Selasa, 25 Januari 2011

Crop Circle Sleman Muncul dalam Dua Jam?

Crop circle di Sleman 
 
 Pola simetris yang misterius itu diduga muncul antara pukul 21.00-23.00, Sabtu malam.

Crop circle atau pola simetris yang terbentuk di persawahan Berbah, Sleman, diduga muncul hanya dalam dua jam pada Sabtu 22 Januari 2011 malam. Kemunculannya diperkirakan antara pukul 21.00 sampai 23.00 Waktu Indonesia Barat.

Fakhrur Rozi, salah satu pemilik sawah, mengatakan, pada pukul 16.00 melihat sawahnya masih baik-baik saja, tidak rubuh. Cuaca memang kurang baik. "Malam Minggu tersebut tidak hujan, hanya gerimis," katanya kepada VIVAnews, Senin 24 Januari 2011.

Mudakhir, peternak sapi yang bertugas ronda pada malam itu, juga menyatakan sampai Maghrib, pukul 18.00, sawah masih utuh. Mudakhir kebetulan meronda di kandang ternak kelompok Sepadukuhan Karasakaan yang terletak di selatan sawah tempat pola terbentuk.

Kemudian Wasijo, petani warga Krasakaan, Jogotirto, Berbah Sleman, menyatakan sampai pukul 21.00, tak ada angin yang bisa merubuhkan tanaman padi. Malam itu, Wasijo masih berada di sawahnya yang terletak di seberang lokasi sawah yang memiliki pola misterius itu. Sawah Wasijo dibatasi jalan desa dengan sawah Rozi.

"Dan tidak ada orang atau pun yang mencurigakan di sawah yang (kemudian) rubuh itu," kata Wasijo.

Ngadiran, salah seorang pemilik sawah yang memiliki pola aneh itu, juga menambahkan, kejadian seperti ini pertama kalinya terjadi. "Sebelumnya, belum pernah ada kejadian seperti ini di dukuh sini," ujarnya.

Ngadiran sendiri mengetahui sawahnya rubuh pada Sabtu malam menjelang pergantian hari ke Minggu. Awalnya, Ngadiran mengira padinya rubuh karena dilewati hewan besar yang turun dari Merapi. Namun paginya, setelah melihat potret dari seorang anak dari pemilik sawah lainnya yang memotret dari ketinggian, terlihat bahwa padi yang rubuh itu membentuk detil misterius yang mirip fraktal.

Namun, seorang warga yang bertempat tinggal di dekat sawah itu, Basyori, memberikan kunci jawaban. Basyori mengaku pada pukul 22.30 WIB mendengarkan suara seperti pesawat dari arah persawahan.

Basyori yang sedang menonton televisi sontak bertanya pada istrinya.  "Ini suara apa sih, Bu? Kok kayak pesawat, tidak keras tapi jelas terdengar," katanya. Tapi istrinya diam saja. Basyori pun tak merespons lebih lanjut.

Apakah itu berarti crop circle ini terbentuk antara pukul 21.00 sampai 23.00 ini?


Sumber: vivanews.com

Sejarah Crop Circle, Lingkaran Dibuat UFO?

Sebuah crop circle buatan manusia di Inggris (BBC)
 
 
Beberapa fakta di balik crop circle semakin memperkuat ini bukan ulah manusia.
 
Warga Berbah, Sleman, dihebohkan dengan penampakan crop circle atau lingkaran simetris di sebuah persawahan.

Fenomena crop circle ini sebelumnya lebih marak terjadi di Inggris dan Amerika Serikat, sehingga sontak membuat heboh.


Bagaimana menjelaskan fenomena crop circle ini?


BBC melansir sebuah tulisan dari David Kingston, seorang peneliti crop circle, yang bercerita mengenai fenomena yang diduga sudah terjadi sejak abad 17 itu. Dalam tulisannya berjudul "The History of Crop Circles," Kingston menyatakan sudah mengamati fenomena ini sejak pertama kali melihatnya pada 1976.

"Saya telah menjadi "penjaga malam" untuk UFO di Clay Hill, Warminster," katanya dilansir BBC pada 2004 lalu.

Kingston melihat tiga bulatan terpisah yang berukuran diameter enam kaki, bercahaya terang, beterbangan di atasnya selama tiga jam di puncak Bukit Clay, lalu bergabung menjadi satu bulatan dan lalu bercerai lagi. Lalu tiba-tiba salah satu bulatan itu turun sekitar 30 kaki dan meluncur ke sebuah ladang di dasar Bukit Clay.

Saat fajar, Kingston melihat sebuah lingkaran di sebuah ladang gandum di kaki bukit itu. Saat diperiksa, tak ada tanaman yang patah, hanya lingkaran bulat penuh rata berdiameter 30 kaki.

Saat itulah Kingston menyadari telah melihat langsung fenomena yang pada tahun 1966 menggemparkan Australia. Sejak itu, Kingston berusaha mendalami crop circle.

Dalam pencariannya itu, Kingston menemukan dalam literatur Prancis mengenai fenomena aneh di pinggir kota Lyon. Seorang pendeta di Lyon menyebutkan sebuah "karya setan" di sebuah ladang gandum yakni "lingkaran rata."

Beberapa petani juga mengaku kepada Kingston pernah melihat yang sama, namun tak ada gambar. Ada juga pilot yang bercerita kepada Kingston melihat lingkaran-lingkaran aneh dan bahkan memfotonya.

Lingkaran-lingkaran itu ternyata bukan hanya muncul di ladang gandum, namun juga di rumput dan bahkan tanaman seperti bit, tebu dan sawah seperti terjadi di Jepang. Bahkan di Afghanistan, ada yang melihat lingkaran serupa di salju pegunungan yang bertinggi 4.000 meter di atas permukaan laut.

Sejak itu, Kingston memulai penelitian yang disebutnya Penyelidikan Fenomena Tanaman. Kingston bekerja sama dengan sejumlah lembaga termasuk laboratorium Dr. William Levengood di Amerika. Mereka mengumpulkan sampel crop circle dari berbagai belahan dunia. Hasilnya ditampilkan di jurnal ilmiah.


Apa saja faktanya?

- Formasi itu dibentuk semacam energi, yang memiliki kemampuan melewati struktur molekul tanaman tanpa merusaknya. Energi inilah yang memunculkan anomali fotografis.

- Ada distorsi medan elektromagnetik bumi, kadang muncul gambar hantu dalam jarak dekat dari formasi asli.

- Pancaran cahaya terekam di film atas formasi.

- Energi yang terlibat tak dikenal digunakan di bumi.

- Beberapa formasi meradiasikan frekuensi kira-kira 7,5hz dalam spektrum elektromagnetik namun bisa berbeda-beda di beragam formasi.

Kingston lalu mengelaborasi data itu menggunakan program komputer. Hasilnya, bisa menghasilkan musik dan suara indah. Fakta baru muncul:
- Frekuensi ini juga muncul saat ada penampakan UFO

- Meski tanaman telah dipanen, pola yang sama berbekas minimal enam bulan di tanah. Ini jelas tak bisa dilakukan manusia.

- Di beberapa formasi, kompas berotasi mengikuti anomali magnetik, perekam gambar, telepon genggam dan barang elektronik lainnya yang berbatere langsung kehabisan energi.

- Tanaman di luar formasi tidak memunculkan perubahan karakter struktur sel seperti tanaman dalam formasi.

- Tak ada konsistensi. Di beberapa formasi, ada faktor suara, ada anomali magnetik, anomali fotografis dan bekas di tanah.

- Tanaman dalam formasi masih bisa dipanen

- Ada 80 persen formasi yang dibentuk manusia karena ingin sensasi.

Dan Kingston berkesimpulan, pola geometris itu jelas bukan buatan manusia. Ada misteri yang harus dibongkar.

Sumber: vivanews.com

Lima Teori Pembentukan Lambang 'UFO' di Sleman

 


















Fenomena misterius berupa lambang Unidentified Flying Object (UFO) di Sleman, Yogyakarta, yang juga dikenal sebagai crop circle, hingga kini belum terpecahkan. Ada lima teori yang menjadi perdebatan para ahli terkait lambang misterius ini.

Berdasarkan informasi yang dikumpulkan detikcom dari berbagai sumber di blogspot.com, Senin (24/1/2011), setidaknya ada lima teori terkait crop circle. Beberapa teori bisa diterima dengan logika sederhana, namun ada juga yang cukup rumit.

Teori pertama, buatan manusia. Seorang ilmuwan dari Inggris yang telah meneliti fenomena ini selama 17 tahun lamanya meyakini bahwa 80 persen crop circle merupakan buatan manusia. Namun demikian teori ini tak mampu menjawab alat bantu yang diperlukan dan tujuan pembuatannya.

Teori kedua, medan magnet. Seorang ahli asal Amerika Serikat, Jeffery Walson, telah meneliti lebih dari 130 fenomena ini. Ia memastikan 90 persen di sekitar lingkaran aneh tersebut terdapat transformator yang berhubungan dengan kabel tegangan tinggi. Setelah elektrik negatif dari air di sekitar sawah dan positif dari listrik bersentuhan dapat menghasilkan energi magnet listrik yang membentuk lingkaran aneh. Teori ini juga belum bisa menjawab terbentuknya citra flora dan fauna di dalam crop circle.

Teori ketiga, angin tornado. Ahli fisika dari Universitas Michigan, AS, Delon Smith, menuturkan bahwa angin tornado adalah sebab utama yang menyebabkan lingkaran aneh itu. Melalui risetnya dia mendapati bahwa sejumlah besar lingkaran aneh di ladang gandum yang muncul di sisi gunung, dimana tempat seperti ini adalah tempat yang mudah membentuk angin tornado. Tapi apakah angin tornado dapat membuat lingkaran yang simetris?

Teori keempat, buatan makhluk luar angkasa, atau alien. Sejak tahun 1990, fotografer di Amerika Serikat meyakini melihat cahaya aneh di ladang gandum. Cahaya itu terbang kesana-kemari membentuk lingkaran aneh.

Teori kelima, gaib. Sejumlah ahli percaya crop circle dibentuk oleh zat gaib sama dengan penerawangan soal keberadaan segitiga bermuda. Sejumlah paranormal juga menghubungkan crop circle ini sebagai pertanda bencana.

Sebelumnya diberitakan, warga Sleman, Yogyakarta, dihebohkan oleh tanda misterius di persawahan yang muncul usai angin kencang. Warga setempat meyakini tanda yang berbentuk lingkaran raksasa tersebut sebagai pendaratan pesawat 'UFO' dari planet lain.

Lambang tersebut berbentuk lingkaran berdiameter 70 meter. Di tengah lingkaran raksasa tersebut terdapat lambang misterius. Tanda tersebut dibentuk oleh hamparan padi yang rebah setelah angin kencang tersebut.

Pihak Kepolisian pun membenarkan munculnya lambang misterius 'UFO' tersebut. Polisi bahkan sudah mengabadikan peristiwa langka tersebut.

Sumber: detik.com

Akan Ada Crop Circle Lagi di Sleman?

Gambar: Beta-UFO
Komunitas pengamat benda ruang angkasa Beta-UFO (Beta Terbang Aneh-UFO) memprediksikan akan ada satu crop circle lagi yang akan terbentuk di dekat lokasi yang sama di persawahan di Desa Jogotirto, Kecamatan Berbeh, Sleman, Yogyakarta.

Dalam situs resmi yang disitat okezone, Selasa (25/1/2011), dari situs resmi Beta-UFO beberapa kasus crop circle di Inggris yang membentuk sebuah panah atau menyerupai penunjuk arah, biasanya akan terdapat crop circle baru dalam beberapa hari ke depan.

“Mengacu pada hal tersebut, saya menduga ada kemungkinan akan ada crop circle lagi di dekat situ. Jika melihat arah orientasi cakra di Sleman tersebut, tapi mungkin juga bisa salah mengartikan,” demikian dinyatakan komunitas Beta-UFO di situs resminya.

Selain itu, Beta UFO juga mengamati perbedaan tombak dalam cakra muldhara di mana ada satu dari delapan mata tombak yang tidak berpasangan.

“Ketika diamati, kedelapan tombak di chakra muladhara itu terdapat satu bagian yang berbeda dengan yang lain, geometri bentuk kepala panah yang lain selalu sepasang, tapi yang satu ini tidak.”

Selain itu, terdapat dua bulatan orbital satellite di kedua sisi lingkaran luar yang pada analisa sebelumnya terlewatkan.



Sumber: news.okezone.com

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (8)

PKS Anggap Crop Circle Alihkan Isu Hukum





Munculnya Crop Circle di dusun Dusun Kracakan, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, DIY telah menyita perhatian masyarakat.

Namun diduga Crop Circle yang dikait-kaitkan dengan UFO tersebut hanyalah satu usaha untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari permasalahan hukum di Indonesia.

"UFO ini hanyalah pengalihan isu," kata Wakil Bidang Media DPP PKS, Mahfudz Sidik kepada okezone, Selasa (25/1/2011).

"Orang lagi sibuk dengan persoalan-persoalan hukum tiba-tiba ada isu UFO?," tanya Mahfudz.

Crop Circle tersebut, menurut Mahfudz memang mudah untuk menggiring perhatian masyarakat.

Misteri UFO itu sebenarnya sudah dibantah oleh Profesor peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin. Dia menilai pola tersebut sebagai bentuk rekayasa dari orang-orang ahli.

Diduga Crop Circle itu hasil rekayasa tangan-tangan kreatif. Di banyak negara terbukti Crop circle adalah hasil rekayasa kreatif manusia.



Pembuat Crop Circle Sleman Terinspirasi Film UFO


 
 Warga Sleman tengah melihat lokasi yang diduga pendaratan pesawat UFO
Pembuat lingkaran berpola atau Crop Circle di Sleman diduga dilakukan oleh mahasiswa Universitas Gajah Mada. Pria yang belum diketahui identitasnya tersebut mengaku sengaja membuat pola tersebut.

“Jejak UFO ini terinspirasi oleh beberapa jejak UFO yang telah diketahui faktanya di beberapa tempat di Jerman dan California Amerika,” papar pria yang dikenal jago matematika ini seperti dilansir studentmagz, Selasa (25/1/2011).

Mahasiswa tersebut menjelaskan, Circle Crop yang dibuatnya hampir mirip dengan Circle Crop fiktif yang ada di Jerman sekira tahun 1980-an. ''Jejak UFO seperti itu sudah ada sejak lama,'' katanya lewat chat.

Untuk mengerjakan pola dan gambar tersebut, dirinya dibantu oleh lima temannya.

“Seorang mahasiswa MIPA UGM yang kebetulan tidak balik kampung ketika liburan, dan nekat mengikuti teman-teman di kampusnya ke Sleman. Menurutnya yang sebenarnya mengharamkan info ini diterbitkan, tapi dia memastikan circle crop itu murni perbuatan ia dan teman-temannya yang lebih dari enam orang.”

Sebelumnya, warga Dusun Kracakan dihebohkan dengan pemandangan aneh di lokasi persawahan dusun setempat. Pemandangan aneh itu berupa robohnya batang padi yang membentuk beberapa lingkaran besar dan kecil.

Anehnya, lingkaran batang padi yang roboh tersebut seperti tulisan kaligrafi. Sedangkan besarnya lingkaran diperkirakan antara 15-20 meter. Bahkan, ada yang menduga pemandangan aneh itu merupakan bekas pendaratan pesawat UFO dari planet lain.



Crop Circle Sleman Buatan Mahasiswa UGM?

 
 Warga Sleman tengah melihat lokasi yang diduga pendaratan pesawat UFO
Fenomena lingkaran berpola atau Crop Circle yang ditemukan pada Sabtu 22 Januari di Sleman, Yogyakarta masih menyimpan misteri. Namun seorang mahasiswa mengaku perbuatan tersebut merupakan ulahnya, benarkah?

Seperti disitat dari studentmagz, Selasa (25/1/2011), seorang mahasiswa UGM mengaku yang melakukan hal tersebut. Dia mengaku melakukan hal gila ini hanya sekadar iseng.

“Kami yang membuat jejak UFO ini adalah anak-anak Sains MTK dan Pertanian,'' terang mahasiswa yang setahu saya baru tamat SMA tahun 2008 ini.

Dalam laman tersebut diungkapkan, pembuat crop circle tersebut dirancang sedemikian rupa.

“Menurut mahasiswa berambut cepak dan berkacamata ini pembuatannya sangat rumit, mereka merancang dengan baik-baik menggunakan desain dan ilmu hitung Matematika dengan sangat teliti,” jelasnya.

Mahasiswa yang dikenal cukup pintar soal Matematika dan gila itu enggan memberitahu alat apa mereka gunakan untuk membuatnya. “Sebenarnya masih banyak lagi isi sms dan chat kami lewat FB yang sengaja tidak diterbitkan,” paparnya.

Namun, benar atau tidaknya pengakuan ini masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut.

Sumber: news.okezone.com

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (7)

LAPAN: Fenomena Crop Circle Menarik untuk Dikaji

 
 Lokasi crop circle di Sleman. (Foto: okezone/Danang Prabowo)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) melakukan observasi di lokasi crop circle di Desa Jagotirto, Kecamatan Brebah, Sleman, Yogyakarta, siang ini.

Salah satu anggota tim dari LAPAN, Sri Kalokaprabosari, mengatakan pihaknya tidak membawa perlengakapan apa pun ke lokasi.


“Kami hanya mengecek saja ke lokasi kemungkinan-kemungkinan di lapangan. Kami tidak ada alat pendeteksi apa pun,” ujar Sri saat dikonfirmasi okezone di perjalanan menuju Sleman, Selasa (25/1/2011).

Menurut Sri, pihaknya hanya akan mengetahui kondisi sebenarnya di lokasi antara rekayasa manusia dan isu keterlibatan makhluk ruang angkasa yang menggunakan Unidentified Flying Object (UFO).

“Ada fenomena menarik di sini apakah buatan manusia. Menarik juga untuk dikaji. Kalau buatan manusia kan tidak simetris kemudian ada patahan di tanaman padi, tapi ini tidak ada. Ini sangat menarik dikaji. Apalagi di Indonesia ini yang pertama, tapi di luar negeri sudah berkali-kali, terutama di Inggris selatan,” jelas Sri.

Meski demikian, Sri menegaskan pihaknya tidak berwenang untuk memastikan siapa pembuat crop circle itu.

“Itu bukan kami, biar yang lain. Kami hanya mengecek saja melihat kondisi di lapangan,” ucapnya.



Bapeten Kirim Ahli Cek Radiasi Crop Circle Sleman

Tidak hanya Lapan yang mengirimkan ahlinya untuk meneliti fenomena lingkaran teratur atau crop circle di lahan pertanian di Sleman, Yogyakarta.

Pagi ini tim ahli dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) juga berangkat guna memastikan apakah ada radiasi dari kejadian aneh tersebut. "Tim kami pagi ini menuju ke sana, namun untuk lebih jelasnya nanti siang bisa diinformasikan lagi," ungkap Humas Bapeten Iin kepada okezone, Selasa (25/1/2011).

Dia menjelaskan, tim ahli akan melakukan survei di lokasi mengenai kandungan radiasi. "Ini kejadian yang pertama di Indonesia, tapi kalau di luar negeri memang pernah terjadi," imbuhnya.

Oleh sebab itu, kata Iin, pihaknya belum bisa menyimpulkan apakah lingkaran teratur di sawah ini hasil rekaan atau bukan. "Tapi kalau peristiwa meteor jatuh beberapa waktu yang lalu tidak ada radiasinya," ungkapnya.

Sebelumnya, warga Dusun Kracakan dihebohkan dengan pemandangan aneh di lokasi persawahan dusun setempat. Pemandangan aneh itu berupa robohnya batang padi yang membentuk beberapa lingkaran besar dan kecil. Anehnya, lingkaran batang padi yang roboh tersebut seperti tulisan kaligrafi. Sedangkan besarnya lingkaran diperkirakan antara 15-20 meter. Bahkan, ada yang menduga pemandangan aneh itu merupakan bekas pendaratan pesawat UFO dari planet lain.

Profesor peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin menilai pola tersebut sebagai bentuk rekayasa dari orang-orang ahli.“Saya menduga itu hasil rekayasa tangan-tangan kreatif. Di banyak negara terbukti crop circle adalah hasil rekayasa kreatif manusia,” kata Thomas.

Dia menjelaskan, meskipun lokasi “pendaratan UFO” berada di bawah kabel listrik tegangan tinggi (Sutet) tidak akan mempengaruhi pola. “Pola geometris di Sleman bukan juga disebabkan oleh puting beliung atau pengaruh elektromagnetik dari SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi milik PLN). Puting beliung tidak akan menghasilkan pola yang rapih. Sutet pun tidak akan memberi dampak pola geometris, karena tanaman padi tidak terpengaruh oleh medan listrik atau medan magnet dari jaringan listrik itu,” jelasnya.
 

Bapeten Pastikan Lokasi Crop Circle Tak Berbahaya

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) memastikan lokasi penemuan crop circle di Desa Jogotirto, Kecamatan Brebah, Sleman Yogyakarta, tidak berbahaya dari radiasi.

Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Bapeten Reno Alamsyah mengatakan, timnya sekira pukul 11.00 WIB sudah mengecek lokasi dan tidak ditemukan penambahan radiasi.

“Secara alami setiap benda itu mengandung radiasi alam atau disebut background radiation. Dan di Sleman tidak ada penambahan radiasi apa pun, jadi di lokasi aman,” jelas Reno saat dikonfirmasi okezone, Selasa (25/1/2011).

Dia menjelaskan ada atau tidak ada crop circle radiasi di lokasi tersebut tetap sama dan tidak ada penambahan, apalagi sampai membahayakan masyarakat.

“Apa pun itu, katanya UFO atau meteor yang jelas tidak ada penambahan radiasi. Kalau membahayakan sekali pun, radiasi akan meningkat ribuan kali dari normalnya. Tapi ini sama sekali tidak ada,” sambungnya.

Dia menambahkan Bapeten turun ke lapangan setelah muncul keresahan dari masyarakat akan adanya radiasi di lokasi. Sebagai lembaga yang berwenang, lanjut Reno, pihaknya langsung menerjunkan dua orang ke lokasi dengan membawa beberapa alat pendeteksi radiasi.

“Sebenarnya memang sejak awal tidak ada penambahan radiasi itu jadi kami hanya memastikan saja dan agar masyarakat tenang tidak khawatir,” imbuhnya.

Senada dengan tim dari Lapan, Reno menegaskan pihaknya tidak berwenang memastikan siapa di balik lingkaran berpola itu. “Itu wewenangnya polisi. Wewenang kami hanya memastikan saja soal radiasi dan sudah aman,” tegasnya

 

Tak Ada Keanehan di Crop Circle Sleman

 
 Warga menyaksikan crop circle di Sleman dari Gn Suru.
Pada penelusuran Senin 24 Januari, komunitas pengamat benda ruang angkasa Beta-UFO tidak menemukan adanya keanehan gelombang elektromagnetik di lokasi crop circle di Desa Jagotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Suhu udara di sekitar crop circle normal. Gelombang radio pun juga normal. Tidak ada gangguang sinyal telepon seluler maupun radio VHF.

Ini berbeda dengan penemuan crop circle pada umumnya di mana terdapat gangguan gelombang elektromagnetik selama beberapa hari setelah penemuan.

Meski demikian batang padi yang rusak tidak dalam kondisi patah, melainkan hanya roboh. Selain itu tidak ada jejak mesin atau kaki manusia. Arah robohan batang padi juga searah dengan jarum jam.

Namun untuk memastikan siapa di balik pembuat crop circle ini, Beta-UFO mengharapkan bantuan dari para peneliti yang memiliki perlengkapan memadai untuk mencari tahu keaslian lingkaran berpola itu yang tidak dapat terdeteksi oleh secara kasat mata. Seperti mengetahui secara akurat gangguan medan elektomagnetik yang lebih akurat dengan menggunakan EM meter.

“Anomali radiasi bisa dideteksi denga Geiger Muller Counter, struktur molekular atau sel menggunakan mikroskop. Kemudian alat untuk mendeteksi keberadaan partikel besi atau logam lainnya seperti terdapat di sample crop circle yang normal,” demikian isi surat elektronik Direktur Beta-UFO Bayu Amus yang diterima okezone, kemarin.

Beta-UFO menegaskan belum bisa menyimpulkan mengenai keaslian crop circle tersebut, apakah hasil karya UFO atau rekayasa. “Namun kami sependapat kemunculan fenomena ini sangat menarik, karena termasuk yang pertama di Indonesia yang didokumentasikan dan dipublikasikan secara massal,” ujar Bayu.
Sumber: news.okezone.com

LG Mulai Pasarkan Optimus 2X di Korea Selatan

LG Mulai Pasarkan Optimus 2X di Korea S

 
LG Mulai Pasarkan Optimus 2X di Korea Selatan

LG mulai memasarkan smartphone terbarunya Optimus 2X. Tahap awal, smartphone yang memiliki prosesor dual core Tegra-2 ini, baru dipasarkan di Korea Selatan. Selanjutnya, LG akan memperluas pemasaran ke Asia dan Eropa.

Versi Korea Selatan, tersedia aneka warna, kecuali putih. Sebagaimana ditulis Android Central, LG juga menyediakan warga putih. Namun Optimus 2X warna putih baru tersedia pada February mendatang.

Optimus 2X --sebelumnya dikenal sebagai LG Star--, tercatat sebagai smartphone Android pertama yang mengusung prosesor dual core. LG membenamkan prosesor NVIDIA Tegra 2.

Spesifikasi:
Prosesor  NVIDIA Tegra 2 1. Ghz
Display   4 inci, layar sentuh, WVGA OS       
Android 2.2 (Froyo), bisa up grade ke Android 2.3 (Gingerbread)
Memori internal  8GB, bisa ditambah hingga 32 GB menggunakan microSD.
Kamera  8 MP (utama), 1.3 MP (pendukung)
Video1080p MPEG-4/H.264 playback dan recording HDMI mirroring
Baterai  1.500 mAh.
 
 
Sumber: republika.co.id
 

Nokia Siapkan Tablet MeeGo?

AP/Julie Jacobson & Isaac Brekken


GSM Arena menampilkan sebuah prototipe yang diduga sebagai Nokia Tablet. Memiliki layar berdiameter 4.5 inci. ia bekerja dengan OS MeeGo.

Nokia tengah tengah memantapkan langkah bagi pengembangan tablet? Boleh jadi ya. Beberapa produk Nokia--misalnya seri N900--, memang lebih kental nuanda tabletnya ketimbang smartphone.

Tablet MeeGo ini, bila boleh disebut demikian, tampaknya akan menjadi pendamping Nokia N9. Sekadar mengingatkan N9 adalah communicator generasi baru Nokia. Smartphone ini diperkirakan juga mengusung OS MeeGo seperti 'tablet' MeeGo.

Tablet MeeGo mendukung teknologi jaringan 3G. Ia juga memiliki sejumlah peranti konektivitas seperti Wifi dan port Micro USB. Spekulasi yang berkembang, ia akan diperkenalkan saat berlangsung ajang Mobile World Conggres 2011.

Sumber: republika.co.id

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (6)

'Crop Circle' di Sleman Masih 'Misteri'


  Sebuah pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter tercetak di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, makin ramai dikunjungi orang, menyusul ditemukaannya pola alur unik lingkaran di areal sawah, Minggu kemarin.
Belum ada otoritas di Sleman yang bisa menjelaskan fenomena yang oleh banyak kalangan diistilahkan crop circle, yakni pola pola lingkaran dengan akurasi cukup tinggi ini.

Sejak tadi pagi, Senin (24/1/2011) garis polisi sudah dibentangkan di area. Namun rasa penasaran pengunjung membuat mereka juga banyak mendekat dan mencoba melongok dari dekat. Sebagian pengunjung lain naik ke Gunung Suru, bukit kapur di utara areal sawah guna melihat dari atas.

Mobil mobil stasiun televisi juga berdatangan guna keperluan siaran langsung. Jasa parkir yang dikelola warga panen karena pengunjung datang tanpa henti. "Kami belum tahu pihak mana yang yang paling berwenang menjelaskan. Ini mungkin yang pertama kali terjadi," kata Kepala Polsek Berbah AKP I Made Muliawan.

Diameter pola unik ini 50-70 meter dan mencakup luasan sawah 2500 an meter persegi.


Belum Ada Laporan Serius Kedatangan UFO


  Sebuah pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter tercetak di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

Fenomena crop circle yang terjadi di Yogyakarta, Minggu (23/1/11), menjadi kehebohan sekaligus mengundang tanda tanya. Beberapa kalangan mengaitkan fenomena langka di Indonesia itu dengan kedatangan makhluk asing dan UFO (Unidentified Flying Object). Benarkah demikian?
Menanggapi kehebohan itu, mantan Kepala Observatorium Bosscha Dr Moedji Raharto mengatakan, "Hingga saat ini belum ada laporan yang sangat serius tentang kedatangan UFO dan makhluk luar angkasa ke bumi."

Kalau memang kejadian selama ini yang diduga sebagai kedatangan UFO atau alien benar, ia mengatakan, istimewa sekali planet bumi ini hingga didatangi berkali-kali oleh para alien.

Lebih lanjut Moedji mengatakan, kalangan astronom memang percaya akan adanya kehidupan ekstra terestrial. Namun, sejauh ini belum bisa membuktikan keberadaannya, apalagi menyaksikannya datang ke Bumi.

"Kita sudah mencoba mencari dengan radio teleskop tetapi hingga saat ini belum bisa membuktikannya,"  ujar Moedji. Kemampuan mendeteksi kehidupan ekstra terestrial masih cukup terbatas.

Tentang fenomena crop circle di Yogyakarta, Moedji mengatakan, "Saya kira itu hanya imajinasi masyarakat saja ya." Imajinasi bisa dipengaruhi oleh film yang ditonton atau referensi lain.

"Saya kira ini hanya merupakan fenomena alam biasa atau juga buatan manusia," ujar Moedji.




Teliti Batang Padinya, Patah Tidak?


  Salah satu pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

Beragam argumen muncul tentang penyebab fenomena crop circle atau lingkar taman yang terjadi di Indonesia. Salah satu argumen mencuat dan paling populer adalah bentuk-bentuk bulat di sawah itu adalah jejak UFO.

Muhammad Irfan dari Ufonesia (pengamat UFO Indonesia) mengatakan bahwa untuk mengetahui asal muasal crop circle itu, analisis sederhana bisa dilakukan. Caranya dengan melihat batang padi di crop circle.
"Kita lihat saja batang padinya, ada yang patah tidak. Kalau ada yang patah, berarti besar kemungkinan itu adalah buatan manusia," ungkapnya berdasarkan hasil sebuah penelitian yang dibacanya.

Ia melanjutkan, pendaratan UFO tidak menyebabkan patahnya batang padi. "Kalau memang UFO, batangnya tidak patah, tapi ada bagian yang terbakar seperti kena radiasi. Kita bisa lihat apakah ada jejak radiasi atau tidak," katanya.

Konon, UFO memiliki radiasi yang besar. Tanah dan pohon bisa hangus dan mengerut karena radiasi. Selain itu, area sawah atau ladang juga bisa tercemar. UFO juga menghasilkan radiasi suara yang mengganggu pendengaran.

Irfan sendiri meyakini, crop circle yang ada di Yogyakarta adalah jejak UFO. "Jika dibuat manusia, tidak mungkin jadi hanya dalam waktu satu malam atau satu dua jam," katanya.

Sumber; Kompas.com

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (5)

Ahli-ahli Diharap Segera Meneliti


Fenomena unik yang diduga crop circle di areal sawah Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, menarik minat Haryoko (42) warga Krasahan, Jogotirto, untuk mengambarnya dalam sketsa, Senin (24/1/2011).


Salah satu pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini. 
Kepala Bagian Humas Pemkab Sleman Endah Sri Widiastuti mengatakan, pihaknya mempersilakan para ahli dari berbagai disiplin ilmu segera meneliti fenomena yang diduga crop circle di Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman.

"Banyak pihak yang saya rasa memiliki kompetensi di bidang tersebut. Terlebih di Sleman ada banyak perguruan tinggi dan lembaga penelitian serta institusi yang mungkin bisa menjelaskan sehingga masyarakat mendapat jawaban logis dan ilmiah," katanya, Senin (24/1/2011) petang.

Pemkab Sleman, kata Endah, sudah meminta sejumlah pihak agar mengamankan areal sawah tempat pola lingkaran unik itu agar terjaga. Ini penting mengingat banyak warga ingin menyaksikan.

Kepala Polsek Berbah AKP I Made Muliawan mengatakan, pihaknya bekerja keras menjaga areal tersebut. Garis batas polisi yang sudah direntangkan masih saja coba dimasuki sebagian pengunjung.

"Kami menanti pihak berwenang memaparkan fenomena ini," ujar Made.
 
Seharusnya Lapan dan AU Ikut Selidiki


 Salah satu pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

Beberapa pakar menilai, crop circle yang terjadi di Sleman, DI Yogyakarta, hanyalah buatan manusia. Dengan demikian, pengiriman pakar untuk menyelidiki fenomena tersebut dinilai tidak diperlukan.

Namun, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, "Harusnya kita selidiki dulu dong. Jangan cepat ambil kesimpulan." Menurutnya, segala kemungkinan bisa terjadi terkait fenomena tersebut.

Dudi mengatakan, fenomena crop circle yang terjadi di Sleman mungkin terkait dengan UFO yang dilihat dan dipotretnya di Bantul pada tahun 2009 lalu. Menurutnya, ada sesuatu di Yogyakarta yang mungkin menarik sehingga UFO datang.

Untuk itu, ia mengatakan, "Sebaiknya pihak-pihak yang terkait seperti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyelidiki hal ini. Angkatan Udara juga harusnya ikut terlibat. Jadi kita tahu apa yang terjadi sebenarnya."

Crop circle di Sleman merupakan fenomena crop circle pertama yang terjadi di Indonesia. Crop circle terbentuk karena padi merebah ke kanan. Padi yang merebah berketinggian 50 cm, sementara yang berdiri 70 cm. Belum ada penjelasan pasti tentang fenomena ini.



Kok Belum Ada Paper Ilmiah Soal Alien?


SHUTTERSTOCK

Keberadaan alien atau makhluk ekstra terestrial telah menjadi misteri sejak ratusan tahun. Puluhan film diproduksi untuk menggambarkan adanya makhluk tersebut. Penelitina-penelitian dan usaha mencari tahu keberadaannya pun sering dilakukan. Tapi, mengapa hingga saat ini belum ada publikasi ilmiah tentangnya?

Menanggapi hal itu, Johny Setiawan, astronom asal Indonesia yang bekerja di Max Planck Institute mengatakan, "Saat ini tengah dikembangkan ilmu astrobiologi. Ini meneliti kemungkinan adanya makhluk hidup di luar angkasa, khususnya planet ekstrasurya".

Ia mengatakan, "Sebagai ilmuwan harus sangat berhati-hati dalam memublikasikan karya ilmiah ke umum. Jadi para ilmuwan astrobiologi harus memastikan dahulu kemungkinan adanya makhluk hidup lain sebelum mereka memublikasikannya."

Meski demikian, Johny menjelaskan bahwa dilihat dari spektroskopi atmosfer planet lain sebenarnya sudah dapat disimpulkan bahwa makhluk luar angkasa seharusnya ada. Jika kondisi planetnya mirip dengan planet batuan di tata surya kita, kehidupan di sana mungkin saja ada.

Diduga, di antara sekian banyak planet yang ditemukan saat ini, 23 persennya merupakan planet yang layak dihuni atau mirip dengan bumi. Hal itu berarti bahwa di 23 persen planet tersebut mungkin ditemukan bentuk kehidupan.

Publikasi astrobiologi terakhir adalah penemuan bakteri arsenik di suatu wilayah di Amerika. Arsenik yang sebenarnya bersifat toksik ditemukan pada materi genetik bakteri itu dan bisa sebagai pengganti molekul fosfat.

Pencarian makhluk hidup atau setidaknya tanda-tanda kehidupan di luar angkasa kini sedang direncanakan NASA. Mereka akan mengirim pesawat antariksa Opportunity untuk mencari tanda-tanda kehidupan di Mars.

Sumber: kompas.com

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (4)

"Jejak UFO" Sleman Mungkin Karya Seni

  Warga menaiki bukit untuk melihat pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

 
Temuan crop circle yang diduga jejak benda terbang tidak dikenal (UFO) di area persawahan Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (23/1/2011) pagi, mungkin hanya karya instalasi seni yang dilakukan sekelompok orang.

"Bisa jadi ini merupakan karya instalasi seni karena pola tersebut tidak terlalu sulit untuk dibuat oleh mereka yang telah terbiasa," kata Anton Asmonodento, seorang warga yang sengaja datang ke lokasi untuk menyaksikan fenomena tersebut, Senin (24/1/2011).

Menurut pelaku seni gitar akustik warga Banteng, Jalan Kaliurang, tersebut, pola semacam itu bisa saja sebelumnya sudah dibuat denahnya terlebih dahulu kemudian dikerjakan secara bersama-sama sehingga cepat selesai.

"Jika menurut pengakuan warga yang tidak mendengar ada sesuatu yang aneh sebelum penemuan itu, mungkin saja pelaku itu bekerja secara sembunyi-sembunyi. Denahnya masing-masing bagian dikerjakan secara berkelompok," katanya.

Apa yang disampaikan Anton bisa jadi benar. Di beberapa tempat lain di dunia, banyak kelompok yang membuat bentuk-bentuk serupa untuk menarik perhatian atau sebagai bentuk instalasi seni. Salah satu yang paling terkenal adalah Circlemakers.

John Lundberg salah seorang dedengkot Circlemakers mengungkapkan, tujuan awalnya membuat crop circle adalah ia ingin meruntuhkan anggapan yang menyebutkan lingkaran-lingkaran dengan pola geometris di ladang itu tak mungkin dibuat oleh manusia.

"Kini kami membuat crop circle sebagai bentuk seni meski awalnya berawal dari keingintahuan," ujar Lundberg seperti dikutip BBC.

Rasa ingin tahu itu berawal ketika Doug Bower dan Dave Chorley, warga Inggris, tahun 1991 mengaku, mereka telah membuat crop circle selama 13 tahun terakhir. Karya mereka diyakini orang-orang sebagai lokasi pendaratan UFO.

Pengakuan itu masih memunculkan pertanyaan sementara orang: Mungkinkah formasi unik dan besar itu dibuat manusia?   "Maka kami mencoba membuktikannya dengan membuat formasi yang sangat besar dan rumit, dan memunculkan lagi pertanyaan serupa," papar Lundberg.

Lundberg bersama Rod Dickinson dan Will Russell dari Circlemakers mendesain crop circle di kertas, kemudian merancangnya menggunakan komputer untuk karya-karya yang besar dan rumit.

Namun begitu tiba di lapangan, mereka menggunakan alat-alat sederhana untuk membuat karyanya, yakni papan bertali dan meteran. Papan itu diinjak dan dipakai meratakan panenan, sedangkan meteran dipakai untuk menghasilkan bulatan sempurna.

Hasil karya yang besar dan bagus biasanya membuat mereka yang melihatnya segera menghubungkan dengan adanya makhluk dengan kecerdasan dan teknologi tinggi, tak terkecuali di Sleman.

"Saya dengar dari cerita teman jika ada temuan aneh ini sehingga saya langsung ke sini untuk memastikannya dan menurut saya temuan ini memang cukup aneh, tetapi saya tidak tahu persis apakah ini merupakan jejak UFO atau bukan," kata Suparjono, warga Sorogenen, Kalasan, Sleman.

Hal sama dikatakan Hendy Bagya yang menyatakan kagum dengan taman aneh di area persawahan ini karena sulit dibayangkan jika hal tersebut dibuat oleh seseorang dalam waktu sekejap saja.

"Informasinya jejak ini tiba-tiba muncul dan tidak ada tanda-tanda sebelumnya, jadi ini sangat aneh dan saya juga kagum. Saya tidak tahu apakah ini benar jejak UFO atau bukan, saya memang tidak pernah mempelajari soal UFO sebelumnya," katanya.

Meski crop circle bisa jadi memang buatan manusia, pembuat crop circle Lundberg bercerita bahwa dirinya sendiri pernah melihat sesuatu yang aneh saat membuat crop circle di tanah pertanian Wiltshire, Inggris.

"Kedengarannya memang sedikit memalukan, tetapi saya pernah melihat UFO saat membuat circle di Wiltshire. Benda itu berbentuk seperti cerutu gelap dengan cahaya yang bergerak amat cepat," ujarnya.

"Benda itu terlihat di cakrawala dan perlahan mendekati kami tanpa suara. Itu seperti penampakan UFO klasik dan kami sama sekali tidak tahu benda apakah itu," ujarnya.

Namun, menurut Lundberg, cahaya yang paling sering dilihatnya saat membuat circle adalah cahaya lampu senter saat seseorang memergokinya dan menyorotkan lampu ke wajahnya.







"Crop Circle" Yogya, Pertama di Indonesia

listentrue.livejournal.com Crop circles yang membentuk pola cantik di luar negeri.

 
 
Fenomena crop circle atau lingkar taman terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (23/1/11). Menurut warga sekitar, bentuk-bentuk lingkaran di sawah itu tiba-tiba saja dijumpai pada Minggu pagi, padahal malam sebelumnya belum didapati.

Apakah ini merupakan fenomena crop circle pertama di Indonesia? Muhammad Irfan dari Ufonesia (pengamat UFO Indonesia) mengatakan, "Ya, ini memang crop circle pertama yang terjadi di Indonesia.

Irfan juga mengatakan bahwa fenomena crop circle di Yogyakarta tergolong langka. "Fenomena ini sangat langka sebab inilah pertama kalinya crop circle dijumpai di persawahan. Biasanya, crop circle terjadi di ladang gandum," katanya.

Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pemberitaan, Irfan mengatakan, "Saya meyakini ini adalah crop circle betulan, bukan buatan manusia. Jadi, ya lebih condong bahwa ini memang jejak UFO."

"Sebabnya, ada laporan dari warga yang mengatakan bahwa saat malam mereka belum menjumpai. Baru paginya ada. Ini mungkin bisa jadi bukti. Sebab, kalau dibuat manusia, bisa butuh waktu lama," Irfan mengungkapkan alasannya.

Fenomena crop circle sendiri sudah cukup sering dijumpai. Pada abad ke-20, dikatakan bahwa di 26 negara sudah terdapat 10.000 crop circle. Jumlah kejadiannya mulai meningkat sejak tahun 1970-an.





"Crop Circle" Mirip Logo Cakra Muladhara

 
Foto crop circle yang diambil wartawan Tribun Jogja Hendi Kurniawan dengan inzet ilustrasi muladhara yang dibuat Julius Perdana dari komunitas BetaUfo.

 
Terlepas buatan manusia, alien, atau dibentuk akibat fenomena alam, lingkaran raksasa yang terbentuk di area persawahan di Berbah, Sleman, Yogyakarta, menarik dicermati. Pembuatnya pasti sangat cermat karena bentuknya yang geometris.

Bentuknya yang simetris disertai ukiran-ukiran di dalam lingkarannya menarik perhatian anggota komunitas Betaufo, salah satu kelompok pengamat UFO di Indonesia. Julius Perdana, pemerhati UFO dan salah satu anggota komunitas tersebut, mencoba menganalisis bentuk tersebut dengan melakukan rekayasa foto digital.

"Ini mirip dengan Chakra dasar atau Muladhara," tulis Julius Perdana dalam catatan di halaman akun Facebook miliknya, Senin (24/1/2011). Ia menggunakan foto jepretan Andrex Tohjaya yang diunggah ke Facebook kemudian mengedit dengan mendistorsi gambar dari posisi miring menjadi tegak lurus dan memperjelasnya.

Ia menjelaskan, muladhara digambarkan berwarna kuning, lotus atau teratai bujursangkar dengan 4 daun dikelilingi oleh 8 tombak yang berkilauan di samping dan di sudut, dan dengan 4 buah daun bunga. Mirip atau tidak ia menyertakan hasil perbandingan dan kesimpulan kepada pembaca.

Dalam ajaran Hindu, muladhara adalah salah satu cakra yang merupakan fondasi metafisika atau biofisis tubuh manusia. Karena diyakini sebagai pusat energi, pemetaan cakra biasa dipakai sebagai dasar pengobatan, latihan yoga, dan meditasi.

Nah, apakah logo raksasa tersebut sengaja dibuat orang, ukiran alam, atau pesan dari makhluk lain?



Sumber: kompas.com

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (3)

Fenomena "Crop Circles" Terjadi sejak 1686

(listentrue.livejournal.com) Crop circles yang membentuk pola cantik di luar negeri. 
 

(listentrue.livejournal.com) Crop circles yang membentuk pola cantik di luar negeri. 


(deshow.net) Crop circles yang membentuk pola cantik di luar negeri.

Misteri crop circles seperti terjadi di sawah Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (23/1/2011), memang fenomena baru di Indonesia.

Namun, di luar negeri fenomena itu sudah dicatat sejak lama, bukan dari abad lalu saja. Pada 1686, Prof Robert Polt, LDD menulis dalam penerbitan A Natural History of Staffordshire.

Robert Poll adalah "penjaga" pertama Museum Ashomolean dan profesor kimia di Oxford. Ia menggambarkan, bentuknya bukan hanya lingkaran, melainkan area yang rata "terdiri tiga bagian dari lingkaran, lainnya adalah setengah lingkaran, beberapa lagi kuadran."

Bentuk-bentuk itu ditemukan di lahan yang subur dan di padang terbuka. Bukan hanya satu, kadang-kadang bahkan dua dan tiga lingkaran.

Lantas, pada Juli 1880 terbit sebuah jurnal ilmiah prestisius, Nature, yang memuat surat dari seorang spectroscopist bernama J Rand Capron. Ia menggambarkan temuannya soal formasi unik di Inggris bagian selatan.

"Membentuk spot bundar dengan beberapa tangkai yang berdiri sebagai pusatnya, beberapa tangkai ambruk dengan bagian kepala tertata apik membentuk lingkaran di sekitar pusat, dan di luarnya adalah lingkaran tangkai yang utuh."
Capron menduga bentuk itu akibat "angin topan". Ia juga menyeratakan sketsa lingkaran itu, tetapi tidak dimuat oleh Nature.
Setelah itu, lebih banyak lagi catatan tentang munculnya bentuk-bentuk misterius tersebut dengan pola yang berbeda-beda dan bahkan sangat menakjubkan.

Di Inggris, ia sering kali muncul di dekat situs-situs kuno, seperti Stonehenge yang terkenal karena bebatuan raksasa tersusun teratur dan mengesankan betapa manusia kuno sudah mempunyai teknologi canggih untuk membangunnya.

Namun, crop circles juga muncul di Amerika Serikat yang tergolong tidak mempunyai jejak peradaban kuno, kecuali wilayah yang semula didiami oleh bangsa Indian kuno.

Kini, di Amerika pula ada kelompok studi yang mempelajari fenomena ini secara ilmiah, namanya Burke, Levengood, Talbott (BLT) Research Team.

Mereka mendokumentasikan banyak sekali fenomena crop circles, mewawancarai para saksi mata, dan menganalisisnya dari berbagai segi. Namun, mereka pun belum mempunyai jawaban memuaskan. Crop circles masih misteri hingga kini.



"Jejak UFO" Itu Terbentuk di Bawah SUTET

Foto crop circle di areal persawahan daerah Berbah, Sleman, DI Yogyakarta yang diduga tempat pendaratan UFO.

 
Belum ada yang bisa memastikan siapa yang membuat atau apa yang terjadi sehingga pola aneh berbentuk lingkaran raksasa terbentuk di areal tanaman padi di persawahan Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Minggu (23/1/2011).

Tidak ada tanda-tanda jika pola itu buatan manusia. Sebab, pola itu terbentuk di tengah sawah dan tidak ada jejak traktor ataupun jejak kaki manusia di sekitarnya. Padi-padi yang ada di sekililingnya masih berdiri rapi. Tidak ada satu pun padi yang terlihat ambruk karena diinjak manusia ataupun traktor dan alat sejenisnya.

Namun, menurut fakta di lokasi, lingkaran misterius itu terbentuk di bawah menara saluran udara tegangan ekstra-tinggi (SUTET). Hubungannya dengan SUTET pun masih sama-sama misterius.

"Tidak ada yang tahu pasti siapa yang membuat pola itu. Mungkin UFO turun untuk mengisi bahan bakar karena pola itu tepat berada di bawah menara SUTET," ujar Yudi (20), orang yang pertama melihat pola itu, berandai-andai.

Fenomena lingkaran di areal pertanian seperti ini sering dikaitkan dengan unidentified flying object (UFO) dan alien seperti yang bisa kita lihat di film Sign, yang dibintangi oleh aktor watak Hollywood, Mel Gibson. Kalau di luar negeri, terbentuknya crop circle mungkin di ladang gandum atau jagung, sedangkan di Yogyakarta terjadi di sawah.

Tanaman padi di tengah sawah itu ambruk membentuk lingkaran dengan pola yang sangat rapi. Diameter pola lingkaran tersebut sekitar 60 meter.






Warga Begadang Jaga Lokasi "Jejak UFO"

Pola geometris yang terbentuk di persawahan Jogotirto, Berbah, Sleman, Minggu (23/1/2011) pagi.

 
Warga Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjaga areal persawahan yang terdapat pola aneh. Demikian pantauan Tribun Jogja yang berada di lokasi kejadian pada Senin (24/1/2011) dini hari.

Sejumlah orang berkumpul di jalan ataupun permukiman yang tak jauh dari lokasi sambil melihat-lihat dari kejauhan areal yang diduga jejak obyek terbang misterius atau yang keren disebut dengan unidentified flying object (UFO).

Para warga beralasan ingin menjaga padi yang sudah menguning di lokasi tersebut. Salah seorang warga mengungkapkan, penjagaan dilakukan karena pada siang tadi banyak penonton yang nekat masuk ke areal persawahan dan menginjak-injak padi yang sudah hampir panen.

Kepala Dukuh Jogotirto Hartono mengatakan, Senin pagi nanti, pemerintah desa akan bertemu dan mengambil sikap. "Pak lurah dan camat akan mengadakan rapat koordinasi di kelurahan," katanya.

Ia belum mengetahui secara pasti apakah para warga yang sawahnya terkena dampak akan diajak berembuk besok pagi.

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (2)

Lingkaran Itu Jejak UFO?

  Warga menaiki bukit untuk melihat pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

 
Pola lingkaran misterius yang dikenal dengan istilah crop circle yang ditemukan di lahan pertanian di Sleman, Yogyakarta, perlu dibuktikan apakah itu ulah manusia, faktor alam, atau jejak UFO. Nyatanya, meski crop circle banyak ditemukan di sejumlah tempat di bumi ini, fenomena itu tetap menjadi teka-teki.

Kepala Laboratorium Hidrometeorologi Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang juga Guru Besar Geografi UGM Sudibyakto, Senin (24/1/2011), mengatakan, munculnya pola lingkaran misterius yang simetris di areal sawah Dusun Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, itu jangan serta-merta dihubungkan dengan benda terbang tak dikenal atau UFO. Perlu kajian lebih lanjut.

Menurut dia, pola crop circle, secara ilmiah dapat terjadi pada pusat pusaran angin puting beliung (zona depresi). Puting beliung di belahan bumi selatan, misalnya di Pulau Jawa, arah pusarannya searah jarum jam, sedangkan di belahan bumi utara arahnya berlawanan dengan arah jarum jam. Namun, crop circle di Sleman berpola simetris.

Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta Tony A Wijaya berpendapat lain. Ia mengatakan, kemungkinan kejadian itu diakibatkan angin amat kecil sebab pola rebahan berbeda-beda.

Sementara itu, Kepala Program Studi Meteorologi Institut Teknologi Bandung Plato Martuani Siregar mengatakan, pola geometris di tengah sawah itu kemungkinan disebabkan adanya angin turun yang bergerak melingkar hingga membentuk pola-pola geometris. Proses terjadinya angin turun sangat singkat, 2-3 jam.

Dosen Astronomi ITB, Taufiq Hidayat, menilai terlalu jauh mengaitkan munculnya lingkaran geometris di Sleman dengan kehadiran alien dan UFO. ”Lingkaran ini lebih berupa fenomena seni, ini buatan manusia,” ujarnya.

Melihat pola yang ada, dosen Program Studi Astronomi ITB, Ferry M Simatupang, mengatakan, pola itu pasti dibuat atau artifisial.

Menurut Ferry, memang ada sejumlah pengakuan pembuatan lingkaran simetris itu. Namun, jika dibandingkan dengan antara lingkaran simetris yang coba dibuat oleh manusia dan lingkaran simetris yang tidak diketahui pembuatnya, bedanya sangat jauh, seperti adanya lengkungan tanaman ataupun patahnya batang tanaman di sekitarnya.


Penyelidikan Lapan


Crop circle tergolong memiliki tingkat kerumitan tinggi. Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun, lingkaran itu sulit diwujudkan dalam waktu semalam oleh tangan manusia dan tanpa diketahui warga sekitar lokasi.

Sepengetahuannya, ini kejadian yang pertama di kawasan persawahan dan baru dilaporkan terjadi di Indonesia. Tahun 1980-an pernah ditemukan pada ladang jagung di Pacitan. Temuan serupa di Inggris dan Amerika Serikat berlokasi di ladang gandum yang kering.

Adi telah menunjuk Kepala Pusat Sains Antariksa Lapan Sri Kaloka untuk meninjau lokasi. Sri Kaloka yang dihubungi terpisah mengatakan akan membentuk tim dan akan berangkat ke lokasi pada Selasa ini.

Dalam penyelidikan di lapangan, ujar Sri, akan dilihat apakah ada tanda pada crop circle yang mengarah pada dua kemungkinan itu, yaitu ada batang patah atau rusak atau tanda hangus seperti terkena panas gelombang mikro.

Setiap muncul lingkaran geometris di tengah lahan pertanian langsung dikaitkan dengan adanya alien atau makhluk luar angkasa. Kondisi itu terjadi karena pola lingkaran yang muncul rumit, sangat simetris, terjadi dalam waktu sangat singkat, dan berlangsung di tempat gelap.

Pada 1991, Doug Bower dan Dave Chorley mengaku bertanggung jawab atas pola-pola geometris di tengah ladang di Inggris. Mereka membuat itu agar orang berpikiran bahwa alien pernah mendarat di tempat itu.

Kondisi ini membuat kolumnis LiveScience, Benjamin Radford, dalam tulisannya "The World’s Greatest Hoaxes" pada 19 Oktober 2009, menempatkan lingkaran geometris yang diduga dibuat alien sebagai salah satu kebohongan (hoax) besar di dunia.



Crop Circle Mungkin Terkait UFO Bantul

Sebuah pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter tercetak di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

 
Fenomena crop circle yang terjadi di Sleman, Yogyakarta, memicu banyak spekulasi tentang asal-usulnya. Salah satu yang terkuat adalah spekulasi bahwa fenomena tersebut disebabkan kedatangan UFO.

Menanggapi hal tersebut, pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan, "Melihat crop circle yang terjadi ini, saya kok jadi teringat dengan pengalaman saya dulu tahun 2009 saat melihat UFO di Bantul."
Saat itu, Dudi tengah naik pesawat Lion Air Boeing 737-900ER nomor penerbangan JT552. Ia melihat 9 titik cahaya serupa awan di bagian pesawat yang ditumpanginya. Sebanyak 3 titik bentuknya padat dan 6 titik lainnya adalah awan.

Dudi saat itu sempat mengabadikannya dengan kamera 40DX lensa Nikkon 55 mm. Setelah dianalisis, ternyata diketahui obyek itu adalah UFO. Ia membantah anggapan bahwa yang dipotretnya cuma bayangan sebab jendela pesawat jernih.

Setelah mengirimkan gambar yang dipotretnya kepada pakar Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Adi Sadewo Salatun, Dudi mengetahui bahwa UFO tersebut sedang mengalami morphing. Wujudnya berubah dari padat ke gas hingga akhirnya menghilang.

Teringat akan pengalamannya dan melihat pemberitaan tentang fenomena crop circle di Sleman, Dudi menuturkan, "Saya jadi bertanya-tanya, apakah fenomena crop circle yang terjadi di Sleman berhubungan dengan UFO di Bantul yang saya lihat?"

"Mungkin saja ini ada kaitannya. Ini semua kan terjadi di Yogya, satu di Bantul, satu di Sleman. Kita harus selidiki itu. Jadi jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan bahwa itu buatan manusia," ujar Dudi.
Lebih lanjut Dudi mengatakan, "Mungkin ada hal yang menarik di Yogya sehingga UFO datang. Masalahnya, ini terjadi di satu daerah. Lalu juga di sawah yang sempit. Ini tidak biasa karena biasanya di ladang gandum," katanya.

Dudi kurang setuju jika crop circle ini dengan mudah dikatakan sebagai buatan manusia. Jika buatan manusia, menurutnya, pasti ada tanda yang mudah dilihat seperti jejak dan saksi yang mendengar proses pembuatannya.

Dudi meyakini bahwa UFO di Bantul dan crop circle di Sleman saling berkaitan. Ia meminta beberapa lembaga yang berwenang, seperti Angkatan Udara dan Lapan untuk menyelidiki fenomena tersebut.


Setiap Motif "Crop Circle" adalah Pesan

Garis polisi dipasang untuk melindungi pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

 
Crop circle yang ditemukan di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (23/1/2011), sebenarnya bukan kali pertama terjadi di dunia. Fenomena itu tercatat muncul sejak tahun 1686. Hingga sepertiga terakhir abad ke-20, lebih kurang 10.000 crop circle dijumpai di 26 negara dunia.
 
Setiap crop circle memiliki motif berbeda. Motif yang ditemukan di Sleman, misalnya, memiliki kemiripan dengan lambang Cakra Muladhara. Dalam ajaran Hindu, Muladhara adalah cakra yang merupakan fondasi metafisika atau biofisis tubuh manusia.

Muhammad Irfan, salah satu pengamat UFO dari Ufonesia, memercayai bahwa crop circle, termasuk yang terjadi di Sleman, adalah jejak alien. "Setiap crop circle memiliki motif sendiri-sendiri. Setiap motif merupakan pesan," kata Irfan.

Irfan mengungkapkan, untuk mendapatkan pesan yang utuh, manusia harus menggabungkan setiap motif yang didapati di setiap daerah. "Setiap motif adalah satu kata. Kita bisa merangkai motif di setiap tempat kejadian sehingga bisa menjadi pesan lengkap," lanjut Irfan.

Mengacu pada jumlah crop circle yang terjadi pada sepertiga terakhir abad ke-20, berarti ada 10.000 crop circle yang maknanya harus dicari. Sebanyak 90 persen dari keseluruhan crop circle itu terjadi di wilayah selatan Inggris. Bagaimana, ada salah satu dari Anda yang mau menafsirkannya?


 Sumber: kompas.com

Fenomena Crop Circle di Yogyakarta (1)

Ada Jejak UFO di Yogya?


Pola geometris yang terbentuk di persawahan Jogotirto, Berbah, Sleman, Minggu (23/1/2011) pagi.

Fenomena unik terjadi Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Minggu (23/1/2011). Padi ambruk di tengah sawah membentuk pola lingkaran yang sangat rapi. Seperti pola itu sengaja dibuat manusia. Istilah ilmiah untuk fenomena ini biasa disebut dengan istilah crop circles atau lingkar taman.
Menurut keterangan Basori (41), warga yang rumahnya berada di utara sawah itu, Sabtu (22/1/2011) malam sekitar pukul 22.30, dirinya mendengar suara gemuruh layaknya suara helikopter mendarat. "Suara itu terdengar sekitar 30 menit, tetapi saya tidak gubris suara itu. Saya pikir itu suara helikopter lewat," tuturnya.
Hal itu diamini oleh Ayu Rukini (32), istri Basori. "Saya juga mendengar suara itu. Waktu itu saya dan suami sedang menonton televisi. Saya mengira tentara Angkatan Udara sedang latihan," ujarnya.

Fenomena ini diketahui pertama kali oleh Yudi (20). "Sekitar pukul lima pagi tadi, saya berangkat kerja. Sewaktu melewati sawah ini, saya melihat padi-padi ambruk tapi membentuk pola yang rapi," kata Yudi.
Yudi menyanggah keterangan Basori tentang suara gemuruh yang terdengar semalam. Yudi yang tadi malam nongkrong di depan rumah Basori sampai pukul tiga pagi tidak mendengar suara apa pun. "Bahkan semalam tidak ada hujan atau angin. Tahu-tahu tadi pagi sudah terbentuk pola ini (lingkaran) di tengah sawah," ujar Yudi.

Fenomena ini dapat dilihat dengan jelas dari puncak bukit di utara sawah. Warga setempat menyebut bukit itu Gunung Suru. Puluhan warga menaiki Gunung Suru untuk melihatnya. Hujan turun dan jalan ke puncak bukit yang sangat licin tidak membuat surut antusiasme warga untuk melihat fenomena ini.

"Apakah ada UFO mendarat di sini? Saya tidak tahu pasti. Yang jelas ini adalah kebesaran Allah. Mungkin Allah memperingatkan manusia untuk menjaga alamnya," kata Syamsul Bahri (37), warga Beloran, Madurejo, Prambanan, Sleman, yang datang untuk melihat dari puncak Gunung Suru.

Jauhari (34), warga Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman, yang rela jatuh bangun karena licinnya jalan menuju puncak Gunung Suru, berujar, "Ini seperti fenomena pendaratan UFO, yang sering dibahas di televisi. Tapi, saya tidak tahu apakah benar adanya. Hanya Allah yang tahu sebabnya."

Fenomena misterius semacam ini sering dijumpai di beberapa tempat.






Ukuran "Jejak UFO" di Yogya Cukup Besar


Ukuran pola mirip crop circle yang sering dihubungkan dengan UFO di areal persawahan kawasan Berbah, Sleman, Yogyakarta berukuran besar dan hanya utuh dilihat dari puncak bukit. 

Karena ukurannya cukup besar, pola aneh di areal persawahan Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, baru bisa disaksikan dengan utuh dari puncak bukit di dekatnya yang disebut warga Gunung Suru. Bukit ini terletak di utara areal persawahan tempat ditemukannya pola teratur yang biasa disebut crop circle.
Belum diukur pasti ukuran pola berbentuk lingkaran dan garis-garis memanjang itu. Namun, dilihat sekilas bisa mencapai puluhan meter. Sejak Minggu (23/1/2011) pagi, puluhan warga menaiki bukit itu untuk melihatnya. Meski hujan turun dan jalan ke puncak bukit sangat licin, tidak membuat antusiasme warga untuk melihat fenomena ini menurun.
"Apakah ada UFO mendarat di sini? Saya tidak tahu pasti. Yang jelas ini adalah kebesaran Allah. Mungkin Allah memperingatkan manusia untuk menjaga alamnya," kata Syamsul Bahri (37). Lelaki itu adalah warga Beloran, Madurejo, Prambanan, Sleman, dan datang hanya untuk melihat fenomena itu dari puncak Gunung Suru.

Pola geometris yang tiba-tiba muncul di areal persawahan Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, memang mengundang berbagai tafsiran. Jauhari (34), warga Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman, mengaitkannya dengan fenomena unidentified flying object (UFO).

UFO memang kerap dihubungkan dengan munculnya pola geometris di sejumlah negara. Entah benar atau tidak, Jauhari mengaku takjub menyaksikan peristiwa langka di persawahan yang terletak tak jauh dari Bandara Internasional Adisucipto ini.



"Jejak UFO" di Yogya Jadi Tontonan




Warga menaiki bukit untuk melihat pola unik dalam lingkaran (crop circle) berdiameter sekitar 50 hingga 70 meter di areal persawahan di Desa Jogotirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (24/1/2011). Kemunculan pola tersebut menarik perhatian warga dari berbagai daerah untuk menyaksikannya langsung. Belum diketahui secara pasti penyebab fenomena ini.

 
Pola geometris yang tiba-tiba muncul di areal persawahan Desa Rejosari, Jogotirto, Berbah, Sleman, mengundang berbagai tafsiran. Jauhari (34), warga Kebondalem, Madurejo, Prambanan, Sleman, mengaitkannya dengan fenomena UFO.

Fenomena unidentified flying object (UFO) memang kerap dihubungkan dengan munculnya pola geometris di berbagai negara. Entah benar atau tidak, Jauhari mengaku takjub menyaksikan peristiwa langka di persawahan yang terletak tak jauh dari Bandara Internasional Adisucipto ini.

Ia pun rela jatuh bangun mendaki ke puncak Gunung Suru yang jalannya licin untuk melihat pola itu secara keseluruhan. Jauhari tak sendirian karena ada banyak warga yang menyaksikan fenomena unik pertama di wilayah Yogyakarta, atau bahkan kemungkinan pertama di Indonesia itu.
"Ini seperti fenomena pendaratan UFO yang sering dibahas di televisi, tapi saya tidak tahu apakah benar adanya. Hanya Allah yang tahu sebabnya," ucapnya kepada Tribun di lokasi, Minggu (23/1/2011) sore.
Sebatas yang ia lihat, Jauhari tak mendengar keterangan apa pun terkait terbentuknya pola misterius itu, termasuk suara gemuruh seperti yang didengar oleh saksi mata Basori.

Yudi, pemuda Desa Rejosari yang pertama kali melihat pola itu di sawah, juga mengaku tak mendengar suara apa-apa. Padahal, Yudi nongkrong di depan rumah Basori sampai pukul 03.00.

"Bahkan semalam tidak ada hujan atau angin. Tahu-tahu tadi pagi sudah terbentuk pola ini (lingkaran) di tengah sawah," imbuh Yudi.
Sumber: kompas.com

Cabai China Pun Menyerbu Indonesia

Antara/Siswowidodo


Sudah dua pekan terakhir cabai rawit merah impor dari China dan Thailand menyerbu pasar Jakarta dan sekitarnya. Para pedagang mencampur rawit impor yang harganya lebih murah dengan rawit lokal untuk menekan harga cabai yang di pasar Depok mencapai Rp 120.000 per kilogram.

Rum (50), Nuryanto (28), Rudy (29), dan Totok (25), pedagang yang ditemui di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (24/1/2011), mengatakan, serbuan rawit impor ke pasar induk sudah berlangsung sejak dua pekan lalu.

Menurut mereka, harga rawit merah Thailand berukuran kecil Rp 55.000 per kg, sedangkan yang lebih besar Rp 40.000-Rp 45.000 per kg. Para pedagang cabai yang membeli rawit dari para pedagang besar di pasar induk mencampur rawit Thailand dengan rawit merah lokal yang harganya masih Rp 90.000 per kg. Dengan demikian, harga jual rawit merah oplosan di tingkat konsumen bisa ditekan.

Rudy dan Rum mengatakan, konsumen paling menggemari rawit merah lokal. Mereka lebih baik tidak makan rawit kalau rawitnya dari jenis lain, seperti rawit hijau dan rawit putih. Itu sebabnya, sejak harga rawit merah melambung, pasar rawit dari semua jenis melemah.

Untuk membangkitkan pasar rawit, para pedagang menengah dan pengecer kemudian mencampur rawit merah lokal dengan rawit merah Thailand yang berukuran kecil.

”Itu sebabnya, rawit caplak (rawit merah Thailand) yang kecil lebih mahal harganya daripada rawit caplak yang besar. Rawit caplak yang besar tidak bisa disamar dalam rawit merah campuran, sedangkan rawit caplak yang kecil bisa,” ucap Rudy.

Pedagang pengecer, Herianto (42), mengaku menjual rawit merah campuran seharga Rp 85.000 per kg. ”Saat ini jauh lebih menguntungkan berdagang rawit merah campuran,” katanya.
Pedagang cabai di Pasar Cengkareng, Jakarta Barat, Sumiyatun, mengatakan, rawit merah China dijual Rp 60.000 per kg, sedangkan rawit merah lokal dijual Rp 80.000 per kg.

Di Pasar Kramat Jati, rawit hijau dari Wonosobo, Jawa Tengah, dijual Rp 35.000 per kg, sementara rawit putih (rawit berwarna krem kekuningan) dijual Rp 37.000 per kg.


Masih tinggi

Di Depok, kemarin, harga rawit merah mencapai Rp 120.000 per kg. Berdasarkan pengamatan Kompas, bentuk rawit merah ini sama dengan rawit merah Thailand dan China. Saat ditanya mengenai kemungkinan ini, para pedagang menjawab tak tahu. Meski demikian, mereka memastikan bahwa rawit merah itu produksi tanaman lokal.

Harga cabai rawit merah di Depok pada tiga hari sebelumnya masih mencapai Rp 90.000 per kg. Para pedagang pengecer tidak tahu apa pemicunya sehingga harga cabai rawit merah kembali melambung.
”Saya terpaksa menjual dengan harga ini karena harga dari bandar Rp 110.000 per kg,” tutur Wiji (38), pedagang bumbu di Pasar Depok Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, Senin.

Menurut Wiji, rawit merah yang dia jual itu kualitas super sehingga harganya tinggi. Hal itulah yang membuat Wiji tak berani menjual bahan pokok tersebut dalam jumlah besar. Dalam sehari dia hanya berani menjual 1 kilogram rawit merah.

Hanya berjarak kurang dari 1 kilometer, di Pasar Kemiri Muka, Depok, Senin sore, harga cabai rawit merah Rp 100.000 per kg. Pedagang Pasar Kemiri Muka, Anis (50), yang menjual 3 kg cabai rawit merah, mengaku, cabai yang dia jual dari kemarin belum juga habis.

Anis menjual rawit yang berbeda jenis dengan pedagang lain, tetapi harganya sama dengan harga cabai rawit merah. ”Saya tidak tahu ini cabai dari mana. Saya beli di sini (Pasar Kemiri Muka) dari bandar dan saya jual di sini juga,” kata Anis.

Harga rawit merah lokal di Pasar Cengkareng masih berkisar Rp 80.000 per kg. Adapun cabai merah keriting dijual Rp 50.000 per kg, turun dari semula Rp 58.000 per kg.

Sumber: kompas.com

Siapa Pembuat Pola Crop Circle di Sawah Sleman



Kalau dulu AMD adalah singkatan ABRI Masuk Desa, sekarang AMD adalah Alien Masuk Desa. Inilah yang sedang hangat dibicarakan menyusul munculnya pola lingkaran di tengah sawah di Kecamatan Berbah, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Hingga Selasa (25/1) pagi ini, tampaknya belum ada pihak yang mengaku membuat 'crop circle' tersebut. Belum terdengar juga ada alien yang mengklaim bertanggung jawab karena merusak tujuh petak sawah yang digarap enam petani itu.

Kepolisian setempat juga sudah menanyai para petani itu. Keterangan yang didapat dari mereka: "Tak mungkin itu buatan manusia." Tentu saja, para polisi sudah handal memisahkan mana kesaksian tentang fakta, dan mana yang opini.

[Jangan lupa: Pantau berita berbagai media soal pola di sawah Sleman]

Kami telah bertanya pada Anda, melalui Yahoo! Answers. Apakah itu buatan orang, atau bukan? Ada lebih dari 1400 jawaban yang masuk. Kami berterima kasih pada Anda yang sudah berpartisipasi beropini.

Dari setumpuk jawaban itu, terlihat sejumlah kecenderungan. Ada yang yakin itu bukan buatan manusia.

Sejumlah argumen diajukan. Misalnya soal tak mungkinnya karya serapi itu dibuat manusia dalam waktu singkat; bahwa kalau warga setempat yang membuat, maka motif yang dipilih mestinya batik; ketiadaan jejak; dan lain-lain.

Coba simak jawaban Surya, yang merasa pengukuran pola akan sulit dilakukan manusia. "Butuh waktu lama," kata dia, "pasti aktivitasnya akan diketahui oleh orang di daerah tersebut."

Ada pula yang yakin itu buatan orang biasa. Toh, caranya bisa dicari di internet (misalnya di sini). Asal dikerjakan bersama-sama, tak sulit membuat pola seperti itu.

Aditiyo S salah satu yang yakin itu buatan orang. Kata dia, penonton Discovery Channel atau National Geographic tentu tahu bahwa crop circle bisa dibuat dengan menggunakan alat sederhana seperti batangan kayu, dalam hitungan jam. "Saya pikir sudah saatnya bangsa Indonesia lepas dari takhayul," ujar dia.
Ada pula yang percaya itu fenomena alam. Sisanya...menyerahkan pada Yang Kuasa.

Seorang penjawab, Paulus, mengatakan pola yang tampak halus itu hanya karena terlihat dari jauh. "Kalau dari dekat, tidak sehalus itu," ujarnya. Benarkah? Di YouTube, seseorang dengan id 'MrXkatrok2' mengunggah video tampak-dekat pola lingkaran di sawah Sleman. Yuk, lihat:

Nah, jadi siapa yang membuat pola-pola di Sleman itu?



Dodi IR; foto: TEMPO/M Syaifullah
id.news.yahoo.com