Menikmati Pesona Danau Sentani Dari Bukit Makatur, Merasakan Romantisme Mac Arthur
Pagi itu, Kamis, 21 Oktober 2010 merupakan hari pertama kami memanfaatkan waktu transit selama di Jayapura. Sekitar pukul sembilan pagi, Arman, driver taksi yang kami carter sudah datang ke Hotel Rasen. Kami memang sengaja memilih hotel yang tidak jauh dari bandara Sentani untuk bermalam dengan alasan karena hanya untuk sekedara transit satu atau dua malam saja.
Dari Hotel Rasen kami langsung meluncur menuju Ifar Gunung – sekarang lebih dikenal dengan nama Bukit Makatur. Di Puncak bukit ini terdapat situs bersejarah peninggalan Perang Dunia (PD) Dua yaitu Tugu Mc. Arthur. Tugu yang dibuat untuk memperingati didirikannya Markas Pasukan Tentara Sekutu untuk kawasan Pasifik Barat Daya di bawah pimpinan Jenderal Douglas Mac Arthur di Ifar Gunung ini.
Pesona Danau Sentani
Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit melewati jalan yang mulus dan berkelok, kami tiba di gerbang atau pos penjagaan kawasan Resimen Induk Kodam (Rindam) XVII Cendrawasih. Karena lokasi Bukit Makatur berada di dalam kawasan, kita diharuskan melapor terlebih dahulu sebelum memasukinya.
Untuk tiba di kawasan Bukit Makatur, dari gerbang Rindam XVII hanya membutuhkan waktu sekitar lima menit. Sepanjang jalan suasana terasa sejuk karena berada diantara pepohonan yang masih cukup rimbun. Nampak di sisi kiri jalan Gunung Cyclop yang sedang berkabut puncaknya. Sedankan di sisi kanan jauh di bawah sudah sedikit mulai terlihat kawasan Sentani.
Beberapa saat kemudian kami pun tiba di kawasan Bukit Makatur atau Situs Tugu Mac. Arthur. Sebuah tugu berwarna dasar hitam kuning bertahtakan pedang dan tongkat runcing atau tombak. Juga sebuah prasasti yang menerangkan secara singkat mengenai sejarah tempat ini.
Selain tugu disini juga terdapat bangunan kecil yang berfungsi sebagai museum yang isinya menceritakan sepak terjang Jenderal Mac Arthur selama PD 2.
Dari kawasan ini kita dapat lepas melihat dengan jelas Kawasan Danau Sentani dan sekitarnya. Termasuk landasan terbang Bandara Sentani. Pantas saja Jenderal Mac Arthur memilih tempat ini sebagai markasnya. Karena ternyata dari atas bukit ini dapat melihat ke segala arah. Pemandangan sekitarnya pun terlihat sangat indah. Melihat kawasan ini dan sekitarnya sempat terpikir oleh saya, mungkinkah Jenderal Douglas Mac Arthur ini sebenarnya orang yang romantis.
Setelah sesaat mengelilingi situs dan masuk ke museum, kami langsung menuju keluar pagar kawasan untuk dapat lebih jelas menikmati keindahan Danau Sentani. Sebenarnya dari bukit setinggi sekitar 325 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini kita dapat memanfaatkan bangunan pos pandang yang terdapat di sana. Namun, karena ingin lebih leluasa menikmati pesona danau dari berbagai sudut, kami memutuskan untuk berkeliling sekitar bukit.
Pemandangan yang sungguh indah dan menakjubkan. Danau Sentani dengan beberapa pulau kecil yang berada di tengahnya terlihat begitu indah. Juga kawasan perumahan tidak terlalu padat di sekitarnya. Dari sini apabila ada pesawat tinggal landas atau take off, kita dapat melihatnya secara jelas.
Kemudian saya dan Erwin terus berjalan menjauh dari kawasan tugu ke arah bukit sebelah kiri. Dari sini pesona Danau Sentani dan sekitarnya semakin indah terlihat. Sedangkan nampak di belakang kami hijaunya jajaran pegunungan Cyclop.
Belum puas di lokasi tersebut, kami kembali berjalan sedikit naik puncak bukit selanjutnya. Jaraknya dari kawasan Tugu Mac Arthur sekitar 10 menit berjalan kaki. Karena kawasannya cukup terbuka, waktu tempuh yang hanya sebentar itu membuat kami sedikit terasa lelah karena kepanasan. Namun, pesona Danau Sentani berpadu dengan Pegunungan Cyclop telah mengalahkan itu semua. Berkali-kali kamera terus mengambil gambar dari berbagai sudut yang menurut kami bagus. Beberapa pohon yang tidak terlalu besar yang ada di sana kami manfaatkan untuk duduk-duduk berteduh sambil terus menikmati pesona danau.
Setelah puas menikmati itu semua, kami bergegas kembali ke kawasan tugu untuk kembali melanjutkan perjalanan kami selama transit di Jayapura.
Oleh: Harley Bayu Sastha
Sumber: travel.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar