Negarakretagama bagian 4
Pupuh XLII
1. Tahun Saka janma sunyi surya (1202) Baginda raja memberantas penjahat
Mahisa Rangga, karena jahat tingkahnya dibenci seluruh negara
Tahun Saka badan langit surya (1206) mengirim utusan menghancurkan Bali
Setelah kalah rajanya menghadap Baginda sebagai orang tawanan
2. Begitulah dari empat jurusan orang lari berlindung di bawah Baginda
Seluruh Pahang, segenap Melayu tunduk menekur di hadapan beliau
Seluruh Gurun, segenap Bakulapura lari mencari perlindungan
Sunda Madura tak perlu dikatakan, sebab sudah terang setanah Jawa
3. Jauh dari tingkah alpa dan congkak, Baginda waspada tawakal dan bijak
Faham akan segala seluk beluk pemerintahan sejak zaman Kali
Karenanya tawakal dalam agama dan tapa untuk teguhnya ajaran Buda
Menganut jejak para leluhur demi keselamatan seluruh praja
Pupuh XLIII
1. Menurut kabaran sastra raja Pandawa memerintah sejak zaman Dwapara
Tahun Saka lembu gunung indu tiga (3179) beliau pulang ke Budaloka
Sepeninggalnya datang zaman Kali, dunia murka, timbul huru hara
Hanya batara raja yang faham dalam nam guna, dapat menjaga Jagad
2. Itulah sebabnya Baginda teguh bakti menyembah kaki Sakyamuni
Teguh tawakal memegang pancasila, laku utama, upacara suci
Gelaran Jina beliau yang sangat mashur yalah Sri Jnyanabadreswara
Putus dalam ?lsafat, ilmu bahasa dan lain pengetahuan agama
3. Berlumba-lumba beliau menghirup sari segala ilmu kebatinan
Pertama-tama tantra Subuti diselami, intinya masuk ke hati
Melakukan puja, yoga, samadi demi keselamatan seluruh praja
Menghindarkan tenung, mengindahkan anugerah kepada rakyat murba
4. Di antara para raja yang lampau tidak ada yang setara beliau
Faham akan nan guna, sastra, tatwopadesa, pengetahuan agama
Adil, teguh dalam Jinabrata dan tawakal kepada laku utama
Itulah sebabnya beliau turun-temurun menjadi raja pelindung
5. Tahun Saka laut janma bangsawan yama (1214) Baginda pulang ke Jinalaya
Berkat pengetahuan beliau tentang upacara, ajaran agama
Beliau diberi gelaran: Yang Mulia bersemayam di alam Siwa-Buda
Di makam beliau bertegak arca Siwa-Buda terlampau indah permai
6. Di Sagala ditegakkan pula arca Jina sangat bagus dan berkesan
Serta arca Ardanareswari bertunggal dengan arca Sri Bajradewi
Teman kerja dan tapa demi keselamatan dan kesuburan negara
Hyang Wairocana-Locana bagai lambangnya pada arca tunggal, terkenal
Pupuh XLIV
1. Tatkala Sri Baginda Kertanagara pulang ke Budabuana
Merata takut, duka, huru hara, laksana zaman Kali kembali
Raja bawahan bernama Jayakatwang, berwatak terlalu jahat
Berkhianat, karena ingin berkuasa di wilayah Kediri
2. Tahun Saka laut manusia (1144) itulah sirnanya raja Kertajaya
Atas perintah Siwaput’ra Jayasaba berganti jadi raja
Tahun Saka delapan satu satu (1180) Sastrajaya raja Kediri
Tahun tiga sembilan Siwa raja (1193) Jayakatwang raja terakhir
3. Semua raja berbakti kepada cucu putera Girinata
Segenap pulau tunduk kepada kuasa raja Kertanagara
Tetapi raja Kediri Jayakatwang membuta dan mendurhaka
Ternyata damai tak baka akibat bahaya anak piara Kali
4. Berkat keulungan sastra dan keuletannya jadi raja sebentar
Lalu ditundukkan putera Baginda; ketenteraman kembali
Sang menantu Dyah Wijaya, itu gelarnya yang terkenal di dunia
Bersekutu dengan bangsa Tatar, menyerang melebur Jayakatwang
Pupuh XLV
1. Sepeninggal Jayakatwang jagad gilang-cemerlang kembali
Tahun Saka masa rupa surya (1216) beliau menjadi raja
Disembah di Majapahit, k’sayangan rakyat, pelebur musuh
Bergelar Sri Narapati Kretarajasa Jayawardana
2. Selama Kretarajasa Jayawardana duduk di takhta
Seluruh tanah Jawa bersatu padu, tunduk menengadah
Girang memandang pasangan Baginda empat jumlahnya
Puteri Kertanagara cantik-cantik bagai bidadari
Pupuh XLVI
1. Sang Parameswari Tribuwana yang sulung, luput dari cela
Lalu Parameswari Mahadewi, rupawan tidak bertara
Prajnyaparamita Jayendradewi, cantik manis m’nawan hati
Gayatri, yang bungsu, paling terkasih, digelarai Rajapatni
2. Perkawinan beliau dalam kekeluargaan tingkat tiga
Karena Batara Wisnu dengan Batara Narasingamurti
Akrab tingkat pertama; Narasinga menurunkan Dyah Lembu Tal
Sang perwira yuda, dicandikan di Mireng dengan arca Buda
Pupuh XLVII
1. Dyah Lembu Tal itulah bapa Baginda Nata
Dalam hidup atut runtun sepakat sehati
Setitah raja diturut, menggirangkan pandang
Tingkah laku mereka semua meresapkan
2. Tersebut tahun Saka tujuh orang dan surya (1217)
Baginda menobatkan put’ranya di Kediri
Perwira, bijak, pandai, putera Indreswari
Bergelar Sang raja putera Jayanagara
3. Tahun Saka surya mengitari tiga bulan (1231)
Sang prabu mangkat, ditanam di dalam pura
Antahpura, begitu nama makam beliau
Dan di makam Simping ditegakkan arca Siwa
Pupuh XLVIII
1. Beliau meninggalkan Jayanagara sebagai raja Wilwatikta
Dan dua orang puteri keturunan Rajapatni, terlalu cantik
Bagai dewi Ratih kembar, mengalahkan rupa semua bidadari
Yang sulung jadi rani di Jiwana, yang bungsu jadi rani Daha
2. Tersebut pada tahun Saka mukti guna memaksa rupa (1238) bulan Madu
Baginda Jayanagara berangkat ke Lumajang menyirnakan musuh
Kotanya Pajarakan dirusak, Nambi sekeluarga dibinasakan
Giris miris segenap jagad melihat keperwiraan Sri Baginda
3. Tahun Saka bulatan memanah surya (1250) beliau berpulang
Segera dimakamkan di dalam pura berlambang arca Wisnuparama
Di Sila Petak dan Bubat ditegakkan arca Wisnu terlalu indah
Di Sukalila terpahat arca Buda sebagai jelmaan Amogasidi
Pupuh XLIX
1. Tahun Saka Uma memanah dwi rupa (1256)
Rani Jiwana Wijayatunggadewi
Bergilir mendaki takhta Wilwatikta
Didampingi raja put’ra Singasari
2. Atas perintah ibunda Rajapatni
Sumber bahagia dan pangkal kuasa
Beliau jadi pengemban dan pengawas
Raja muda, Sri Baginda Wilwatikta
3. Tahun Saka api memanah hari (1253)
Sirna musuh di Sadeng, Keta diserang
Selama bertakhta, semua terserah
Kepada menteri bijak, Mada namanya
4. Tahun Saka panah musim mata pusat (1265)
Raja Bali yang alpa dan rendah budi
Diperangi, gugur bersama balanya
Menjauh segala yang jahat, tenteram.
5. Begitu ujar Dang Acarya Ratnamsah
Sungguh dan mengharukan ujar Sang Kaki
Jelas keunggulan Baginda di dunia
Dewa asalnya, titisan Girinata
6. Barangsiapa mendengar kisah raja
Tak puas hatinya, bertambah baktinya
Pasti takut melakukan tidak jahat
Menjauhkan diri dari tindak durhaka
7. Paduka Empu minta maaf berkata:
“Hingga sekian kataku, sang rakawi
Semoga bertambah pengetahuanmu
Bagai buahnya, gubahlah puja sastra
8. Habis jamuan rakawi dengan sopan
Minta diri kembali ke Singasari
Hari surut sampai pesanggrahan lagi
Paginya berangkat menghadap Baginda
Pupuh L
1. Tersebut Baginda Raja berangkat berburu
Berlengkap dengan senjata, kuda dan kereta
Dengan bala ke hutan Nandawa, rimba belantara
Rungkut rimbun penuh gelagah rumput rampak
2. Bala bulat beredar membuat lingkaran
Segera siap kereta berderet rapat
Hutan terkepung, terperanjat kera menjerit
Burung ribut beterbangan berebut dulu
3. Bergabung sorak orang berseru dan membakar
Gemuruh bagaikan deru lautan mendebur
Api tinggi menyala menjilat udara
Seperti waktu hutan Kandawa terbakar
4. Lihat rusa-rusa lari lupa darat
Bingung berebut dahulu dalam rombongan
Takut miris menyebar, ingin lekas lari
Malah menengah berkumpul tumpuk timbun
5. Banyaknya bagai banteng di dalam Gobajra
Penuh sesak, bagai lembu di Wresabapura
Celeng, banteng, rusa, kerbau, kelinci
Biawak, kucing, kera, badak dan lainnya
6. Tertangkap segala binatang dalam hutan
Tak ada yang menentang, semua bersatu
Srigala gagah, yang bersikap tegak-teguh
Berunding dengan singa sebagai ketua
Pupuh LI
1. Izinkanlah saya bertanya kepada sang raja satwa
Sekarang raja merayah hutan, apa yang diperbuat?
Menanti mati sambil berdiri ataukah kita lari
Atau tak gentar serentak melawan, jikalau diserang?
2. Seolah-olah demikian kata srigala dalam rapat
Kijang, kaswari, rusa dan kelinci serempak menjawab:
“Hemat patik tidak ada jalan lain kecuali lari
Lari mencari keselamatan diri sedapat mungkin”.
3. Banteng, kerbau, lembu serta harimau serentak berkata:
“Amboi! Celaka bang kijang, sungguh binatang hina lemah
Bukanlah sifat perwira lari, atau menanti mati.
Melawan dengan harapan menang, itulah kewajiban.”
4. Jawab singa: Usulmu berdua memang pantas diturut
Tapi harap dibedakan, yang dihadapi baik atau buruk.
Jika penjahat, terang kita lari atau kita lawan
Karena sia-sia belaka, jika mati terbunuh olehnya
5. Jika kita menghadapi tripaksa, resi Siwa-Buda
Seyogyanya kita ikuti saja jejak sang pendeta
Jika menghadapi raja berburu, tunggu mati saja
Tak usah engkau merasa enggan menyerahkan hidupmu
6. Karena raja berkuasa mengakhiri hidup makhluk
Sebagai titisan Batara Siwa berupa narpati
Hilang segala dosanya makhluk yang dibunuh beliau
Lebih utama daripada terjun ke dalam telaga
7. Siapa di antara sesama akan jadi musuhku?
Kepada tripaksa aku takut, lebih utama menjauh
Niatku, jika berjumpa raja, akan menyerahkan hidup
Mati olehnya, tak akan lahir lagi bagai binatang
Pupuh LII
1. Bagaikan katanya: “Marilah berkumpul!”
Kemudian serentak maju berdesak
Prajurit darat yang terlanjur langkahnya
Tertahan tanduk satwa, lari kembali
2. Tersebut adalah prajurit berkuda
Bertemu celeng sedang berdesuk kumpul
Kasihan! Beberapa mati terbunuh
Dengan anaknya dirayah tak berdaya
3. Lihatlah celeng jalang maju menerjang
Berempat, berlima, gemuk, tinggi, marah
Buas membekos-bekos, matanya merah
Liar dahsyat, saingnya seruncing golok
Pupuh LIII
1. Tersebut pemburu kijang rusa riuh seru menyeru
Ada satu yang tertusuk tanduk, lelah lambat jalannya
Karena luka kakinya, darah deras meluap-luap
Lainnya mati terinjak-injak, menggelimpang kesakitan
2. Bala kembali berburu, berlengkap tombak serta lembing
Berserak kijang rusa di samping bangkai bertumpuk timbun
Banteng serta binatang galak lainnya bergerak menyerang
Terperanjat bala raja bercicir lari tunggang langgang
3. Ada yang lari berlindung di jurang, semak, kayu rimbun
Ada yang memanjat pohon, ramai mereka berebut puncak
Kasihanlah yang memanjat pohon tergelincir ke bawah
Betisnya segera diseruduk dengan tanduk, pingsanlah!
4. Segera kawan-kawan datang menolong dengan kereta
Menombak, melembing, menikam, melanting, menjejak-jejak
Karenanya badak mundur, meluncur berdebak gemuruh
Lari terburu, terkejar; yang terbunuh bertumpuk timbun
5. Ada pendeta Siwa dan Buda yang turut menombak, mengejar
Disengau harimau, lari diburu binatang mengancam
Lupa akan segala darma, lupa akan tata sila
Turut melakukan kejahatan, melupakan darmanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar