Jumat, 08 Juli 2011

Istana Ratu Boko

ratuboko


Istana Ratu Boko adalah situs purbakala yang merupakan komplek sejumlah sisa bangunan yang berada kira-kira 3 km di sebelah selatan dari komplek Candi Prambanan, 18km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50km barat daya Kota Surakarta. Luas keseluruhan komplek adalah sekitar 25ha.

Situs ini diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu). Dilihat dari pola peletakan sisa-sisa bangunan, diduga kuat situs ini merupakan bekas keraton (istana raja).


0827wis3


Nama “Ratu Boko” sendiri didasarkan dari legenda masyarakat setempat. Ratu Boko (harafiah berarti “raja bangau”) adalah ayah dari Loro Jonggrang (yang diberikan menjadi nama candi utama pada komplek Candi Prambanan).

Secara administratif, candi ini berada di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan terletak pada ketinggian hampir 200m di atas permukaan laut.

Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.



istana ratu boko


Sebuah prasasti kuno yang dibuat oleh Rakai Panangkaran pada tahun 746-784 Masehi mengatakan bahwa pada awalnya bangunan yang ada di kawasan Wisata Kraton Ratu Boko disebut Abhayagiri Wihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya sedangkan Giri berarti bukit/gunung. Wihara mempunyai arti asrama/tempat. Dengan demikian Abhayagiri Wihara berarti asrama/wihara para biksu agama Buddha yang terletak di atas bukit dengan penuh kedamaian.

Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu Boko.Dalam prasasti ini antara lain menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarono. Nama tokoh ini kemungkinan sama dengan Rakai Panangkaran yang disebut dalam prasasti Kalasan 779 M, Prasasti Montyasih 907 M dan Prasasti Wanna Tengah III 908 M. Apabila dugaaan ini benar, maka Rakai Panangkaran adalah seorang Raja dan Syailendra yang terbesar dan paling lama memerintah. Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M. Hasil karya Rakai Panangkaran pada masa pemerintahannya adalah membangun candi Borobudur, Candi Sewu dan Candi Kalasan.Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah : adanya Arca Dyani Buddha. Namun demikian ditemukan pula unsur – unsur agama Hindhu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.


Ratu-Boko-3


Prasasti penting lainnya adalah Prasasti Siwagrha yang di buat pada Tahun 856 M, dimana dalam prasasti Siwagrha disebutkan tentang adanya seorang raja yang mengundurkan diri dan menyerahkan tahta kepada anaknya yaitu Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Dan prasasti Mantyasih 907 M menyebutkan bahwa raja yang berkuasa sebelum Rakai Kayuwangi adalah Rakai Pikatan yang merupakan seorang penganut agama Hindhu yang berhasil mempersatukan 2 kerajaan yang pernah berkuasa di Jawa Tengah melalui sebuah “Perkawainan Politik”.

Rakai Pikatan dari Dynasty Sanjaya kawin dengan Pramudawardani anak Samaratungga, Raja terakhir dari Dynasty Syailendra yang beragama Buddha. Setelah menjadi satu – satunya Raja di Jawa Tengah, iapun lalu membangun Candi Prambanan yang diresmikan pada tahun 856 M. Peresmian ini diperingati dalam prassasti Siwagrha seperti tersebut di atas, dan oleh karena itu Situs Ratu Boko merupakan perpaduan antara adanya pengaruh agama Buddha dan Hindhu.

Benda – benda peninggalan yang ada di lokasi Situs ini mempunyai kekhususan dan keunikan tersendiri sehingga menimbulkan perbedaaan dari benda – benda arkheologi di masa yang sama. Tidak diketahui secara pasti dari mana asal nama Ratu Boko, namun menurut cerita tutur dari masyarakat setempat, nama itu diberikan berdasarkan cerita legenda “Ratu Boko”, ayah dari Roro Jonggrang.


ratu-boko-kolam-3


Pada tahun 1989 – 1990, P. Subroto dalam risetnya menyimpulkan bahwa terdapat beberapa kemiripan antara komponen – komponen yang ada di Situs Ratu Boko dengan beberapa istana kuno di India. Namun apa fungsinya, tidak diketahui secara pasti hingga kini. Apakah bangunan tesebut merupakan sebuah taman kerajaan, istana raja, benteng pertahanan ataukah sebuah biara? Hingga kini masih merupakan misteri.

Situs Ratu Boko berada di Kawasan wisata budaya, 3 Km sebelah selatan Candi Prambanan dan terletak di atas bukit. Dari situs ini dapat dilihat keelokan Candi Prambanan dan Candi Sewu dari atas bukit yang dilatarbelakangi oleh Gunung Merapi. Dilihat dari tinggalan arkheologi yang ada situs Ratu Boko mempunyai corak dan karakter tersendiri bila dibandingkan dengan arkheologi lainnya di Indonesia. Hal ini dapat di lihat adanya beberapa bangunan seperti : Gapura Utama, Candi, Kolam, Gua, Pagar dan Alun – alun.

Melihat bukti – bukti tinggalan kepurbakalaan seperti itu, FDK Bosch dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa situs Ratu Boko merupakan sebuar Keraton yang artinya tempat / istana Raja, dimana hal itu mengindikasikan bahwa situs ini merupakan sebuah pemukiman dan pusat pemerintahan pada masa lalu.


situs ratu boko


Kawasan Situs Ratu Boko si bagi menjadi beberapa bagian :
Kelompok Pertama :
Berbentuk 3 buah gapura yang saling berdekatan satu sama lain, berdiri dari arah utara ke selatan. Gapura yang di tengah adalah yang terbesar dan merupakan gapura utama, diapit oleh 2 buah gapura lainnya yang disebut gapura apit.

Kelompok kedua :
Berbentuk 5 buah gapura. 4 buah gapura kecil mengapit sebuah gapura yang paling besar, yang disebut Gapura Utama Kedua.

Temple of limestone
Berbentuk sebuah pondasi dengan ukuran 5 x 5 meter persegi, terbuat dari Limestone. Pondasi ini terletak disebelah timur Laut, sekitar 45 meter dari Gapura Utama Pertama.

Temple of Incineration
Terletak di sebelah Timur Laut, sekitar 37 meter dari Gapura Utama Kedua. Bangunan ini mempunyai panjang 26 meter, lebar sekitar 26 meter dengan ketinggian 3 meter dan terbuat dari batu kali. Di lokasi ini di temukan juga sebuah sumur berukuran 4 x 4 meter persegi di tengah – tengah teras kedua dengan sebuah anak tangga di sisi barat. Sebuah kolam dengan panjang 2 meter dan lebar 1 meter juga di temukan di sebelah tenggara dari sumur tersebut.

Kelompok Paseban
Bentuk bangunan lain yang dapat ditemukan adalah bentuk lantai yang menghampar dari utara ke selatan. Puing – puing dari Gapura, pagar tembok dan slope juga ditemukan di tempai ini.
Kelompok Pendopo
Pondasi berukuran panjang 20 meter, lebar 20 meter dan tinggi 1,25 meter. Terletak di bagian sisi utara. ( 20 round pedestals are found on the floor).

Pondasi Pringgitan
Bantuan panjang 20 meter, lebar 6 meter dan tinggi 1,25 meter. Terletak di sebelah Selatan. Dua bangunan pondasi tersebut dikelilingi oleh pagar sepanjang 40 meter, lebar 36 meter dan tinggi 3 meter ( with decorations having the shape of buds above it). Pagar tersebut mempunyai atap, disisi utara, selatan dan barat. 3 anak tangga di buat untuk naik ke pondasi tersebut.

Pondasi Bangunan Publik
Terletak di sisi luar pagar, sekitar 1,5 meter kearah timur. Berukuran panjang 38 meter, lebar 7 meter dan tinggi 1.5 meter dari arah Utara ke Selatan. Terdapat 4 tangga di sisi Barat (20 pedestals are found on its floor). Terdapat juga 4 grooves yang mungkin di gunakan sebagai tembok partisi.

Candi – candi Kecil
Terletak di sebelah Tenggara dari Pendopo dan di apit oleh 2 buah candi apit. Yang dityengah adalah Candi terbesar dan utama.

Keputran
Terdiri dari sebuah kolam bebrbentuk persegi panjang dengan ukuran 31 x 8 meter, di kelilingi oleh pagar dengan 2 buah gapura di sisi Barat Daya dan Timur Laut. Lantai dasar dari bangunan tersebut bebentuk bujur sangkar dengan ukuran 20 x 20 meter dan terdapat ( 28 pedestals) di lantainya.

Gua
Di situs ini terdapat beberapa gua terletak di sebelah selatan dari lereng perbukitan batu. Gua yang berada di bagian atas oleh masyarakat setempat di kenal dengan sebutan Gua Lanang, sedang gua yang dibawahnya disebut Gua Wadon. Untuk menuju ke masing – masing gua dihubungkan oleh sebuah tangga yang langsung di pahatkan pada sebuah tebing. Di depan Gua Lanang dterdapaty sebuah kolam berbentuk segi empat.


kolam pemandian


Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung.

Berbeda pula dengan keraton lain di Jawa yang umumnya didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan bahan bangunan. Terkecuali tentu apabila bahan bangunan utamanya, yaitu batu, diambil dari wilayah bukit ini sendiri. Ini tentunya mensyaratkan terlatihnya para pekerja di dalam mengolah bukit batu menjadi bongkahan yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan.

Kedudukan di atas bukit ini juga mensyaratkan adanya mata air dan adanya sistem pengaturan air yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kolam pemandian merupakan peninggalan dari sistem pengaturan ini; sisanya merupakan tantangan bagi para arkeolog untuk merekonstruksinya.

Posisi di atas bukit juga memberikan udara sejuk dan pemandangan alam yang indah bagi para penghuninya, selain tentu saja membuat kompleks ini lebih sulit untuk diserang lawan.

Keistimewaan lain dari situs ini adalah adanya tempat di sebelah kiri gapura yang sekarang biasa disebut “tempat kremasi”. Mengingat ukuran dan posisinya, tidak pelak lagi ini merupakan tempat untuk memperlihatkan sesuatu atau suatu kegiatan. Pemberian nama “tempat kremasi” menyiratkan harus adanya kegiatan kremasi rutin di tempat ini yang perlu diteliti lebih lanjut. Sangat boleh jadi perlu dipertimbangkan untuk menyelidiki tempat ini sebagai semacam altar atau tempat sesajen.

Pemerintah pusat sekarang memasukkan komplek Situs Ratu Boko ke dalam otorita khusus, bersama-sama dengan pengelolaan Candi Borobudur dan Candi Prambanan ke dalam satu BUMN, setelah kedua candi terakhir ini dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Sebagai konsekuensinya, Situs Ratu Boko ditata ulang pada beberapa tempat untuk dapat dijadikan tempat pendidikan dan kegiatan budaya.

Terdapat bangunan tambahan di muka gapura, yaitu restauran dan ruang terbuka (Plaza Andrawina) yang dapat dipakai untuk kegiatan pertemun dengan kapasitas sekitar 500 orang, dengan vista ke arah utara (kecamatan Prambanan dan Gunung Merapi). Selain itu, pengelola menyediakan tempat perkemahan dan trekking, paket edukatif arkeologi, serta pemandu wisata.

Sumber: jayagila.wordpress.com
Related Posts with Thumbnails