Biasanya tambak garam ada di tepi pantai, tetapi di desa Jono, Tawangharjo, Grobogan
ini lokasi tambak garam seluas 120 hektare itu jauh dari pantai dan hanya
mengandalkan air sumur asin yang berada di tengah daratan yang tandus dan
gersang. Cukup unik karena dibuat dari bahan baku air yang muncul dari
perut bumi. Karena keunikan tersebut perlu kita pertahankan dan lestarikan. Garam
yang dibuat di Desa Jono itu barangkali satu-satunya yang ada di Indonesia
bahkan di dunia. Di desa Jono ini dan di kawasan Bledug Kuwu sumber airnya
memang rasanya asin mirip air laut.
Bahkan kualitas
garamnya pun jauh lebih baik dibandingkan garam air laut. Namun, garam itu
kurang diminati karena warnanya kecokelat-cokelatan. Tapi harga garam produksi
Desa Jono jauh lebih mahal. Sebab tanpa diberi zat yodium garam ini sudah mengandung
iodium hingga 8 persen. Di desa ini hanya ada 7 sumur yang bisa dimanfaatkan.
Tujuh sumur ini konon merupakan peninggalan Joko Linglung, putra Ajisaka, tokoh
legenda Jawa.
Garam
yang dihasilkan pada lembah Jono sebenarnya memiliki kadar iodium yang lebih
tinggi daripada garam laut yang dihasilkan di pantai. Di masa lalu, Desa
Jono memiliki catatan masa keemasan yakni menjadi satu-satunya produsen garam
di Indonesia. Pada masa itu produksi garam laut masih belum dapat
dilakukan dan hanya petani-petani di Jono yang dapat memproduksi garam.
Maka, tidaklah mengherankan jika pada masa tersebut banyak petani garam di Jono
menjadi saudagar-saudagar yang kaya. Namun setelah tahun
1970-an, garam laut akhirnya berhasil diproduksi sehingga ketergantungan
terhadap komoditas garam dan bleng di Jono semakin berkurang.
Sekitar tahun 1950, jumlah pengusaha garam di Desa Jono ada ratusan orang dengan produksi hampir 5.000 ton pertahun. Namun, saat ini pembuat garam itu hanya tinggal 50 orang dengan produksi sekitar 100 ton pertahun. Kondisi ini lantaran masalah pemasaran yang masih kalah dengan garam air laut karena terbatasnya hasil produksi. Selain itu, masih dilakukannya produksi dengan tradisional juga menjadikan garam itu baru dihasilkan dalam dalam jangka waktu cukup lama.
Darimana asal garamnya? Semula
lembah Jono adalah perairan laut, terletak di antara pegunungan Kendeng dan
pegunungan Rembang. Karena adanya proses sedimentasi dari Pegunungan Kendeng
dan Pegunungan Rembang, maka lama kelamaan menjadi dangkal dan terbentuk rawa
(ditumbuhi tumbuhan rawa). Proses sedimentasi terus berlanjut sehingga daerah
tersebut menjadi kering dan tumbuhan rawa mati. Sisa-sisa tumbuhan rawa yang
mati diendapkan oleh sedimen kemudian membentuk gas metana. Selain itu
sisa-sisa tumbuhan yang bercampur air laut dan tertutup oleh material sedimen
kemudian menjadi lumpur. Maka tidaklah mengherankan apabila pada daerah Jono
dapat ditemukan jebakan-jebakan air payau, lumpur, serta semburan gas metana di
beberapa lokasi. Gas metana ini sangat berbahaya karena mudah terbakar, sehingga
biasanya pada lubang di mana gas tersebut keluar pasti akan dibakar supaya gas
tersebut tidak membahayakan warga setempat.