub :
1988-1991 Penarol (Uruguay)
1994-1995 South America (Uruguay)
1995-1998 Huracan de Carientes (Argentina)
1998-2000 South America (Uruguay)
2000-2001 Sport Moldonado (Uruguay)
2001-2002 Campo Mayor (Portugal)
2003-2004 PSM Makassar
2005-2008 Persik Kediri
2009 Persib Bandung
Prestasi :
Top Scorer Liga Indonesia (Persik) 2005
Top Scorer Liga Indonesia (Persik) 2006
Top Scorer Liga Indonesia (Persik) 2007
Top Scorer LSI (Persib)2009
Sumber: kelvinpodiman.wordpress.com
Christian Gonzales, Pemain Naturalisasi Pertama
Timnas sepakbola Indonesia mendapat suntikan amunisi pemain asing naturalisasi dalam rangka menghadapi piala AFF bulan November 2010, yaitu Christian Gonzales dan Irfan Bachdim. Walaupun Christian Gonzales bisa dikatakan sudah “berumur”, tetapi reputasinya di persepakbolaan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Bagi anda yang belum mengetahui kisah, profil dan biografi Christian Gonzales yang sekarang bermain untuk klub Persib Bandung, silahkan baca profilnya berikut ini di Infoselebindo.
BIODATA:
Nama lengkap: Christian Gerard Alvaro Gonzalez
Templat, tanggal lahir: Montevideo, Uruguay, 30 Agustus 1976
Tinggi / Berat Badan: 177 cm / 80 Kg
Posisi: Striker
Julukan: El Loco
Istri: Eva Nurida Siregar
Anak: Fernando, Florencia, Amanda, Michael
Nomor Punggung Klub: 99
Klub:
1990-1995 Defensor Sporting
1995-1997 Sud America – Main 1 – Gol 0
1997-1999 Huracan Ctes (status: pinjaman) – Main 3 – Gol 0
1999-2000 Sud America – Main 12 – Gol 1
2000-2003 Deportivo Maldonado – Main 22 – Gol 1
2003-2005 PSM Makassar – Main 26 – Gol 27
2005-2008 Persik Kediri – Main 83 – Gol 88
2008-2009 Persib Bandung (status: pinjaman) – Main 16 – Gol 14
2009- Persib Bandung – Main 38 – Gol 32
Ia adalah salah satu Penyerang yang paling mematikan sepanjang sejarah kompetisi sepakbola Indonesia. Kemampuannya dalam menendang, mencetak gol, penempatan posisi, visi permainan, dan sundulan adalah andalannya. Disamping kemampuannya, ia juga terkenal memiliki fisik yang prima.
Pada saat bermain di Uruguay, ia ditugaskan sebagai gelandang serang, tapi produktivitasnya dalam mencetak gol sangatlah kurang. Di penghujung tahun 2002, setelah sempat bermain untuk sebuah klub di Portugal, Campo Mayor, Cristian Gonzales memutuskan menerima sebuah tawaran bermain di Indonesia, negeri asal istrinya, Eva Nurida Siregar. Karena itu, pada Liga Indonesia (LI) IX/2003, Gonzales sudah berkostum PSM Makassar, klub pertamanya di Indonesia.
Setelah tinggal di Indonesia yang sebagian besar penduduknya muslim, Gonzales bisa mengenal lebih jauh dunia Islam. Karena sudah berinteraksi dengan masyarakat Indonesia, Gonzales mengenal Islam tidak hanya dari istrinya, tapi juga dari lingkungan sekitarnya. Tidak mengherankan kalau pria yang terkenal pendiam ini semakin memiliki kesan positif terhadap Islam.
Akhirnya, setelah menuntaskan musim pertamanya di Indonesia dengan mencetak 33 gol dan mengantarkan PSM menjadi runner-up LI IX/2003, Gonzales memutuskan masuk Islam pada tanggal 9 Oktober 2003.
Ustaz Mustafa, seorang ahli masjid di Masjid Agung Al-Akbar Surabaya, merupakan orang yang mengislamkan Gonzales. Sebagai seorang mualaf yang baru memeluk agama Islam, Gonzales masih memerlukan pembimbing.
Selain Ustaz Mustafa, Gonzales juga memiliki dua guru spiritual lainnya, yaitu Hj. Fatimah asal Mojosari dan Hj. Nurhasanah di Gresik.Seperti dituturkan Eva, Hj. Fatimah merupakan seorang kepala dusun yang sudah menjabat selama 30 tahun di daerah Mojosari. Sedangkan Hj. Nurhasanah adalah pemilik sebuah majelis zikir di Gresik.
“Mereka adalah ibu angkat Gonzales dan keluarga kami. Mereka sangat sayang dan selalu memberikan bimbingan buat Gonzales dan keluarga kami sampai sekarang,” tutur Eva. Setelah menikah, ia memiliki paspor Indonesia, istrinya adalah wanita Indonesia bernama Eva Nurida Siregar. Dari pernikahannya, ia memperoleh dua orang anak (Fernando dan Florencia). Ia juga telah mempunyai dua anak hasil pernikahan sebelumnya (Amanda dan Michael).
Pada musim 2006, ia adalah pemain termahal di Liga Indonesia menurut data Badan Liga Indonesia dengan bayaran Rp 1,2 milyar. Sebenarnya keinginannya untuk menjadi WNI (warga Negara Indonesia) sudah sangat lama. ”Saya sangat ingin jadi WNI. Bahkan saya sudah pernah mencoba bertanya ke imigrasi. Tapi, hingga sekarang belum ada hasil yang memuaskan. Saya merasa dipersulit,” ujarnya, dengan nada tinggi.
Saat ke imigrasi itu, ada oknum yang menawari Gonzales. Dia bisa mulus keinginannya menjadi WNI, asal diminta uang. Berapa? Gonzales menyebut kisarannya sekitar ratusan juta. ”Jelas saya keberatan. Kalau pun ada uang, ndak sebanyak itu. Apalagi kami harus memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari,” ujarnya.
Dia mengatakan, selama berusaha mengurus administrasi untuk menjadi WNI, tidak ada pihak yang membantunya. ”Padahal, tujuan saya, ingin menjadi bagian dari Timnas agar sepak bola Indonesia bisa berprestasi di level internasional,” tuturnya.
Gonzales merasa, pengurus elite PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) tidak menghendaki dia menjadi WNI. Padahal, lanjutnya, banyak negara lain yang melakukan itu. ”Kenapa PSSI tidak melakukan itu? Alasan untuk memakai pemain muda sampai sekarang juga belum berhasil,” tuturnya.
Dia menandaskan, keinginannya menjadi WNI sudah muncul sejak 2003. ”Selama berkarir di sini, saya sangat jarang pulang ke Uruguay. Terhitung baru sekali kembali ke Uruguay, yakni pada Agustus 2005. Itu pun hanya sepekan, ketika orang tua saya sakit keras hingga koma,” jelasnya.
Gonzales merasa sudah tak beda dengan WNI lainnya. Dia begitu mencintai Indonesia. ”Apalagi istri saya orang Indonesia,” tandasnya. Akankah tekatnya untuk menjadi WNI masih tetap menggelora, sementara upayanya banyak menemui kendala? ”Mungkin saya harus bersabar. Yang jelas, saya tidak akan meninggalkan Indonesia, meski nanti saya sudah tak lagi bermain bola,” katanya.
El Loco Sang Temperamental, yang Moncer Prestasinya
Christian Gérard Alvaro González lahir di Montevideo, Uruguay, 34 tahun silam. Ia adalah pesepakbola berdarah asing pertama yang bermain di tim nasional Indonesia melalui proses naturalisasi.
Christian Gonzales memulai karirnya di Indonesia pada tahun 2003 silam. Klub labuhan pertamanya di Indonesia adalah PSM Makassar. Di klub tersebut, Gonzales menunjukkan ketajamannya dengan mencetak 27 gol selama satu musim, sekaligus mengantar klub tersebut menjadi runner up (juara 2) ISL. Namun di musim berikutnya, Christian dikenai sangsi larangan bermain selama semusim dan denda Rp. 20 juta oleh PSSI, karena memukul seorang offisial dari tim Persita Tangerang.
Setelah bebas dari skorsing, Christian memperkuat tim Persik Kediri pada tahun 2005. Selama 4 tahun membela klub tersebut, ia mencetak total 100 gol dari 102 pertandingan dan menjadi top skorer Liga Indonesia selama dua musim berturut-turut (2005 dan 2006). Pada tahun 2006, Christian Gonzales dinobatkan sebagai pemain termahal Indonesia dengan gaji mencapai Rp 1,2 miliar per tahun.
Ketajaman Christian Gonzales berbanding lurus dengan keberingasannya. Di tahun 2008, ia kembali diskors oleh PSSI karena tindakan tidak sportif. Pada tahun yang sama pula, pemain yang mendapat julukan El Loco (Si Gila) ini mengalami konflik dengan manajemen Persik. Pasalnya krisis finansial yang dialami Persik membuat manajemen harus melakukan rasionalisasi gaji. El Loco tidak menyetujui keputusan tersebut.
Pada awal tahun 2009, ia hengkang ke Persib dengan status pinjaman, remisi (penangguhan) yang diberikan ketua PSSI Nurdin Halid membuatnya mampu bermain kembali di Liga Indonesia. Gajinya di klub asal Bandung tersebut mencapai 60 juta rupiah per bulan. Kembali El Loco mengganas. Ia mampu mencetak 14 gol dari 16 pertandingan di paruh musim tersebut, dan berhasil masuk ke jajaran top skorer Liga Indonesia musim 2009, hanya kalah dari Boas Salossa dengan torehan 28 gol.
Setelah musim 2008 berakhir, Persib mengontrak El Loco sebagai pemain tetap, karena ia berstatus bebas-kontrak setelah kontraknya di Persik Kediri habis.
Disamping ketajamannya sebagai penyerang, Christian Gonzalez dikenal dengan sikapnya yang tempramental. Sejak pertama kali merumput di Indonesia tahun 2003, dia sudah mendapat hukuman dari Komisi Disiplin PSSI sebanyak lima kali karena perilaku kekerasan terhadap lawan dan pelecehan terhadap wasit. Akan tetapi hukumannya hampir tidak pernah dilaksanakan secara efektif karena ketua umum PSSI Nurdin Halid yang terkesan melindunginya. Bahkan untuk kasusnya yang ke-5, Badan Liga Indonesia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa ketika hukuman larangan bermain yang seharusnya 12 bulan dibatalkan oleh Nurdin Halid ketika hukuman baru berjalan 3 bulan. Hal ini dipertanyakan beberapa pihak, termasuk PSMS Medan yang menyatakan bahwa PSSI telah menghilangkan unsur pembelajaran dan Nurdin Halid sangat pilih kasih dalam memberi ampunan.
Berikut daftar ‘kasus’ yang pernah dibuat oleh El Loco selama merumput di Indonesia:
- Pada putaran kedua Liga Indonesia 2004, Christian Gonzalez memukul pengurus Persita Tangerang di Stadion Benteng. Dia dihukum setahun oleh Komdis PSSI, namun bisa merumput kembali ketika hukuman baru berjalan 6 bulan.
- Pada putaran final Liga Indonesia 2006, Christian Gonzalez menanduk penyerang PSIS Semarang, Emanuel de Porras. Dia dihukum sebanyak tiga pertandingan untuk itu, namun tidak pernah dijalankannya.
- Pada tahun 2007, dia meludahi wasit Hidayat ketika Persik Kediri dijamu Pelita Jaya. Dia dihukum sebanyak tiga pertandingan untuk itu, namun tidak pernah dijalankannya.
- Di babak delapan besar Liga Indonesia 2007, dia berkelahi dengan bek Persija Jakarta, Abanda Herman. Namun lagi-lagi hukuman tiga pertandingan yang didapatkannya tidak pernah dilaksanakan.
- Pada bulan November 2008, Komdis PSSI menjatuhkan hukuman larangan bermain 1 tahun kepadanya karena memukul bek PSMS Medan, Erwinsyah Hasibuan. Dia mengajukkan banding ke Komisi Banding PSSI, namun bandingnya ditolak, dan Komisi Banding ikut menguatkan sanksi yang diberikan oleh Komisi Disiplin. Akan tetapi pada Februari 2009 dia dinyatakan boleh bermain untuk Persib Bandung setelah Ketua Umum PSSI Nurdin Halid memberikannya pengampunan.
Meskipun berperilaku beringas di lapangan, Gonzales amat mencintai Indonesia. Ia menikah dengan wanita berdarah Batak, Eva Nurida Siregar, dan memiliki 2 orang anak dari pernikahan tersebut. Christian juga memiliki 2 orang anak dari perkawinannya sebelumnya. Gonzales adalah seorang muslim. Ia menjadi mualaf setelah menikah dengan Eva Siregar yang beragama Islam.
Rasa cinta Gonzales tidak hanya demikian. Ketika ayahnya jatuh sakit dan meninggal beberapa waktu lalu pun dirinya tidak kembali ke Uruguay untuk menjenguk sang ayah. Sejak lama Gonzales sudah meminta agar kewarganegaraannya diubah, ia sangat ingin membela timnas Indonesia. Pada tanggal 1 November 2010, impiannya terkabul. Christian Gonzales resmi menjadi Warga Negara Indonesia dan pada tanggal 21 november ia melakukan debut perdananya bersama timnas sepakbola Indonesia. Kini ia termasuk satu dari 22 pemain yang dipanggil pelatih Alfred Riedl untuk membela timnas Indonesia di ajang AFF Cup.
Gol pertama El Loco di ajang resmi adalah ketika Indonesia melibas Malaysia pada ajang piala AFF 4 Desember silam. Pada pertandingan-pertandingan berikutnya, ia kerap menciptakan peluang bagi Indonesia. El Loco mengaku bahagia mengenakan jersey Merah-Putih. Ia ingin bermain membela Indonesia sampai umur 40 tahun.
Kita lihat apakah ketajaman Gonzales dapat menjadi ‘paruh’ Garuda Merah Putih untuk kembali disegani di kancah internasional.
Profil singkat Christian Gonzales:
Nama lengkap : Christian Gérard Alvaro González
Nama beken : El Loco (“Si Gila”)
Tempat / Tanggal lahir : Montevideo, Uruguay / 30 Agustus 1976 (umur 33)
Tinggi :185 cm
Posisi bermain : Striker
Karir klub:
Sud America (1995-1997)
Huracan Ctes (1997)
Sud America (1998-2000)
Deportivo Maldonado (2000-2003)
PSM Makassar (2003-2004)
Persik Kediri (2005-2009)
Persib Bandung (2009 / Pinjaman)
Persib Bandung (2009-sekarang)
Timnas:
Indonesia : (6/3)
Prestasi :
Klub
- Juara Liga Indonesia 2006-2007
- Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2003-2004 dengan 27 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2005-2006 dengan 30 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2006-2007 dengan 32 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Liga Indonesia 2007-2008 dengan 26 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Indonesia Super League 2008-2009 dengan 28 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Kedua Indonesia Super League 2009-2010 dengan 18 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2005-2006 dengan 10 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2006-2007 dengan 8 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2007-2008 dengan 5 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Kedua Piala Indonesia 2008-2009 dengan 7 gol
- Pencetak Gol Terbanyak Piala Indonesia 2009-2010 dengan 10 gol
Christian Gonzales Resmi Menjadi WNI
Pemain sepakbola asal Uruguay yang telah lama menetap di Indonesia, Christian Gonzalez, telah resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dengan kepemilikan Pasport bernomor W149516 yang dikeluarkan Imigrasi Kelas I Jawa Barat.
Dengan Pasport yang dikeluarkan pada 3 November 2010, dan ditandatangani Agus S Sirega berarti pemain Persib Bandung itu telah resmi menjadi WNI. Dia dapat bermain untuk tim nasional Indonesia jika lolos seleksi.
"Gonzalez sudah resmi menjadi warga negara Indonesia. Sebagai buktinya dia telah memiliki pasport. Dokumennya sudah lengkap dan dengan demikian persoalan kewarganegaraan Gonzalez sudah tidak ada permasalahan lagi," ujar Ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI, Iman Arif, kepada wartawan di Jakarta, Jumat (5/11).
Iman Arif sendiri sengaja mendatangkan pemain yang akrab disapa "El Loco" ini bersama istrinya Eva Siregar dan dihadirkan dalam konferensi pers tersebut.
"Ini suatu pengorbanan yang sangat besar bagi Gonzalez bahwa dia telah melepaskan kewarganegaraannya di Uruguay, dan telah pula mendapat restu dari ibunya. Kita harapkan dia akan membuat kontribusi yang luar biasa bagi persepakbolaan nasional," ujar Iman Arif.
Meski demikian Gonzalez tidak secara otomatis menjadi anggota tim nasional PSSI. Sebab ia harus menjalani prosedur yang belaku yakni bersaing dalam seleksi di Pelatnas.
Nama Gonzalez sendiri sudah resmi dimasukkan BTN ke dalam deretan 25 pemain yang dipanggil ke Timnas, dan didaftarkan ke Asosiasi Sepakbola ASEAN untuk calon pemain Timnas Indonesia di ajang Piala AFF pada Desember mendatang.
"Sekarang tinggal bagaimana kita mengantisipasi situasi ini, sebab akan ada enam striker yang berkompetisi memperebutkan tempat di tim nasional," kata Iman Arif.
Christian Gonzalez yang tahun lalu tampil sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Super Indonesia pun menyatakan bahwa keteguhan hatinya untuk menjadi WNI sudah sejak lama.
"Benar, saya sudah enam tahun belum pernah pulang ke negara saya sejak bermain sepakbola di sini. Dan saya memperistri orang Indonesia. Keinginan saya didukung oleh ibu saya yang berada di Uruguay," ujar Gonzalez.
Bahkan, Gonzalez mengungkapkan, ketika ayahnya sakit hingga meninggal dunia dia pun tak pulang ke negaranya. Demikian pula ketika adik kandungnya meninggal.
Ketika ditanyakan alasannya tak pulang, dengan berseloroh Gonzalez menjawab "Karena tak punya uang".
Eva Siregar sendiri ikut memperkuat keputusan Gonzalez.
"Ini memang keputusan yang sangat berat buat dia (Gonzalez). Dia telah rela meninggalkan negara dan keluarganya. Sejak lama dia sudah memutuskan ingin tinggal bersama istri dan anak-anaknya di sini, dan dia juga sudah lama mendapat restu dari Ibunya," ujar Eva Siregar.