Negarakretagama bagian 7
Pupuh LXXVI
1. Desa perdikan Siwa yang bebas dari pajak: biara relung Kunci, Kapulungan
Roma, Wwatan, Iswaragreha, Palabdi, Tanjung, Kutalamba, begitu pula Taruna
Parhyangan, Kuti Jati, Candi Lima, Nilakusuma, Harimandana, Uttamasuka
Prasada-haji, Sadang, Panggumpulan, Katisanggraha, begitu pula Jayasika
2. Tak ketinggalan: Spatika, Yang Jayamanalu, Haribawana, Candi Pangkal, Pigit
Nyudonta, Katuda, Srangan, Kapukuran, Dayamuka, Kalinandana, Kanigara
Rambut, Wuluhan, Kinawung, Sukawijaya, dan lagi Kajaha, demikian pula
Campen, Ratimanatasrama, Kula, Kaling, ditambah sebuah lagi Batu Putih
3. Desa perdikan kasogatan yang bebas dari pajak: Wipulahara, Kutahaji
Janatraya, Rajadanya, Kuwanata, Surayasa, Jarak, Lagundi, serta Wadari
Wewe Pacekan, Pasaruan, Lemah Surat, Pamanikan, Srangan serta Pangiketan
Panghawan, Damalang, Tepasjita, Wanasrama, Jenar, Samudrawela dan Pamulang
4. Baryang, Amretawardani, Wetiwetih, Kawinayan, Patemon, serta Kanuruhan
Engtal, Wengker, Banyu Jiken, Batabata, Pagagan, Sibok dan Padurungan
Pindatuha, Telang, Suraba, itulah yang terpenting, sebuah lagi Sukalila
Tak disebut perdikan tambahan seperti Pogara, Kulur, Tangkil dan sebagainya
Pupuh LXXVII
1. Selanjutnya disebut berturut desa kebudaan Bajradara:
Isanabajra, Naditata, Mukuh, Sambang, Tanjung, Amretasaba
Bangbang, Bodimula, Waharu Tampak, serta Puruhan dan Tadara
Tidak juga terlangkahi Kumuda, Ratna serta Nadinagara
2. Wungajaya, Palandi, Tangkil, Asahing, Samici serta Acitahen
Nairanjana, Wijayawaktra, Mageneng, Pojahan dan Balamasin
Krat, Lemah Tulis, Ratnapangkaya, Panumbangan, serta Kahuripan
Ketaki, Telaga Jambala, Jungul ditambah lagi Wisnuwala
3. Badur, Wirun, Wungkilur, Mananggung, Watukura serta Bajrasana
Pajambayan, Salanten, Simapura, Tambak Laleyan, Pilanggu
Pohaji, Wangkali, Biru, Lembah, Dalinan, Pangadwan yang terakhir
Itulah desa kebudaan Bajradara yang sudah berprasasti
Pupuh LXXVIII
1. Desa keresian seperti berikut: Sampud, Rupit dan Pilan
Pucangan, Jagadita, Pawitra, masih sebuah lagi Butun
Di situ terbentang taman, didirikan lingga dan saluran air
Yang Mulia Mahaguru—demikian sebutan beliau—
2. Yang diserahi tugas menjaga sejak dulu menurut piagam
Selanjutnya desa perdikan tanpa candi, di antaranya yang penting:
Bangawan, Tunggal, Sidayatra, Jaya Sidahajeng, Lwah Kali dan Twas
Wasista, Palah, Padar, Siringan, itulah desa perdikan Siwa
3. Wangjang, Bajrapura, Wanara, Makiduk, Hanten, Guha dan Jiwa
Jumpud, Soba, Pamuntaran, dan Baru, perdikan Buda utama
Kajar, Dana Hanyar, Turas, Jalagiri, Centing, Wekas
Wandira, Wandayan, Gatawang, Kulampayan dan Talu, pertapaan resi
4. Desa perdikan Wisnu berserak di Batwan serta Kamangsian
Batu, Tanggulian, Dakulut, Galuh, Makalaran, itu yang penting
Sedang, Medang, Hulun Hyan, Parung, Langge, Pasajan, Kelut, Andelmat
Paradah, Geneng, Panggawan, sudah sejak lama bebas pajak
5. Terlewati segala dukuh yang terpencar di seluruh Jawa
Begitu pula asrama tetap yang bercandi serta yang tidak
Yang bercandi menerima bantuan tetap dari Baginda raja
Begitu juga dukuh pengawas, tempat belajar upacara
Pupuh LXXIX
1. Telah diteliti sejarah berdirinya segala desa di Jawa
Perdikan, candi, tanah pusaka, daerah dewa, biara dan dukuh
Yang berpiagam dipertahankan; yang tidak segera diperintahkan
Pulang kepada dewan desa di hadapan Sang Arya Ranadiraja
2. Segenap desa sudah diteliti menurut perintah Raja Wengker
Raja Singasari bertitah mendaftar jiwa serta seluk-salurannya
Petugas giat menepati perintah, berpegang kepada aturan
Segenap penduduk Jawa patuh mengindahkan perintah Baginda raja
3. Semua tata aturan patuh diturut oleh pulau Bali
Candi, asrama, pesanggrahan telah diteliti sejarah tegaknya
Pembesar kebudaan Badahulu, Badaha Lo Gajah ditugaskan
Membina segenap candi, bekerja rajin dan mencatat semuanya
Pupuh LXXX
1. Perdikan kebudayaan Bali sebagai berikut; biara Baharu (hanyar)
Kadikaranan, Purwanagara, Wiharabahu, Adiraja, Kuturan
Itulah enam kebudayaan Bajradara, biara kependetaan
Terlangkahi biara dengan bantuan negara seperti Arya-dadi
2. Berikut candi makam di Bukit Sulang, Lemah Lampung, dan Anyawasuda
Tatagatapura, Grehastadara, sangat mashur, dibangun atas piagam
Pada tahun Saka angkasa rasa surya (1260) oleh Sri Baginda Jiwana
Yang memberkahi tanahnya, membangun candinya: upasaka wreda mentri
3. Semua perdikan dengan bukti prasasti dibiarkan tetap berdiri
Terjaga dan terlindungi segala bagunan setiap orang budiman
Begitulah tabiat raja utama, berjaya, berkuasa, perkasa
Semoga kelak para raja sudi membina semua bangunan suci
4. Maksudnya agar musnah semua durjana dari muka bumi laladan
Itulah tujuan melintas, menelusur dusun-dusun sampai ke tepi laut
Menenteramkan hati pertapa yang rela tinggal di pantai, gunung dan hutan
Lega bertapa brata dan bersamadi demi kesejahteraan negara
Pupuh LXXXI
1. Besarlah minat Baginda untuk tegaknya tripaksa
Tentang piagam beliau bersikap agar tetap diindahkan
Begitu pula tentang pengeluaran undang-undang, supaya
Laku utama, tata sila dan adat-tutur diperhatikan
2. Itulah sebabnya sang caturdwija mengejar laku utama
Resi, Wipra, pendeta Siwa Buda teguh mengindahkan tutur
Catur asrama terutama catur basma tunduk rungkup tekun
Melakukan tapa brata, rajin mempelajari upacara
3. Semua anggota empat kasta teguh mengindahkan ajaran
Para menteri dan arya pandai membina urusan negara
Para puteri dan satria berlaku sopan, berhati teguh
Waisya dan sudra dengan gembira menepati tugas darmanya
4. Empat kasta yang lahir sesuai keinginan Hyang Maha Tinggi
Konon tunduk rungkup kepada kuasa dan perintah Baginda
Teguh tingkah tabiatnya, juga ketiga golongan terbawah
Candala, Mleca dan Tuca mencoba mencabut cacad-cacadnya
Pupuh LXXXII
1. Begitulah tanah Jawa pada zaman pemerintahan Sri Nata
Penegakan bangunan-bangunan suci membuat gembira rakyat
Baginda menjadi teladan di dalam menjalankan enam darma
Para ibu kagum memandang, setuju dengan tingkah laku sang prabu
2. Sri Nata Singasari membuka ladang luas di daerah Sagala
Sri Nata Wengker membuka hutan Surabana, Pasuruan, Pajang
Mendirikan perdikan Buda di Rawi, Locanapura, Kapulungan
Baginda sendiri membuka ladang Watsari di Tigawangi
3. Semua menteri mengenyam tanah pelenggahan yang cukup luas
Candi, biara dan lingga utama dibangun tak ada putusnya
Sebagai tanda bakti kepada dewa, leluhur, para pendeta
Memang benar budi luhur tertabur mengikuti jejak Sri Nata
Pupuh LXXXIII
1. Begitulah keluhuran Sri Baginda ekananta di Wilwatika
Terpuji bagaikan bulan di musim gugur, terlalu indah terpandang
Durjana laksana tunjung merah, sujana seperti teratai putih
Abdi, harta, kereta, gajah, kuda berlimpah-limpah bagai samudera
2. Bertambah mashur keluhuran pulau Jawa di seluruh jagad raya
Hanya Jambudwipa dan pulau Jawa yang disebut negara utama
Banyak pujangga dan dyaksa serta para upapati, tujuh jumlahnya
Panji Jiwalekan dan Tengara yang menonjol bijak di dalam kerja
3. Mashurlah nama pendeta Brahmaraja bagai pujangga, ahli tutur
Putus dalam tarka, sempurna dalam seni kata serta ilmu naya
Hyang brahmana, sopan, suci, ahli weda, menjalankan nam laku utama
Batara Wisnu dengan cipta dan mentera membuat sejahtera negara
4. Itulah sebabnya berduyun-duyun tamu asing datang berkunjung
Dari Jambudwipa, Kamboja, Cina, Yamana, Campa dan Karnataka
Goda serta Siam mengarungi lautan bersama para pedagang
Resi dan pendeta, semua merasa puas, menetap dengan senang
5. Tiap bulan Palguna Sri Nata dihormat di seluruh negara
Berdesak-desak para pembesar, empat penjuru, para prabot desa
Hakim dan pembantunya, bahkan pun dari Bali mengaturkan upeti
Pekan penuh sesak pembeli penjual, barang terhampar di dasaran
6. Berputar keliling gamelan dalam tanduan diarak rakyat ramai
Tiap bertabuh tujuh kali, pembawa sajian menghadap ke pura
Korban api, ucapan mantra dilakukan para pendeta Siwa-Buda
Mulai tanggal delapan bulan petang demi keselamatan Baginda
Pupuh LXXXIV
1. Tersebut pada tanggal patbelas bulan petang Baginda berkirap
Selama kirap keliling kota busana Baginda serba kencana
Ditata jempana kencana, panjang berarak beranut runtun
Menteri, sarjana, pendeta beriring dalam pakaian seragam
2. Mengguntur gaung gong dan salung, disambut terompet meriah sahut-menyahut
Bergerak barisan pujangga menampung beliau dengan puja sloka
Gubahan kawi raja dari pelbagai kota dari seluruh Jawa
Tanda bukti Baginda perwira bagai Rama, mulia bagai Sri Kresna
3. Telah naik Baginda di takhta mutu-manikam, bergebar pancar sinar
Seolah-olah Hyang Trimurti datang mengucapkan puji astuti
Yang nampak, semua serba mulia, sebab Baginda memang raja agung
Serupa jelmaan Sang Sudodanaputera dari Jina bawana
4. Sri nata Pajang dengan sang permaisuri berjalan paling muka
Lepas dari singgasana yang diarak pengiring terlalu banyak
Menteri Pajang dan Paguhan serta pengiring jadi satu kelompok
Ribuan jumlahnya, berpakaian seragam membawa panji dan tunggul
5. Raja Lasem dengan permaisuri serta pengiring di belakangnya
Lalu raja Kediri dengan permaisuri serta menteri dan tentara
Berikut maharani Jiwana dengan suami dan para pengiring
Sebagai penutup Baginda dan para pembesar seluruh Jawa
6. Penuh berdesak sesak para penonton ribut berebut tempat
Di tepi jalan kereta dan pedati berjajar rapat memanjang
Tiap rumah mengibarkan bendera, dan panggung membujur sangat panjang
Penuh sesak perempuan tua muda, berjejal berimpit-impitan
7. Rindu sendu hatinya seperti baru pertama kali menonton
Terlangkahi peristiwa pagi, waktu Baginda mendaki setinggil
Pendeta menghaturkan kendi berisi air suci di dulang berukir
Menteri serta pembesar tampil ke muka menyembah bersama-sama
Pupuh LXXXV
1. Tanggal satu bulan Caitra bala tentara berkumpul bertemu muka
Menteri, perwira, para arya dan pembantu raja semua hadir
Kepala daerah, ketua desa, para tamu dari luar kota
Begitu pula para kesatria, pendeta dan brahmana utama
2. Maksud pertemuan agar para warga mengelakkan watak jahat
Tetapi menganut ajaran Rajakapakapa, dibaca tiap Caitra
Menghindari tabiat jahat, seperti suka mengambil milik orang
Memiliki harta benda dewa, demi keselamatan masyarakat
Pupuh LXXXVI
1. Dua hari kemudian berlangsung perayaan besar
Di utara kota terbentang lapangan bernama Bubat
Sering dikunjungi Baginda, naik tandu bersudut singa
Diarak abdi berjalan, membuat kagum tiap orang
2. Bubat adalah lapangan luas lebar dan rata
Membentang ke timur setengah krosa sampai jalan raya
Dan setengah krosa ke utara bertemu tebing sungai
Dikelilingi bangunan menteri di dalam kelompok
3. Menjulang sangat tinggi bangunan besar di tengah padang
Tiangnya penuh berukir dengan isi dongengan parwa
Dekat di sebelah baratnya bangunan serupa istana
Tempat menampung Baginda di panggung pada bulan Caitra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar