Nabi yang ummi pernah berkata “Akan
datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang
lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Apakah lantaran pada waktu
itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau, “Bukan,
bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas
kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu
tertanam kelemahan jiwa.” Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab,“Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud).
Demikianlah yang disampaikan seorang Ummi 15 abad yang lalu, seorang Nabi yang juga seorang Rasul penutup Muhammad SAW.
Timur Tengah membara, Iran diambang Perang.
Sejarah masyarakat Islam di timur tengah tidak terlepas dari jatuh dan bangunnya kejayaan Islam di zaman para khalifah. Pecahnya kekuatan Islam, karena konflik kepentingan segelintir elitnya semenjak zaman kekhalifahan sampai dengan sekarang ini, telah menciptakan garis demarkasi antara negara Islam yang satu dengan yang lain, dan semakin parah ketika konflik tersebut dicampur baurkan ke dalam siar Islam.
Kecenderungan masing-masing kekuasaan untuk mempropagandakan Islam demi
kepentingan sendiri menjadi semakin memperlemah umat Islam itu sendiri
pada akhirnya, apalagi seringnya konflik kawasan membuat masing-masing Negara saling mencurigai. Hasilnya persekutuan dengan pihak diluar kawasan yang bukan beridiologi Islam, menjadi alternatif lain untuk bertahan ketika masing-masing negara merasakan ancaman dari dalam kawasan tersebut.
Seperti itulah potret Islam di timur tengah, bahwa negara-negara
sekutu mereka diluar kawasan yang pada awalnya adalah sekutu-sekutu
mereka, semakin lama memonopoli kawasan tersebut. Sebagaimana
persekutuan Amerika Serikat dengan Irak dimasa-masa Perang Iran-Irak ,
akan tetapi pada akhirnya Irak dihancurkan juga ketika sudah tidak mau
lagi mengikuti kehendak negara adidaya tersebut, seperti itulah yang
akan terjadi terhadap negara-negara dikawasan tersebut jika tidak mau
mengikuti keinginan Amerika dan sekutunya. Memang kekayaan bahan mentah
yang dimiliki oleh negara-negara Kawasan Timur Tengah sangat menggiurkan
untuk negara-negara Industri besar seperti Barat dan Eropa, hal ini
adalah salah satu faktor yang membuat kawasan tersebut selalu bergolak.
Perebutan sumber daya bahan mentah sekarang ini, tidak terlepas dari
produksi yang semakin meningkat dari Industri-industri raksasa di dunia
ini yang sekarang menguasai perekonomian global. Persaingan antara
industry memicu perebutan sumber bahan mentah dinegara-negara yang kaya
akan itu, dan timur tengah adalah ladang minyak terbesar, yang jika
mampu dikuasai, maka perekonomian dunia juga akan mampu dikuasai.
Seperti itulah neoimperialisme sekarang terjadi dengan dalih demokrasi,
HAM yang sebenarnya hanya kulit dari isi yang mengandung keserakahan
segelintir orang yang menguasai kartel ekonomi dunia.
Sekarang setelah
berhasil menumbangkan rezim khadaffy, k embali Amerika dan sekutunya
merencanakan kekuatan militer mereka kepada negara Islam Iran. Sanksi
embargo ekonomi, bahkan pengerahan kekuatan militer akan dilakukan
terhadap Iran oleh AS dan Israel serta sekutu-sekutunya, karena diduga
mengembangkan teknologi nuklir untuk membuat sejata perang. Permasalahan
sekarang, bukan setuju atau tidak setuju tentang teknologi senjata
nuklir, akan tetapi, bahwa banyak negara-negara lain selain Iran
misalnya, seperti Israel, India, Pakistan, korea dan lain-lain yang
memiliki teknologi dan senjata nuklir, akan tetapi kenapa sikap negara
Amerika dan sekutunya terhadap negara-negara tersebut, tidak seperti
sikap mereka terhadap negara Iran. Hal seperti ini pernah terjadi pada
negara Irak, dengan menyebarkan fitnah tentang senjata pemusnah massal,
Amerika dan sekutunya berhasil mengeroyok Irak dan meruntuhkan rezim
Saddam Hussein, akan tetapi dimana bukti senjata pemusnah massal
tersebut ? sampai sekarang tidak pernah ada bukti bahwa Irak
mengembangkan senjata kimia. Dunia ini seolah-olah sudah benar-benar
takluk dengan kehendak Amerika dan sekutunya, tidak mampu lagi berbuat
apa-apa, masyarakat dunia Internasional seolah terbius dengan sepak
terjang mereka.
Cukuplah kita mengerti kebohongan-kebohongan
yang sudah dilakukan oleh negara Barat dan sekutunya, dan ketidak
berdayaan negara-negara lain sudah cukup membuktikan bahwa semua
rekayasa itu yang dilemparkan media baik dari dalam dan luar negeri,
adalah hanya pepesan kosong yang tidak mampu menceritakan
kebungkaman-kebungkaman Dunia Internasional melalui lembaganya seperti
PBB, atas Hegomoni Amerika Serikat, Israel dan sekutu-sekutunya.
Politisasi Agama
Jika masyarakat sekarang berfikir bahwa itu adalah petarungan antara ideologi, karena kebencian bangsa-bangsa maju terhadap idiologi Islam, maka marilah kita meninjau lebih jauh lagi, apakah benar seperti itu, marilah kita lihat hubungan antara negara-negara bukan Islam dengan negara-negara Islam , mari kita lihat hubungan mesra antara negara Arab Saudi dengan negara inggris dan Amerika, marilah kita lihat hubungan persahabatan antara Iran dengan rusia, cina dan
negara-negara Amerika latin, tidak ada pertikaian didalam hubungan
tersebut, walaupun secara idiologi negara-negara tersebut memiliki
perbedaan. Namun ketika kita melihat hubungan antara
negara Indonesia dengan Negara Malaysia yang mayoritas pemimpin dan
rakyatnya umat Islam, lihatlah benturan-benturan yang sempat panas di
media dari semenjak zaman orde lama yang sempat heboh dengan “aksi
ganyang malaysia” sampai dengan akhir-akhir ini mengenai konflik wilayah
perbatasan dan lain-lain. Dari sini kita bisa lihat, betapa kedekatan
dan kesamaan idiologi tidak menjamin akan timbulnya persahabatan antara
dua negara.
Iran dengan Revolusi Islamnya, Rusia dengan
Komunisnya adalah satu bukti bahwa hubungan Idiologi tidak menjadi
halangan untuk membuat persahabatan dan satu lagi, Arab Saudi dengan
Islam feodalnya, Amerika dan Inggris dengan demokrasi liberalnya juga
tidak menghalangi suatu hubungan persahabatan antara keduanya. Jadi, demikian juga perang yang terjadi sekarang ini di negara-negara timur tengah, seperti
Afganistan, Irak, libya dan perang-perang lain di masa yang lalu sampai
dengan masa yang akan datang, pada hakekatnya bukan perang antara
idiologi atau agama. Akan tetapi karena penguasa-penguasa dari semenjak zaman dahulu sampai dengan sekarang selalu membawa embel-embel tentang idiologi atau agama ketika mempropagandakan perang untuk mempengaruhi rakyat agar ikut berjuang bersama mereka, maka
maklumlah kita jika melihat perdebatan antara idiologi Islam yang marak
terjadi di masyarakat dan situs-situs jejaring social. Padahal, bukan kebenaran yang mereka perdebatkan, melainkan kepentingan.
Hakekat perang dari zaman dahulu
sampai dengan zaman sekarang, dari perang bharatayuda sampai dengan
perang dunia II pada dasarnya semua adalah perang antara kepentingan
materi, perang memperebutkan kekuasaan materi, perang antara ingin menguasai materi dengan yang ingin mempertahankan materi, bukan sama sekali perang antara idiologi. Demikian juga perang yang terjadi sekarang, pada hakekatnya adalah karena benturan-benturan antara kepentingan materi, kepentingan ekonomi, kepentingan pasar dan bahan mentah, yangadalah sumber dari segala sumber perang yang ada di muka bumi ini sekarang. Demikian, baru Jelas disana bahwa idiologi apapun yang selalu dipropagandakan oleh negara manapun ketika memulai suatu pertentangan baik itu yang berbau agama, HAM dan demokrasi, adalah hanya kulit luarnya saja.
Kambing hitam, kepentingan kapitalis
Kembali ke negara-negara Islam di timur tengah, bahwa
negara-negara yang turut andil meruntuhkan negara-negara Islam disana,
bukanlah mewakili rakyat yang ada didalam negara tersebut, melainkan
hanya mewakili segelintir orang yang berkuasa yang pandai membaca dan
mengambil kesempatan dari hubungan negara-negara Islam di timur tengah
yang kurang harmonis, yang saling mencurigai dan sentimentil karena
dendam-dendam lama yang mungkin tidak bisa dijelaskan disini. Dan yang
paling penting terhadap runtuhnya rezim-rezim Islam di timur tengah
adalah karena perlawanan rakyatnya sendiri terhadap pemimpinnya, yang membuat unsur-unsur luar bisa terlibat didalamnya. Lantas
bagaimana dengan umat Islam di Indonesia sendiri ? Apa yang terjadi
terhadap umat Islam di Indonesia ketika negara-negara Islam di timur
tengan menghadapi guncangan ? marilah kita pelajari bersama keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya.
Ketika mata rantai yang paling atas yaitu
negara-negara yang beridiologi Islam mengalami guncangan atau benturan
antara kepentingan dengan negara-negara islam lain atau diluar Islam dan
bahkan sampai menimbulkan perang, maka kondisi ini akan terus
menciptakan pola berantai,
atau sambung menyambung sampai ke tingkat yang paling bawah yaitu
masyarakat/umat di wilayah manapun mereka berada termasuk Indonesia.
Kondisi ini terjadi sebagi konsekuensi dari suatu idealisme dialektika
dari masing-masing paham yang secara langsung atau tidak langsung
mengalami suatu proses bertahan dan berkembang dengan mempengaruhi
pemikiran umat, siap siaga jika benturan-benturan kepentingan tersebut
pada akhirnya mengarah kepada perang dengan menciptakan basis-basis
sukarelawan perang untuk membantu kepentingan mereka di medan
perang di seluruh negeri-negeri Islam . Oleh karena itu, sebelum
pertentangan tersebut mencapai puncaknya, segenap agen propaganda dengan
segala keahlian mereka terhadap kitab suci, sudah lebih dahulu bergerak
menanamkan suatu paham yang akan memperkuat kepentingan mereka di masa
yang akan datang, termasuk Indonesia.
Maraknya paham-paham agama yang muncul dari
yang paling fundamental sampai dengan yang paling liberal sebenarnya
tidak terlepas dari kepentingan tersebut diatas. Kepentingan dari suatu
kelompok yang merasa terancam atau yang sedang mengancam, karena ambisi
akan kekuasaan dan ketakutan akan hilangnya kekuasaan. Ketika itu
terjadi, paham (mahzab) keagamaan menjadi senjata untuk mempengaruhi
orang lain, demi kekuasaan, demi cinta dunia dan ketakutan akan mati,
agama dicampur baurkan dengan budaya sehingga umat tertipu mana yang
budaya dan mana yang agama, seperti itulah kondisi umat Islam di
Indonesia sekarang. Bukan rahasia lagi jika agama hanya dikuasai oleh
segelintir orang yang mengaku ulama dengan kekuasaan mengatakan halal
atau haram, bid’ah atau alim, muslim atau kafir dan semua kata-kata
penegasan seolah-olah agama itu milik mereka saja, seolah-olah hanya
mereka pewaris pusaka Sang ummi, semua kata-kata itu meluncur begitu
saja tanpa penjelasan yang logis kepada umat, sehingga umat hanya bisa
bermain di dalam khayalan-khayalan mereka sendiri tentang neraka dan
surga, khayalan tentang kebenaran semu yang menjadikan umat over acting dalam dalam pelaksanaannya dan tidak mempunyai daya kritis sebagai bentuk koreksi terhadap dogma-dogma yang diberikan.
Jika Islam terus mempertahankan bentuk-bentuk
ini, dengan alasan sesuai dengan kitab sucinya, lantas kenapa semakin
lama umat Islam semakin terpuruk, kenapa? Jangan persalahkan yang
diluar Islam, tapi pertanyakan kepada meraka yang biasa menafsirkan isi
kandungan al Qur’an, atas dasar apa penafsiran tersebut, sehingga
membuat umat semakin terpuruk. Satu contoh, Jika kita lapar, dan
kemudian ingin memakan daging ayam, karena itu kesukaan kita, jangan
katakan bahwa daging ayam adalah makanan yang wajib dimakan kepada semua
orang dan berkeras memaksakan pendapat kita ini kepada orang lain.
Sumber dari keinginan untuk makan ayam adalah rasa lapar, tanpa rasa
lapar daging ayam itu tidak memiliki makna apa-apa, begitu juga makanan
yang lain, dan rasa lapar ini tidak akan berubah dari waktu kewaktu
dari zaman ke zaman, yang berubah adalah bentuk makanan, karena adanya
bentuk baru yang muncul dari hasil perkembangan budaya, seperti itulah
gambarannya. Jadi, bukan bentuk-bentuk yang harus dipertahankan, akan
tetapi sumber yang membuat bentuk-bentuk tersebut memiliki makna yang
harus dipertahankan. Tanpa melihat makna dibalik bentuk seperti yang
diuraikan diatas, maka niscaya Islam makin tenggelam kedalam lumpur
kebodohan yang sengaja atau tidak sengaja menjadi keuntungan bagi
segelintir orang.
“Galilah Islam sampai ketemu apinya “ seperti itulah seorang founding father pernah
berkata. Jangan hanya mengikuti asap yang keluar dari api yang
membakar. Carilah Islam sampai ketemu maknanya jangan bentuk atau
budayanya, karena bentuk budaya bisa menipu dan berubah-ubah sesuai
zaman, namun hakekat atau makna tidak akan berubah. Siapa saja bisa
mengaku Islam, namun belum tentu menjalankan ajaran islam, siapa saja
bisa mengatakan kebenaran, namun belum tentu menjalankan kebenaran,
berhati-hatilah kaum muda di zaman sekarang banyak srigala berbulu
domba, mengutuk maksiat didepan umum, namun menjalankan dengan
sembunyi-sembunyi, mengatakan kesabaran dan tawakal hanya sekedar
pembelaan mereka ketika kebutuhan-kebutuhan dunia mereka tidak
terpenuhi. Berjuanglah bersama orang yang tertindas, berjuanglah bersama
orang yang di dadanya menyala api Islam.
Ayubinthamrin
Sumber: www.kompasiana.com