Mengenai rasa baksonya menurut saya lezatnya ya standar saja. Maklum saya bukan penggemar bakso he he he. Harganyapun tak mahal sepuluh ribu sudah cukup kenyang. Warungnya juga sederhana . Tapi entah mengapa pembelinya berjubel dan parkir kendaraan sampai berderet - deret .
Menurut cerita para pelanggan tetap bakso Solo Rindu Malam, dulu warung bakso tersebut hanya ada satu. Kemudian usaha bakso Rindu Malam itu maju pesat, maka mereka membuka cabang dan mendirikan sendiri. Pernah mengambil tempat agak berjauhan dengan warung bakso yang lama, tetapi akhirnya kembali lagi ke lokasi lama. Jika sekarang ada yang bertanya mana warung bakso yang asli menurut saya tak ada bedanya. Semua rasanya sama ya ASLI seperti bakso pada umumnya.
Lucunya di dinding salah satu warung bakso Solo itu dicantumkan sejarah atau riwayat berdirinya warung bakso lengkap dengan kisah perpecahan kepemilikan usaha warung bakso itu, seperti tampak pada gambar.” Buka sejak 1984 di Ciliwung pojok, sejak Mei 2007 keluar dari tempat tersebut. Sekarang buka di sini sejak Januari 2008. Tempat lama kami sekarang juga buka bakso, tetapi tidak ada kaitannya dengan kami. Hanya 4 karyawan kami diambil mereka.”
Menggelikan sekali membaca history bakso Solo Rindu malam ini. Lalu saya coba iseng Menengok aktifitas warung bakso Solo di sebelahnya. Wah ini rupanya yang namanya persaingan bisnis. Dengan lebih intelektual sedikit maka warung bakso Solo Rindu malam yang di sebelahnya ternyata telah mendaftarkan hak paten nama usaha dan merek bakso Solo Rindu Malam miliknya. Lucu juga ya persaingan ini. Lihat dokumen yang ditempelkan di tembok warung bakso pada foto dibawah ini.
Suasana bakso Solo Rindu Malam yang satunya ini juga tak kalah ramai pengunjung. Bahkan antrian sepeda motor dan mobil berderet. Tentu saja ini rejeki juga bagi tukang parkir, terutama setiap hari libur . Lihat saja sejak saya datang sampai mau pulang hampir tak ada berhentinya antrian parkir dan antrian tempat duduk. Sebut saja Tanti, salah satu pembeli yang sempat saya tanya. Tanti mengaku sejak pacaran sampai dengan punya anak tiga masih setia berlangganan bakso Solo rindu Malam ini. Sesekali ia mengajak anaknya dan suaminya bernostalgia di sini.
Dulu pernah saya ke sini penjualnya belum pakai seragam, namun sekarang sudah pakai seragam lengkap dengan kasirnya segala. Salah satu service tambahan adalah suguhan lagu keroncong dari grup musik jalanan yang ada sekitar warung bakso tersebut. Para pengamen keroncong jalanan itu duduk depan warung bakso lengkap dengan alat musiknya. Mereka menyediakan baskom koin sukarela di depan para pembeli yang sedang menikmati lezatnya menu bakso Solo. Menarik juga rupanya makan bakso sambil mendengar lagu keroncong. Suara dan musiknya cukup bagus.
Bagi penggemar bakso, nggak ada salahnya parkir di warung bakso ini sambil menikmati keroncong dan bakso ” bersejarah ” di kota pahlawan ini. Tapi jangan sering - sering lho, hati - hati vetsin dan formalin he he he.
Bidan Romana Tari
Sumber: http://wisata.kompasiana.com