Banyak akal, banyak alasan. Itulah tanggapan wakil rakyat ketika banyak pihak menggugat biaya 800 juta rupiah untuk ruangan setiap anggota dewan di gedung megah nanti. Semakin jauh saja perasaan anggota wakil rakyat dengan penderitaan rakyat yang diwakilinya. Bukan berarti juga bahwa ruangan anggota dewan harus sangat-sangat sederhana. Tentu untuk mendukung kinerja a nggota dewan dibutuhkan ruangan yang memadai, tetapi tidak wajib dengan biaya, anggaran yang sedemikian besar. 800 juta rupiah per ruangan.
Toch, kita semua tahu. Tidak sedikit anggota dewan yang menjadikan Senayan, hanya kantor kedua, kantor cabang. Kantor utama dan sesungguhnya di rumah, di ruko bahkan di gedung perkantoran untuk mengurus perusahaan dimana ia menjadi pemiliknya. Jika Senayan memang kantor utama, mestinya tidak banyak anggota dewan yang membolos saat diperlukan untuk menghadiri suatu rapat atau sidang. Jikapun datang hanya untuk seremonial belaka.
Kita jadi teringat sebuah film televisi jaman dulu yang mengisahkan manusia yang mempunyai kemampuan luar bisa setelah dalam tubuhnya ditanam berbagai peralatan canggih untuk membantu menertibkan keamanan dan menumpas kejahatan. The six miliion dollar man, yang memiliki ketajaman mata, kepekaan mendengar, kekuatan tenaga dalam mengangkat beban maupun berlari.
Maka tak berlebihan kiranya jika uang 800 juta rupiah dihamburkan untuk satu ruangan anggota dewan, jika memang dapat diharapkan anggota dewan bekerja dengan ketajaman mata dalam melihat segala hal yang dibutuhkan oleh rakyat yang diwakilinya. Kepekaan telinga mendengar setiap aspirasi rakyatnya. Kekuatan tubuh dan jiwa dalam berjuang untuk menyejahterakan rakyat yang diwakilinya, bukan untuk memperkaya diri dan keluarga serta partainya.
Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka benarlah sinyalemen banyak pihak bahwa anggota dewan perlu ruangan senilai 800 jutaan semata-mata hanya untuk menghabisi anggaran yang memang telah disetujui oleh anggota dewan itu sendiri. Sedangkan urusan rakyat sudah bukan menjadi urusan mereka lagi walaupun mereka menyebut dirinya WAKIL RAKYAT.
Ismail Solichin
Sumber: kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar