Negarakretagama bagian 3
Pupuh XXXI
1. Keta t’lah ditinggalkan. Jumlah pengiring malah bertambah
Melintasi Banyu Hening, perjalanan sampai Sampora
Terus ke Daleman menuju Wawaru, Gebang, Krebilan
Sampai di Kalayu Baginda berhenti ingin menyekar
2. Kalayu adalah nama desa perdikan kasogatan
Tempat candi makam sanak kadang Baginda raja
Penyekaran di makam dilakukan dengan sangat hormat
“Memegat sigi” nama upacara penyekaran itu
3. Upacara berlangsung menepati segenap aturan
Mulai dengan jamuan makan meriah tanpa upama
Para patih mengarak Sri Baginda menuju paseban
Genderang dan kendang bergetar mengikuti gerak tandak
4. Habis penyekaran raja menghirup segala kesukaan
Mengunjungi desa-desa di sekitarnya genap lengkap
Beberapa malam lamanya berlumba dalam kesukaan
Memeluk wanita cantik dan meriba gadis remaja
5. Kalayu ditinggalkan, perjalanan menuju Kutugan
Melalui Kebon Agung, sampai Kambangrawi bermalam
Tanah anugerah Sri Nata kepada Tumenggung Nala
Candinya Buda menjulang tinggi, sangat elok bentuknya
6. Perjamuan Tumenggung Empu Nala jauh dari cela
Tidak diuraikan betapa rahap Baginda Nata bersantap
Paginya berangkat lagi ke Halses, B’rurang, Patunjungan
Terus langsung melintasi Patentanan, tarub dan Lesan
Pupuh XXXII
1. Segera Sri Baginda sampai di Pajarakan, di sana bermalam pat hari
Di tanah lapang sebelah selatan candi Buda beliau memasang tenda
Dipimpin Arya Sujanottama para mantri dan pendeta datang menghadap
Menghaturkan pacitan dan santapan, girang menerima anugerah uang
2. Berangkat dari situ Sri Baginda menuju asrama di rimba Sagara
Mendaki bukit-bukit ke arah selatan dan melintasi terusan Buluh
Melalui wilayah Gede, sebentar lagi sampai di asrama Sagara
Letaknya gaib ajaib di tengah-tengah hutan membangkitkan rasa kagum rindu
3. Sang pujangga Prapanca yang memang senang bermenung tidak selalu menghadap
Girang melancong ke taman melepaskan lelah melupakan segala duka
Rela melalaikan paseban mengabaikan tata tertib para pendeta
Memburu nafsu menjelajah rumah berbanjar-banjar dalam deretan berjajar
4. Tiba di taman bertingkat, di tepi pesanggrahan tempat bunga tumbuh lebat
Suka cita Prapanca membaca cacahan (pahatan) dengan slokanya di dalam cita
Di atas tiap atap terpahat ucapan seloka yang disertai nama
Pancaksara pada penghabisan tempat terpahat samara-samar, menggirangkan
5. Pemandiannya penuh lukisan dongengan berpagar batu gosok tinggi
Berhamburan bunga nagakusuma di halaman yang dilingkungi selokan
Andung, karawira, kayu mas, menur serta kayu puring dan lain-lainnya
Kelapa gading kuning rendah menguntai di sudut mengharu-rindu pandangan
6. Tiada sampailah kata meraih keindahan asrama yang gaib dan ajaib
Beratapkan hijuk, dari dalam dan luar berkesan kerasnya tata tertib
Semua para pertapa, wanita dan priya, tua-muda, nampaknya bijak
Luput dari cela dan klesa, seolah-olah Siwapada di atas dunia
Pupuh XXXIII
1. Habis berkeliling asrama, Baginda lalu dijamu
Para pendeta pertapa yang ucapannya sedap-resap
Segala santapan yang tersedia dalam pertapaan
Baginda membalas harta, membuat mereka gembira
2. Dalam pertukaran kata tentang arti kependetaan
Mereka mencurahkan isi hati, tiada tertahan
Akhirnya cengkerma ke taman penuh dengan kesukaan
Kegirang-girangan para pendeta tercengang memandang
3. Habis kesukaan memberi isyarat akan berangkat
Pandang sayang yang ditingggal mengikuti langkah yang pergi
Bahkan yang masih remaja puteri sengaja merenung
Batinnya: dewa asmara turun untuk datang menggoda
Pupuh XXXIV
1. Baginda berangkat, asrama tinggal berkabung
Bambu menutup mata sedih melepas selubung
Sirih menangis merintih, ayam roga menjerit
Tiung mengeluh sedih, menitikkan air matanya
2. Kereta lari cepat, karena jalan menurun
Melintasi rumah dan sawah di tepi jalan
Segera sampai Arya, menginap satu malam
Paginya ke utara menuju desa Ganding
3. Para ment’ri mancanegara dikepalai
Singadikara, serta pendeta Siwa-Buda
Membawa santapan sedap dengan upacara
Gembira dibalas Baginda dengan mas dan kain
4. Agak lama berhenti seraya istirahat
Mengunjungi para penduduk segenap desa
Kemudian menuju Sungai Gawe, Sumanding
Borang, Banger, Baremi lalu lurus ke barat
Pupuh XXXV
1. Sampai Pasuruan menyimpang jalan ke selatan menuju Kepanjangan
Menganut jalan raya kereta lari beriring-iring ke Andoh Wawang
Ke Kedung Peluk dan ke Hambal, desa penghabisan dalam ingatan
Segera Baginda menuju kota Singasari bermalam di balai kota
2. Prapanca tinggal di sebelah barat Pasuruan ingin terus melancong
Menuju asrama Indarbaru yang letaknya di daerah desa Hujung
Berkunjung di rumah pengawasnya, menanyakan perkara tanah asrama
Lempengan piagam pengukuh diperlihatkan, jelas setelah dibaca
3. Isi piagam: tanah datar serta lembah dan gunungnya milik wihara
Begitu pula sebagian Markaman, ladang Balunghura, sawah Hujung
Isi piagam membujuk sang pujangga untuk tinggal jauh dari pura
Bila telah habis kerja di pura, ingin ia menyingkir ke Indarbaru
4. Sebabnya terburu-buru berangkat setelah dijamu bapa asrama
Karena ingat akan giliran menghadap di balai Singasari
Habis menyekar di candi makam, Baginda mengumbar nafsu kesukaan
Menghirup sari pemandangan di Kedung Biru, Kasurangganan dan Bureng
Pupuh XXXVI
1. Pada subakala Baginda berangkat ke selatan menuju Kagenengan
Akan berbakti kepada makam batara bersama segala pengiringnya
Harta, perlengkapan, makanan, dan bunga mengikuti jalannya kendaraan
Didahului kibaran bendera, disambut sorak-sorai dari penonton
2. Habis penyekaran, narapati keluar, dikerumuni segenap rakyat
Pendeta Siwa-Buda dan para bangsawan berderet leret di sisi beliau
Tidak diceritakan betapa rahap Baginda bersantap sehingga puas
Segenap rakyat girang menerima anugerah bahan pakaian yang indah
Pupuh XXXVII
1. Tersebut keindahan candi makam, bentuknya tiada bertara
Pintu masuk terlalu lebar lagi tinggi, bersabuk dari luar
Di dalam terbentang halaman dengan rumah berderet di tepinya
Ditanami aneka ragam bunga, tanjung, nagasari ajaib
2. Menara lampai menjulang tinggi di tengah-tengah, terlalu indah
Seperti gunung Meru, dengan arca batara Siwa di dalamnya
Karena Girinata putera disembah bagai dewa batara
Datu-leluhur Sri Naranata yang disembah di seluruh dunia
3. Sebelah selatan candi makam ada candi sunyi terbengkalai
Tembok serta pintunya yang masih berdiri, berciri kasogatan
Lantai di dalam, hilang kakinya bagian barat, tingggal yang timur
Sanggar dan pemujaan yang utuh, bertembok tinggi dari batu merah
4. Di sebelah utara, tanah bekas kaki rumah sudahlah rata
Terpencar tanamannya nagapuspa serta salaga di halaman
Di luar gapura pabaktan luhur, tapi telah longsor tanahnya
Halamannya luas tertutup rumput, jalannya penuh dengan lumut
5. Laksana perempuan sakit merana lukisannya lesu-pucat
Berhamburan daun cemara yang ditempuh angin, kusut bergelung
Kelapa gading melulur tapasnya, pinang letih lusuh merayu
Buluh gading melepas kainnya, layu merana tak ada hentinya
6. Sedih mata yang memandang, tak berdaya untuk menyembuhkan
Kecuali Hayam Wuruk sumber hidup segala makhluk
Beliau mashur bagai raja utama, bijak memperbaiki jagad
Pengasih bagi yang menderita sedih, sungguh titisan batara
7. Tersebut lagi, paginya Baginda berkunjung ke candi Kidal
Sesudah menyembah batara, larut hari berangkat ke Jajago
Habis menghadap arca Jina, beliau berangkat ke penginapan
Paginya menuju Singasari, belum lelah telah sampai Bureng
Pupuh XXXVIII
1. Keindahan Bureng: telaga tergumpal airnya jernih
Kebiru-biruan, di tengah: candi karang bermekala
Tepinya rumah berderet, penuh pelbagai ragam bunga
Tujuan para pelancong penyerap sari kesenangan
2. Terlewati keindahannya; berganti cerita narpati
Setelah reda terik matahari, melintas tegal tinggi
Rumputnya tebal rata, hijau mengkilat, indah terpandang
Luas terlihat laksana lautan kecil berombak jurang
3. Seraya berkeliling kereta lari tergesa-gesa
Menuju Singasari, segera masuk ke pesanggrahan
Sang pujangga singgah di rumah pendeta Buda, sarjana
Pengawas candi dan silsilah raja, pantas dikunjungi
4. Telah lanjut umurnya, jauh melintasi seribu bulan
Setia, sopan, darah luhur, keluarga raja dan mashur
Meski sempurna dalam karya, jauh dari tingkah tekebur
Terpuji pekerjaannya, pantas ditiru k’insafannya
5. Tamu mendadak diterima dengan girang dan ditegur:
“Wahai, orang bahagia, pujangga besar pengiring raja
Pelindung dan pengasih keluarga yang mengharap kasih
Jamuan apa yang layak bagi paduka dan tersedia?”
