Pupuh XVII
1. Telah tegak teguh kuasa Sri Nata di Jawa dan wilayah nusantara
Di Sripalatikta tempat beliau bersemayam, menggerakkan roda dunia
Tersebar luas nama beliau, semua penduduk puas, girang dan lega
Wipra, pujangga dan semua penguasa ikut menumpang menjadi mashur
2. Sungguh besar kuasa dan jasa beliau, raja agung dan raja utama
Lepas dari segala duka, mengeyam hidup penuh segala kenikmatan
Terpilih semua gadis manis di seluruh wilayah Janggala Kediri
Berkumpul di istana bersama yang terampas dari negara tetangga
3. Segenap tanah Jawa bagaikan satu kota di bawah kuasa Baginda
Ribuan orang berkunjung laksana bilangan tentara yang mengepung pura
Semua pulau laksana daerah pedusunan tempat menimbun bahan makanan
Gunung dan rimba hutan penaka taman hiburan terlintas tak berbahaya
4. Tiap bulan sehabis musim hujan beliau biasa pesiar keliling
Desa Sima di sebelah selatan Jalagiri, di sebelah timur pura
Ramai tak ada hentinya selama pertemuan dan upacara prasetyan
Girang melancong mengunjungi Wewe Pikatan setempat dengan candi lima
5. Atau pergilah beliau bersembah bakti ke hadapan Hyang Acalapati
Biasanya terus menuju Blitar, Jimur mengunjungi gunung-gunung permai
Di Daha terutama ke Polaman, ke Kuwu dan Lingga hingga desa Bangin
Jika sampai di Jenggala, singgah di Surabaya, terus menuju Buwun
6. Tahun Aksatisurya (1275) sang prabu menuju Pajang membawa banyak pengiring
Tahun Saka angga-naga-aryama (1276) ke Lasem, melintasi pantai samudra
Tahun Saka pintu-gunung-mendengar-indu (1279) ke laut selatan menembus hutan
Lega menikmati pemandangan alam indah Lodaya, Tetu dan Sideman
7. Tahun Saka seekor-naga-menelan bulan (1281) di Badrapada bulan tambah
Sri Nata pesiar keliling seluruh negara menuju kota Lumajang
Naik kereta diiringi semua raja Jawa serta permaisuri dan abdi
Menteri, tanda, pendeta, pujangga, semua para pembesar ikut serta
8. Juga yang menyamar Prapanca girang turut mengiring paduka Maharaja
Tak tersangkal girang sang kawi, putera pujangga, juga pencinta kakawin
Dipilih Sri Baginda sebagai pembesar kebudaan mengganti sang ayah
Semua pendeta Buda umerak membicarakan tingkah lakunya dulu
9. Tingkah sang kawi waktu muda menghadap raja, berkata, berdamping, tak lain
Maksudnya mengambil hati, agar disuruh ikut beliau ke mana juga
Namun belum mampu menikmati alam, membinanya, mengolah dan menggubah
Karya kakawin; begitu warna desa sepanjang marga terkarang berturut
10. Mula-mula melalui Japan dengan asrama dan candi-candi ruk-rebah
Sebelah timur Tebu, hutan Pandawa, Daluwang, Bebala di dekat Kanci
Ratnapangkaja serta Kuti Haji Pangkaja memanjang bersambung-sambungan
Mandala Panjrak, Pongging serta Jingan, Kuwu Hanyar letaknya di tepi jalan
11. Habis berkunjung pada candi makam Pancasara, menginap di Kapulungan
Selanjutnya sang kawi bermalam di Waru, di Hering, tidak jauh dari pantai
Yang mengikuti ketetapan hukum jadi milik kepala asrama Saraya
Tetapi masih tetap dalam tangan lain, rindu termenung-menung menunggu
Pupuh XVIII
1. Seberangkat Sri Nata dari Kapulungan, berdesak abdi berarak
Sepanjang jalan penuh kereta, penumpangnya duduk berimpit-impit
Pedati di muka dan di belakang, di tengah prajurit berjalan kaki
Berdesak-desakan, berebut jalan dengan binatang gajah dan kuda
2. Tak terhingga jumlah kereta, tapi berbeda-beda tanda cirinya
Meleret berkelompok-kelompok, karena tiap ment’ri lain lambangnya
Rakrian sang menteri patih amangkubumi penatang kerajaan
Keretanya beberapa ratus berkelompok dengan aneka tanda
3. Segala kereta Sri Nata Pajang semua bergambar matahari
Semua kereta Sri Nata Lasem bergambar cemerlang banteng putih
Kendaraan Sri Nata Daha bergambar Dahakusuma mas mengkilat
Kereta Sri Nata Jiwana berhias bergas menarik perhatian
4. Kereta Sri Nata Wilwatikta tak ternilai, bergambar buah maja
Beratap kain geringsing, berhias lukisan mas, bersinar merah indah
Semua pegawai, parameswari raja dan juga rani Sri Sudewi
Ringkasnya para wanita berkereta merah, berjalan paling muka
5. Kereta Sri Nata berhias mas dan ratna manikam paling belakang
Jempana-jempana lainnya bercadar beledu, meluap gemerlap
Rapat rampak prajurit pengiring Janggala Kediri, Panglarang, Sedah
Bhayangkari gem’ruduk berbondong-bondong naik gajah dan kuda
6. Pagi-pagi telah tiba di Pancuran Mungkur; Sri Nata ingin rehat
Sang rakawi menyidat jalan, menuju Sawungan mengunjungi akrab
Larut matahari berangkat lagi tepat waktu Sri Baginda lalu
Ke arah timur menuju Watu Kiken, lalu berhenti di Matanjung
7. Dukuh sepi kebudaan dekat tepi jalan, pohonnya jarang-jarang
Berbeda-beda namanya Gelanggang, Badung, tidak jauh dari Barungbung
Tak terlupakan Ermanik, dukuh teguh-taat kepada Yanatraya
Puas sang dharmadhyaksa mencicipi aneka jamuan makan dan minum
8. Sampai di Kulur, Batang di Gangan Asem perjalanan Sri Baginda Nata
Hari mulai teduh, surya terbenam, telah gelap pukul tujuh malam
Baginda memberi perintah memasang tenda di tengah-tengah sawah
Sudah siap habis makan, cepat-cepat mulai membagi-bagi tempat
Pupuh XIX
1. Paginya berangkat lagi menuju Baya, rehat tiga hari tiga malam
Dari Baya melalui Katang, Kedung Dawa, Rame, menuju Lampes,Times
Serta biara pendeta di Pogara mengikut jalan pasir lemah-lembut
Menuju daerah Beringin Tiga di Dadap, kereta masih terus lari
2. Tersebut dukuh kasogatan Madakaripura dengan pemandangan indah
Tanahnya anugerah Sri Baginda kepada Gajah Mada, teratur rapi
Di situlah Baginda menempati pasanggrahan yang terhias sangat bergas
Sementara mengunjungi mata air, dengan ramah melakukan mandi-bakti
Pupuh XX
1. Sampai di desa kasogatan Baginda dijamu makan minum
Pelbagai penduduk Gapuk, Sada, Wisisaya, Isanabajra
Ganten, Poh, Capahan, Kalampitan, Lambang, Kuran, Pancar, We Petang
Yang letaknya di lingkungan biara, semua datang menghadap
2. Begitu pula desa Tunggilis, Pabayeman ikut berkumpul
Termasuk Ratnapangkaja di Carcan, berupa desa perdikan
Itulah empat belas desa kasogatan yang berakuwu
Sejak dahulu delapan saja yang menghasilkan bahan makanan
Pupuh XXI
1. Fajar menyingsing; berangkat lagi Baginda melalui
Lo Pandak, Ranu Kuning, Balerah, Bare-bare, Dawohan
Kapayeman, Telpak, Baremi, Sapang serta Kasaduran
Kereta berjalan cepat-cepat menuju Pawijungan
2. Menuruni lurah, melintasi sawah, lari menuju
Jaladipa, Talapika, Padali, Arnon dan Panggulan
Langsung ke Payaman, Tepasana ke arah kota Rembang
Sampai di Kemirahan yang letaknya di pantai lautan
Pupuh XXII
1. Di Dampar dan Patunjungan Sri Baginda bercengkerma menyisir tepi lautan
Ke jurusan timur turut pasisir datar, lembut-limbur dilintas kereta
Berhenti beliau di tepi danau penuh teratai, tunjung sedang berbunga
Asyik memandang udang berenang dalam air tenang memperlihatkan dasarnya.
2. Terlangkahi keindahan air telaga yang lambai-melambai dengan lautan
Danau ditinggalkan, menuju Wedi dan Guntur tersembunyi di tepi jalan
Kasogatan Bajraka termasuk wilayah Taladwaja sejak dulu kala
Seperti juga Patunjungan, akibat perang, belum kembali ke asrama.
3. Terlintas tempat tersebut, ke timur mengikut hutan sepanjang tepi lautan
Berhenti di Palumbon berburu sebentar, berangkat setelah surya larut
Menyeberangi sungai Rabutlawang yang kebetulan airnya sedang surut
Menuruni lurah Balater menuju pantai lautan, lalu bermalam lagi
4. Pada waktu fajar menyingsing, menuju Kunir Basini, di Sadeng bermalam
Malam berganti malam Baginda pesiar menikmati alam Sarampuan
Sepeninggalnya beliau menjelang kota Bacok bersenang-senang di pantai
Heran memandang karang tersiram riak gelombang berpancar seperti hujan
5. Tapi sang rakawi tidak ikut berkunjung di Bacok, pergi menyidat jalan
Dari Sadeng ke utara menjelang Balung, terus menuju Tumbu dan Habet
Galagah, Tampaling, beristirahat di Renes seraya menanti Baginda
Segera berjumpa lagi dalam perjalanan ke Jayakreta-Wanagriya
Pupuh XXIII
1. Melalui Doni Bontong, Puruhan, Bacek
Pakisaji, Padangan terus ke Secang
Terlintas Jati Gumelar, Silabango
Ke utara ke Dewa Rame dan Dukun
2. Lalu berangkat lagi ke Pakembangan
Di situ bermalam; segera berangkat
Sampailah beliau ke ujung lurah daya
Yang segera dituruni sampai jurang
3. Dari pantai ke utara sepanjang jalan
Sangat sempit, sukar amat dijalani
Lumutnya licin akibat kena hujan
Banyak kereta rusak sebab berlanggar
Pupuh XXIV
1. Terlalu lancar lari kereta melintas Palayangan
Dan Bangkong, dua desa tanpa cerita, terus menuju
Sarana, mereka yang merasa lelah ingin berehat
Lainnya bergegas berebut jalan menuju Surabasa
2. Terpalang matahari terbenam berhenti di padang lalang
Senja pun turun, sapi lelah dilepas dari pasangan
Perjalanan membelok ke utara melintas Turayan
Beramai-ramai lekas-lekas ingin mencapai Patukangan
Pupuh XXV
1. Panjang lamun dikisahkan kelakuan para ment’ri dan abdi
Beramai-ramai Baginda telah sampai di desa Patukangan
Di tepi laut lebar tenang rata terbentang di barat Talakrep
Sebelah utara pakuwuan pasanggrahan Baginda Nata
2. Semua menteri, mancanagara hadir di pakuwuan
Juga jaksa Pasungguhan Sang Wangsadiraja ikut menghadap
Para Upapati yang tanpa cela, para pembesar agama
Panji Siwa dan Panji Buda, faham hukum dan putus sastera
Pupuh XXVI
1. Sang adipati Suradikara memimpin upacara sambutan
Diikuti segenap penduduk daerah wilayah Patukangan
Menyampaikan persembahan, girang bergilir dianugerahi kain
Girang rakyat girang raja, pakuwuan berlimpah kegirangan
2. Untuk pemandangan ada rumah dari ujung memanjang ke lautan
Aneka bentuknya, rakit halamannya, dari jauh bagai pulau
Jalannya jembatan goyah kelihatan bergoyang ditempuh ombak
Itulah buatan sang arya bagai persiapan menyambut raja
Pupuh XXVII
1. Untuk mengurangi sumuk akibat teriknya matahari
Baginda mendekati permaisuri seperti dewa-dewi
Para puteri laksana apsari turun dari kahyangan
Hilangnya keganjilan berganti pandang penuh heran-cengang
2. Berbagai-bagai permainan diadakan demi kesukaan
Berbuat segala apa yang membuat gembira penduduk
Menari topeng, bergumul, bergulat, membuat orang kagum
Sungguh beliau dewa menjelma, sedang mengedari dunia
Pupuh XXVIII
1. Selama kunjungan di desa Patukangan
Para menteri dari Bali dan Madura
Dari Balumbung, kepercayaan Baginda
Menteri seluruh Jawa Timur berkumpul
2. Persembahan bulu bekti bertumpah-limpah
Babi, gudel, kerbau, sapi, ayam dan anjing
Bahan kain yang diterima bertumpuk timbun
Para penonton tercengang-cengang, memandang
3. Tersebut keesokan hari pagi-pagi
Baginda keluar di tengah-tengah rakyat
Diiringi para kawi serta pujangga
Menabur harta, membuat gembira rakyat
Pupuh XXIX
1. Hanya pujangga yang menyamar Prapanca sedih tanpa upama
Berkabung kehilangan kawan kawi-Buda Panji Kertayasa
Teman bersuka-ria, teman karib dalam upacara ‘gama
Beliau dipanggil pulang, sedang mulai menggubah karya megah
2. Kusangka tetap sehat, sanggup mengantar aku ke mana juga
Beliau tahu tempat-tempat mana yang layak pantas dilihat
Rupanya sang pujangga ingin mewariskan karya megah indah
Namun, mangkatlah beliau, ketika aku tiba, tak terduga
3. Itulah lantarannya aku turut berangkat ke desa Keta
Meliwati Tal Tunggal, Halalang-panjang, Pacaran dan Bungatan
Sampai Toya Rungun, Walanding, terus Terapas, lalu bermalam
Paginya berangkat ke Lemah Abang, segera tiba di Keta
Pupuh XXX
1. Tersebut perjalanan Sri Narapati ke arah barat
Segera sampai Keta dan tinggal di sana lima hari
Girang beliau melihat lautan, memandang balai kambang
Tidak lupa menghirup kesenangan lain sehingga puas
2. Atas perintah sang arya semua menteri menghadap
Wiraprana bagai kepala, upapati Siwa-Buda
Mengalir rakyat yang datang sukarela tanpa diundang
Mambawa bahan santapan, girang menerima balasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar