Gara-gara mengomentari foto ( pic 1) yang dikirim si Lotus hitam ini, yang saya bilang: "Walah salah kali, itu bukan pemulung! Masa pemulung arlojinya aja masih gede dan keren gitu." Dari enyel-enyelan ini akhirnya kita sepakat ayooo bikin artikel bersama lagi untuk KoKi, tentang orang miskin dan pemiskinan diri.
Jika kita lihat pengunjung pusat-pusat perbelanjaan yang ada di kota-kota besar, terlihat tetap ramai, dan minat belanja dari pengunjung juga sangat bagus, terlebih setelah para pedagang / pengusaha memberikan diskon besar-besaran sebagai magnet penyedot konsumen yang punya nafsu konsumtif yang besar, banyak rangsangan agar orang mau membelanjakan uangnya, termasuk di beberapa mall ada fasilitas ‘free parking for ladies’.
Dengan keadaan tersebut, tidak salah jika seorang teman yang tinggal di Belanda, waktu saya ajak ke Mall Kelapa Gading, bilang : “Busyet…, ternyata Indonesia tidaklah semiskin yang Tv Eropa selalu tayangkan! di Tv kita selalu disuguhkan tayangan tentang orang-orang yang sangat, sangat miskin sampai pakaian dan tubuh mereka koyak-koyak, menyedihkan!.”
Memang benar, banyak sekali NGO dan LSM yang menjual kemiskinan untuk meraih simpatik orang-orang di negara kaya, dan yang saya tidak setuju, mereka (tidak semua) hidup dengan dana yang mereka kelola untuk si miskin papa tersebut, dengan dalih menjadi koordinator dan sebagainya, mereka hidup dan digaji dari uang yang mereka kelola, maka tidaklah heran isu miskin dan penderitaan si miskin harus terus digembar gemborkan agar dana terus mengalir lancar.
Memang negara korupsi seperti Indonesia sangat susah jika kita bicara tentang “uang”, dimana uang menjadikan orang gelap mata dan melupakan harga diri dan menggadaikan rasa kemanusiaannya. Coba bayangkan, betapa teganya orang yang dipercaya mengelola dana sumbangan untuk korban bencana, terutama bencana tsunami Aceh yang legendaris sebagai bencana alam terbesar memakan korban yang sangat banyak., disana tikus korupsi banyak yang mendadak kaya.! Dimana nurani manusia-manusia ini.? Hupssss jadi pengap sesak nafas jika membicarakan soal ini. Tapi mau tidak mau kita harus mengakui bahwa manusia bangsa Indonesia (tidak semua lho, karena sayapun ogah makan uang haram), memang ‘rakus’ dan senang mengambil hak/ milik orang lain.! jadi tidak heran, orang bersusah payah untuk menjadi pejabat, supaya lebih leluasa mengambil uang yang bukan haknya.
Pemiskinan diri
Seorang teman waktu makan di restoran Pizza berceloteh, ‘aneh ya, aku bayar pakai uang tunai, malah tidak ada diskon, eh orang yang bayar pakai kartu kredit malah dapat diskon besar, padahal mereka itu ‘kan ngutang!’
Memang serasa tidak adil untuk jadi orang ‘miskin’ di Indonesia, sudah jelas tidak bisa punya kartu kredit, dan jika belanja atau makan di restoranpun tidak mendapat potongan harga. Sedangkan orang berduit, uangnya semakin bertambah karena selain dapat potongan berupa diskon, masih ditambah poin-poin sebagai uang kembali dari masing-masing kartu kreditnya, yang saat ini berlomba menarik konsumennya secara agresif.
Dampak dari fasilitas kartu kredit yang mengiurkan, dan kemudahan memperolehnya yang tergolong mudah, menjadikan banyak kantor / perusahaan membayar gaji karyawannya langsung via rekening bank dan karyawan membelanjakan uangnya dengan kartu kredit.
Mengejutkan ketika melihat kenyataan beberapa orang teman, sampai dipecat dari pekerjaannya, karena ternyata mereka bermasalah dengan keuangannya, pepatah yang mengatakan ‘besar pasak daripada tiang’ mereka anut dan jalankan dalam menghamburkan uangnya. Efeknya pembengkakan hutang pada perusahaan tempat bekerja, menjadikan mereka mendapat sanksi berupa teguran, bahkan dipecat dengan tidak terhormat termasuk penyitaan beberapa asset pribadi yang dimiliki, seperti mobil, bahkan rumah tinggal.
Pada tahun 2007 saja, sebagaimana dikutip dari harian “South China Morning Post” yang sudah memberitakan adanya peningkatan pebelanja kompulsif di Hongkong, dimana negara tersebut tercatat sebagai surga belanja, banyak orang bangkrut karena belanja tanpa perhitungan. ini di Hongkong.! bagaimana dengan Indonesia, berapa banyak karyawan yang di pecat karena banyak hutang pada perusahaan dan kerja selalu bolos dengan alasan sakit, karena stress kebanyakan hutang.
Jika bicara soal kemiskinan, yang ada dibenak kita adalah sosok pemulung, anak-anak jalanan yang mengemis di perempatan lampu merah, dan tunawisma yang hidup dibantaran sungai serta kolom jembatan. Padahal namanya kemiskinan saat ini bukan hanya sosok yang sudah disebutkan dimuka, tetapi beberapa orang yang terlihat kaya dengan mobil dan rumah mewahnya, sebenarnya mereka sedang menuju pada pemiskinan diri.
Kenapa terjadi pemiskinan diri.?, sebab banyak orang yang terlena dengan kemudahan fasilitas ‘ngutang’ dulu dengan kartu kredit menjadi begitu konsumtif, mereka masuk dalam group shopaholic, yaitu penyakit gila belanja, mulai dari tour keluar negeri yang harganya dua atau tiga kali lipat gajinya sebulan, sampai yang setiap hari harus makan di restoran mewah demi gengsi, belum lagi perawatan salon yang butuh dana besar sebagai penunjang penampilan, padahal dana simpanan untuk kebutuhan mendesak, saldonya nol besar.! dan asuransi kesehatan/ jiwa/ kecelakaan tidak punya.
Selain sebagai penyakit ‘gaya hidup’ penyakit gila belanja ini banyak pemicunya, diantaranya, Tingkat kecanduan makin parah, ketika mereka berbelanja untuk melupakan kesedihan/ kesepian, misalnya ditinggal suami yang untuk pergi menikah lagi, dan ada yang menderita kecanduan belanja hanya sebagai anjang pamer, seolah dia menjadi orang yang dihagai jika mampu mentraktir teman-teman, memberi hadiah-hadiah dan mencoba menjadi pusat perhatian dengan penghamburan uang. Tipe shopaholic jenis ini mungkin yang paling bahaya, sebab sebetulnya mereka banyak yang tidak kaya, bahkan untuk kebutuhan hidup saja pas-pas’an, tapi demi ego diri maka mereka terperosok menjadi shopaholic.
Memang betul, kaum perempuan lebih banyak yang menjadi shopaholic karena memang perempuan indentik dengan hobi belanja, karena perempuan banyak sekali alasan untuk itu, mulai dari penampilan sampai kebutuhan rumah tangga, tetapi saat ini kaum lelakipun sudah banyak yang manjadi shopaholic, banyak lelaki yang tergila-gila mendekorasi soundsistem dan aksesoris mobilnya, dan membeli peralatan olahraga yang sedang popular, alat elektronik lain yang terkadang tidak sesuai kebutuhan, hanya sekedar ikut teman dan ingin dikatakan mampu dan mengikuti zaman.
Beda antara pengemis dan pemalas
Ada perbedaan yang sangat jelas, antara pengemis yang benar mengemis karena miskin dan menderita, dan pengemis yang memang orang malas, mau cari gampang untuk hidup di kota-kota besar.
Suatu hari di jalan Juanda Jakarta yang sangat padat, ketika mobil berhenti karena macet, tiba-tiba saya dengar kaca jendela mobil diketuk orang, begitu saya menoleh, terlihat seorang penjual air minum yang menjajakan jualannya, saya lihat kedua matanya buta! terenyuh melihatnya, hati jadi miris dan saya mengambil uang Rp. 5.000,- diserahkan ketangannya, dan aneh sekali orang buta bisa dengan meraba menjadi tau, itu uang berapa nominalnya, dia bertanya : ibu mau beli 1 atau 2 botol? kalau 2 uangnya kurang seribu.
Saya bilang, uang tersebut untuk bapak aja, saya sudah punya botol minum bawa dari rumah. dan secara tak terduga, saya ditimpuk dengan uang yang saya berikan itu, uang tersebut diremas dan ditimpukan kemuka saya, dengan bentakkan: Bu, saya bukan pengemis! saya sedang jualan!
Saya menangis, bukan karena sakit kena timpukan uang tersebut, tapi saya menangis karena merasa salah! ternyata tidak semua orang mau menerima uang dengan mudah! bahkan seorang cacat tubuhpun masih punya harga diri untuk tidak jadi pengemis! mungkin juga tidak ingin merampas uang orang lain, bahkan memusuhinya agar terlepas dari urusan uang ini.
Dalam perjalanan melanjutkan menyetir, saya jadi melamun, bagaimana ingatan melayang pada seorang teman yang merampas uang saya dalam suatu transaksi, dia menjadi demikian galak dan menyerang saya dengan pembelokan fakta dan memfitnah macam-macam, hanya untuk menutupi ‘malu’nya karena ada bukti / data tertulis yang berhasil pengacara saya dapatkan, bahwa memang dia mengambil uang saya. Bandingkan dengan orang buta penjual air tersebut, dia jauh lebih berharga, dia jauh lebih berperikemanusiaan karena tidak mau hidup dengan uang haram, seberapapun besarnya jumlah uang tersebut.
Orang yang malas, apalagi miskin, hidup hanya menadah tangan disetiap kesempatan, maka banyak pengemis yang mengendong anak sewaan untuk meraih iba orang lain, bahkan ada yang sengaja melabur dirinya dengan lumpur got dan berpakaian compang camping agar orang mau memberi sedekah, Maka tidak heran banyak oknum yang memanfaatkan kemalasan mereka untuk diperas dan dijadikan budak untuk selalu mengemis.! sehingga pemerintah sampai mengeluarkan peraturan untuk memberantas sendikat yang memanfaatkan tenaga pengemis. keluarlah Peraturan Daerah (Perda) Ketertiban Umum nomor 8 Tahun 2007, pemberi sedekah di jalanan diancam hukuman maksimal denda Rp 20 juta atau kurungan maksimal 60 hari. serem mbooo maksud hati mau sedekah yang ada dimasukin penjara.
Sangat berbeda dengan orang miskin yang tidak malas, mereka sungkan menerima uang tanpa kerja, contoh ini saya melihat koordinator orang miskin jalanan di kota Manado, mereka terdiri dari orang buta, dan cacat tubuh lainnya, mereka membawa bungkusan kacang goreng seharga Rp 2.000,- dan setiap warung makan dan orang yang berlalu lalang, mereka menyodorkan dagangannya untuk dibeli. jadi tidak semata-mata mengemis.! tapi ada transaksi jual beli, walaupun pembeli tidak sepenuhnya mau makan kacang goreng tersebut, tapi tetap membeli untuk memberi semangat juang pada mereka. Demikian juga di komplex perumahan saya, ada 3 rumah penampungan orang buta, mereka tidak mengemis, tapi mereka tukang pijat berijazah, maka ketika hari mulai magrib dengan bunyi kencringan yang khas, para orang buta ini berkeliling untuk mencari pelanggan yang mau dipijat.
Hal inipun saya melihat di Singapura, dijembatan penyeberangan dari gereja di jalan Novena, beberapa orang membawa tissu untuk dijajakan pada orang yang lalulalang, nah ini bukan pengemis, tapi orang miskin yang mencoba berjuang demi hidupnya.
Upaya pemerintah dalam membantu rakyat miskin
Perintah saat ini sudah lumayan memberi perhatian pada rakyat miskin, dalam bidang kesehatan, jika mereka ke Rumah sakit pemerintah, asal membawa surat keterangan miskin dari RT / RW dan Lurah juga disahkan oleh KTP dan KK (Kartu Keluarga) maka mereka berhak mendapat pengobatan gratis di RS tersebut.
Saya tidak tau, apa ada walikota dilain kota yang mencanangkan santunan kematian untuk warganya. terutama yang miskin, di Depok, hal ini mendapat perhatian, setiap warga yang meninggal berhak mendapat santuan Rp. 2.000.000,- (dua juta Rupiah) dengan berbekal KTP yang meninggal, Kartu Keluarga, dan surat keterangan kematian, maka keluarga yang meninggalkan boleh mengambil santunan ini, Pengumuman ini dipasang diseputar jalanan kota Depok, contoh foto yang saya ambil dari balik stir, maka mohon maaf kalau fotonya tidak bagus dan buram karena diambil pakai Hp.
Kesejahteraan intinya adalah pengaturan diri
Miskin dan kaya tentu relatif tergantung siapa yang mengatakan, ada orang yang merasa tetap miskin walaupun sudah punya rumah gedung dan mobil mewah hanya karena dia belum punya kapal pesiar, ada yang sudah merasa kaya jika sudah mampu makan di warteg 3x sehari dengan ayam/ daging / telur, bukan kuah sayur dan sambal aja!
Negara kita belum sebagus negara lain dalam mengatur manusia yang tidak mampu mengatur dirinya sendiri, jika kita hidup di negara seperti Belanda, jelas negaranya mampu menyediakan dana bagi rakyatnya yang tidak bekerja, yang mana disebabkan karena sakit atau belum beruntung. Kesehatan dan kesejahteraan sandang pangan sudah terjamin, jadi pemerintahnya sudah mengatur secara konsisten dan terkodinir, maka untuk orang-orang yang tidak mampu mengatur hidup sampai bangkrutpun mereka masih bisa hidup senang. Tetapi bagi yang masih aktif bekerja diharuskan memiliki asuransi lengkap, yang akan menajmin hidup mereka jika terjadi sesuatu.
Bagaimana dengan Indonesia.?, jika kita tidak mampu mengatur hidup kita, maka semua harus dibayar sebagai resiko hidup berupa penderitaan yang harus dialami sendiri, semua harus dibayar sendiri, tidak ada bantuan dari pemerintah, sakit harus bayar, perut harus diisi dan rumah tinggal harus punya, pendidikan anak-anak harus dipenuhi. Maka pemiskinan diri harus dicegah oleh diri sendiri, bukan oleh orang lain.! karena tidak akan ada yang menolong.! negara kita belum mampu untuk mengurus hal ini, jangankan untuk menanggulangi hutang individu rakyatnya yang bangkrut karena gila belanja, untuk kesejahteraan kaum miskin yang benar-benar kelaparan, dan merupakan sebagian besar dari lapisan masyarakat yang ada, pemerintah kita masih kewalahan.
Dalam hal mengelola keuangan, saya selalu menghimbau pada anak-anak sendiri, stop kemiskinan dimulai dari diri sendiri, hiduplah dengan bersyukur dan karena “uang bukanlah hal terpenting dalam hidup ini, Tetapi yang penting-penting dalam hidup butuh uang, bener nggak? maka sebaiknya jadikan uang sebagai hamba kita yang terkendali untuk menjalankan kepentingan hidup, bukan kita yang diperhamba uang!”
Kemiskinan di Eropa
Kemiskinan adalah fenomena yang ada dimana2, walaupun penduduk miskin di negara dunia ketiga dan negara berkembang (Ethiopia, Bangladesh, Indonesia, Cina) hidup dalam keadaan yang jauh lebih buruk dari penduduk miskin di negara maju (AS, Perancis, Jerman).
Berdasarkan data dari Program Pangan Dunia (WFP), di dunia ini ada 1 Milyar manusia yang menderita kelaparan dengan berbagai sebab atau masalahnya.
Eropa itu buat kita orang yang lahir dinegara tropis, tampak indah apabila dilihat dari gambar atau TV. Apabila kita hidup di negara-negara tersebut, maka kita akan melihat sisi lain dari kehidupan yang terasa enak. Dimusim dingin, dinginnya udara terasa hingga didalam ruangan.
Bagi orang eropa mungkin suhu 15-20 derajat celcius terasa nyaman, tapi bagi saya terasa dingin sekali. Apabila saya bayangkan, bagaimana saya sudah menggigil didalam ruangan apartemen meskipun pemanas berjalan terus, apa yang dirasakan oleh para tunawisma di Eropa ketika musim dingin tiba? Menjadi tunawisma di eropa lebih berat dibandingkan menjadi tunawisma di Indonesia…apalagi jika suhu sudah mulai berada dibawah 0 derajat celcius…
Miskin di negara kaya
Siapa bilang di Eropa tidak ada orang miskin, apa lagi akibat krisis keuangan global yang terjadi saat ini jumlahnya makin bertambah .Jutaan orang terpukul oleh kemunduran ekonomi global. Diawali dengan bergugurannya harga saham di bulan September 2008 maka beberapa perusahaan dan bank di EU gulung tikar akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan.
Para nasabah yang menginventasikan uangnya di bursa menangis karena kehilangan harta mereka, begitu juga para pensiunan. Orang tua banyak yang terbujuk oleh pihak marketing bank untuk main di bursa saham guna keuntungan yang berlipat-lipat. di EU bila seseorang kehilangan pekerjaan dan tidak mempunyai simpanan untuk hidup minimal 6 bulan maka otomatis mereka tidak bisa membayar asuransi, sewa/cicilan rumah atau mobil, maka banyak kekayaan yang mereka milikipun disita. pada akhirnya menjadi tunawisma.
Orang miskin di EU, biasanya bisa ditemui di Park ( taman ) dan pertokoan jika kita jalan-jalan pada malam hari atau subuh. Di perempatan lampu merah di Brussel , mereka melakukan persis seperti di Indonesia, walaupun quantitasnya tidak seperti di NKRI.
Di Hamburg, mereka ada disepanjang jalan di Mönckebergstrasse , di dada mereka dipasang karton yang bertuliskan “Ich habe hunger” yang artinya saya lapar. Jika kita ke Paris, orang miskin bisa kita temui didepan station kereta api Paris, kebanyakan mereka berasal dari Afghanistan.
Foto diatas adalah pemandangan disekitar jalan Mönckebergstrasse di Hamburg. Jalan tersebut merupakan jalan utama untuk perbelanjaan dan jalan dimana para pengemis sering menghabiskan malam mereka.
Tidak selalu orang-orang mengemis, akan tetapi banyak yang menjual ketrampilan mereka dalam musik untuk sekedar memperoleh uang, dari para pejalan kaki disekitar jalan perbelanjaan di kota-kota besar di eropa seperti yang tampak pada foto diatas dan dibawah. Banyak yang tidak menghiraukan keberadaan mereka. Untuk memperoleh “tempat” agar diijinkan menjual ketrampilan mereka, mereka harus antri dipagi hari ditempat penjualan surat ijin dari pemda setempat.
Kenapa di negara kaya juga ada orang miskin? Mereka menjadi miskin dikarenakan banyak faktor, selain karena krisis keuangan global yang belum juga cepat pulih seperti ulasan saya diatas banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, ada juga disebabkan karena perceraian dan drugs. Menjadi miskin di eropa sangatlah tidak nyaman terutama di musim dingin brrrrr, tidak jarang diketemukan mereka dalam kondisi sudah tidak bernyawa/ meninggal karena kedinginan, salah satunya untuk menahan hawa dingin tersebut mereka menegak minuman keras.
Foto diatas menggambarkan betapa dinginnya suhu dimusim dingin, dimana diatas rumputpun, kristal es pun terbentuk sehingga tidak memungkinkan bagi para pengemis untuk berbaring melepaskan lelah diatas tanah/rumput.
Di Belgia dan sekitarnya, pengemis biasanya ditemui dipojok-pojok jalan yang sepi, ada beberapa dari mereka dengan seekor anjing sebagai temannya untuk menjaga keamanan dirinya dari tindak kejahatan dimalam hari, tidak jarang pada siang harinya si pengemis mengkaryakan anjingnya untuk menemani dalam mengemis. Seperti halnya di Indonesia, pengemis di Eropapun ada mafianya, biasanya mereka berasal dari negara Eropa Timur seperti Polandia, Romania,dll. Menurutku inilah dampak sisi negatif dari Eropa bersatu dimana masuk ke negara eropa sudah tidak ada batasnya timbullah masalah sosial seperti ini . Mereka datang ke Negara Eropa barat untuk mengemis, dinegaranya mereka dapat membangun rumah dan memiliki mobil pula, sudah bisa dibayangkan kekayaan ketua mafianya.. wow! Pasti rumah dan mobilnya lebih kinclong.
Pemulung botol pun juga ada (foto pertama yang dikomentari oleh mbak Srikandi), menurut berita di televisi penghasilan sebagai pemulung botol adalah sebesar 20 euro/hari. Kalo kita perhatikan dijalan sampai menjadi seniman jalananpun juga ada, jadi bingung apa mereka benar seniman atau pengemis berbalut seni, bedanya para seniman jalanan ini memiliki ijin dari pemda setempat dalam mengoperasikan sajian seninya. Di Eropa semakin banyak orang yang menggantungkan pangan dan bantuan hidupnya pada jaminan sosial pemerintah, tetapi kas negarapun terkuras dan menipis karena semakin banyaknya orang tidak punya pekerjaan .
Banyak cara yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pundi-pundi kas negara yang telah minus , salah satunya yaitu memundurkan usia pensiun. Normalnya pensiun di Belanda adalah 65 tahun, saat ini diusulkan menjadi 67 tahun. Usulan ini mendapat protes keras dari masyarakat. Ujung-ujung rakyat juga yang dirugikan, mereka dipaksa bekerja hingga lanjut usia.
Pertanyaanpun timbul dalam benakku , kapan ya mereka menikmati uang pensiun mereka? Tahun 2007, Jerman, sudah memberlaku- kan peraturan pensiun di usia 67 tahun, lambat namun pasti akan diikuti oleh negara-negara EU lainnya.
Orang miskin juga sering dimanfaatkan, contohnya sebagai alat politik bagi para politisi, dengan dalih akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Fenomena menjual kemiskinanpun marak dilakukan oleh suatu lembaga/ badan /foundation/NGO yang bergerak dibidang sosial dibelahan dunia manapun, aksi mereka mengumpulkan dana dari rakyat untuk membantu negara dunia ketiga/miskin. Padahal sebagian besar uang yang masuk bukan untuk yang membutuhkan, akan tetapi untuk gaji orang-orang yang menggerakkan NGO tersebut. Motonya menjual kemiskinan agar saya dapat kerja….
Lotus Hitam, Eropa – Srikandi, Bogor
Sumber: http://kolomkita.detik.com