6. Maksud kedatangannya: ingin tahu sejarah leluhur
Para raja yang dicandikan, masih selalu dihadap
Ceriterakanlah mulai dengan Batara Kagenengan
Ceriterakan sejarahnya jadi put’ra Girinata
Pupuh XXXIX
1. Paduka Empuku menjawab: “Rakawi
Maksud paduka sungguh merayu hati
Sungguh paduka pujangga lepas budi
Tak putus menambah ilmu, mahkota hidup
2. Izinkan saya akan segera mulai:
Cita disucikan dengan air sendang tujuh
Terpuji Siwa! Terpuji Girinata!
Semoga terhindar aral, waktu bertutur
3. Semoga rakawi bersifat pengampun
Di antara kata mungkin terselib salah
Harap percaya kepada orang tua
Kurang atau lebih janganlah dicela
Pupuh XL
1. Pada tahun Saka lautan dasa bulan (1104) ada raja perwira yuda
Putera Girinata, konon kabarnya, lahir di dunia tanpa ibu
Semua orang tunduk, sujud menyembah kaki bagai tanda bakti
Ranggah Rajasa nama beliau, penggempur musuh pahlawan bijak
2. Daerah luas sebelah timur gunung Kawi terkenal subur makmur
Di situlah tempat putera sang Girinata menunaikan darmanya
Menggirangkan budiman, menyirnakan penjahat, meneguhkan negara
Ibu negara bernama Kutaraja, penduduknya sangat terganggu
3. Tahun Saka lautan dadu Siwa (1144) beliau melawan raja Kediri
Sang adiperwira Kretajaya, putus sastra serta tatwopadesa
Kalah, ketakutan, melarikan diri ke dalam biara terpencil
Semua pengawal dan perwira tentara yang tinggal, mati terbunuh
4. Setelah kalah narapati Kediri, Jawa di dalam ketakutan
Semua raja datang menyembah membawa tanda bakti hasil tanah
Bersatu Janggala Kediri di bawah kuasa satu raja sakti
Cikal bakal para raja agung yang akan memerintah pulau Jawa
5. Makin bertambah besar kuasa dan megah putera sang Girinata
Terjamin keselamatan pulau Jawa selama menyembah kakinya
Tahun Saka muka lautan Rudra (1149) beliau kembali ke Siwa pada
Dicandikan di Kagenengan bagai Siwa, di Usana bagai Buda
Pupuh XLI
1. Batara Anusapati, putera Baginda, berganti dalam kekuasaan
Selama pemerintahannya, tanah Jawa kokoh sentosa, bersembah bakti
Tahun Saka perhiasan gunung Sambu (1170) beliau pulang ke Siwaloka
Cahaya beliau diujudkan arca Siwa gemilang di candi makam Kidal
2. Batara Wisnuwardana, putera Baginda, berganti dalam kekuasaan
Beserta Narasinga bagai Madawa dengan Indra memerintah negara
Beliau memusnahkan perusuh Linggapati serta segenap pengikutnya
Takut semua musuh kepada beliau, sungguh titisan Siwa di bumi
3. Tahun Saka rasa gunung bulan (1176) Batara Wisnu menobatkan puteranya
Segenap rakyat Kediri Janggala berduyun-duyun ke pura mangastubagia
Raja Kertanagara nama gelarannya, tetap demikian seterusnya
Daerah Kutaraja bertambah makmur, berganti nama praja Singasari
4. Tahun Saka awan sembilan mengebumikan tanah (1192) raja Wisnu berpulang
Dicandikan di Waleri berlambang arca Siwa, di Jajago arca Buda
Sementara itu Batara Narasingamurti pun pulang ke Surapada
Dicandikan di Wengker, di Kumeper diarcakan bagai Siwa mahadewa
5. Tersebut Sri Baginda Kertanagara membinasakan perusuh, penjahat
Bersama Cayaraja, musnah pada tahun Saka naga mengalahkan bulan (1192)
Tahun Saka muda bermuka rupa (1197) Baginda menyuruh tundukkkan Melayu
Berharap Melayu takut kedewaan beliau, tunduk begitu sahaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar