Selasa, 08 Maret 2011

Sawah Laba - Laba di Manggarai, Flores

detik_IMG_3039JPG-
Sawah lingko yang menyerupai jaring laba - laba

Apabila anda bepergian ke Pulau Flores, jangan lupa untuk mampir ke Kabupaten Manggarai untuk melihat sebuah keunikan. Keunikan itu akan membuat anda sedikit tercengang, yaitu sebuah areal persawahan yang menyerupai jaring laba - laba apabila anda melihatnya dari area tempat yang tinggi. Masyarakat setempat biasa menyebut dengan nama sawah Lingko.

Masyarakat sekitar wilayah itu percaya bahwa kebersamaan adalah sebuah rantai kehidupan yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Dan hal ini diinterpretasikan dalam suatu aturan kesepakatan khusus untuk penyediaan lahan persawahan untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah itu. Lahan - lahan yang dimiliki secara adat atau yang biasa disebut sebagai hak ulayat dibagi secara merata untuk semua penduduk di area wilayah adat.

Pembagian lahan itu tidak dibuat menjadi berpetak - petak seperti kebanyakan areal persawahan pada umumnya. Tapi dibuat dalam bentuk jaring yang dimulai dari sebuah titik, yang titik tersebut menjadi sebuah pusat lingkaran. Masyarakat percaya bahwa kehidupan itu dimulai dari sebuah titik kecil. Dari pusat tersebut, maka akan ditarik beberapa garis batas lurus hingga menuju garis terluar tanah ulayat. Dan kemudian tanah itu dibagi - bagi dalam bentuk yang lebih kecil. Besar kecilnya suatu lahan pun berdasarkan pada berapa jumlah warga yang menerima hasil panen tersebut untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi. Lahan yang besar menandakan bahwa warga yang menerima jumlah panen pun juga banyak, begitupun juga dengan lahan yang kecil.

Sistem cara penanaman pun dilakukan secara bersama - sama dalam satu area ulayat. Masyarakat belajar dari membaca alam bahwa apabila tidak dilakukan penanaman secara bersamaan. Maka akan mempengaruhi jumlah hasil panen yang berkurang diakibatkan dari hama, terutama hama burung - burung kecil pemakan padi. Dengan luasnya lahan yang ditanami padi, burung - burung tidak akan berkonsentrasi mencari makan dalam satu tempat saja. Tapi mereka akan menyebar ke sawah - sawah yang lain. Jangan heran apabila ketika anda kesana, akan melihat semua area akan menghijau dalam satu waktu, dan kemudian kosong juga dalam waktu yang bersamaan. Karena mereka menanam padi akan bersamaan dan memanennya juga dalam waktu yang hampir bersamaan.

Belajar dari tata cara pembagian lahan persawahan di Manggarai, maka kita akan belajar tentang sebuah kearifan lokal dalam hal perencanaan wilayah untuk pemenuhan kebutuhan pangan. sebuah kearifan lokal yang harus kita gali untuk mencapai kebersamaan hidup yang sejahtera dalam dunia modern sekarang ini.

Oleh: Muhammad Lukman Hakim

Sumber: travel.detik.id.com

Desa di Sumba Timur




Pagi menyambut saya dengan hentakan kaget. Saya lirik jam, ternyata masih pukul 06.40 WITA. Kembali saya peluk guling dan tarik selimut merapat. Semalam tampaknya saya tidur bak orang mati. Lelap sekali. Kelelahan akibat jadwal yang padat sudah berdampak pada tubuh. Agak susah membangkitkan semangat di pagi ini (18/10/10).

Cuaca tidak terlalu cerah seperti kemarin. Awan menggantung selama perjalanan menuju Desa Rende yang masih dalam wilayah Sumba Timur. Namun jika lihat pada peta, kami mengemudi ke selatan. Partner saya sudah terlelap padahal baru 30 menit kami melaju. Pemandangan berupa tanah tanduh dan gersang mulai terlihat. Pak Yoakhim bilang, tanah di sekitar Sumba Timur memang seperti ini - warna kuning dan cokelat mendominasi. Saya melihat banyak kandang ternak yang dibuat secara tradisonal dari batang pohon atau bebatuan yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk seolah sebuah kotak yang besar.

Melaju lebih jauh, sawah dan pepohonan memunculkan batang hidungnya. Rumah-rumah pun terlihat. Tidak seperti perjalanan sebelumnya, kali ini lebih 'hidup'. Hanya memerlukan waktu kurang lebih 90 menit, kami sudah memasuki Desa Prawiyangan, Rende atau yang lebih dikenal dengan Desa Rende saja. Desa ini memiliki akses yang cukup baik. Letaknya tidak jauh dair jalan utama. Terlihat dengan adanya aspal di depan desa. Lapangan luas pun sudah menyambut kami. Mobil diparkirkan dan kami berjalan masuk.

Umbu Makambombu menyambut kami di sebuah rumah yang memang sengaja dibuat untuk menerima tamu. Desa ini sudah menjadi tujuan wisata yang kebanyakan adalah mancanegara, sehingga sudah terbiasa menerima pendatang. Kami disuguhi nampan yang berisi siih pinang. Berikan donasi seikhlasnya di dalam nampan tersebut dan Anda tidak perlu memakan sirih pinangnya. Sirih pinang adalah cara penyambutan mereka terhadap tamu. Desa Rende adalah desa tradisional terbesar di Sumba yang masih memegang adat istiadat leluhur. Rumah Adatnya terawat dengan baik. Selain itu mereka juga masih melangsungkan Upacara Adat dan yang terbesar adalah Upacara Pemakaman. Karena mereka merayakannya secara besar-besaran di banding upacara lainnya. Jadi waktu yang tepat untuk berkunjung adalah pada saat upacara tersebut dilangsungkan. Biasanya jika ada orang yang meninggal, jenazahnya tidak langsung dikuburkan namun didiamkan selama beberapa waktu - waktu penguburan tergantung pada keputusan dari pihak keluarga.

Penduduk di sini menganut kepercayaan Merapu. Sebagian sudah memeluk agama, tapi mereka masih menjalankan adat istiadat seperti biasanya. Status kekayaan pun diukur dari banyak hewan ternak yang dimiliki. Seorang lebih dihargai jika dia memiliki banyak hewan ternak dibandingkan orang yang memiliki uang banyak dengan sedikit ternak, itu papar beliau secara garis besar.

Oleh: Christina Sugihwati

Sumber: travel.detik.com

Mengenal Rumah Tradisional Sumba

detik_IMG_1912JPG-
Rumah tradisional yang beratapkan alang - alang


Di pulau Sumba, rumah - rumah tradisional masih mudah untuk ditemukan. Terutama di wilayah kampung - kampung adat. Rumah - rumah yang terbangun dari kayu, papan dan bambu menjadi sebuah ciri khas masyarakat disana. Bagi mereka, rumah bukan hanya sebagai tempat tinggal saja. Tapi, juga memiliki fungsi sebagai pusat kehidupan dan upacara adat mereka.

Rumah - rumah itu dibangun dengan cara tradisional, tanpa menggunakan paku sama sekali. Mereka menggunakan rotan yang diambil dari hutan untuk menautkan bagian - bagian rumah. Penduduk Sumba percaya bahwa, rumah mereka adalah rumah yang diperuntukkan bagi tiga alam. Bagian atap atau langit - langit rumah yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan hasil panen adalah tempat berkumpulnya para roh leluhur yang sudah pergi mendahului mereka. Bagian rumah yang memiliki kamar - kamar adalah bagian dari tempat hunian manusia yang masih hidup. Bagian tiga yang dibawah panggung rumah adalah bagian tempat mereka memelihara ternak dan tempat berkumpulnya roh - roh jahat.

detik_IMG_1865JPG-
Kumpulan tanduk kerbau dan taring babi diatasnya

Di dalam rumah tersebut memiliki empat tiang utama yang menyimbolkan sebagai utara, selatan, timur dan barat. Di tengah tiang - tiang itu akan dibuat sebuah tungku perapian yang menyimbolkan sebagai matahari. Tungku ini adalah sumber kehidupan bagi penghuni rumah, karena berfungsi sebagai dapur untuk membuat makanan bagi seluruh keluarga.

Pria dan wanita penghuninya pun memiliki ruang sendiri - sendiri. Yang dimana satu sama lain tidak boleh memasuki ruang yang bukan areanya. Ada jarak yang harus ditaati meskipun masih dalam satu ikatan keluarga.

Di bagian depan rumah yang seperti teras bambu, difungsikan sebagai tempat berkumpulnya ketika santai ataupun tempat menerima tamu. Dinding bagian luar akan selalu dihiasi dengan tanduk - tanduk kerbau dan taring - taring babi yang berasal dari penyembelihan ketika upacara adat dilakukan. Terkadang jumlah tanduk dan taring mencampai ratusan buah. Ini juga menandakan sebagai simbol gengsi martabat keluarga penghuni rumah.

detik_IMG_1866JPG-
Bersantai bersama keluarga

Apabila anda pergi ke Sumba, mampirlah ke rumah - rumah adat tersebut dan rasakan sambutan hangat yang akan mereka berikan. Ini akan menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Oleh: Muhammad Lukman Hakim


Sumber: travel.detik.com

Alat Musik Sasando dari Pulau Rote

detik__DSC0015JPG-
Alat musik Sasando yang dibuat oleh Masyarakat Rote
 
 
Alat musik tradisional masyarakat Rote itu telah ada sejak puluhan tahun lalu dan menghasilkan suara kombinasi dari tiga alat musik; harpa, piano, dan gitar plastis.

Sasando bukan sekadar harpa, piano, atau gitar tetapi tiga alat musik dalam satu rytm, melodi, dan bass. Jadi meskipun merupakan alat musik tradisional, universalitasnya sasando berlaku menyeluruh.

detik__DSC0006JPG-
Alat musik Sasando tradisiona yang dibuat oleh masyarakat Rote




Alat musik masyarakat Rote itu tergolong cordophone yang dimainkan dengan cara petik pada dawai yang terbuat dari kawat halus. Resonator sasando terbuat dari daun lontar yang bentuknya mirip wadah penampung air berlekuk-lekuk.

Sasando dimainkan dengan dua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas, sementara tangan kanan bertugas memainkan accord.

detik__DSC0017JPG-
Salah satu bagian dari Sasando 
 

detik__DSC0022JPG-
Sasando dimainkan dengan dua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri.


detik__DSC0001JPG-
Suasana rumah masyarat Rote




Oleh: Tuti Widiastuti


Sumber: travel.detik.com

Pulau Kepa di Alor Kecil

detik_Kepa_1JPG-
Pulau Kepa


detik_KepaJPG-
Indahnya Pemandangan Laut Pulau Kepa

 
a Pettite Kepa atau 'Kepa yg kecil' artinya bisa dua. Pertama pulau Kepa memang sebuah pulau yg mungil. Minim populasi, sangat sepi, dan dipenuhi oleh ternak kambing disana sini. Kedua, La Pettite Kepa adalah nama sebuah homestay dengan gaya rumah rumah desa beratap jerami yg dimiliki oleh pasangan Perancis yakni Cedric dan istrinya Anne. Pulau Kepa (Kepa Island at Alor Kecil), berada sekitar 30 menit perjalanan dari Kalabahi, ibukota Alor. Berangkatlah naik sepeda motor atau mobil menuju kampung Alor Kecil, lalu menyeberang kesana memakai perahu nelayan dengan biaya sekitar 15 ribu per kepala. Dari dermaga Alor Kecil, hanya berjarak 500m tampak pulau Kepa. Dekat saja dan tidak jauh kok. Tapi ditengahnya terbentang laut dengan arus yg lumayan kencang, jadi biarpun tampak mata diseberang jangan coba untuk berenang dari dermaga Alor Kecil keseberang Kepa, bisa bablas terus hilang ke laut lepas.

detik_Kepa6JPG-
Pemandangan terlihat di Pulau Kepa

Pulau kecil ini sangat sepi dalam arti sesungguhnya, hanya 10 menit dari Pulau Alor Kecil ke Pulau Kepa. Tidak ada listrik PLN dan sulit air bersih. Di homestay La Petite Kepa, listrik didapatkan dari panel tenaga surya yg disimpan dalam aki besar. Karena itu menghemat listrik sangat dianjurkan disini. Jangan boros listrik, jangan menghamburkan air tawar, dan jangan membuat suasana gaduh. Disisi lain dari Pulau Kepa jauh dari homestay, ada kampung kecil tempat penduduk lokal menetap turun temurun. Mereka memelihara ternak kambing yg disebar disemua sudut pulau yg penuh dengan padang rumput dan semak belukar. Melihat kambing disebar disana sini agak melegakan hati karena ini menandakan pulau ini bisa disebut aman dari binatang buas predator mematikan. Jika disini ada binatang buas, maka dipastikan tidak ada ternak yg dibiarkan siang malam dialam bebas.

detik_Kepa3JPG-
Pulau Kepa



Jika memang ingin mencari keteduhan dan ketenangan sepanjang hari, pulau ini layak didatangi. Homestay bergaya atap jerami spt rumah dipedalaman desa juga cocok untuk bersantai. Malam hari seluruh areal homestay menjadi gelap gulita total, bintang dilangit bertaburan begitu banyaknya, seperti sebuah tempat tersendiri yg paling enak untuk menatap langit malam sambil berpikir hal baik sepanjang hayat.

Oleh: Tuti Widiastuti 

Sumber: travel.detik.id.com

Memahami Kampung Tradisional Sumba

detik_IMG_1908JPG-
Salah satu perkampungan tradisional di Sumba yang masih teguh menjaga tradisi pola bangunan


Di Pulau Sumba kita masih dengan mudah menemukan desa - desa adat tradisional. Para penduduk desa itu hidup dalam satu wilayah yang terdiri dari beberapa rumah kayu yang beratapkan alang - alang. Menjadi petani dan peternak adalah mata pencaharian utama mereka. Hidup dengan kesederhanaan dan menjaga tradisi masih dipegang teguh oleh penduduk desa tersebut.

Selama dalam perjalanan kami (17-23/10/2010) di pulau itu. Ada beberapa hal yang bisa saya catat untuk saya bagikan kepada anda semua. Beberapa hal itu berkaitan dengan pola dan penataan perkampungan. Kampung - kampung tradisional umumnya memiliki batu - batu besar yang tersusun untuk dijadikan pembatas wilayah antara kampung dengan diluar kampung. Ada dua gerbang yang dalam suatu kampung, yang digunakan sebagai pintu masuk dan pintu keluar. Di area tengah perkampungan terdapat beberapa kuburan batu para leluhur mereka yang sudah meninggal. Dan ada satu wilayah terbuka yang terdapat batu besar untuk dijadikan tempat menaruh sesembahan ketika upacara - upacara adat dilakukan. Dalam wilayah ini terbuka ini, orang luar tidak boleh memasuki area, harus berjalan di luar pembatas area itu. Pola pembangunan linier begitu tercermin di kampung - kampung adat Sumba. Pembangunan kampung mengikuti struktur dan kontur dari lahan yang mereka tempati. Masyarakat kampung yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani dan beternak, mereka akan bekerja di areal persawahan atau sabana yang terletak di bawah kampung tersebut.

Ciri khas dari perkampungan tradisional di Sumba, perkampungan dibangun diatas puncak - puncak bukit ataupun di wilayah yang tinggi dari sekitar. Hal ini disebabkan karena faktor untuk menjaga keamanan kampung tersebut. Pada jaman dahulu, perang antar suku masih sering terjadi yang diakibatkan dari perebutan kekuasaan antar suku - suku tersebut. Dan pembangunan kampung di perbukitan berfungsi sebagai benteng pertahanan. Karena perkampungan diatas bukit dapat dengan sigap menghalau musuh dari bawah bukit, dan musuh akan sedikit kesulitan untuk merebut kampung itu.

Pembangunan kampung di puncak bukit sebagai faktor pertahanan, juga memiliki faktor lain. Karena masyarakat kampung tradisional yang kebanyakan masih menganut agama Marapu, mereka menganggap pembangunan kampung di tempat yang tinggi itu mendekatkan dengan dewa. Konsepsi bahwa semakin tinggi tempat tinggal, semakin dekat jaraknya untuk berbicara dengan para dewa. Hal itu seperti dengan konsep reliji kehidupan manusia di jaman megalitik.

Oleh: Muhammad Lukman Hakim

Sumber: travel.detik.com

Bena, Desa Adat yang Masih Tersisa di Flores

detik_IMG_2780JPG-
Desa Bena dari kejauhan


Perjalanan kami hari ini (24/10/2010) adalah mengunjungi sebuah kampung adat yang bernama Bena. Kampung tradisional yang terletak di arah selatan kota Bajawa, tepatnya di Desa Tiworiwu, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Flores. Untuk mencapai desa ini, kami membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dari Kota Bajawa. Dan melewati jalanan yang naik turun dan menikung.

Desa ini cukup unik, karena satu - satunya desa di pulau Flores yang masih menjaga tradisi secara turun temurun. Terlihat dari bangunan megalitik yang berupa susunan batu - batuan ceper. Layaknya batu menhir yang dibuat oleh Obelix di cerita komik Asterix. Penduduk desa pun masih mendiami rumah - rumah yang terbuat dari kayu, bambu dan beratapkan alang - alang. Kampung Bena ini dihuni oleh sembilan suku yang mendiami kurang lebih sekitar 40 rumah tradisional.

detik_IMG_2797JPG-
Salah satu rumah yang berhiaskan boneka laki - laki memegang anak panah



Di beberapa atap rumah terlihat hiasan seperti boneka yang memegang anak panah. Dalam hal ini menyimbolkan bahwa rumah tersebut adalah milik dari keluarga garis laki - laki penduduk asli kampung ini, yaitu Suku Ngada. Untuk rumah yang dihiasi rumah - rumahan kecil diatas atapnya, ini menyimbolkan rumah tersebut milik dari keluarga garis perempuan suku asli. Diantara rumah penduduk yang saling berhadapan dengan mengikuti kontur tanah, dan terbagi menjadi beberapa tingkat. Terdapat 2 bangunan rumah adat kecil pada tingkatan itu. Bangunan rumah adat yang pertama berbentuk seperti payung beratapkan alang - alang, dan ditengahnya terdapat kayu sebagai pilar penyangga. Bangunan ini disebut sebagai lopo. Dan bangunan kecil dihadapannya yang berbentuk seperti miniatur rumah kecil disebut sebagai bhaga. Kedua bangunan itu adalah simbol pemersatu keluarga di kampung ini.

detik_IMG_2830JPG-
Tugu batu ceper




Kesederhanaan dari kampung Bena bisa dilihat dari keramah - tamahan penduduknya. Mereka akan selalu melempar senyum dan menyapa kepada setiap orang yang datang mengunjungi kampung Bena. Untuk berkunjung ke tempat ini tidak dikenakan tiket masuk, tapi kita harus memberikan donasi dan mengisi buku tamu sebelum anda memasuki perkampungan. Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pemeliharaan kampung agar senantiasa terjaga keaslian tradisinya.

Oleh: Muhammad Lukman Hakim

Sumber: travel.detik.com

Mengenal NTT, memperkaya Budaya kita

detik_IMG_0751JPG-

Pohon Lontar banyak kita jumpai dibeberapa tempat di NTT

 
Tak pernah terbayangkan kalau saya akan mendatangi Nusa Tenggara Timur di Jalan-jalan Gratis dari Detik.com ini. Tempat yang banyak gunung-gunung serta bukit dan gugusan pulau-pulau didalamnya. Tempat yang cuaca disiang hari begitu terik membakar kulit kita. Namun saat melihat dari pesawat Garuda Indonesia yang mengantarkan kami ke Provinsi Kepulauan ini, kami menyaksikan birunya laut yang mengapit hijaunya pulau-pulau.

Provinsi yang mempunyai 550 pulau dengan tiga pulau besar yaitu Pulau Flores, Pulau Sumba dan Pulau Timor Barat ini ternyata kaya akan budaya. Hal ini dikarenakan banyaknya suku yang terdapat di provinsi yang dikenal juga dengan Nusa Cendana ini. Masing-masing suku berbeda dalam bahasa, motif tenun ikat dan juga terkadang dalam pakaian adatnya.

detik_IMG_1364JPG-
Budaya NTT dapat kita saksikan dengan mengunjungi Museum Negeri Kupang


Kekayaan Nusa Tenggara Timur pun bukan hanya pada adat istiadatnya, namun juga pada keindahan alam bawah lautnya. Hal ini memancing minat dari wisatawan asing maupun lokal untuk datang terutama untuk berolah raga Diving dan Selancar. Pantai Nemberala dan Boa di Pulau Rote menjadikan tujuan dari para Surfer dan Pulau Alor dan sekitarnya untuk yang mempunyai hobi Diving.
Dibeberapa tempat di NTT juga kita masih menjumpai suku-suku tradisional yang masih memegang teguh adat istiadat mereka, seperti Suku Boti di Timor Tengah Utara, Kampung Tradisional Takpala dan Mombang di Kepulauan Alor.
 
detik_IMG_2321JPG-
Tarian Suku Boti
 



Nusa Tenggara juga dikenal dengan alat musik khas Sasando yang sudah mendunia, yang dibuat dengan menggunakan kekayaan alamnya yaitu Pohon Lontar yang banyak kita jumpai di Bumi Flobamora ini.
Mari kita nikmati NTT yang kaya akan budaya, keindahan alamnya terutama bawah laut dan yang mengembirakan tolerasi antar umat beraga di NTT begitu nyata, hal ini dengan banyak kita jumpai rumah ibadah yang saling berdekatan satu dengan yang lain.

detik_IMG_1493JPG-
Pantai Lasiana Kupang
 

NTT telah mengajarkan saya untuk bagaimana mencintai Indonesia, mencintai negara kepulauan, mencintai adat istiadat, menyebarkan keramahan dan yang paling penting menyebarkan semangat Aku Cinta Indonesia.
Datangi NTT, nikmati keramahan penduduknya, Selamat Mama, Selamat Papa, Selamat Paman, Selamat. Terimakasih atas keramahan yang telah dibagi kepada kami selama berada di Bumi Ti'I Langga ini.

Oleh: Agus Lahinta

Sumber: travel.detik.com

Pesona Danau Sentani Dari Bukit Makatur

detik_sentani_3jpg-
Danau Sentani


detik_Sentani_1jpg-
Kawasan Situs Tugu Mac Arthur



detik_sentani_2jpg-
Kawasan sekitar Danau Sentani dan landasan Bandara Sentani
 
 

Menikmati Pesona Danau Sentani Dari Bukit Makatur, Merasakan Romantisme Mac Arthur


Pagi itu, Kamis, 21 Oktober 2010 merupakan hari pertama kami memanfaatkan waktu transit selama di Jayapura. Sekitar pukul sembilan pagi, Arman, driver taksi yang kami carter sudah datang ke Hotel Rasen. Kami memang sengaja memilih hotel yang tidak jauh dari bandara Sentani untuk bermalam dengan alasan karena hanya untuk sekedara transit satu atau dua malam saja.

Dari Hotel Rasen kami langsung meluncur menuju Ifar Gunung – sekarang lebih dikenal dengan nama Bukit Makatur. Di Puncak bukit ini terdapat situs bersejarah peninggalan Perang Dunia (PD) Dua yaitu Tugu Mc. Arthur. Tugu yang dibuat untuk memperingati didirikannya Markas Pasukan Tentara Sekutu untuk kawasan Pasifik Barat Daya di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur di Ifar Gunung ini.


Pesona Danau Sentani

Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit melewati jalan yang mulus dan berkelok, kami tiba di gerbang atau pos penjagaan kawasan Resimen Induk Kodam (Rindam) XVII Cendrawasih. Karena lokasi Bukit Makatur berada di dalam kawasan, kita diharuskan melapor terlebih dahulu sebelum memasukinya.

Untuk tiba di kawasan Bukit Makatur, dari gerbang Rindam XVII hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Sepanjang jalan suasana terasa sejuk karena berada diantara pepohonan yang masih cukup rimbun. Nampak di sisi kiri jalan Gunung Cyclop yang sedang berkabut puncaknya. Sedankan di sisi kanan jauh di bawah sudah sedikit mulai terlihat kawasan Sentani.

Beberapa saat kemudian kami pun tiba di kawasan Bukit Makatur atau Situs Tugu Mac. Arthur. Sebuah tugu berwarna dasar hitam kuning bertahtakan pedang dan tongkat runcing atau tombak. Juga sebuah prasasti yang menerangkan secara singkat mengenai sejarah tempat ini.

Selain tugu disini juga terdapat bangunan kecil yang berfungsi sebagai museum yang isinya menceritakan sepak terjang Jenderal Mac Arthur selama PD 2.

Dari kawasan ini kita dapat lepas melihat dengan jelas Kawasan Danau Sentani dan sekitarnya. Termasuk landasan terbang Bandara Sentani. Pantas saja Jenderal Mac Arthur memilih tempat ini sebagai markasnya. Karena ternyata dari atas bukit ini dapat melihat ke segala arah. Pemandangan sekitarnya pun terlihat sangat indah. Melihat kawasan ini dan sekitarnya sempat terpikir oleh saya, mungkinkah Jenderal Douglas Mac Arthur ini sebenarnya orang yang romantis.

Setelah sesaat mengelilingi situs dan masuk ke museum, kami langsung menuju keluar pagar kawasan untuk dapat lebih jelas menikmati keindahan Danau Sentani. Sebenarnya dari bukit setinggi sekitar 325 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini kita dapat memanfaatkan bangunan pos pandang yang terdapat di sana. Namun, karena ingin lebih leluasa menikmati pesona danau dari berbagai sudut, kami memutuskan untuk berkeliling sekitar bukit.

Pemandangan yang sungguh indah dan menakjubkan. Danau Sentani dengan beberapa pulau kecil yang berada di tengahnya terlihat begitu indah. Juga kawasan perumahan tidak terlalu padat di sekitarnya. Dari sini apabila ada pesawat tinggal landas atau take off, kita dapat melihatnya secara jelas.

Kemudian saya dan Erwin terus berjalan menjauh dari kawasan tugu ke arah bukit sebelah kiri. Dari sini pesona Danau Sentani dan sekitarnya semakin indah terlihat. Sedangkan nampak di belakang kami hijaunya jajaran pegunungan Cyclop.

Belum puas di lokasi tersebut, kami kembali berjalan sedikit naik puncak bukit selanjutnya. Jaraknya dari kawasan Tugu Mac Arthur sekitar 10 menit berjalan kaki. Karena kawasannya cukup terbuka, waktu tempuh yang hanya sebentar itu membuat kami sedikit terasa lelah karena kepanasan. Namun, pesona Danau Sentani berpadu dengan Pegunungan Cyclop telah mengalahkan itu semua. Berkali-kali kamera terus mengambil gambar dari berbagai sudut yang menurut kami bagus. Beberapa pohon yang tidak terlalu besar yang ada di sana kami manfaatkan untuk duduk-duduk berteduh sambil terus menikmati pesona danau.

Setelah puas menikmati itu semua, kami bergegas kembali ke kawasan tugu untuk kembali melanjutkan perjalanan kami selama transit di Jayapura.

Jadi, apabila anda datang ke Jayapura atau Sentani pada khususnya jangan pernah lewatkan untuk menikmati pesona Danau Sentani di Ifar Gunung. Puaskan diri anda untuk menikmati keindahan Danau Sentani dari berbagai sudut yang berbeda dari atas bukit kawasan ini. Rasakan sensasi romantisme Jenderal Mac Arthur saat berada di sini.

Oleh: Harley Bayu Sastha

Sumber: travel.detik.com

Ulama: Mengapa Pemerintah Tidak Bisa Membubarkan Ahmadiyah?

Ulama: Mengapa Pemerintah Tidak Bisa Membubarkan Ahmadiyah?
Ahmadiyah, ilustrasi

Keberadaan Ahmadiyah jangan dibiarkan terus menggantung seperti sekarang. Pemerintah harus menampung aspirasi masyarakat dan ormas Islam yang mendesak Ahmadiyah untuk dibubarkan.

“Bahaya jika Ahmadiyah dibiarkan sebab bisa memicu kerawanan sosial. Karena mereka melakukan penistaan agama,” kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Umar Shihab di acara Munas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) di Surabaya, Selasa (8/3).

Umar heran mengapa pemerintah tidak juga membubarkan Ahmadiyah. Padahal MUI sering diajak bicara sekaligus memberi solusi berupa pembubaran Ahmadiyah sebagai jalan penyelesaian masalah.

Ditambah fatwa MUI yang menyatakan Ahmadiyah itu sesat, SKB Tiga Menteri, dan pelarangan oleh gubernur diberbagai daerah, harusnya sudah cukup bagi untuk secepatnya membubarkan Ahmadiyah. “Hanya Allah yang tahu mengapa pemerintah lama sekali membubarkan Ahmadiyah,” terangnya.

Sumber: republika.co.id

Candi Muaro Jambi Diupayakan Jadi Warisan Dunia

foto 
Warga masyarakat Pecinta Candi Muaro Jambi kini tengah berupaya memperkenalkan kompleks percandian peninggalan Hindu-Budha yang terluas di Indonesia. Candi peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Melayu yang dibangun pada abad 11 Masehi itu diperkenalkan agar tercatat sebagai warisan dunia.

"Kita kini berupaya untuk memperkenalkan candi tertua dan terluas di dunia ini, sehingga akhirnya dapat tercatat sebagai warisan dunia," kata Marzuki Usman, Ketua The Society of Muaro Jambi Temple (The SOMT), kepada Tempo, Ahad (6/3).

Menurut mantan Menteri Pariwisata RI di era Presiden Abdurachman Wahid ini, bila candi ini dikenal di dunia tidak hanya akan menguntungkan masyarakat Jambi, tapi juga bangsa Indonesia."Indonesia akan lebih dikenal lagi akan peninggalan peradaban sejarah perkembangan manusia di dunia yang menarik, unik dan nilai kultural," ujar Marzuki.

The SOMT sangat bersyukur dengan adanya perhatian pemerintah, terutama pemerintah Provinsi Jambi dalam upayanya mengembangkan sektor kepariwisataan, khususnya Candi Muaro Jambi yang jaraknya hanya sekitar 40 kilometer dari pusat Kota Jambi.

Kompleks percandian Muaro Jambi pertama kali dilaporkan pada tahun 1823 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk kepentingan militer.

Baru tahun 1975, pemerintah Indonesia mulai melakukan pemugaran yang serius yang dipimpin R. Soekmono. Berdasarkan aksara Jawa Kuno (rujukan) pada beberapa lempeng yang ditemukan, pakar epigrafi Boechari menyimpulkan peninggalan itu berkisar dari abad ke 9-12 Masehi.

Di situs ini baru sembilan bangunan yang telah dipugar, semuanya bercorak Buddhisme. Kesembilan candi tersebut adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi Didy Wujanto, mengemukakan pihaknya tengah berusaha memperkenalkan kawasan percandian ini kepada masyarakat dunia, terutama pihak UNESCO, agar nantinya bisa tercatat sebagai warisan dunia.

"Kita juga sejak beberapa tahun belakangan ini hingga kini terus mengucurkan dana untuk melakukan penataan dan membangun fasilitas umum," ujar Didy.

Upaya lain mewujudkan Sister Site antara Situs Candi Muaro Jambi dengan Situs di Nalanda India. Beberapa waktu lalu staf peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional, Bambang Budi Utomo melakukan kunjungann ke Nalanda 5-15 Februari lalu, kini giliran perwakilan Nalanda yang datang ke Indonesia dan langsung mengunjungi kompleks percandian Muaro Jambi.

Jumat (4/3), DR Kenoy K Behl, perwakilan dari India mengunjungi dan melihat langsung candi tersebut. Tujuannya tidak hanya upaya membina hubungan baik antara kedua situs (Candi Nelanda- India dan Candi Muaro Jambi-Indonesia), juga melakukan survey pembuatan film dokumenter.

DR Kenoy K Behl menyatakan ketertarikannya atas candi ini. Dia sangat antusias untuk bisa secepatnya membuat film dokumenter tentang Candi Muaro Jambi, sehingga akhirnya nanti dapat dikenal di seluruh dunia.

"Candi ini benar-benar sangat menarik dan pantas bila tercatat sebagai warisan dunia," katanya.

Sumber: tempointeraktif.com



Candi Muarojambi Jalin Hubungan Mesra dengan India

Candi Muarojambi Jalin Hubungan Mesra dengan India
Candi Muarojambi

Bentang sejarah percandian Muaro Jambi sejak abad ke tujuh hingga abad 12 terjalin kukuh dengan Nalanda, India, kata Wakil Gubernur Jambi H Fachrori Umar, Senin. Wagub mengatakan, bukti jalinan yang kukuh tersebut ditandai dari catatan pendeta Budha dari Tiongkok, I-Tsing, maupun Atisa Guru Besar Universitas Nalanda yang datang ke Moloyou atau Melayu.

Kedatangan tersebut telah menorehkan posisi strategis dan keeratan hubungan ritualitas antara Nalanda - Jambi - Tiongkok dan sebaliknya serta Tibet. Secara fisik, bentang alam daerah aliran sungai (DAS) Batanghari sejak dari Muara Tepi Laut Selat Lingga atau Selat Berhala sampai ke dataran tinggi di pedalaman Bukit Barisan Sumatra Barat, Damasraya dan Pagaruyung tidak kurang terdapat dua ratusan titik-titik situs percandian yang menggambarkan tapak-tapak perjalanan dan persebaran Hindu dan Budhis dengan kegiatan dan pemukiman di sekitarnya yang cukup ramai.

Menurut Wagub, dari artefak berupa prasasti Karang Berahi di Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, tertera pahatan aksara palawa dari masa abad ke tujuh. Keberadaan dan penggunaan aksara Palawa ini jelas menggambarkan hubungan erat tersebut.

Bahkan dari beberapa pakar bahasa dan arkeolog menyebutkan bahwa hubuf Palawa sudah masuk ke Sumatra 300 tahun sebelum Masehi, bersamaan dengan persebaran agama Hindu dan kemudian Budhis. Selain itu, interaksi budaya secara kreatif terlihat dari tulisan aksara Incong di Kerinci, yang berkerabat dengan aksara Batak, Rejang, Lampung dan Bugis serta Jawa kuno, merupakan perkembangan dari aksara Palawa dan bahasa Sansekerta.

"Kita berharap, tinggalan-tinggalan ini diharapkan dapat merangkai kebersamaan kesepahaman untuk masa-mas mendatang, dan dapat terjalin bentang jejaring napak tilas kesejarahan kepurbakalaan antara Nalanda, Tibet dan Jambi," harap Wagub.
Sumber: republika.co.id

Tujuh Makam Berusia 500 Tahun Ditemukan di Sumenep

foto 
Ilustrasi Makam Kuno. (marclamonthill)


Pemerintah Sumenep akan meneliti temuan makam kuno yang diperkirakan berusia 500 tahun di Dusun Kampung Baru, Desa Pandian, Sumenep Jawa Timur. "Harus diteliti dulu, makam siapa itu supaya jelas silsilahnya," kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Sumenep Mohammad Natsir saat dihubungi Selasa (08/03). Memperjelas silsilah ke tujuh makam kuno itu penting agar diketahui siapa mereka dan apakah ada kaitannya dengan makam-makam raja-raja keraton Sumenep Asta Tinggi. Untuk kepentingan itulah, Natsir berencana mendatangkan ahli sejarah. "Kalau penemu makam tahu silsilahnya, tolong diberitahukan kepada kami," ujarnya.


Dari pantauan Tempo, di salah satu nisan makam kuno ditemukan tulisan dalam bahasa Arab yaitu Syeh Sayyid Abdullah, dia berjuluk Maha Pati Raja Anggadipa. Selain nama ada ukiran dua kalimat syahadat, sholawat nabi dan tulisan dalam bentuk huruf Jawa kuno caraka yang menunjukkan tahun wafat Syekh Sayyid Abdullah yaitu 1151 hijriyah.

Bahkan salah satu makam diyakini warga sebagai makam saudara kandung Sunan Bonang karena pada nisannya terdapat tulisan arab berbunyi Bonang yang wafat tahun 1241 hijriyah.

Penemu tujuh makam kuno ini, Sunarto, warga Desa Pandian menuturkan penemuan makam kuno tersebut bermula dari petunjuk ki Misnadar, warga Kecamatan Dasuk. Saat berkunjung ke rumahnya 10 Februari lalu, Ki Misnadar menyuruhnya membersihkan makam kuno di dekat rumahnya. "Karena ada makam Wali yang perlu dirawat," kata Sunarto menirukan ucapan ki Misnadar.

Setelah dibersihkan, dibawah rerimbun alas, ditemukan makam Kuno, mulanya satu namun setelah dibersihkan semua ada tujuh makam. "Memang dari dulu banyak keanehan, saya sering melihat kilatan cahaya dari komplek pemakaman ini," ujar Sunarto yang bekerja sebagai mekanik ini.

Terpisah, Ki Misnadar yang biasa disapa Ki Agung yang dihubungi wartawan via selulernya mengaku dia melihat makam tersebut lewat mata bathin atau indra ke enamnya. "Saya yakin disana ada makam wali Allah, ternyata betul," ungkapnya.

Sumber: tempointeraktif.com

Lukisan Picasso Rp 942 Miliar Dipamerkan

foto 
Lukisan Pablo Picasso, yang berjudul Nude, Green Leaves and Bust. (guardian)


Lukisan termahal yang terjual lewat lelang dipamerkan di London, Inggris mulai hari ini, Senin, 7 Maret 2011. Lukisan Pablo Picasso berjudul Nude, Green Leaves dan Bust yang dibeli oleh penawar misterius senilai Rp 942 miliar itu dipamerkan di galeri seni, Tate Modern.  


Direktur Tate Modern, Sir Nicholas Serota sangat senang karena sang pemilik meminjamkan lukisannya untuk dipamerkan. "Ini lukisan Picasso yang sangat luar biasa, saya senang publik Inggris kini bisa menikmatinya untuk pertama kali," kata Serota. 

Picasso membuat lukisan ini pada 1932. Balai lelang Christie's melelangnya pada Mei tahun lalu, lukisan ini pun mencatat rekor sebagai lukisan termahal yang laku dalam lelang dengan nilai Rp 942 miliar. 

Lukisan Nude, Green Leaves dan Bust ini berpindah tangan pertama kali pada 1951, ketika itu kolektor Sidney dan Frances Brody membelinya dengan harga US$19,800 dengan kurs saat ini sekitar Rp 173 juta. Selama dimiliki mereka, lukisan ini hanya satu kali dipamerkan ke publik, pada 1961 saat Picasso berulang tahun ke-80. 

Picasso membuat lukisan ini terinspirasi oleh Marie-Therese Walter, gadis 17 tahun berambut pirang. Picasso bertemu Marie ketika berusia 45 tahun di stasiun kereta bawah tanah Paris pada 1927. 

Picasso terpikat pada pandangan pertama dan langsung berkenalan. "Saya Picasso, kamu dan saya akan melakukan hal-hal yang indah," kata Picasso saat itu. Hubungan asmara mereka berakhir pada 1935 ketika Picasso menemukan pacar baru, Dora Maar. 

Pablo Ruiz Picasso, lahir di Malaga, Spanyol, 25 Oktober 1881. Dia meninggal 8 April 1973 pada umur 91 tahun. Picasso adalah seorang seniman yang terkenal dalam aliran kubisme dan dikenal sebagai pelukis revolusioner pada abad ke-20.
 
Sumber: tempointeraktif.com

Alien Itu Memang Ada (?)

foto 
sxc


Kalau Anda membayangkan alien sebagai makhluk dengan kecerdasan tinggi, jangan kecewa bila ternyata kehidupan asing itu hanyalah mikroba, paling tidak itulah yang ditemukan ilmuwan Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Makhluk yang ditemukan itu tidak mempunyai kepala lonjong, berkulit hijau, atau mata hitam besar menakutkan seperti alien yang sering digambarkan dalam film fiksi ilmiah. Namun bakteri ini adalah bukti adanya kehidupan asing di luar bumi kita, dan yang mengagetkan, bentuknya mirip organisme di Bumi.
Begitulah kesimpulan Dr Richard B. Hoover, seorang ahli astrobiologi NASA di Marshall Space Flight Center, Alabama, yang merilis temuannya dalam Journal of Cosmology, jurnal yang telah dievaluasi secara ilmiah, akhir pekan lalu.

Selama 10 tahun, Hoover telah menjelajahi daerah terpencil di Antartika, Siberia, dan Alaska untuk mengumpulkan serta mempelajari meteorit.

Fosil bakteri alien itu ditemukan Hoover dalam meteorit kategori amat langka yang disebut CI1 carbonaceous chondrite. Hanya sembilan meteorit dari kelas itu yang ditemukan jatuh ke bumi.

Meski sulit dipercaya, Hoover meyakinkan bahwa temuannya mengungkap fosil itu bukti adanya bakteri yang hidup dalam meteorit, sisa-sisa organisme hidup yang ada kemungkinan berasal dari komet, bulan, dan benda langit lainnya. "Temuan itu mengisyaratkan bahwa kita tidak sendirian di alam semesta ini," katanya. "Saya menginterpretasikannya sebagai indikasi bahwa kehidupan tersebar lebih luas daripada terbatas hanya di planet Bumi. Bidang studi ini nyaris tak ada yang menyentuh karena, sejujurnya, banyak ilmuwan yang percaya hal ini mustahil."

Menggunakan suatu proses yang sangat sederhana, Dr Hoover memecahkan batu meteorit itu dalam lingkungan steril sebelum memeriksa permukaan yang baru dipecahkan tersebut di bawah mikroskop pemindai elektron dan sebuah mikroskop pemindai elektron medan emisi. Peralatan standar itu membantunya memeriksa setiap milimeter permukaan batu untuk mencari bukti fosil alien.

Dia menemukan fosil mikroorganisme itu tidak terlalu berbeda dari bakteri yang ditemukan di bawah kaki kita. "Yang menarik, dalam banyak kasus, mereka dapat dikenali dan bisa diasosiasikan dengan spesies generik di Bumi," kata Hoover. "Tapi ada juga yang sangat aneh dan tidak terlihat seperti bakteri apa pun yang pernah saya identifikasi. Saya telah menunjukkannya kepada banyak pakar lain, namun mereka juga bingung."

Ilmuwan lain menyatakan bahwa implikasi dari riset ini sangat menggemparkan, mendeskripsikan temuan itu sangat penting, pelik, dan luar biasa. Tapi Dr David Marais, ahli astrobiologi NASA di AMES Research Center, menyatakan bahwa dia sangat berhati-hati sebelum mendukung temuan itu. Klaim penemuan makhluk asing semacam itu sudah pernah terjadi sebelumnya, dan ternyata palsu. "Ini adalah klaim yang luar biasa, karena itulah saya membutuhkan bukti yang luar biasa pula," kata Marais.

Menyadari bahwa studi ini akan mengundang kontroversi, jurnal Cosmology mengundang sejumlah anggota komunitas ilmiah untuk menganalisis hasilnya serta menulis kritik mengenai temuan itu. "Kami mengundang 100 pakar dan menyebarkan undangan umum kepada lebih dari 5.000 ilmuwan dari komunitas ilmiah untuk mengevaluasi makalah itu dan untuk menawarkan analisis kritis mereka," kata Dr Rudy Schild, ilmuwan di Pusat Astrofisika Harvard-Smithsonian, pemimpin redaksi Journal of Cosmology.

Pada pernyataan resminya di jurnal itu, Schild menyatakan bahwa belum pernah ada makalah lain dalam sejarah ilmu pengetahuan yang menjalani penyaringan menyeluruh seperti temuan Hoover. "Sebelumnya juga tak ada komunitas ilmiah yang diberi kesempatan untuk menganalisis secara kritis sebuah makalah riset sebelum makalah itu dipublikasikan," tulisnya.

Dr Seth Shostak, astronom senior di SETI Institute, mengatakan ada setumpuk keraguan untuk mempercayai publikasi semacam itu. Jika benar, implikasinya akan merambat jauh ke berbagai bidang ilmu pengetahuan dan astronomi. "Mungkin kehidupan dibenihkan di Bumi; dia dikembangkan di komet, misalnya; dan mendarat di sini ketika meteorit menghantam Bumi muda," kata Shostak. "Temuan itu mengindikasikan bahwa kehidupan tidak benar-benar bermula di Bumi, melainkan dimulai ketika tata surya mulai terbentuk."

Keraguan untuk mempercayai klaim baru itu sesuatu yang umum, kata Hoover, dan memang sangat diperlukan dalam sains. "Sering kali perlu masa yang lama sebelum para ilmuwan mulai mengubah pikiran mereka terhadap apa yang valid dan mana yang tidak," ujarnya. "Saya yakin akan ada banyak sekali ilmuwan yang sangat skeptis dan itu OK."

Hingga riset Hoover itu diverifikasi secara independen, Marais mengatakan temuan tersebut harus dianggap sebagai memiliki potensi tanda kehidupan. "Para ilmuwan akan mengangkat riset ini ke tingkat investigasi berikutnya, termasuk konfirmasi independen terhadap hasil temuan itu oleh laboratorium lain, sebelum temuan tersebut dapat diklasifikasikan sebagai tanda kehidupan yang telah dikonfirmasi," ujarnya.

Hoover menyatakan tidak khawatir atas proses tersebut dan terbuka untuk penjelasan lain. "Jika seseorang dapat menjelaskan bagaimana mungkin menemukan sisa-sisa kehidupan yang tak mempunyai nitrogen, atau nitrogen di bawah batas yang dapat dideteksi seperti yang saya miliki, dalam periode waktu sesingkat 150 tahun, saya akan sangat tertarik mendengarnya," kata Hoover. "Saya telah berbicara dengan banyak ilmuwan mengenai hal ini dan tak seorang pun mampu menjelaskan." 

Sumber: tempointeraktif.com

Mumi Perempuan Berusia 700 Tahun

Inilah Wajah Perempuan Berusia 700 Tahun
Mumi Cina yang merupakan salah satu temuan paling heboh tahun ini.
 
 
Inilah Wajah Perempuan Berusia 700 Tahun
Mumi Cina
 
 
Inilah Wajah Perempuan Berusia 700 Tahun
Mumi Cina
 
Inilah Wajah Perempuan Berusia 700 Tahun
Mumi Cina
 
 
Inilah Wajah Perempuan Berusia 700 Tahun
Mumi Cina
 
 
Ingin tahu bagaimana wajah perempuan Cina yang berumur 700 tahun? Coba tengok foto di samping ini. Inilah temuan mumi terbaru di Cina, yang secara kebetulan terungkap ketika pekerja sedang membangun jalan di Cina bagian Timur baru baru ini.

Yang luar biasa adalah kondisi tubuh si mumi masih sangat bagus. Diperkirakan, perempuan ini adalah pejabat tinggi semasa Dinasi Ming (1368-1644). Ia ditemukan di kota Taizhou, Provinsi Jiangsu.
Arkeolog Cina terkejut dengan bagaimana bagusnya kondisi kulit, ramput, alis, dan wajah si perempuan. Seakan-akan perempuan ini baru meninggal beberapa tahun lalu. Ia mengenakan pakaian dari sutera yang masih terawat.
Mumi ditemukan di dalam kota kayu di kedalaman dua meter dari permukaan tanah. Apa yang ia kenakan dan bagaimana kondisi dirinya memperlihatkan bagaimana kehidupan masa lalu Cina. Dari ujung rambut hingga ujung kaki, bisa disebutkan kondisi mumi ini sangat lengkap dan baik.

Sumber: republika.co.id

ICW: Menangnya Tommy Cermin Lemahnya Pemerintah

ICW: Menangnya Tommy Cermin Lemahnya Pemerintah
Tommy Soeharto


Menangnya gugatan perdata putera mantan presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putera alias Tommy Soeharto, atas sejumlah aset senilai 36 Juta Euro di Gurnsey dituding sebagai bukti lemahnya pemerintah. Aktivis Indonesian Corruption Watch, Adnan Topan Husodo, menuding pemerintah melalui Kejaksaan Agung tidak mampu membuktikan bahwa kekayaan tersebut didapatkan dari tindak kejahatan. Sehingga meski sudah lama dibekukan, ungkapnya, Pengadilan Gurnsey memenangkan gugatan Tommy.

"Ya ini mencerminkan kelemahan Pemerintah Indonesia dalam menyiapkan segala hal terkait upaya penyitaan perampasan, pengambilalihan rekening Tommy, yang diduga berasal dari sumber-sumber kejahatan," tegas Adnan saat dihubungi Republika, Selasa (8/3).

Adnan menambahkan, seharusnya pemerintah berusaha lebih keras dalam perburuan aset tersebut. Ia menyebutkan salah satu program dari Bank Dunia, yakni Star (Stolen Asset Recovery). Program itu, ujarnya, merupakan upaya Bank Dunia untuk membekukan aset para pemimpin diktator yang ada di luar negeri. "Tapi tidak dilakukan Indonesia," ungkapnya.

Adnan menjelaskan program Bank Dunia itu memberikan bantuan kepada negara-negara dengan eks pemimpin koruptor untuk melakukan pengambil-alihan aset. Kalau pun keluarga pengemplang aset tersebut mengajukan gugatan perdata, ujarnya, Bank Dunia dapat memberikan bantuan kepada pemerintah baru untuk perlindungan aset. "Bisa ada penyertaan ekspert," ujarnya. Negara-negara yang tergolong berhasil setelah masuk program star, ujarnya, yakni Nigeria, Peru, Filipina.

Cuma, Adnan mengungkapkan dengan kondisi saat ini maka Jaksa Pengacara Negara harus mencari bukti baru (novum) untuk membuktikan bahwa kekayaan Tommy bersumber dari kejahatan. Untuk itu, ia meminta keseriusan pemerintah dalam melakukan gugatan lanjutan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto memenangkan perkara melawan otoritas keuangan Guernsey, Financial Intelligence Service (FIS), terkait dana 36 juta euro. Pengadilan Banding Guernsey (Guernsey Court of Appeal) menyatakan FIS tidak berhak membekukan uang Tommy yang disimpan di Banque Nationale de Paris (BNP) Paribas itu.

Sumber: republika.co.id

Cabai Terpedas di Dunia

Di Manakah Tumbuh Cabai Terpedas di Dunia?
Spesies cabai super dengan skala pedas tak terhingga dan ditahbiskan 
sebagai cabai terpedas di dunia.


Jenis cabai ini diklaim berasal dari tempat kelahiran mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher. Namun kini pasar di kota Grantham di Lincolnshire telah memproduksi untuk komoditas ekspor setelah produsen lokal menumbuhkan cabai terpedas di dunia di wilayah tersebut.

Berada pada ukuran 1,17 juta pada Skala Scoville--sebuah ukuran resmi panas pedas-- Cabai Infinity (tanpa batas), julukan cabai itu, begitu panas hingga menghasilkan peringatan kesehatan.

Dikembangbiakkan oleh Nick Woods, 39 tahun, cabai tersebut--yang dipelihara dalam sebuah rumah kaca--dicatat dalam Guinness Book of Records setelah mengalahkan rekor paling pedas sedunia gelar yang sebelumnya dipegang 'Bhut Jolokia', dari India.

Woods yang menjalankan bisnis pribadinya, Fire Foods, dari rumahnya di Grantham, mengaku menumbuhkan cabai pemecah rekor dunia itu tidak dengan sengaja.

"Saya tidak melihat ia tumbuh. Anda tahu bukan sangat mudah bagai tanaman cabai untuk tumbuh di dalam rumah kaca. Suatu hari saya hanya melihat ada tanaman cabai baru telah tumbuh," kata Woods.

"Ketika saya coba, rasanya enak di awal, seperti rasa buah yang aneh, efeknya baru terjadi kemudian. Seperti dihantam, semua terjadi tiba-tiba. Bagian belakang tenggorokan saya serasa terbakar, begitu panas sehingga saya tidak bisa berbicara," tuturnya.

"Saya mulai gemetar tak terkendali hingga harus duduk. Secara fisik saya merasa sakit. Saya benar-benar tak akan merekomendasikan siapa pun untuk memakan mentah-mentah seperti itu."

Mantan staf di Royal Air Force itu memulai bisnis cabainya lima tahun lalu setelah diberi satu jenis cabai oleh seorang teman. "Kami sungguh merasa terhormat dengan adanya cabai ini karena dunia telah mendengar bahwa Guinness Book of World Records telah mencatatnya".

Sumber: republika.co.id

Resep Rahasia Coca-Cola 'Terungkap'

Psst... Resep Rahasia Coca-Cola 'Terungkap'
Coca Cola

Adakah orang yang pernah tahu resep asli Coca-Cola? Racikan minuman yang diciptakan oleh John Pemberton, seorang pakar farmasi pengobatan pda 1886 selama ini dianggap misteri.

Namun, sebuah laman bernama, Thisamericanlife.org, mengklaim telah menemukan sebuah daftar dalam artikel surat kabar yang terpotret. Artikel itu memberi petunjuk bahan-bahan serta takaran tepat untuk menghasilkan minuman yang dikenal di seantero dunia itu.

Surat kabar Atlanta Journal-Constitution edisi 8 Februari 1979 memiliki foto seseorang yang memegang sebuah buku dengan resep yang diklaim adalah tiruan tepat resep Pemberton, demikian tulis Telegraph, Kamis (17/2).

Daftar dalam buku berjudul Merchandise 7X, dilaporkan mengandung takaran pas dari minyak berbeda untuk menghasilkan resep rahasia Coca-Cola

Meski hanya menghasilkan satu persen dari formula total minuman tersebut, Merchandise 7X dianggap sebagai resep yang memberikan rasa unik pada minuman ringan populer tersebut.

Resep asli? Jangan ditanya, hingga kini resep resmi Coca Cola dilaporkan dijaga ketat selama 24 jam dalam lemari besi tebal di Georgia, Atlanta, Amerika Serikat.

Penasaran dengan racikan rahasia versi Merchandise, tengok daftar dibawah berikut:
Ekstrak Coca cair 3 drams USP (+ 3/4 sendok teh)

Asam Sitrat 3 oz (88.7205887 ml/85 gram).

Kafeine 1oz (28 gram/30 ml)

Gula 30 (Dalam foto artikel tidak jelas berapa takaran yang dibutuhkan)

Air 2,5 galon

Jus Lemon 2 pints 1 qrt (946 ml)

Vanila 1oz (28 gram/30 ml)

Karamel 1,5oz (32gram/45ml) atau lebih untuk mewarnai

7X penguat rasa (gunakan 2oz (60 ml/56gram) penguat rasa sebagai satuan hingga 5 gils sirup/0,59 liter):

Alkohol 8oz (224 grams/240 ml)

Minyak Jeruk 20 tetes

Minyak Lemon 30 tetes

Minyak biji pala 10 tetes

Minyak ketumbar 5 tetes

Minyak neroli 10 tetes

Minyak kayu manis 10 tetes

Sumber: republika.co.id

Mobil Tua Presiden Ahmadinejad Laku 2,5 Juta Dolar AS

Mobil Tua Presiden Ahmadinejad Laku 2,5 Juta Dolar AS
Mobil Sedan Peugeot seri 504 tahun 1977, ilustrasi


Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, dikabarkan melelang mobil tuanya, yang juga mobil kerjanya, untuk sebuah acara amal. Mobil presiden bersahaja itu adalah sebuah sedan merek Peugeot buatan 1977.

Mobil 'antik' itu akhirnya laku terjual, baru-baru ini. "Mobil Presiden Ahmadinejad, Peugeot 504 terjual seharga 2,5 juta dolar AS kepada seorang warga Iran yang mengikuti lelang," demikian dikabarkan Isna, Rabu.
Padahal harga mobil sejenis di pasar loak paling tinggi hanya 2.000 dolar AS. Sebuah perayaan penyerahan kunci mobil presiden itupun sudah digelar.
Uang hasil lelang itu akan digunakan untuk pembangunan rumah orang miskin. Lelang dilakukan lewat internet. Uniknya, selain warga Iran yang ikut lelang, ternyata peserta lelang terbanyak berasal dari Amerika Serikat. Padahal AS adalah musuh Iran.

Ahmadinejad sudah menggunakan mobil tuanya sejak ia menjadi Wali Kota Teheran. Pada 2005, pria yang jarang mengenakan dasi ini terpilih menjadi Presiden Iran.

Sumber: republika.co.id

Tembikar di Kapal VOC dari China-Vietnam

 
Pecahan tembikar dari Kapal VOC Mentawai


Tempo/Eko Siswono Toyudho

 

Harta Karun VOC Tersapu Tsunami


Sejarawan Universitas Andalas Profesor Gusti Asnan meminta pemerintah segera mengangkat bangkai kapal kuno yang diduga milik VOC yang ternggelam di perairan Mentawai, Sumatera Barat. Pengangkatan kapal ini diharapkan mampu menguak kejayaan daerah-daerah di Pantai Barat Sumatera.
“Paling tidak pengangkatan kapal ini akan membuka kembali sejarah kemajuan daerah di pesisir pantai terutama Padang,” kata Profesor Gusti Asnan, Senin, 7 Maret 2011.

Sejauh ini, barang kuno yang berada di lambung kapal masih misteri. Hasil temuan sementara, hanya tembikar, gerabah, dan keramik, yang diduga buatan abad ke XII yang baru ditemukan di sekitar lokasi bangkai kapal.

Sejumlah kemungkinan pun diutarakan Gusti Asnan terkait keberadaan kapal ini. Hasil diskusi internal sejumlah arkeolog di Unand mengaitkan tentang keberaadaan kapal. Opsi pertama, kapal tersebut tenggelam pada masa milenium pertama yakni abad ke VI hingga abad ke VII.

”Hal itu  bisa diterima karena pada masa itu Kota Barus (sebelah utara Sumatera Utara berbatasan dengan Aceh) menjadi pusat perdagangan,” kata Gusti. Rata-rata, pedagang yang melewati perairan Samudera Hindia berasal dari India.

Hanya saja, peluang ini kecil karena belum ada kapal dagang berukuran besar yang melewati perairan Samudera Hindia pada waktu itu. Saat itu, kejayaan Barus kalah oleh Kerajaan Sriwijaya sedang berjaya di Selat Malaka. Sehingga kecil sekali kemungkinan kapal lewat Samudera Hindia untuk menuju Banten.

Opsi kedua yakni kapal ini merupakan kapal dagang milik VOC yang berdagang melintasi Samudera Hindia pada abad ke XVI. Keyakinan ini diperkuat dengan penguasaan Malaka oleh Portugis yang membuat kapal dagang Eropa mengalihkan jalur perdagangan dari Selat Malaka ke Samudera Hindia menuju Banten.

Hal itu diperkuat dengan temuan tembikar, gerabah, dan keramik, yang menurut peneliti yang sampai di lokasi kapal tersebut menyatakan bahwa barang kuno itu buatan China dan Vietnam. ”Ini yang memperkuat dugaan kita bahwa kapal dagang itu milik VOC,” katanya.

Sebelum dilakukan uji karbon pada barang-barang yang ditemukan tersebut, menurutnya, semua kemungkinan bisa saja terjadi. Untuk menghindari sejumlah spekulasi tersebut, ia berharap, pemerintah segera melakukan terhadap kapal dan melakukan kajian terhadap muatannya.

Menurut informasi awal, kapal yang terseret arus bawah tsunami 25 Oktober 2010 lalu memiliki panjang sekitar 50 hingga 60 meter. Kondisi kapal dikabarkan dalam keadaan baik dengan satu tiang utama di lambung tengah kapal. Tim peneliti dari barang muatan kapal tenggelam (BMKT) menduga serpihan tembikar, keramik, gerabah, yang ditemukan di pinggir pantai Pulau Sandiang, Mentawai, berasal dari abad ke XII.

VIVAnews

Aspri Soekarno Diminta Soeharto Cairkan Hubungan RI-Tiongkok

Soekarno, Soeharto (AFP)

 

Peran penting Aspri Bung Karno

 

Mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel (Pur) Maulwi Saelan mengungkapkan bahwa asisten pribadi Presiden Soekarno yakni Sze Tu Mei Sen pernah diminta Presiden Soeharto untuk membantu upaya-upaya pencairan hubungan Republik Indonesia dengan Republik Rakyat Tiongkok.

"Setelah Bung Karno terguling (1967-1968), belasan tahun kemudian Sze Tu Mei Sen diperlukan Soeharto. Pada tahun 1981, Soeharto memerintahkan Benny Moerdani mencari Mei Sen di Hong Kong. Mei Sen diminta kembali ke Indonesia, karena ada sesuatu yang perlu dibicarakan dengannya mengenai hubungan Indonesia dengan RRT (Republik Rakyat Tiongkok)," katanya di Jakarta, Senin petang.

Berbicara pada acara "Mengenang Sze Tu Mei Sen" yang dihadiri Ketua MPR Taufik Kiemas, Presiden RI kelima Megawati Soekarnoputri, mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta, mantan Sekjen Dephut Suripto, Ketua Lembaga Kerja Sama Ekonomi, Sosial, Budaya Indonesia China Sukamdani Sahid Gitosardjono dan Dubes RRT untuk Indonesia Ny Zhang Qiyue, mantan Ketua LIPI Umar Anggara Djenie, ia banyak mengungkap sejarah yang belum banyak diketahui publik.

Sze Tu Mei Sen, adalah warga Indonesia kelahiran Sukabumi, Jawa Barat yang lahir tahun 1928 dan meninggal pada 13 Oktober 2010 di Macau.

Ia dikenal sebagai wartawan harian "Sinpo" edisi Tiongkok yang meliput di Istana Kepresidenan pada masa Presiden Soekarno, yang akhirnya diangkat menjadi asisten pribadi (Aspri), dan seangkatan dengan salah satu pendiri LKBN-ANTARA Adam Malik.

Menurut Maulwi Saelan, sebetulnya Sze Tu Mei Sen tidak punya salah apa-apa yang mengharuskannya menyingkir dari Indonesia, kecuali bahwa ia adalah Aspri Presiden RI, yang tugas utamanya memelihara hubungan baik dengan RRT.

Singkat cerita, Saelan --yang populer sebagai penjaga gawang tim nasional Indonesia saat melawan Uni Sovyet--dalam situasi krisis tahun 1965, semua yang terkait dengan lingkaran Soekarno mesti disingkirkan.
Ketika Mei Sen siap berangkat keluar negeri melalui bandara Kemayoran, tercium oleh penguasa militer, yang segera mengirimkan perwira berpangkat Letkol, untuk mencegahnya berangkat.

Beruntung, katanya, Mei Sen masih diperkanankan oleh sang perwira menelepon istana memberitahukan pencegahan keberangkatannya. Secara kebetulan, yang menerima telepon adalah Kepala Kabinet Presiden, Djamin, yang langsung melaporkannya kepada Bung Karno.

Lewat telepon Djamin menyampaikan perintah agar Sze Tu Mei Sen kembali ke istana, dan perintah itu dilaksanakan.

Menurut dia, alasan untuk mencegah keberangkatan Mei Sen, karena ia sebagai Pimpinan Umum Surat Kabar "IBUKOTA" berbahasa Mandarin, dituduh mendukung Gerakan 30 September, padahal surat kabar itu diterbitkan atas kerja sama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta Raya.


Mengawal

Ia mengemukakan, sebagai Wakil Komandan Tjakrabirawa (Paspampres), dirinya dipanggil Bung Karno dan diperintahkan pagi hari mengawal Sze Tu Mei Sen ke bandara Kemayoran dan menaikkannya ke pesawat terbang yang akan menerbangkan ke luar negeri dengan aman.

"Karena keberangkatan Mei Sen dianggap ada bau politiknya, maka saya dan staf memikirkan alasan yang masuk akal untuk meloloskannya. Mei Sen ketika itu merangkap sebagai Sekretaris Tim Kesehatan Presiden RI. Kebetulan waktu itu dokter pribadi Presiden Soekarno, dr Lauw Ing Tjong juga akan berangkat ke Eropa mencarika obat untuk penyakit Bung Karno, maka diputuskan Mei Sen ikut berangkat ke Eropa dengan tugas yang sama," katanya.

Menurut Maulwi Saelan, waktu itu tim dokter dari RRT masih membantu merawat Bung Karno, tetapi belakangan diketahui musuh-musuh Bung Karno memfitnah bahwa para dokter itu terlibat Gerakan 30 September, sehingga harus meninggalkan Indonesia seketika.

"Dengan bantuan petugas Kodam, tugas memberangkatkan Mei Sen ke luar negeri dapat saya selesaikan dengan baik," katanya.

Sze Tu Mei Sen, katanya, kemudian selamat sampai di Belanda, dan dari sana melanjutkan perjalanan ke Hong Kong yang masuk wilayah Inggris.

Kemudia, ia pergi ke Macau, yang waktu itu masih masuk jajahan Portugal, dan mengadu peruntungan hidup di tempat baru itu. Karena keuletannya, usaha bisnisnya sukses dan berkembang hingga sekarang.

Mengenai permintaan Soeharto, dikemukakan bahwa Mei Sen bersedia kembali ke Indonesia jika keamanannya dijamin, karena ia trauma tahun 1965 dan belum dapat dilupakannya.

Mei Sen kemudian mengontak Wakil Presiden Adam Malik saat itu, dan melalui sekretarisnya memberikan jaminan dan keadannya sudah aman.

"Sze Tu Mei Sen segera berangkat ke Indonesia yang langsung diterima oleh Jenderal Soeharto di kediamannya Jalan Cendana, Jakarta,` katanya.

Dalam perkembangannya, atas peran Sze Tu Mei Sen yang diminta bantuan oleh Soeharto, kemudian hubungan diplomatik RI-RRT dapat kembali pulih, yang sebelumnya ditandai dengan misi-misi "people to people".

Antara

Sumber: id.yahoo.com

Nusantara Memendam Atlantis?

Gambaran Kota Atlantis yang hilang ditelan lautan (The Sun)
 
 
Dianggap benua yang hilang, Atlantis memancing aneka spekulasi ilmiah. Fakta atau mitos?
 
Atlantis adalah misteri yang menggoda para ilmuwan, dan kaum spritualis untuk menelisik kembali peradaban maju manusia yang, konon, hilang. Setidaknya, ribuan buku telah ditulis ihwal legenda itu.

Pada mulanya adalah Plato (427-347 SM), filsuf Yunani, mencatat cerita soal benua hilang itu dalam dua karyanya, Timaeus dan Critias. Keduanya adalah karya terakhir Plato, yang ditulis pada 347 SM. Pada tahun sama pula Plato meninggal. Dikisahkan di kedua karya itu, Atlantis adalah kota dengan peradaban tinggi dan teknologi sangat maju.

Atlantis, kata Plato, punya kekuatan maritim dahsyat, dan berada di depan "Pilar-pilar Hercules." Tanahnya subur, rakyatnya makmur. Dia semacam surga di bumi, yang wilayahnya meliputi barat Eropa hingga Afrika. Plato mengatakan, Atlantis  hadir sekitar 9.000 tahun sebelum mazhab Solon, atau 9.600 tahun sebelum zaman Plato hidup.

Kejayaan Atlantis, kata Plato, mulai pudar setelah gagal menguasai Athena, negeri para dewa dan dewi. Petaka menimpa Atlantis sehingga pulau itu hilang ditelan laut dalam hitungan hari. Para penghuni yang selamat pergi mencari tempat baru. Atlantis akhirnya menjadi "surga yang hilang."

Memang, banyak orang ragu pada cerita Plato yang mirip dongeng itu. Tapi, seperti dijelaskan Alan Cameron dalam buku "Greek Mythography in the Roman World" terbitan Oxford (2004), mitologi adalah tiang bagi budaya elit bangsa Yunani. Meski banyak yang meragukan kebenarannya, tapi kisah itu bisa jadi refleksi peristiwa tertentu di masa lalu.

Atlantis, misalnya, menjadi diskusi menarik setelah Zaman Pencerahan. Ada bantahan, parodi, hingga penjelasan ilmiah. "Tampaknya hanya di zaman modern orang-orang menganggap serius kisah Atlantis," tulis Cameron.

Ada yang menyebut cerita itu diilhami kisah masa lalu, seperti letusan Gunung Thera atau Perang Troya. Atau simak juga klaim bahwa Plato terilhami sejumlah peristiwa kontemporer di masanya, seperti runtuhnya dinasti Helike pada 373 SM. Atau, gagalnya invasi militer Athena atas Pulau Sisilia pada perang tahun 415-413 SM.

Di awal peradaban moderen, kisah Atlantis itu dihidupkan kembali oleh para penulis aliran humanis di era Renaissance Eropa. Salah satunya Francis Bacon, yang menerbitkan esei berjudul "New Atlantis" pada 1627.

Dalam tulisannya, Bacon melihat Atlantis sebagai suatu masyarakat utopis yang dia sebut Bensalem. Letaknya di pesisir barat benua Amerika. Penulis lain tak mau kalah. Olaus Rudbeck, melalui tulisannya pada 1679, beranggapan Atlantis berada di negara kelahirannya, Swedia. Negara itu disebut Rudbeck sebagai awal lahirnya peradaban, termasuk bahasa.

Ilmuwan kenamaan Inggris, Sir Isaac Newton pun unjuk pendapat. Pada 1728, penemu teori gravitasi itu menerbitkan karya berjudul "The Chronology of the Ancient Kingdoms Amended."  Newton juga penasaran mempelajari penjelasan mitologis terkait Atlantis.

Meski tak menyinggung khusus Atlantis, Newton memaparkan peristiwa bersejarah di sejumlah tempat, yang punya masa gemilang mirip Atlantis versi Plato. Misalnya,  kejayaan Abad Yunani Kuno, Kekaisaran Mesir, Asuriah, Babilonia, Kuil Salomo, dan Kerajaan Persia.

Mitologi Atlantis juga membuat rezim Nazi di Jerman terusik. Pada 1938, seorang pejabat tinggi polisi khusus Nazi, Heinrich Himmler, kabarnya membentuk tim ekspedisi ke Tibet. Soalnya, ada cerita Atlantis itu dibangun bangsa Arya, nenek moyang orang-orang Jerman. Misi itu gagal. Keyakinan Nazi itu belakangan diragukan sejumlah ilmuwan.

Jejak di Nusantara

Perburuan, dan spekulasi keberadaan Atlantis terus dicari sepanjang zaman. Sejumlah karya lahir, dan menunjukkan daerah tertentu diduga bagian dari 'Kejayaan yang Tenggelam' itu.

Indonesia juga masuk dalam daftar spekulasi para peneliti dan peminat mitologi Atlantis. Misalnya, Profesor Arysio Santos dari Brazil. Dia geolog dan fisikawan nuklir. Lalu, ada ahli genetika dari Oxford, Inggris, Profesor Stephen Oppenheimer. Keduanya menduga wilayah Indonesia memendam sisa-sisa 'Surga Yang Hilang' itu.

Santos menampilkan peta wilayah Indonesia dalam bukunya yang terbit pada 2005, "Atlantis: The Lost Continent Finally Found." Benua hilang itu kemungkinan berada di sebagian Indonesia dan Laut China Selatan, demikian keyakinan Santos. Dalam karya itu, dia mengklaim telah melakukan riset perbandingan, seperti kondisi wilayah, cuaca, potensi sumber daya alam, gunung berapi, dan pola hidup masyarakat setempat.

Dalam buku itu, dia berhipotesis, wilayah Nusantara dulunya adalah Atlantis. Bagi Santos, indikasi itu antara lain soal luas wilayah. Seperti dikatakan Plato, Atlantis “lebih besar dari gabungan Libya (Afrika Utara) dan Asia (Minor)”. Indonesia, oleh Santos, dianggap cocok dengan karakter geografi itu.

Video wawancara Santos di laman YouTube, menampilkan dia tak ragu bahwa Atlantis benar-benar ada, dan bukan sekedar mitos. Santos menjelaskan mengapa selama ini para ilmuwan gagal menemukan Atlantis, dan ragu akan keberadaan kota yang hilang itu. "Karena mereka mencarinya di tempat yang salah. Mereka mencarinya di Laut Atlantis," kata dia dalam wawancara di YouTube, seperti dimuat laman Hubpages.

Anggapan Atlantis berada di Samudera Atlantis, memang logis. Namun, itu bukan lokasi yang tepat. "Atlantis berada di Lautan Hindia [Indonesia], di belahan lain bumi," kata dia. Di belahan bumi timur itulah, peradaban bermula. Namun, kata dia, Samudera Hindia atau Laut China Selatan sebagai lokasi Atlantis hanya batasan. "Lebih pastinya di Indonesia," lanjut Santos.

Sebelum zaman es berakhir 30.000 sampai 11.000 tahun  lalu, di Indonesia terdapat daratan besar. Saat itu permukaan laut 150 meter lebih rendah dari yang ada saat ini. Di lokasi itulah tempat adanya peradaban. Sementara, sisa bumi dari Asia Utara, Eropa, dan Amerika Utara masih diselimuti es.

Pulau-pulau yang tersebar di Indonesia dianggap sebagai puncak gunung, dan dataran tinggi dari suatu benua yang tenggelam akibat naiknya permukaan air laut, dan amblesnya dataran rendah di akhir Masa Es Pleistocene. Itu terjadi sekitar 11.600 tahun lampau. "Itu adalah rentang waktu sama dengan dipaparkan Plato dalam dialog ciptaannya saat menyinggung Atlantis," tulis Santos pada bagian pendahuluan di bukunya.

Berbeda dengan keyakinan para peneliti sebelum atau pada generasi Santos, dia pun optimistis bahwa Indonesia, yang disebut sebagai bekas peninggalan Atlantis, menjadi cikal bakal lahirnya sejumlah peradaban kuno.

Para penghuni wilayah yang selamat dari naiknya permukaan air laut dan letusan gunung berapi akhirnya berpencar mencari tempat-tempat. Mereka "pindah ke wilayah-wilayah yang kini disebut India, Asia Tenggara, China, Polynesia, Amerika, dan Timur Dekat," tulis Santos.

Penjelasan serupa juga dikemukakan penulis asal Inggris, Stephen Oppenheimer, dalam buku "Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia" (1998). Dia menulis suatu benua yang tenggelam akibat banjir bandang, dan naiknya permukaan air laut sekitar 7.000 hingga 14.000 tahun yang lampau.

Wilayah yang tenggelam itu berada di wilayah yang kini disebut sebagai Asia Tenggara. Oppenheimer menyebut benua tenggelam itu sebagai Sundaland. Para penghuni yang selamat saat itu lalu menyebar ke berbagai tempat hingga ke Eropa, membawa budaya dan pola hidup mereka. Itu sebabnya Oppenheimer berasumsi asal-usul ras Euroasia di Eropa bisa ditelusuri di Asia.

Oppenheimer pun yakin bahwa para penghuni Sundaland saat itu punya peradaban maju dari wilayah-wilayah lain. "Mereka sudah mengembangkan pola menyambung hidup, dari sekadar berburu binatang menjadi bertani, berkebun, mencari ikan, bahkan perdagangan melintas laut. Semua itu sudah dilakukan sebelum 5.000 tahun yang lampau," demikian penggalan asumsi dari Oppenheimer.

Sejarah selama ini mencatat induk peradaban manusia modern berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern berasal dari tanah Melayu yang sering disebut Sundaland, atau Indonesia.

Apa buktinya? "Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia," kata Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya di Jakarta, Oktober 2010. Tentu, pendapat ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Universitas Oxford itu, memberi paradigma berbeda dari yang ada selama ini bahwa peradaban paling awal berasal dari Barat.

Berbeda dengan Santos, Oppenheimer tak langsung menyimpulkan Sundaland adalah Atlantis. Dia sendiri mengakui butuh penelitian lebih lanjut, dan berharap ada kerjasama dengan peneliti di Indonesia, untuk menjelaskan Sundaland adalah Surga yang Tenggelam itu. Tapi, Oppenheimer meyakini Sundaland di wilayah Nusantara itu punya peradaban sangat maju di masanya.


Ilmu semu?
Pendapat Santos dan Oppenheimer mengenai jejak Atlantis dan Indonesia sebagai bekas pusat peradaban itu di satu sisi mengundang pesona. Tapi tak semua pihak percaya atas klaim itu. Menariknya, justru ilmuwan Indonesia sendiri mengkritik pandangan dua pengamat asing itu.

Profesor Riset Astronomi dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, meragukan cerita Atlantis itu. Bagi Djamaluddin, kisah Atlantis itu hanya sekadar cerita, dengan nilai ilmiah yang minim.
Dengan kata lain, penjelasan Atlantis yang dilontarkan para peneliti selama ini masuk dalam pseudosains, atau ilmu semu. "Ini bukan ilmiah. Ini pseudosains. Antara cerita dengan fakta ilmiah itu bercampur di sana," kata ilmuwan Indonesia, Thomas Djamaluddin, dalam perbincangan dengan VIVAnews beberapa waktu lalu.

Tapi kata Djamaluddin, Atlantis tak lebih dari sekadar cerita karangan Plato yang melegenda. "Kalau itu dijadikan fakta ilmiah sejarah geologi, Plato itu hanya berdasarkan pemahaman dia. Plato tak menyebutkan data," jelas Djamaluddin.

Peneliti lulusan lulusan Kyoto University, Jepang, itu juga menilai sejarah geologi tak memperlihatkan Indonesia adalah Atlantis. "Tulisan sejenis Santos ini sudah beredar lama. Itu hanya dugaan saja," ujarnya.
Bantahan lain, misalnya datang dari geolog senior dari BP Migas, Awang Satyana. Dalam satu acara bedah buku Santos, sekitar dua tahun silam, Awang mengatakan Santos tak mengajukan bukti dan argumentasi geologi.
Sundaland, kata Awang, adalah paparan benua stabil yang tenggelam 15.000 – 11.000 tahun lalu oleh proses deglasiasi akibat siklus perubahan iklim.   “Bukan oleh erupsi volkanik. Erupsi supervolcano justru akan menyebabkan musim dingin dalam jangka panjang,” ujar Awang. 
Bahkan soal migrasi manusia Sundaland ke sekujur bumi, kata Awang, berlawanan dengan bukti penelitian migrasi manusia modern secara biomolekuler.
Pakar geologi dari Universitas Padjajaran, Oki Oktariadi, mengingatkan dugaan lokasi Atlantis bukan hanya Indonesia. Ada banyak wilayah seperti Andalusia, Pulau Kreta, Santorini, Tanjung Spartel, Siprus, Malta, Ponza, Sardinia, Troy, dan lain-lain.

"Hasil penelitian terbaru oleh Kimura's (2007) menemukan beberapa monumen batu di bawah perairan Yonaguni, Jepang yang diduga sisa-sisa dari peradaban Atlantis atau Lemuria," demikian paparan Oktariadi dalam makalahnya yang berjudul "Benarkah Sundaland itu Atlantis yang Hilang?"

Walau kebenarannya masih diragukan, bagi Oktariadi, penelitian itu punya nilai positif bagi Indonesia. Setidaknya, negeri ini lebih dikenal di dunia internasional, khususnya di antara para peneliti di berbagai bidang. "Pemerintah Indonesia perlu menangkap peluang ini,”  tulis Oktariadi.

Renne R.A Kawilarang, Elin Yunita Kristanti, Ismoko Widjaya 

• VIVAnews

Berburu Piramida Nusantara


Gunung Sadahurip, Garut Jawa Barat (VIVAnews/ Ahmad Rizaluddin)


Gunung Lalakon, Soreang Bandung (VIVAnews/ Ahmad Rizaluddin)



Sekelompok orang menelisik peradaban tinggi masa silam. Ada bukit menyimpan piramida?


Mentari nyaris berada di atas ubun-ubun, saat empat mobil menepi di pinggiran Jalan Raya Soreang-Cipatik, medio Februari 2011. Siang itu, Kampung Badaraksa yang terletak di lereng bukit, kedatangan tamu.

Rombongan itu menyusuri  jalan kecil mendaki di tengah pemukiman penduduk, hendak menuju ke atas puncak Gunung Lalakon, yang terletak di Desa Jelegong, Kecamatan Kotawaringin, Kabupaten Bandung.
Dari Kampung Badaraksa yang berada di ketinggian sekitar 720 m di atas permukaan laut, mereka bergegas naik memutari bukit dari bagian selatan ke barat.

Sambil membawa berbagai peralatan dan beberapa gulungan besar kabel, rombongan membelah hutan gunung. Derap langkah kaki mereka seolah berkejaran dengan ritme suara jengkerik, dan tonggeret di kanan-kiri.

Tim yang terdiri dari sekelompok pemuda dan para peneliti itu, akhirnya sampai di puncak setinggi 988 meter dari permukaan laut.

Kabel direntang. Tim mulai memasang alat geolistrik yang mereka bawa. Sebanyak 56 sensor yang dipasangi altimeter (alat pengukur ketinggian) diuntai dari puncak bukit ke bawah lereng, masing-masing berjarak lima meter, dicatu oleh dua aki listrik.

Alat-alat itu berfungsi mendeteksi tingkat resistivitas batuan, dan bisa digunakan menganalisa struktur kepadatan batuan hingga ratusan meter ke bawah.  “Tujuan kami saat itu mengetahui apakah ada bangunan tersembunyi di dalam gunung,” kata Agung Bimo Sutedjo, kepada VIVAnews, di Jakarta, Selasa, 15 Februari 2011.
***

Agung adalah Pendiri Yayasan Turangga Seta, organisasi yang punya hajat penelitian di gunung itu. Bak tokoh fiksi Indiana Jones, awak Turangga Seta memang punya kegemaran memburu jejak sejarah. Bukan atas hasrat memiliki, tapi mengungkap kegemilangan sejarah nenek moyang di masa lalu.
Komunitas itu berdiri sekitar 2004, digawangi oleh sekelompok profesional di berbagai bidang. Ada pengajar, kontraktor bangunan, pegawai negeri sipil, karyawan perusahaan swasta, juga mahasiswa. Beberapa di antara mereka punya kepekaan lebih terhadap kehadiran gaib, atau istilah keren mereka: parallel existence.

“Kami ini semua anak-anak MIT. Bukan Masachussetts Institute of Technology, tapi Menyan Institute of Technology,” kata anggota Turangga Seta Hery Trikoyo, bergurau. Sebab, dalam melakukan perburuan terhadap situs sejarah, kadang mereka mendapat sokongan informasi lokasi dari ‘informan tak kasatmata’.
Namun, karena dasarnya mereka adalah anak-anak yang mengenyam pendidikan tinggi, dorongan mereka membuktikan informasi tersebut, mengalir deras. Tak jarang para ‘arkeolog partikelir’ ini keluar malam-malam usai jam kerja, untuk menggali sebuah tempat demi membuktikan kebenaran hipotesa mereka.
Setelah mereka menemukan benda sejarah yang mereka maksud, lalu mereka menimbunnya kembali, tanpa diketahui oleh masyarakat umum. “Kami khawatir bila diketahui banyak orang, malah diambil atau dicuri,” kata Agung.

Kali ini, kedatangan mereka ke Gunung Lalakon dalam rangka membuktikan teori mereka, bahwa ada sejumlah piramid di Indonesia. Salah satu informasi awal didapatkan dari tafsiran mereka terhadap relief Candi Penataran.

Turangga Seta percaya bahwa kebudayaan Nusantara lebih tua daripada Kebudayaan Sumeria, Mesir, atau Maya. Mereka haqul yakin Indonesia memiliki situs candi atau piramida yang lebih banyak dan lebih megah dari peradaban Mesir dan Maya.

“Ada ratusan piramida di Indonesia, dan tingginya tak kalah dari piramida Giza di Mesir yang cuma 140-an meter,” kata Agung. Meski masih harus diuji secara ilmiah, pandangan Agung senada dengan teori Profesor Arysio Santos, yang menyebutkan Indonesia adalah peradaban Atlantis yang hilang.

Keyakinan ini tentu saja membuat banyak orang mengernyitkan dahi.  Turangga Seta sempat mem-post keyakinan mereka ihwal keberadaan piramida di Indonesia di sebuah forum online. lengkap dengan foto-fotonya. Hasilnya, mereka menuai cemoohan dan tertawaan. “Nanti, kalau semuanya terbukti, mereka tak bisa lagi tertawa,” kata Agung berapi-api.
***

Agung mungkin sedang sesumbar. Tapi, bisa juga tidak. Usai pengujian geolistrik di Gunung Lalakon, para peneliti yang datang bersama Agung cs. terbengong-bengong. Mereka bukan sembarang peneliti. Mereka adalah peneliti papan atas. Beberapa adalah pakar geolog ternama, yang kredibilitasnya tak diragukan. Tapi karena datang atas nama pribadi, kehadiran mereka di sana tak mau diungkap.

Setidaknya, kekaguman mereka sempat diabadikan dalam sebuah rekaman video milik tim Turangga Seta yang disaksikan VIVAnews. “Selama ini saya tidak pernah menemukan struktur subsurface seperti ini. Ini unnatural (tidak alamiah - red),” kata pakar geologi yang wajahnya sering terlihat di berbagai stasiun TV itu.
Lazimnya, sebuah lapisan tanah atau lapisan batuan akan menyebar merata secara menyamping atau horisontal. Tapi hasil uji geolistrik menyatakan terdapat semacam struktur bangunan yang memiliki bentuk seperti piramida, dan di atasnya terdapat lapisan batuan tufa dan breksi dengan pola selang-seling secara bergantian.

Pola batuan tufa dan breksi ini berulang secara melintang bukan mendatar, dengan kemiringan sama. “Seolah-olah piramida ini diuruk dan dibronjong secara sengaja, agar tak longsor,” kata Hery, yang berprofesi sebagai konsultan kontraktor bangunan.

Dalam lanjutan rekaman video berikutnya, pakar geologi tadi menunjuk sebuah bentukan berwarna biru. Dalam hasil uji geolistrik, warna biru menandakan sebuah tempat yang punya resistivitas paling rendah.  “Ini mungkin semacam rongga yang bisa berisi air atau tanah lempung,” pakar geologi itu menerangkan. Bentukan tadi menyerupai semacam pintu.

Yang jelas, pakar geologi itu melanjutkan, kemungkinan besar temuan itu adalah struktur buatan manusia, karena proses alamiah sepertinya tak mungkin menghasilkan pola batuan semacam itu. “Ini jelas man-made,” kata dia.

VIVAnews sempat mengkonfirmasi salah satu pakar geologi yang turut dalam penelitian ke Gunung Lalakon bersama tim Turangga Seta. Awalnya ia menampik, dan mengatakan tak tahu-menahu keberadaan struktur bangunan mirip piramida di bawah Gunung Lalakon. Tapi belakangan secara tersirat ia mengakui hal itu.
“Saya no comment,” kata geolog kawakan Andang Bachtiar kepada VIVAnews, Rabu, 23 Februari 2011. Lebih jauh, mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) itu mengatakan hasil analisis itu masih belum bisa menyimpulkan apa-apa. Masih banyak hal yang perlu dibuktikan, kata Andang.

Tapi Andang kemudian mengaku, selain ke Gunung Lalakon di Bandung, juga ia mendampingi tim Turangga Seta menguji bukit serupa di daerah Sukahurip, Pengatikan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Menurut Agung, timnya sudah melakukan pengujian geolistrik dan uji seismik di 18 titik di beberapa tempat di Indonesia. Di Bandung dan di Garut, mereka mendapat hasil kurang lebih sama. Semua serupa: indikasi adanya sebuah struktur bangunan yang mirip piramida di bawah bukit.

Bedanya, di bukit-piramida di Garut tak dijumpai adanya rongga seperti pintu, seperti halnya di Bandung. “Mungkin karena kami hanya mengujinya di salah satu bagian lereng bukit saja,” kata Hery Trikoyo.  Sayang, Turangga Seta masih menutup rapat hasil uji mereka di tempat lainnya.
***

Turangga Seta mengklaim masih ada ratusan piramida lain yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu pentolan Turangga Seta lainnya, Timmy Hartadi, dalam laman Facebook mereka mengatakan bahwa piramida-piramida itu tersebar di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
(Lihat Infografik)

Klaim penemuan sebuah piramida tersembunyi di dalam bukit, tak hanya terjadi di Indonesia. Klaim ini juga sempat muncul di Bosnia. Pada 2006, seorang pengarang bernama Semir Osmanagic mengklaim penemuan ini, dan sempat mengatakan mereka menemukan piramida tersembunyi di bukit Visocica, kota Visoko, yang terletak di barat laut Sarajevo.

Osmanagic mengatakan penggalian piramida itu melibatkan arkeolog dari Australia, Austria, Irlandia, Skotlandia dan Slovenia. Namun, beberapa arkeolog yang disebut Osmanagic menolak klaim tersebut.
Seperti dikutip dari situs Archaeology.org, arkeolog dari Kanada yang disebut Osmanagic, Chris Mundigler mengaku tak pernah mendukung atau setuju bekerja di proyek tersebut. "Skema ini adalah sebuah kebohongan keji terhadap masyarakat awam, dan tak akan pernah mendapat tempat di dunia ilmu pengetahuan," kata pernyataan resmi dari Asosiasi Arkeolog Eropa.


Bagaimana dengan klaim piramid di Bandung dan di Garut?

Secara geomorfologis, bentuk Gunung Lalakon di Bandung maupun Gunung Sadahurip di Garut memang memiliki bentuk yang mirip dengan piramida. Mereka memiliki empat sisi yang nyaris simetris.

Gunung Sadahurip Garut (Credit: Turangga Seta)

“Bentuknya kok begitu simetris ya? Lancipnya sangat simetris,” ujar arkeolog senior Profesor Edi Sedyawati, saat dijumpai VIVAnews di kediamannya di Jakarta, Rabu, 23 Februari 2011.

Namun, kata Edi, klaim dan hasil uji geolistrik masih belum cukup untuk mendapatkan kesimpulan akhir.  Langkah selanjutnya adalah penggalian percobaan pengambilan sampel dengan memuat sebuah test bed untuk mengetahui apa benar ada indikasi lapisan-lapisan budaya dan ada bekas-bekas perbuatan manusia atau tidak.

“Tapi ini harus betul-betul penggalian arkeologi yang meminta izin kantor suaka purbakala dan melibatkan arkeolog, karena harus ada pertanggung jawaban dan laporan, dari mili ke mili (milimeter, red)," kata Edi Sedyawati.

Turangga Seta pun tengah mengusahakan izin pengambilan sampel tanah di Gunung Lalakon kepada Pemda Jawa Barat. “Kami hanya perlu menggali tanah di lokasi, selebar sekitar 3-4 meter dengan kedalaman sekitar 3 meter,” kata Agung.
***

Batu Tapak, Gunung Paseban, di dekat Gunung Lalakon Bandung




















Gunung Lalakon dikelilingi beberapa bukit lain seperti bukit Paseban, Pancir, Paninjoan, Pasir Malang. Di bukit Paseban ada tiga buah batu, yang dua di antaranya terdapat telapak kaki manusia dewasa, dan telapak kaki anak-anak.

Menurut Edi, bila benar batu telapak itu peninggalan sejarah, kemungkinan ini berasal dari zaman megalitikum. Batu telapak juga sudah dijumpai di tempat lain, seperti prasasti Ciaruteun, peninggalan Raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara. “Cap telapak kaki biasanya diabadikan sebagai monumen mengenang pemimpin suatu daerah,” kata Edi.


Cap kaki juga erat kaitannya dengan konsep Triwikrama atau tiga langkah yang berkembang di masa itu. Saat itu, mereka percaya bila seseorang hendak naik ke dunia dewa-dewa, mereka harus menjejak dengan keras agar dapat melompat tinggi sekali.

Sementara itu, di Gunung Lalakon  juga terdapat beberapa situs batuan, seperti Batu Lawang, Batu Pabiasan, Batu Warung, Batu Pupuk, Batu Renges, Batu gajah, dan sebuah batu panjang yang terletak di atas puncak.

Abah Acu, tokoh masyarakat Kampung Badaraksa gunung Lalakon
Menurut Abah Acu, tokoh masyarakat Kampung Badaraksa, secara filosofis, Gunung Lalakon adalah perlambang sebuah lakon dari kehidupan manusia. Batu-batu tadi merepresentasikan berbagai lakon atau profesi yang dipilih oleh manusia.

Namun, keberadaan batu-batu tadi kerap disalahgunakan. Banyak orang datang ke tempat batu di Gunung Lalakon mencari pesugihan. Bahkan, menurut Jujun, tokoh agama Islam di tempat itu, dulu banyak orang datang ke Batu Gajah mencari ilham judi buntut. “Banyak pula yang berhasil menang,” kata Jujun.

Jujun menerangkan, di Gunung Lalakon secara rutin juga digelar acara ritual tolak bala, yakni dengan membuat nasi tumpeng kemudian dibagikan dan dimakan oleh penduduk. “Acara ini diadakan setiap tahun, biasanya setiap tanggal 1 Syuro.”

Berbeda dengan tradisi di Gunung Lalakon, masyarakat di sekitar Gunung Sadahurip relatif lebih ‘modern’. Menurut Nanang, warga Kampung Cicapar Pasir, kampung terdekat Gunung Sadahurip, di sana tak ada tradisi tolak bala. Masyarakat sekitar juga tak terlalu peduli dengan mitos gunung itu di masa lalu.
***

Pakar sejarah dari Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Nina Herlina Lubis, mengatakan di Tatar Sunda yang meliputi Jawa Barat, Banten, DKI, dan sebagian Provinsi Jawa Tengah, terutama dataran tinggi seperti Banten Selatan, Cianjur, Sukabumi, Bandung, Garut, Kuningan, dan Bogor, banyak ditemukan peninggalan budaya megalitikum. Tinggalan-tinggalan itu di antaranya berupa  batu menhir, bangunan berundak, batu lumpang, peti kubur batu, batu dakon, dan arca megalitik.

Namun, Nina menjelaskan, sejarah di Tatar Sunda tak mengenal bangunan piramida karena tak ada kebiasaan di Tatar Sunda membuat bangunan piramida dengan ketinggian hampir ratusan meter sebagai tempat suci. “Tempat suci di Tatar Sunda ini seringkali disebut multi-component sites atau situs berkelanjutan,” kata Nina melalui surat elektronik kepada VIVAnews.
Bila pada masa prasejarah tempat suci itu dikenal sebagai punden berundak-undak, tempat pemujaan leluhur, maka ketika budaya Hindu Budha (yang hidup pada masa Kerajaan Tarumanegara dan Kerajaan Sunda), tempat suci itu terus dipergunakan.

Hanya saja menhir dijadikan sebagai lingga, lalu bangunan berundak itupun diwujudkan dengan gunung yang di atasnya dibangun lingga. Saat Kerajaan Sunda runtuh, maka lingga pun diganti dengan nisan bagi makam tokoh yang dianggap keramat.

Saat diberitahu di bukit-piramida Bandung maupun Garut ada makam yang dikeramatkan, serta adanya keluarga keturunan Syekh Abdul Muhyi, penyebar agama Islam di kawasan Priangan Timur, yang hidup dua abad setelah Kerajaan Sunda runtuh, Nina berusaha membuat konklusi dan analisa.
“Saya menduga bahwa bukit berbentuk piramida ini, adalah mandala (daerah pertapaan berupa dusun mandiri yang terletak di tempat terpencil), yang sudah tercampur dengan budaya yang datang kemudian (yaitu Hindu-Budha-Islam),” ujar Nina.

Namun untuk mengungkap apa sesungguhnya yang tersembunyi di balik bukit berbentuk piramid itu, kata Nina, para geolog harus bekerjasama dengan para arkeolog untuk melakukan ekskavasi (penyingkapan).
***

Cerita soal penemuan bukit berstruktur piramida ini rupanya telah sampai pula ke Istana Presiden. Seorang pejabat di lingkaran presiden, kepada VIVAnews mengaku telah dilaporkan ihwal riset itu. Untuk keterangan soal ini, dia minta tak disebutkan namanya, menimbang riset yang belum rampung.

“Ya, saya sudah lihat analisis geolistrik dan georadar-nya. Saya menyaksikannya dalam bentuk tiga dimensi. Menakjubkan, dan masih misterius. Tim riset itu dipimpin oleh para geolog terpercaya,” ujar si pejabat itu lagi, Rabu pekan lalu.

Tapi, pejabat itu tak mau menjelaskan detil penemuan. Sang geolog, ujarnya, belum mau diungkapkan ke publik. “Masih didalami oleh tim riset mereka, tetapi dari hasil yang ada, memang mencengangkan,” ujarnya.
Dia melukiskan, dari hasil geolisitrik tampak struktur berbentuk piramida di dalam bukit itu. Ada undak-undakan, mirip tangga menuju puncak piramida. Di bagian dasar, ada semacam pintu, dan tampak juga sesuatu yang mirip lorong di dalamnya.

Dia menambahkan, para ahli itu percaya ada semacam struktur geologis tak biasa di dalam gunung menyerupai piramida itu. Para ahli geologi itu, kata si pejabat istana, mempertaruhkan kredibilitas keilmuan mereka. “Kita tunggu saja. Kalau riset dan pembuktian ilmiah sudah lengkap, pasti akan dibuka ke masyarakat”.

Mungkin inilah masa penantian yang cukup menegangkan. Adakah bukit piramida ini sekadar dongeng ala piramida Bosnia yang berulang, atau memang suatu pengungkapan gemilang tentang adanya suatu peradaban besar di Nusantara yang belum pernah terungkap?

Indra Darmawan

• VIVAnews
Related Posts with Thumbnails