Negarakretagama bagian 8
Pupuh LXXXVII
1. Panggung berjajar membujur ke utara menghadap barat
Bagian utara dan selatan untuk raja dan arya
Para menteri dan dyaksa duduk teratur menghadap timur
Dengan pemandangan bebas luas sepanjang jalan raya
2. Di situlah Baginda memberi rakyat santapan mata
Pertunjukan perang tanding, perang pukul, desuk-mendesuk
Perang keris, adu tinju, tarik tambang, menggembirakan
Sampai tiga empat hari lamanya baharu selesai
3. Seberangkat Baginda, sepi lagi, panggungnya dibongkar
Segala perlombaan bubar: rakyat pulang bergembira
Pada Caitra bulan petang Baginda menjamu para pemenang
Yang pulang menggondol pelbagai hadiah bukan pakaian
Pupuh LXXXVIII
1. Segenap ketua desa dan wadana tetap tinggal, paginya mereka
Dipimpin Arya Ranadikara menghadap Baginda minta diri di pura
Bersama Arya Mahadikara, kepala pancatanda dan padelegan
Sri Baginda duduk di atas takhta, dihadap para abdi dan pembesar
2. Berkatalah Sri nata Wengker di hadapan para pembesar dan wadana:
“Wahai, tunjukkan cinta serta setya baktimu kepada Baginda raja
Cintailah rakyat bawahanmu dan berusahalah memajukan dusunmu
Jembatan, jalan raya, beringin, bangunan dan candi supaya dibina
3. Terutama dataran tinggi dan sawah, agar tetap subur, peliharalah
Perhatikan tanah rakyat, jangan sampai jatuh di tangan petani besar
Agar penduduk jangan sampai terusir dan mengungsi ke desa tetangga
Tepati segala peraturan untuk membuat desa bertambah besar
4. Sri nata Kertawardhana setuju dengan anjuran memperbesar desa
“Harap dicatat nama penjahat dan pelanggaran setiap akhir bulan
Bantu pemeriksaan tempat durjana, terutama pelanggar susila
Agar bertambah kekayaan Baginda demi kesejahteraan negara
5. Kemudian bersabda Baginda nata Wilwatikta memberi anjuran:
“Para budiman yang berkunjung kemari, tidak boleh dihalang-halangi
Rajakarya, terutama bea-cukai, pelawang, supaya dilunasi
Jamuan kepada para tetamu budiman supaya diatur pantas
Pupuh LXXXIX
1. Undang-undang sejak pemerintahan ibunda harus ditaati
Hidangan makanan sepanjang hari harus dimasak pagi-pagi
Jika ada tamu loba tamak mengambil makanan, merugikan
Biar mengambilnya, tetapi laporkan namanya kepada saya
2. Negara dan desa berhubungan rapat seperti singa dan hutan
Jika desa rusak, negara akan kekurangan bahan makanan
Kalau tidak ada tentara, negara lain mudah menyerang kita
Karenanya peliharalah keduanya, itu perintah saya!”
3. Begitu perintah Baginda kepada wadana, yang tunduk mengangguk
Sebagai tanda mereka sanggup mengindahkan perintah beliau
Menteri, upapati serta para pembesar menghadap bersama
Tepat pukul tiga mereka berkumpul untuk bersantap bersama
4. Bangunan sebelah timur laut telah dihiaisi gilang cemerlang
Di tiga ruang para wadana duduk teratur menganut sudut
Santapan sedap mulai dihidangkan di atas dulang serba emas
Segera deretan depan berhadap-hadapan di muka Baginda
5. Santapan terdiri dari daging kambing, kerbau, burung, rusa, madu
Ikan, telur, domba, menurut adat agama dari zaman purba
Makanan pantangan: daging anjing, cacing, tikus, keledai dan katak
Jika dilanggar, mengakibatkan hinaan musuh, mati dan noda
Pupuh XC
1. Dihidangkan santapan untuk orang banyak
Makanan serba banyak serta serba sedap
Berbagai-bagai ikan laut dan ikan tambak
Berderap cepat datang menurut acara
2. Daging katak, cacing, keledai, tikus, anjing
Hanya dihidangkan kepada para penggemar
Karena asalnya dari pelbagai desa
Mereka diberi kegemaran, biar puas
3. Mengalir pelbagai minuman keras segar
Tuak nyiur, tal, arak kilang, brem, tuak rumbya
Itulah hidangan minuman yang utama
Wadahnya emas berbentuk aneka ragam
4. Porong dan guci berdiri terpencar-pencar
Berisi minuman keras dari aneka bahan
Beredar putar seperti air yang mengalir
Yang gemar, minum sampai muntah serta mabuk
5. Meluap jamuan Baginda dalam pesta
Hidangan mengalir menghampiri tetamu
Dengan sabar segala sikap diizinkan
Penyombong, pemabuk jadi buah gelak tawa
6. Merdu merayu nyanyian para biduan
Melagukan puji-pujian Sri Baginda
Makin deras peminum melepaskan nafsu
Habis lalu waktu, berhenti gelak-gurau
Pupuh XCI
1. Pembesar daerah angin membadut dengan para lurah
Diikuti lagu, sambil bertandak memilih pasangan
Solah tingkahnya menarik gelak, menggelikan pandangan
Itulah sebabnya mereka memperoleh hadiah kain
2. Disuruh menghadap Baginda, diajak minum bersama
Menteri upapati berurut minum bergilir menyanyi
Nyanyian Manghuri Kandamuhi dapat sorak pujian
Baginda berdiri, mengimbangi ikut melaras lagu
3. Tercengang dan terharu hadirin mendengar swara merdu
Semerbak meriah bagai gelak merak di dahan kayu
Seperti madu bercampur dengan gula terlalu sedap manis
Resap mengharu kalbu bagai desiran buluh perindu
4. Arya Ranadikara lupa bahwa Baginda berlagu
Bersama Arya Mahadikara mendadak berteriak
Bahwa para pembesar ingin beliau menari topeng
“Ya!” jawab beliau; segera masuk untuk persiapan
5. Sri Kertawardana tampil ke depan menari panjak
Bergegas lekas panggung disiapkan di tengah mandapa
Sang permaisuri berhias jamang laras menyanyiakan lagu
Luk suaranya mengharu rindu, tingkahnya memikat hati
6. Bubar mereka itu, ketika Sri Baginda keluar
Lagu rayuan Baginda bergetar menghanyutkan rasa
Diiringkan rayuan sang permaisuri rapi rupendah
Resap meremuk rasa merasuk tulang sungsum pendengar
7. Sri Baginda warnawan telah mengenakan tampuk topeng
Delapan pengiringnya di belakang, bagus, bergas pantas
Keturunan arya, bijak, cerdas, sopan tingkah lakunya
Itulah sebabnya banyolannya selalu tepat kena
8. Tari sembilan orang telah dimulai dengan banyolan
Gelak tawa terus-menerus, sampai perut kaku beku
Babak yang sedih meraih tangis, mengaduk haru dan rindu
Tepat mengenai sasaran, menghanyutkan hati penonton
9. Silam matahari waktu lingsir, perayaan berakhir
Para pembesar minta diri mencium duli paduka
Katanya: “Lenyap duka oleh suka, hilang dari bumi!”
Terlangkahi pujian Baginda waktu masuk istana
Pupuh XCII
1. Begitulah suka mulia Baginda raja di pura, tercapai segala cita
Terang Baginda sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat dan negara
Meskipun masih muda, dengan suka rela berlaku bagai titisan Buda
Dengan laku utama beliau memadamkan api kejahatan durjana
2. Terus membumbung ke angkasa kemashuran dan peperwiraan Sri Baginda
Sungguh beliau titisan Batara Girinata untuk menjaga buana
Hilang dosanya orang yang dipandang, dan musnah letanya abdi yang disapa
3. Itulah sebabnya keluhuran beliau mashur terpuji di tiga jagad
Semua orang tinggi, sedang, dan rendah menuturkan kata-kata pujian
Serta berdoa agar Baginda tetap subur bagai gunung tempat berlindung
Berusia panjang sebagai bulan dan matahari cemerlang menerangi bumi
Pupuh XCIII
1. Semua pendeta dari tanah asing menggubah pujian Baginda
Sang pendeta Budaditya menggubah rangkaian seloka Bogawali
Tempat tumpah darahnya Kancipuri di Sadwihara di Jambudwipa
Brahmana Sri Mutali Saherdaya menggubah pujian seloka indah
2. Begitu pula para pendeta di Jawa, pujangga, sarjana sastra
Bersama-sama merumpaka seloka puja sastra untuk nyanyian
Yang terpenting puja sastra di prasasti, gubahan upapati Sudarma
Berupa kakawin, hanya boleh diperdengarkan di dalam istana
Pupuh XCIV
1. Mendengar pujian para pujanggga pura bergetar mencakar udara
Prapanca bangkit turut memuji Baginda, meski tak akan sampai pura
Maksud pujiannya, agar Baginda gembira jika mendengar gubahannya
Berdoa demi kesejahteraan negara, terutama Baginda dan rakyat
2. Tahun Saka gunung gajah budi dan janma (1287) bulan aswina hari purnama
Siaplah kakawin pujaan tentang perjalanan jaya keliling negara
Segenap desa tersusun dalam rangkaian, pantas disebut desawarnana
Dengan maksud, agar Baginda ingat jika membaca hikmat kalimat
3. Sia-sia lama bertekun menggubah kakawin menyurat di atas daun lontar
Yang pertama “Tahun Saka”, yang kedua “Lambang” kemudian “Parwasagara”
Berikut yang keempat “Bismacarana”, akhirnya cerita“Sugataparwa”
Lambang dan Tahun Saka masih akan diteruskan, sebab memang belum siap
4. Meskipun tidak semahir para pujangga di dalam menggubah kakawin
Terdorong cinta bakti kepada Baginda, ikut membuat puja sastra
Berupa karya kakawin, sederhana tentang rangkaian sejarah desa
Apa boleh buat harus berkorban rasa, pasti akan ditertawakan
Pupuh XCV
1. Nasib badan dihina oleh para bangsawan, canggung tingggal di dusun
Hati gundah kurang senang, sedih, rugi tidak mendengar ujar … manis
Teman karib dan orang budiman meningggalkan tanpa belas kasihan
Apa gunanya mengenal ajaran kasih, jika tidak diamalkan?
2. Karena kemewahan berlimpah, tidak ada minat untuk beramal
Buta, tuli, tak nampak sinar memancar dalam kesedihan, kesepian
Seyogyanya ajaran sang Mahamuni diserapkan bagai pegangan
Mengharapkan kasih yang tak kunjung datang, akan membawa mati muda
3. Segera bertapa brata di lereng gunung, masuk ke dalam hutan
Membuat rumah dan tempat persajian di tempat sepi dan bertapa
Halaman rumah ditanami pohon kamala, asana, tinggi-tinggi
Memang Kamalasana nama dukuhnya sudah sejak lama dikenal
Pupuh XCVI
1. Pra panca itu pra lima buah
Cirinya: cakapnya lucu
Pipinya sembab, matanya ngeliyap
Gelaknya terbahak-bahak
2. Terlalu kurang ajar, tidak pantas ditiru
Bodoh, tak menurut ajaran tutur
Carilah pimpinan yang baik dalam tatwa
Pantasnya ia dipukul berulang kali
Pupuh XCVII
1. Ingin menyamai Mpu Winada
Mengumpulkan harta benda
Akhirnya hidup sengsara
Tapi tetap tinggal tenang
2. Winada mengejar jasa
Tanpa ragu wang dibagi
Terus bertapa berata
Mendapat pimpinan hidup
3. Sungguh handal dalam yuda
Yudanya belum selesai
Ingin mencapai nirwana
Jadi pahlawan pertapa
Pupuh XCVIII
1. Beratlah bagi para pujangga menyamai Winada, bertekun dalam tapa
Membalas dengan cinta kasih perbuatan mereka yang senang
Menghina orang-orang yang puas dalam ketenangan dan menjauhkan
diri dari segala tingkah, menjauhkan diri dari kesukaan dan kewibawaan
dengan harapan akan memperoleh faedah.
Segan meniru perbuatan mereka yang dicacat dan dicela di dalam pura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar