INDEX - G
GABILAHAN, sebutan orang Madura untuk warangka model Gayaman, khususnya bergaya Madura.
GADA TAPAN, KANGKENG KYAI, tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Gada. Kini KK Gada Tapan dan KK Gada Wahana menjadi dua tombak pendamping pusaka KK Ageng Pleret.
GADA WAHANA, KANGJENG KYAI, puasa Kraton Jogya, berdapur Gada dengan hiasan sinarasah emas, berasal dari pemberian pendeta dari Pratiwagung pada Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
GADING, bahan baku untuk warangka yang banyak jumlahnya, gading gajah afrika umumnya panjangnya mencapai 2 m dengan berat rata-rata 21 kg sedang gajah asia beratnya sekitar 19 kg dengan panjang rata-rata 160 cm saja. Gajah Sumatra gadingnya termasuk paling mahal dengan warna lebih putih dan keretakan tidak banyak, gajah Thailand agak kekuningan warna gadingnya dan keretakan agak banyak, sedang gajah Afrika banyak retak gadingnya. Sebagian pecinta keris menolak menggunakan warangka gading ini karena kekerasannya dapat membuat aus bilah keris dan merusak pamor, itulah sebabnya keris pusaka tidak ada yang diberi warangka gading.
GAJAH MANGLAR, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Gajah Manglar, warangka dari kayu Timoho, pendoknya dari emas bertahtakan intan berlian. Semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I, diserahkan kepada putranya Pangeran Demang dan pada zaman Sultan HAMENGKU BUWONO V kembali ke Kraton.
GAJAH SINGA, nama salah satu jenis hiasan kinatah yang ditempatkan bagian bawah ganja. Permukaan yang tidak tertutup hiasan gajah singa dihiasi ornamen hiasan lain. Kinatah gajah singa diberikan karena keris tersebut telah berjasa membantu pemiliknya, terjadi pada pemerintahan Sultan Agung Anyokrokusumo. waktu itu didaerah Pati, Jawa Tengah bagian utara, terjadi pemberontakan yang dipimpin Adipati Pragola, sesudah pemberontakan berhasil dipadamkan maka Raja Mataram memberikan tanda kehormatan Kinatah Gajah Singa pada prajuritnya.
Semua keris para prajurit sampai perwira dikumpulkan dan diberi hiasan kinatah Gajah Singa kemudian dikembalikan lagi kepada yang punya, ini untuk peringatan Mataram memadamkan pemberontakan Pati karena Gajah Singa artinya perlambang angka tahun sesuai dengan candra sengkala, Gajah melambangkan angka 8 sedangkan Singa angka 5, curiga (keris) angka 5 dan tunggal melambangkan angka 1 dan karena candra sengkala (lambang angka tahun) selalu dibaca dari belakang maka yang dimaksud adalah 1558 kalender Jawa. Walau penghargaan kinatah Gajah Singa diberikan pada zaman Mataram tetapi ada juga keris buatan Majapahit, Tuban, Jenggala dan Singasari menggunakan hiasan itu.
GANA KIKIK, salah satu dapur keris lurus yang panjang bilahnya berukuran sedang, keris ini memakai gusen, ada-adanya tebal dan nyata, gandik keris ini diukir dengan bentuk srigala sedang melolong, kaki depan tegak sedang kaki belakang ditekuk. Ada yang menyebutnya dapur Kikik saja atau Naga Kikik, dapur ini tergolong populer dan banyak penggemarnya karena indah bentuknya dan tinggi mutunya.
GANDAR, adalah salah satu bagian dari warangka keris, dibuat dari kayu yang tidak terlalu kerasbentuknya bulat panjang dan pipih, kegunaannya untuk melindungi bilah keris, banyak gandar dilapisi selongsong logam berukir indah dan disebut pendok.
GANDAR IRAS, warangka yang menyatu dengan gandar , jadi seluruhnya dibuat dari satu bongkah kayu tanpa sambungan apapun. Warangka Gandar Iras selalu lebih mahal dari warangka biasa karena bahan kayu yang utuh dan cukup untuk membuat warangka ini sulit dicari dan banyak bahan terbuang dalam proses pembuatannya.
GANDAWISESA, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Naga Siluman, warangka dari kayu Trembalo dan pendok bertahta rajawarna. Keris ini buatan Penembahan Mangkurat dizaman pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GANDIK, adalah bagian “raut muka” dari sebilah keris. Ada gandik polos, ada yang dilengkapi racikan lain. Letaknya tepat diatas sirah cecak. Bagian gandik ini hampir selalu berada dibagian depan keris, hanya pada beberapa dapur keris antara lain dapur “cengkrong” yang letaknya dibelakang dari bilah keris. Kata “gandik” dalam bahasa Jawa berarti batu penggilas yang bentuknya bulat panjang. Ukuran dan ketebalannya bermacam-macam.
GANJA, bagian bawah dari sebilah keris, seolah-olah merupakan alas atau dasar keris tersebut, pada bagian tengahnya ada lobang untuk memasukan bagian pesi. Bagian bilah dan bagian ganja dari sebilah keris merupakan kesatuan yang tak terpisahkan melambangkan kesatuan lingga dan yoni, ganja mewakili lambang yoni sedang bilahnya melambangkan lingga. Bentuknya sepintas mirip buntut cecak tanpa kaki, bagian depanya mirip kepala cecak disebut sirah cecak, begitu pula bagian perut dan ekornya , bagian “perut” ganja disebut Wetengan atau Gendok, sedang bagian “ekor” disebut buntut cecak. Ragam bentuk ganja ada beberapa macam, ganja Sebit Ron Tal, Wulung, Wilut, Dungkul, Kelap Lintah. Disemenanjung Melayu, Brunei, Serawak dan Sabah serta Riau disebut juga Aring, namun sering disebut ganja saja.
GANJA WULUNG, Ganja yang tidak berpamor, banyak pendapat emngapa kerisnya berpamor bagus sedangkan ganjanya tidak berpamor. Pertama, keris itu adalah keris yang bagus kemudian dibuatkan putran-nya (duplikat), bagian ganja keris yang bagus itu dilepas lalu dijadikan campuran bahan baku pembuatan keris duplikat, sedangkan keris aslinya dibuatkan ganja wulung. Kedua, pada jaman dulu banyak orang yang memahami ilmu keris terutama isoterinya, dengan hanya melihat bagian ganjanya yang tampak orang akan menduga keris itu berdapur apa, pamornya apa, dan apa tuahnya dengan demikian apabila orang tersebut telah tertebak apa tuah kerisnya dia merasa seperti “ditelanjangi” sehingga untuk menutupinya dia memesan ganja wulung. Ketiga karena ganjanya rusak dan diganti.
GANDRUNG, PELET, gambaran pada warangka kayu Timoho berupa bulatan besar tidak teratur dipermukaan, selain indah bertuah baik dan disenangi orang sekeliling, banyak dicari oleh Dalang.
GAYAMAN, nama salah satu bentuk warangka didaerah Surakarta dan Yogyakarta, mirip bentuk buah gayam, makanya disebut gayaman. Bentuk gayaman Yogyakarta agak beda dengan gayaman Surakarta, begitu pula gayaman Madura (gabilahan), warangka ini paling banyak dipakai orang karena lebih sederhana , ringkas ukurannya dan tidak mudah patah dan umum digunakan sehari-hari sebagai kelengkapan pakaian daerah.
GEDONG PUSAKA, bangunan khusus di keratom tempat penyimpan pusaka, hanya petugas khusus dan kerabat raja tertentu yang boleh masuk.
GENDOK, atau wetengan atau waduk adalah nama bagian tengah ganja, bentuknya menggembung bagaikan perut kenyang. Ditengah bagian gendok terdapat lubang untuk memasukan pesi. Sebagian orang menyebutnya wadukan.
GENYODIHARDJO, pandai keris dari Yogyakarta, kakak empu Jeno walau garapannya masih kalah dari empu Genyo.
GIRIREJO, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Carita luk 11, warangka dari kayu Timoho, pendok dari pendok slorok terbuat dari suasa, sedang seloroknya dari emas murni. Keris ini dibeli Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dari abdi dalem bernama Bekel Wasadikara.
GRENENG, salah satu bagian keris yang merupakan bagian tepi dari punggung keris sebelah pangkal, bagian tepi bilah ini bentuknya menyerupai gerigi dengan ujung-ujung runcing. Bentuk variasi dari gerigi ini berbeda dari daerah satu ke yang lain tetapi bentuk dasarnya sama. Ada yang mengatakan bahwa bentuk greneng merupakan tandatangan sang empu karena setiap empu terutama bagian Ron Da selalu berbeda satu dengan lainnya.
GODONG ANDONG, salah satu dapur tombak bilah lurus dan bilahnya simetris, bentuknya mirip gadong andong, ditengah memakai ada-ada dari pangkal hingga ujung bilah, ricikan lain tidak ada , dapur ini banyak terdapat pada tombak kuno terutama buatan zaman Pajajaran dan Segaluh.
GODONG DADAP, salah satu dapur tombak lurus seperti daun dadap, lebar, simetris dan tipis. Ditengah bilah dari bawah sampai atas memakai ada-ada tipis, ricikannya yang lain tidak ada. Biasanya tombak ini berukuran kecil kadang disebut dapur Ron Dadap.
GODONG SEDAH, salah satu dapur tombak lurus berukuran kecil, menyerupai daun sirih, lebar ditengah pipih, simetris dan tipis, bagian tengah dari bawah ke ujung terdapat ada-ada, biasa disebut Ron Sedah.
GODONG PRING, salah satu dapur tombak lurus seperti daun bamby, simetris kiri dan kanan, bilahnya tipis, hampir tak ada ada-ada, pada bagian bawah ada lekukan landai yang berbentuk semacam pinggang, pamor ini tergolong populer dan banyak dijumpai.
GOLOK, salah satu jenis pedang sabet dan berat bobotnya, bentuknya agak beragam umumnya berbentuk lameng pendek bagian punggungnya cembung pada ujungnya, sedang bagian depannya lurus. Yang tajam hanya sisi depannya.
GOTHITE, mineral besi terdiri dari trioksida besi yang terikat air berwarna kekuningan, merah dan kecoklatan, rumus kimianya Fe2O3.H2O. besi ini kurang baik untuk bahan keris karena mudah keropos dan berpori.
GUMBOLO GENI, pamor yang menyerupai binatang kala atau ketonggeng dengan ekor mencuat keatas, pamor ini tergolong baik untuk menolak sesuatu yang tidak dikehendaki dan tergolong pemilih. Pamor ini selalu terletak di sor-soran.
GULING, EMPU, empu terkenal di zaman Mataram. Karya karyanya demikian indah. Tanda tandanya adalah, ukuran bilah lebih besar dari rata rata buatan Majapahit tapi lebih ramping, ganjanya melengkung, gulu melednya sempit sirah cecak berbentuk lonjong dan meruncing pada ujungnya, buntut urangnya berbentuk nguceng mati dan tidak pakai tunggakan, banyak keris karya Ki Empu Guling memakai Ganja Wulung.
Besi yang dipakai 2 rupa, yaitu hitam keabu-abuan dibagian tengah dan hitam legam dibagian pinggir bilah. Pamornya rumit dan halus, lembut dan padat. Penampilan keris secara keseluruhan memberi kesan gagah, berwibawa dan anggun. Kalau membuat kembang kacang bentuknya melingkar sekali, jalennya pendek tapi lambe gajahnya menonjol panjang. Sogokannya dangkal tapi panjang, janurnya berbentuk mirip lidi, terus tetap kecil sampai kebawah. Kalau membuat bagian Dha pada Ron Dha, lekukannya tergolong dangkal . jika tidak memakai kembang kacang maka gandiknya agak panjang dan tidak begitu miring.
GULU MELED, salah satu bagian dari ganja yang letaknya dibelakang sirah cecak, dibagian gulu meled ini, ukuran ganjanya menyempit dibandingkan dengan bagian depannya. Jadi mirip bagian leher seekor cicak.
GUNAWISESA, KANGJENG KYAI, pusaka Keraton Yogyakarta, berdapur Carita dengan bagian ganja bertahtakan intan. Warangkanya dari kayu Timoho dengan pendok emas rajawarna. Keris ini buatan empu keraton pada jaman pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GUNUNGAN, nama salah satu dapur tombak yang bentuknya menyerupai gunungan wayang kulit. Tombak ini umumnya menyerupai gunungan wayang kulit, berbilah tipis dan lebar, selain ada-ada pada bagian sor-soran tombak ini tidak punya ricikan apapun.
GUTUK API, KANGJENG KYAI, keris pusaka keraton Yogyakarta, berdapur Jalak, warangkanya dari kayu Timaha, pendoknya jenis blewahan terbuat dari emas bertahtakan intan permata raja warna. semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I diberikan ke Pangeran Adinegara, putranya, selanjutnya jatuh ketangan Temenggung Mertadiningrat dan dikembalikan ke keraton pada mas Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
GUSEN, adalah daerah sempit sepanjang tepi bilah keris atau tombak, daerah sempit itu yang dibatasi oleh tepi bilah yang tajam dengan garis lis-lisan.
GUNA, KYAI, empu terkenal yang hidup dijaman penjajahan Belanda, tinggal di Magetan, Madiun. Kerisnya berukuran panjang dan besar dan pada umumnya berdapur lurus. Karena dari bahan baja maka keris Kyai Guna terkenal amat kuat dan dapat melubangi kepingan logam, sampai saat ini keris buatan Kyai Guna masih populer didaerah Madiun dan Ponorogo dan sekitarnya. Banyak diantaranya tidak memakai bahan pamor, orang Madiun dan Jawa Timur menyebutnya keris pamor waja.
INDEX - H
HARJAMULYA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta berdapur Cengkrong, warangka dari kayu Timoho, pendok blewahan terbuat dari emas, dengan ukiran bahan gading. Keris ini didapat Sri Sultan Hamengku Buwono II dari “Kangjeng Gubermen” sewaktu Sultan ditawan di Penang.
HULU PEKAKAK, nama hulu keris terkenal disemenanjung Malaka, Riau, Jambi, Serawak, Brunei dan Sabah, terbuat dari kayu keras, gading atau perak. Bentuknya menyerupai kepala raksasa dengan mata besar dan hidung panjang yang distilir. Dipulau Jawa bentuk ini dijumpai juga didaerah Surakarta dan disebut Rajamala.
HULU BURUNG, nama salah satu jenis hulu keris berbentuk burung, bentuk ini sudah jarang dipakai namun dulu banyak dibuat orang di Jambi, Bangkinang, Riau dan Semenanjung Melayu serta Pathani (Thailand Selatan), terbuat dari bahan kayu yang keras, gading atau gigi ikan duyung, bahkan ada pula yang dari perak.
INDEX - I
ILAT-ILATAN, KENDIT, nama gambar pelet pada kayu Timoho, gambarnya mirip gambar pelet kendit biasa tetapi tidak menyambung dan agak bergelombang, lagipula garis tepi pelet itu tidak rata lurus melainkan seperti sobek sobek, sepintas lalu seperti lidah api yang menjulur, oleh karena itu dinamakan kendit ilat-ilatan., tuah pelet ini baik, pemiliknya mudah “mengikat” pengikut dan orang dibawah pengaruhnya sehingga banyak dicari mereka yang ingin menjadi pemimpin.
ILINING WARIH, nama pamor yang bentuk gambarannya menyerupai garis-garis membujur dari pangkal keujung bilah. Garis-garis ini ada yang utuh dan ada yang putus-putus, tetapi banyak yang bercabang. Pamor ini tergolong pamor rekan, tuahnya memperluas pergaulan dengan lapisan masyarakat, pamor ini tidak memilih, ada yang menyebutnya banyu mili atau toya mili. Sepintas pamor ini mirip pamor Adeg, bedanya pamor ini tidak sehalus pamor Adeg, lagipula garis-garis tersebut menampilkan kesan seperti air yang mengalir.
ILMENIT, jenis material besi terdiri dari trioksida besi-titanium, berwarna hitam metalik atau setengah metalik, banyak dijumpai dalam pasir besi, terkenal dengan nama pasir Ilmenit. Rumus kimianya Fe2O.TiO2. keris keris buatan pulau Jawa diduga banyak menggunakan bahan mineral ini.
INDARTO, MRANGGI, ahli pembuat Warangka dari Surakarta. Alamatnya , jalan Nirbitan no 3, Tipes, Surakarta.
INLAY, salah satu cara menghias tosan aji, caranya dengan membuat guratan dipermukaan bilah, alur yang terjadi kemudian diisi dengan cairan emas atau perak. Teknik ini banyak digunakan untuk membuat pedang di Iran terutama dikota Isfahan dan Shiraz, di Jawa disebut teknik Sinarasah, dalam pembuatannya teknik Inlay lebih mudah daripada pembuatan kinatah.
INDEX - J
JAKA LOLA, lihat KALOLA
JAKA PRATAMA, KANGJENG KYAI, nama salah satu pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Sengkelat Luk 13, warangkanya dari kayu Timoho dengan pendok emas bertahtakan Raja Werdi. Keris ini merupakan duplikat (putran) dari KK Sengkelat yang dibuat dihalaman Kraton, tadinya milik Penembahan Mangkurat, kemudian ditarik ke Kraton dimasa Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
JAKA SURA, EMPU, EMPU yang hidup dijaman Majapahit, tinggal dikabupaten Jenu, Majapahit, sehingga dikenal juga dengan nama EMPU Adipati Jenu. Keris buatannya mempunyai ciri, Garis Ganjanya datar termasuk Ganja Wuwung, bagian sirah cecak meruncing dibagian ujungnya, ganja ini berukuran “agak gemuk” disbanding dengan ukuran bilah kerisnya. Ukuran bilahnya sedang, pamornya rumit dan halus. Besi yang digunakan hitam legam berserat halus, bilah keris tidak terlalu menunduk dibanding dengan keris buatan Majapahit lainnya. Kalau membuat kembang kacang selalu berbentuk Nguku Bima, lambe gajahnya panjang, blumbangannya agak dalam, begitu pula sogokannya dalam dan panjang, bagian janurnya dibuat tajam. Tikel alisnya juga dalam, secara keseluruhan keris buatan Empu ini berpenampilan keras gagah walau ukuran bilahnya tergolong kecil.
JAKA TUWA, nama salah satu dapur keris, panjang bilahnya sedang, lurus, gandiknya polos, pakai tikel alis, pejetan dan sogokan rangkap tapi pendek, panjang sogokannya hanya separuh dari ukuran normal, ricikan lain tidak ada, kadang disebut juga JAKA UPA.
JAKA TUWA, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Pandawa Paniwen Panji Sekar, warangka dari kayu Timoho Bosokan Kendit Putih, pendoknya blewahan terbuat dari suasa. Semula milik Adipati Purwadiningrat dari Magetan diberikan ke putrinya Kangjang Ratu Kedaton, kemudian menjadi permaisuri Sri Sultan HAMENGKU BUWONO II sehingga kerisnya juga menjadi pusaka kraton.
JAKA UPA, lihat JAKA TUWA.
JALAK, nama salah satu dapur keris lurus ukuran bilah lebar, panjangnya sedang, sor-soran agak tebal, gandiknya polos pejetannya dangkal, memiliki sogokan rangkap. Dibanding sogokan keris lain maka sogokan keris ini tergolong sempit.
JALAK DINDING, atau JALAK DINGIN, keris bilah lurus, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai gusen, pejetan dan pakai tingil. Sepintas mirip sekali dengan keris Tilam Sari, bedanya terletak pada gusen.
JALAK BUDA, keris yang bilahnya lebar, pendek dan lurus. Gandiknya polos, pejetannya dangkal, sogokan rangkap dan tipis, kadang pakai tinggil. Permukaan keris ini tidak rata melainkan kropos bopeng. Besinya mempunyai kesan ngelempung bagai tanah liat.
JALAK MAKARA, seperti pamor JALAK hanya bagian bawah gandinya diukir timbul MAKARA.
JALAK NGORE, adalah salah satu dapur keris lurus, panjang bilah sedang, ada-adanya terlihat jelas dan tebal sampai keujung bilah, gandik polos, pakai pejetan, sraweyan dan greneng.
JALAK PITURUN, atau disebut juga JAKA PITURUN, keris lurus dengan panjang sedang dan gandik polos, memakai pejetan, tingil, ada-adanya jelas dan sogokannya rangkap. Bentuknya mirip Jalak Sangu Tumpeng, bedanya Jalak Piturun tidak pakai tikel alis dan ada-adanya tidak jelas.
JALAK NGUWUH, keris lurus dengan panjang sedang, gandik polos, memakai pejetan dan tingil. Ada-ada terlihat jelas dan tebal, sampai keujung bilah. Bentuknya mirip Tilam Sari, kadang dinamakan Jalak Nguwoh.
JALAK NYUCUP MADU, keris lurus, panjang normal, pejetan, gandik polos, greneng dan sogokan berukuran pendek didepan. Umumnya sogokan sempit dan dalam, memakai tikel alis.
JALAK SANGU TUMPENG, salah satu dapur keris bilah lurus, ukurannya sedang, gandiknya polos memakai tikel alis, pejetan, sogokan rangkap, sraweyan dan tingil. Ricikan lain tak ada. Tuahnya memudahkan mencari rejeki dan pamornya tidak pemilih. Biasanya dipunyai pedagang, pegawai Bank, pengusaha.
JALEN, bagian keris yang berbentuk tonjolan runcing, hanya satu buah, letaknya persis diketiak kembang kacang.
JALAK SUMELANG GANDRING, keris dapur lurus, bilah sedang, gandik polos, pejetan dan sogokan satu didepan. Sogokan belakang tidak ada, memakai tikel alai, kruwingan dan tingil. Bagian ada-adanya cukup jelas.
JALU MEMET, nama bagian keris yang berupa tonjolan runcing, kecil, pada bagian paling bawah dari gandik. Diatas bagian Jalu Memet ini hampir selalu ada Lambe Gajah.
JAMANG MURUB, keris dapur lurus, panjang bilah sedang, bentuknya khas, karena gandiknya polos lebih miring disbanding gandik keris lain, memakai blumbangan, sogokan rangkap berukuran pendek, memakai lis-lisan dan gusen, ada-adanya cukup jelas.
JANGKUNG MANGKUNEGORO, lihat Segoro Winotan.
JANGKUNG, keris luk 3 ukurannya panjang, bilahnya sedang, kembang kacang berbentuk gula milir, sogokan rangkap dengan ri pandan.
JANGKUNG PACAR, Luk 3 panjang bilahnya sedang, kembang kacang, jenggot, lambe gajah dua, sogokan depan berukuran panjang, ada yang sampai tengah bilah dan ada yang sampai pucuk.
JAPAN, EMPU, terkenal dijaman Surakarta Hadiningrat, keris buatannya berciri ganjanya agak melengkung, gulu melednya agak gemuk, sirah cicak meruncing pada bagian ujungnya, wetengannya meramping, buntut urangnya melebar. Bilahnya berukuran sedang , besi tempaannya matang, pamornya menancap lumer pandes pada permukaan bilahnya, motif pamor sederhana, Wos Wutah, Pendaringan Kebak dan pamor sejenis. Bilahnya tidak begitu condong kedepan disbanding dengan keris buatan Surakarta lainnya. Kalau membuat kembang kacang mirip gelung wayang, sogokan agak dalam dan makin meruncing keujung, blumbangannya lebar, dalamnya cukup. Kalau tanpa kembang kacang, gandiknya miring, secara keseluruhan berpenampilan berani dan berwibawa.
JARAN GUYANG, keris dengan Luk 7, gandiknya polos, pakai blumbangan, tingil atau tidak ada tingil melainkan greneng wuwung.
JAKASUKADGA, EMPU, terkenal dijaman PAKU BUWONO IX di Surakarta, buatannya banyak dicintai penggemar keris karena apik dan rapi. Pamornya nginden, ukurannya sedang, tidak terlalu tebal, besinya matang tempaan dan berwarna kebiruan, biasanya berpamor wos wutah, Pendaringan Kebak, Bendo Segoro, Buntut pari dan sejenisnya. Bagian ganja mendatar, sirah cicak berukuran sedang, guru meled dan wetengannya juga sedang, buntut urang melebar diujungnya, kembang kacangnya dibuat menyerupai gelung wayang, lambe gajahnya manis, sogokannya dalam, makin keujung makin sempit, bagian Dha pada Ron Dha dibuat rapi dan jelas. Jika mempunyai luk maka luknya mempunyai lekukan yang dalam sehingga secara keseluruhan berpenampilan menarik hati, tampan dan anggun.
JARUDEH, keris luk 9, ukuran sedang, kembang kacang dan lambe gajah satu, memakai jenggot dan sogokan.
JARUMAN, keris luk 9, ukuran bilah sedang, sogokan rangkap dan memakai sraweyan, gandiknya polos.
JAWA DEMAM, hulu keris yang dikenal di Semenanjung Malaysia, Jambi, Riau, Brunei, Sabah, berbentuk manusia dengan ikat kapala. Sedang melipat tangan didepan, bentuk distilir dengan indah terkadang masih dihiasi dengan ukiran halus dan rumit. Umumnya dari kayu keras, gading atau perak.
JAROT ASEM, nama pamor keris atau tombak yang tergolong langka, gambarnya menyerupai serabut kasar saling menyilang tetapi tidak saling tindih, tergolong pamor sukar pembuatannya dan masuk pamor rekan. Tidak memilih dan juga bertuah pemiliknya lebih teguh hatinya dan besar tekadnya.
JENO HARUMBROJO, EMPU, Kalangan pakar dan penggemar mengakui bahwa EMPU yang ada di Jawa saat ini tinggal satu, yaitu EMPU Djeno Harumbrodjo yang tinggal di desa Gatak, Sleman Yogyakarta (15 km barat Yogya) dari silsilahnya EMPU ini memang keturunan ke 15 dari EMPU Supo pada jaman kerajaan majapahit (abad 13).
JENGGOT, atau JANGGUT, nama bagian keris yang bentuknya berupa tonjolan runcing yang terletak di “dahi” kembang kacang. Jumlah tonjolan ini pada umumnya tiga buah berderetan.
JERUK NIPIS, lihat NIPIS, JERUK.
JIMAT, KANGJENG KYAI, salah satu Tombak Pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur KUDUP GAMBIR, dimiliki Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I sejak masih menjadi Pangeran Mangkubumi.
JIRAK, EMPU, terkenal didaerah Tuban jaman akhir Majapahit sekitar abad 12, keris buatannya bertanda khusus, besinya keras, kering tapi padat. Pamornya lembut menggerombol rapat, kebanyakan Wos Wutah atau Ngulit Semangka. Bentuk bilah manis menyenangkan, bagian “pinggang” bilahnya menyempit ramping, panjang bilah sedang, tebal tipisnya cukup. Kalau pakai sogokan dibuat dangkal, gandiknya pendek ganjanya tergolong ganja wuwung, guru meled dan bagian ganjanya sempit, secara keseluruhan keris ini berpenampilan ayu, cantik dan anggun.
JOHAN MANGANKALA, salah satu dapur keris luk 13, panjang normal, gandik polos, dua sogokan normal, sraweyan dan greneng lengkap.
JWALANA, lihat Pamor Tiban.
INDEX - K
KACANG, EMPU KI, terkenal didaerah Madura pada jaman Majapahit mulai berdiri, tandanya bilah lebar, ukurannya agak lebih panjang dari keris lainnya, besinya keras berpori halus namuk karena mengelompok ada kesan kasar. Ganjanya menampilkan kesan miring, kedudukan keris pada ganja miring kedepan sehingga ada kesan menunduk sopan, bagian gandiknya miring, kalau memakai kembang kacang maka bagian itu relatip besar tetapi ramping, kesannya keris keras, kasar tapi tidak sombong.
KAGOK, model warangka atau ukiran hulu keris yang tidak bergaya Yogyakarta atau Surakarta. Warangka gaya Surakarta mengikuti gaya pesisiran dengan sedikit pembaharuan pada bentuknya sedang warangka gaya Yogyakarta mengikuti gaya Tunggaksemi dengan sedikit pembaharuan pula.
Warangka model kagok dibuat didaerah yang tidak fanatik model Surakarta atau Yogya misalkan Kedu, Banyumas, Bagelen, Jepara tetapi masing masing daerah juga punya cirri khas daerah masing masing.
KALA CAKRA, Kitanah, hiasan berupa pahatan atau relief pada bilah keris atau tombak. Bentuknya berupa binatang Kala dan sebuah lingkaran Cakra. Penambahan ini dimaksudkan sebagai rajah, yakni gambar yang dianggap mempunyai tuah tertentu. Kinatah ini ada yang dilapis emas atau perak.
KALA LUNGA, keris Luk 23, ukuran panjang lebih panjang dari keris biasa memakai kembang kacang, jenggot, lambe gajah dua, jalen dan jalu memet. Memakai sogokan rangkap ukuran normal, sraweyan dan greneng lengkap, termasuk keris langka, seandainya ada biasanya keris lama.
KALA NADAH, keris luk 5, memakai pejetan dan sraweyan, ada sogokan rangkap tetapi hanya pada satu sisi, sisi lain polos tanpa sogokan, ukuran panjang bilah sedang dan termasuk keris langka.
KALA TINANTANG, keris luk 21, ukuran lebih panjang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, ukuran normal, memakai sraweyan dan greneng lengkap, tergolong keris langka dan buatan lama.
KALAWIJA, keris yang luknya lebih besar dari 13, menurut berita, semua keris yang dibuat lebih dari luk 13 diperuntukan khusus untuk mereka yang dinilai masyarakat mempunyai penampilan atau pribadi yang lain umpamanya cacat badan, ahli sastra, tari dan sebagainya.
KANCINGAN, keris dengan Luk 17, ricikannya sederhana, hanya kembang kacang, lambe gajah satu dan tingil saja.
KANDA BASUKI, keris lurus, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, tetapi memakai Jalu Memet dan greneng lengkap.
KALIANJIR EMPU, hidup dijaman Panembahan Senopati, Mataram, tanda tanda kerisnya, Ganja model Sebit Ron Tal ukuran sedang, sirah cecak agak kecil, gulu melednya sempit, yang terbanyak memakai ganja wuwung, tidak memakai pamor. Bilahnya berukuran sedang, baik panjang, lebar maupun tebalnya, kalau membuat luk maka terlihat menyenangkan, kembang kacang seperti gelung wayang, sogokan serasi dan berukuran dalam, jika membuat pejetan atau blumbangan agak sempit dan dalam ukurannya, pamornya tidak tergolong meriah dan biasanya Pulo Tirto. Keris buatannya berkesan luwes menyenangkan tetapi wingit dan angker. Katanya baik untuk pegawai negeri untuk mengangkat derajatnya.
KAMALAN, ramuan dari campuran bubuk belerang, garam dapur dan kadang air jeruk nipis (jeruk pecel), gunanya untuk menuakan keris, tombak dan barang pusaka lainnya, keris yang sudah dikamal maka permukaannya akan terkikis sehingga tidak tampak bekas gerinda, kikir atau asahan.
KANDANGAN, desa dikawasan Sumenep, Madura bekas tempat tinggal EMPU Keleng.
KANTAR, keris luk 13, ukuran bilah sedang memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan.
KANYUT, bagian keris letaknya diujung belakang ganja, dibagian buntuk cecak yang berbentuk buntut urang, bentuknya menyerupai duri pipih yang melengkung runcing, jadi seakan akan buntut urang itu dilengkungkan keatas, sebuah kanyut tidak mungkin dimiliki oleh ganja yang buntut cecaknya berbentuk nguceng mati.
KARACAN, salah satu dapur tombak luk 7, sisi bilah paling bawah berbentuk menyudut, permukaan bilahnya ngadal meteng dengan ada-ada yang hampir tak terlihat karena tipis, tombak ini juga memakai bungkul tetapi kecil dan tipis.Ukuran lebar tombak ini dibagian bawah agak jauh lebih lebar disbanding bagian tengahnya. Karacan termasuk dapur tombak yang langka.
KARANG KIJANG, BESI, penamaan atas salah satu jenis besi, menurut Ronggowarsito, besi Karang Kijang adalah besi yang berurat, uratnya seperti air laut, warnya hitam kebiruan.
KARA WELANG, salah satu dapur keris Luk 13, ukuran sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah hanya satu dan ri pandan.
KARIMO, pembuat keris yang hidup di Bangil, Jawa Timur. Hidup dijaman Belanda, keris dan tombaknya biasanya berukuran kecil dan sederhana garapannya.
KARNA TANDING, lihat KARNA TINANDING,
KARNA TINANDING, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilah sedang, bentuknya ada dua macam. Pertama keris dengan bilah simetris, memakai sogokan rangkap, sraweyan, greneng didepan dan belakang. Ada yang mengatakan tidak pakai greneng melainkan kembang kacang dan satu lambe gajah didepan dan belakang.
KASA, EMPU, terkenal didaerah Madura dan hidup dijaman awal Majapahit. Kerisnya dinilai indah dan ampuh, ukuran bilah sedang,bagian “pinggang” bilah agak ramping, kedudukan bilah condong kedepan. Bagian sor-soran dibuat agak tebal. Bagian ganjanya manis bentuknya dan tergolong Sebit Ron , sirah cicaknya membulat seperti irisan buah melinjo, pamornya lembut tapi meriah, kalau pakai sogokan, maka sogokannya dalam. Kembang kacang, jalen dan lambe gajahnya biasanya kecil. Penampilan keris secara keseluruhan menarik hati, memikat namun anggun.
KATUB, jenis besi pembuat keris, berwarna hitam kehijauan, hijau seperti rumput layu.
KEBO DENGEN, atau MAHESA DENGEN, keris luk 5, keris ini memakai kembang kacang, lambe gajah satu, gandiknya panjang.
KELAP LINTAH, salah satu dapur keris lurus, ukurannya sedang, bilahnya simetris, mempunyai 2 buah gandik, gandik ini polos didepan dan belakang, tanpa ricikan apa-apa. Ganjanya iras dan bentuknya kelap lintah.
KELEM, penamaan jenis pamor melalui kesan penglihatan dan rabaan, jika dilihat pamor itu kurang jelas, kalau diraba terasa nyekrak, tidak halus dan lumer. Ini terjadi karena bahan pamor bukan dari mutu yang baik.
KEBO DENGDENG, atau MAHISA DENGDENG, keris luk 5, mempunyai sogokan rangkap dan tembus dari satu sisi ke sisi yang lain. Ricikan lain tidak ada dan tergolong langka.
KELENG, EMPU, hidup jaman Pajajaran, tanda kerisnya, ganjanya agak panjang, bagian bawah cenderung merupakan garis lurus, tergolong ganja wuwung, sirah cicak tidak lancip, buntut urangnya ada yang papak dan ada yang ngunceng mati. Gandiknya tidak terlalu miring, bulat dan kokoh agak panjang. Kalau memakai kembang kacang, bentuknya bagai tunas tumbuh, bentuk Dha pada Ron Dha tidak tegas. Tikel alis agak pendek, sogokannya dalam dan panjang, bagian janurnya dibuat tajam sampai puyuhan. Empu Keleng menggunakan besi yang madas dan mentah. Besi itu berkesan kering tapi montok. Pamornya lembut, tapi tidak ruwet. Penempatan pamor pada bilah tidak menentu, pada umumnya jenisnya pamor mlumah, antara lain beras wutah, jung isi dunya dan lain lain. Empu ini jarang membuat keris luk, biasanya keris lurus.
KEMBANG KACANG, atau Tlale Gajah, atau Sekar Kacang, adalah nama bagian keris yang bentuknya mirip namanya. Di Semenanjung Malaysia, Riau, Brunei, Sabah disebut Belalai Gajah.. Kembang Kacang ini selalu menempel pada bagian atas dari bagian gandik. Walau secara umum bentuknya sama tetapi kembang kacang ada beberapa variasi bentuk yaitu Nguku Bima, Pogok, Gula Milir dan Nyunti selain itu walau bentuk dasarnya sama tetapi ada beda antara daerah satu dan lainnya.
KERIS TAYUHAN, keris yang dalam pembuatannya lebih mementingkan tuah dari pada keindahan garapannya, pemilihan besi atau keindahan pamor sehingga berkesan wingit, angker. Tetapi karena yang membuat seorang Empu maka factor keindahan tetap ada pada keris tersebut.
KERIS TINDIH, dianggap mempunyai tuah yang baik bagi penggemar tosan aji untuk menetralkan pengaruh yang kurang baik dari keris lainnya. Keris keris yang masuk jenis ini antara lain berdapur Jalak Budo, Betok, Semar Tinandu dan Semar Betak.
KERIS PUSAKA KANGJENG KYAI AGENG KOPEK, keris Pusaka Kraton Yogyakarta yang dianggap PUSAKA UTAMA. Berdapur Jalak Sangu Tumpeng dengan warangka kayu Cendana wangi, pamor tidak diketahui tetapi pendoknya suasa bentuknya blewahan. KKA KOPEK dulu tanda mata Susuhunan PAKU BUWONO III kepada Pangeran Mangkubumi melalui Gubernur dan Direktur Pesisir Utara Pulau Jawa, Nicolaas Hartingh, sewaktu beliau dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 13 februari 1755.
KERIS PUSAKA KANGJENG KYAI AGENG JAKA PITURUN, dianggap keris jabatan Raja Yogyakarta, berdapur Jalak Dinding, wrangka kayu Timoho denganpendok Suasa dihias batu permata. KKA JAKA PITURUN selalu dipakai Pangeran Mangkubumi semasa berperang melawan Belanda.
KEWAL, atau KEWALAN, cara memakai keris di Jawa Tengah, keris diselipkan disela sabuk lonthong, dipunggung, diantara lipatan kedua dan ketiga, kedudukan keris condong ke arah tangan kiri, hulu keris dan warangkanya tetap menghadap kearah kiri. Cara ini hanya boleh dipakai para prajurit dalam situasi darurat, dalam keadaan aman dilarang. Demikian pula orang biasa dilarang menggunakan cara ini.
KIDANG MILAR, keris luk 9, bentuknya sederhana sekali, ukuran bilah panjang, pakai greneng, ricikan lain tidak ada, biasanya hanya ada pada keris tangguh Madura.
KIDANG SOKA, keris luk 9, Ukuran panjangnya sedang, kembang kacang dengan lambe gajah satu, sraweyan dan greneng. Ada pula yang pakai ri pandan.
KI NOM, EMPU, terkenal di akhir Kerajaan Majapahit sampai ke jaman pemerintahan Sultan Agung di Mataram, beberapa ahli keris memperkirakan bahwa usia Ki Nom memang panjang sekali, oleh karena itu dinamakan Ki NOM oleh Sultan Agung karena kekagumannya terhadap Ki Nom. Tetapi sebagian ahli mengatakan bahwa terdapat beberapa empu dengan nama Supo Anom yang merupakan turunan Empu tersebut. Keris keris dan tombak Ki Supo Anom memang indah sekali, banyak diantaranya diberi kinatah baik yang jenis Anggrek Kamoragan atau kenis yang lain. Sampai sekarang keris nya selalu dicari dan harganya mahal, tanda tanda utama memberi penampilan anggun. Mewah dan berwibawa.
Ganja buatan Ki Nom, kebanyakan merupakan ganja wilut dan kelap lintah, sirah cecaknya montok dan meruncing ujungnya, gulu melednya besar dan kokoh, ukuran panjang bilah sedang, lebarnya juga sedang, tetapi tebalnya lebih disbanding keris buatan Mataram lainnya. Bilah buatannya selalu berbentuk nggigir lembu. Pamornya rumit, halus dan padat serta rapi penempatannya, besi yang digunakan 2 rupa, bagian tengah yang bercampur pamor warna besinya hitam keabu-abuan atau hitam keunguan tetapi dibagian pinggir hitam legam.
Bagian kembang kacang dibuat seperti gelung wayang, tetapi berkesan kokoh, dan bila diamati dari sisi atas akan berkesan ramping, jalennya kecil dan lambe gajahnya pendek. Blumbangannya dangkal dan menyempit kearah ujung. Janurnya menyerupai batang lidi.
KIKIK, lihat GANA KIKIK.
KLENTIK, MINYAK, dari buah kelapa digunakan untuk mengolesi tombak, keris, pedang dan lainnya. Agar tidak berbau tengik biasanya dicampur minyak cendana, kenanga atau melati.
KENANGA GINUBAH, pamor yang tergolong pemilih, bisa membuat pemiliknya mempunyai kepribadian menarik dan menonjol dilingkungannya, bentuk menyerupai untaian bunga kenanga.
KENDIT PELET, gambar pada warangka kayu Timoho berupa garis hitam atau coklat melingkar sempurna mendatar ditengah warangka keris atau tombak. Pellet kendit ada beberapa antara lain Kendit Putih, Kendit Simbar dan Kendit Rante. Gambaran kendit ini tidak hanya pada kayu Timoho saja tetapi juga pada kayu Elo Wana serta beberapa kayu lainnya.
KENDIT ILAT-ILATAN, lihat KENDIT SIMBAR.
KENDIT PUTIH, PELET, gambaran pada kayu Timoho berupa garis putih melingkar pada warna dasar kayu yang coklat kehitaman, tuahnya dipercaya disegani orang.
KENDIT RANTE, gambaran pada kayu Timoho berupa garis hitam atau coklat tua yang terputus-putus tetapi saling rapat satu sama lainnya, sering dicari polisi atau jaksa untuk “mengikat” terdakwa agar tidak lari.
KENDIT SIMBAR, gambar di warangka timoho berupa garis hitam atau coklat tua tetapi garis itu tidak rata melainkan robek-robek seperti nyala lidah api sehingga disebut juga Kendit Ilat-ilatan.
KERIS AGEMAN, keris yang dalam pembuatannya lebih mementingkan keindahannya daripada tuahnya, keris jenis ini biasanya dipesan untuk diberikan sebagai kenang-kenangan atau tanda mata.
KERIS MAJAPAHIT, lihat KERIS SAJEN.
KERIS PICHIT, istilah yang dipakai di Semenanjung Malaysia, Brunei, Sabah, Riau untuk keris yang permukaan bilahnya terdapat lekukan lekukan yang menyerupai bekas pijitan. Di Jawa dinamakan keris Pejetan.
Dalam kerisologi, keris Pejetan termasuk dalam golongan keris Tayuhan yang lebih mementingkan kekuatan gaibnya dibandingkan penampilan luar.
KERIS SAJEN, penamaan terhadap keris yang sederhana, kecil dan hulunya menyatu dengan bilahnya, hulu yang terbuat dari logam ini biasanya berupa gambaran manusia yang distilir. Keris saja kebanyakan berpamor sanak. Keris sajen dibuat khusus untuk keperluan sesaji tetapi ada yang menyebutnya keris Majapahit padahal keris Majapahit sebenarnya bentuknya indah dan mutunya tinggi, tidak sesederhana keris sajen.
Banyak keris sajen ditemui di ladang, ditengah sawah atau sungai dan banyak yang sudah tidak utuh karena karat namun karena itulah sering dibayangkan keris tersebut bertuah dan ampuh.
KLEREK, KANGJENG KYAI, nama tombak pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Bandotan Luk 9, semula milik Prawirarana, prajurit Pangeran Mangkubumi. Prajurit ini berhasil membunuh Mayor Clereq sehingga tombaknya dinamakan Klerek dan diminta Pangeran Mangkubumi sebagai pusaka Kraton.
KLIKABENDA, atau Kalika Benda, nama salah satu keris luk 9, memakai gandik polos, pakai pijetan, sraweyan, ri pandan serta greneng. Ada yang menyebut keris Kala Bendu.
KODOK, EMPU, terkenal dijaman Mataram dan hidup di Madiun, ada yang menyebutkan EMPU KODOK nama lain dari EMPU SUPO ANOM, tapi buku yang lain tidak menyebut demikian apalagi ada perbedaan diantara karya keduanya.
Ciri-cirinya, ganjanya mendatar, sirah cecak meruncing pada ujungnya gulu melednya berukuran sedang, kesan keseluruhan galak tapi menyenangkan (sumingit), besinya halus nglugut (berbulu bisa-miang), pamornya rumit, alur garis pamor agak kaku dan tidak begitu halus. Kalau membuat kembang kacang, bagian ini seolah membengkak bagian pangkalnya, pejetannya dibuat dalam, jalennya pendek, sogokan berukuran panjang, janurnya dibuat tajam. Bilahnya tidak begitu lebar sehingga memberi kesan ramping. Kedudukan bilahnya begitu condong kedepan memberi kesan membungkuk.
KORO WELANG, pamor yang menyerupai kulit ular belang, menambah kewibawaan pemiliknya. Termasuk pamor miring dan sukar dibuat serta pemilih.
KUDI, senjata mirip kujang, banyak terdapat di Jawa dan Madura, kalau kujang adalah senjata genggam maka Kudi termasuk tombak tangkai pendek sepanjang sekitar 65 – 80 cm. Ada yang berpamor dan kinatah emas, warangkanya agak aneh sehingga memasukan kudi dari samping bilah bukan dari atas.
KUJANG, senjata khas Parahiyangan, sebenarnya khusus dipakai petani, mulai dibuat sekitar abad 8 atau 9, terbuat dari besi, baja dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 cm dan beratnya sekitar 300 gram. Banyak yang percaya kujang bisa mengusir hama tanaman, menyuburkan tanah dan lainnya.
KUL BUNTET, nama bentuk pamor yang menyerupai bentuk obat nyamuk melingkar, biasanya terletak dibagian sor-soran. Merupakan pamor titpan yang bisa dibuat kemudian, tergolong pamor pemilih dan tergolong pamor miring, keris yang memakai pamor ini biasanya keris Tayuhan.
KUMAMBANG, istilah yang digunakan untuk menilai keadaan “tertanamnya” pamor pada besi bilah keris. Bila hanya menempel saja dan tidak tertanam kuat maka disebut pamor kumambang (mengambang).
KUWUNG, EMPU, Hidup dijaman Pajajaran sekitar abad 11, karyanya kebanyakan berdapur lurus. Tandanya bagian bawah ganjanya cenderung lurus, gandiknya agak tegak, panjang dan membulat bagian depan, memberi kesan kokoh, bentuk huruf Dha pada Ron Dha tidak jelas, sogokannya panjang dan dalam, janurnya dibuat tajam sampai ke pujuhan, kembang kacangnya seperti tunas tumbuh. Empu ini menggunakan besi padat, kedudukan bilah pada ganjanya agak miring, sehingga keris buatannya mempunyai kesan menunduk, sopan. Kerisnya agak lebih besar dan panjang.
INDEX - L
LAKEN MANIK, KANGJENG KYAI, keris pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Sangkelat luk 13, warangkanya dari kayu cendana, pendoknya suasa blewahan. Milik Pangeran Hadiwinata yang diberikan ke Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
LALER MENGENG, nama salah satu dapur keris, bilahnya sedang dan lurus, gandiknya panjang, kembang kacang terbalik, dan tidak terlalu menonjol keluar. Dapur ini tergolong langka dan hanya pada keris keris tua.
LAMENG, salah satu dapur pedang yang tergolong pedang sabet, panjangnya lebih dari 1 meter, tiga perempat punggung bilahnya lurus selebihnya sampai keujung melengkung seperti garis cembung, bagian dibagian ujung lebih lebar disbanding pangkalnya. Seluruh isi punggung pedang majal, sejajar dengan isi punggung terdapat kruwingan, seluruh sisi yang tajam lurus datar. Karena titik beratnya mengarah keujung, maka penggunaannya tidak gampang, kalau salah menggunakan tangan bisa terkilir, oleh karena itu hanya prajurit kraton yang berbadan tegap yang menggunakannya.
LAR BANGO, selain nama dapur keris juga nama dapur pedang, yang berupa pedang panjangnya sekitar 85 – 95 cm ujungnya runcing. Dua pertiga bagian punggung merupakan garis lurus, selebihnya lengkung yang cekung. Bagian yang lurus majal sedang yang cekung makin keujung makin tajam. Sejajar dengan sisi lurus punggung terdapat kruwingan, sisi tajam didepan yang dibawah membentuk garis cekung kemudian berubah cembung sepintas seperti huruf S. walau tergolong pedang suduk tetapi sering menjadi pedang sabet. Titik berat tidak begitu mengarah keujung sehingga enak digunakan. Banyak yang digarap apik dan dihias dengan pamor yang indah.
Sementara yang keris tergolong keris lurus, ukuran panjang bilahnya sedang pipih, ricikannya kembang kacang (biasanya kecil), pejetan, tikel alis dan tingil.
LAR NGATAP, atau LAR NGANTAP adalah salah satu dapur keris bilah lurus, bentuknya agak aneh, gandiknya polos, memakai pejetan, sogokannya rangkap memanjang hingga pucuk bilah, keris ini tergolong langka.
LARUNG, dibuang, biasanya untuk yang bertuah buruk, biasanya keris dibersihkan dulu, dibungkus kain putih dengan bunga dan sedikit kemenyan setelah itu dilarung ditengah kali yang dalam atau laut.
LEGI, EMPU, terkenal pada jaman Mataram, karyanya ditandai dengan ganja melengkung, gulu meled dan sirah cicaknya besar, buntuk urang melebar pada ujungnya, bilah berukuran sedang dan besi berwarna hitam keabu-abuan, tempaannya padat dan matang, pamor rumit dan padat, penampilan memberi kesan lembut dan tampan. Kalau membuat kembang kacang mirip gelung wayang, lambe gajah kecil runcing, sogokannya berukuran pendek, alurnya agak lebar, bagian blumbangan atau pejetan biasanya dangkal dan penuh dengan pamor. Gandiknya miring dan tikel alisnya pendek.
LENGIS, KAYU, kayu yang biasa digunakan sebagai tangkai tombak (landeyan), kayu ini dengan olahan yang baik tidak mudah patah dan ringan serta tetap lurus.
LIMAN LUK TIGA, salah satu dapur keris luk 3, ukuran panjangnya normal, bentuknya hampir sama dengan keris Naga Siluman luk 3, pada bagian gandik sor-soran terdapat gambar timbul berupa gajah utuh, mulai kepala, badan, kaki sampai ekor, ricikan lain hanyalah greneng dan ada-ada. Pada umumnya dilapisi dengan kinatah emas.
LIMARAN, salah satu motif hiasan kinatah dan sinarasah, khusus dibagian metuk pada sebilah tombak. Bentuk hiasan mirip dengan motif batik, limaran merupakan deretan pola segitiga melingkar penuh (tepung gelang – bhs Jawa) pada metuk, dengan posisi saling menyilang.
LIMONIT, salah satu mineral besi terikat air, warnanya kuning, kelabu gelap atau coklat tua, biasanya dari eropa, Jerman, Perancis. Ada juga keris Jawa menggunakan besi in kemungkinan menggunakan sisa dari kereta kerajaan yang berasal dari Eropa.
LINDRI, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta, dapur Pasopati, Warangka dari kayu Timoho dan pendoknya emas murni bertahtakan rajawarna. Dibuat pada Pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono II dan diberikan ke putrinya Kangjeng Ratu Maduretno dan kembali ke Kraton di jaman Sri Sultan Hamengku Buwono V.
LINGIRAN, salah satu dapur tombak lurus, potongan melintang tombak biasanya berbentuk segitiga dan tombak ini berukuran panjang.
LINTANG MAS, pamor yang bentuknya berupa bulatan berlapis seperti pamor Udan Mas, tetapi lapisan bulatannya lebih banyak sehingga garis tengah bulatan mencapai 1 cm atau lebih. Tergolong pamor pemilih cocok untuk pedagang permata, kain.
LIS LISAN, garis batas sepanjang tepi bilah keris sejak dari atas kembang kacang keujung bilah terus kebawah lagi sampai mendekati greneng.
LONING, EMPU, terkenal pada jaman Pajajaran. Tandanya buntut urangnya selalu nguceng mati, ganjanya tergolong ganja wuwung, guru melegnya panjang dan sirah cecaknya membulat, bagai irisan buah melinjo. Ukuran gandik dan bentuknya sedang sedang saja, kembang kacang memberi kesan manis tapi kokoh, lambe gajahnya pendek, sederhana, bagian yang menyerupai Dha pada RON DHA kurang jelas, jika memakai luk tergolong rengkol, besinya berkesan padas mentah, bilahnya lebar dibagian tengah, dan sedang dibagian atas gandik. Apabila ada sogokan biasanya dalam dan panjang, janurnya dibuat tajam sampai ke puyuhan.
LUJUGUNA, EMPU, terkenal pada jaman Kerajaan Kartasura, ada yang mengatakan beliau berasal dari Madura, tanda kerisnya adalah : ganjanya berbentuk garis datar, sirah cecak lonjong dan meruncing pada ujungnya, gulu melednya panjang sehingga terkesan kurus. Kalau membuat kembang kacang bentuknya Nguku Bimo, jalennya berukuran besar, lambe gajahnya panjang menonjol, sogokannya pendek, jika tanpa kembang kacang, gandiknya panjang dan tidak begitu miring. Blumbangannya dibuat dalam, bilahnya berukuran agak panjang dibandingkan buatan Mataram pada umumnya. Pamornya banyak, kurang halus dan tidak nyekrak, yakni tidak perih kalau diraba, penampilannya gagah, kasar dan tegas.
LUK, bagian kelok keris, jumlahnya selalu GANJIL tidak pernah genap, jumlah terbanyak biasanya 13 tetapi ada yang lebih dari itu sampai 29 dinamakan KALAWIJA, sedang jumlah terkecil adalah 3 walau ada yang menyebutkan bahwa keris luk 1 itu ada.
LUMER PANDES, pamor yang tertanam kuat dibilah, menyembul keluar halus tapi jelas.
LUNG GANDU, nama salah satu dapur keris / tombak, jika tombak ber luk 9, seluruh permukaan bilah tertutup kinatah Lung-lungan bentuknya nggigir sapi dengan ada-ada tipis disepanjang bilah, sisi ujung bawah tombak berbentuk menyudut. Karena susah dibuatnya kini dapur ini langka dan jarang ditemui.
LUNG KAMAROGAN, KINATAH, hiasan berupa relief (gambar timbul) di sebilah keris atau tombak, pahatan relief biasanya dilapisi emas, dulu yang berhak memakainya adalah abdi dalem berpangkat Wedana Kliwon, hiasan ini ada yang sepertiga keris, ada yang setengahnya dan ada pula yang sampai ujung bilah.
LUWU, PAMOR, biji besi berasal dari pegunungan Torongku dan Ussu diwilayah Luwu, Sulawesi Selatan. Walau bukan batu meteor tetapi bersipat seperti batu meteor sehingga bisa sebagai bahan pamor.
INDEX - M
MACAN, EMPU KI, terkenal di daerah Madura pada awal kerajaan Majapahit. Tanda tanda keirnya, bilah berbadan lebar, keris itu agak tipis dibandingkan buatan Tuban, besinya halus keras tapi berpori, warna besi hitam kehijauan, jika bilah itu dicuci dalam keadaan putih bersih seakan mengeluarkan bau rempah, pamor keris umumnya lembut dan mubyar. Ganjanya berukuran normal, bagian bawahnya rata. Ganja ini tergolong ganja wuwung, gandiknya miring, kalau memakai kembang kacang maka kembang kacangnya besar dan ramping. Jalennya juga berukuran besar. Sogokannya berukuran dalam, tetapi kaku. Keris kerisnya berpenampilan keras, berwibawa dan tegas.
MAHESA DENDENG, lihat Kebo Dendeng.
MAHESA LANANG, lihat Kebo Lajer.
MAHESA GENDARI, KANGJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur kebo Lajer, warangka dari kayu Timoho. Pendoknya dari suasa. Semula milik Adipati Danurejo yang bergelar KPH Kusumoyudo. Kemudian diserahkan ke Kraton pada masa pemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
MAESALENGI, KANGJENG KYAI, Pusaka kraton Yogyakarta, dapur tidak diketahui pasti, ada yang mengatakan dapur Paniwen ada yang mengatakan Sengkelat, dihias kinarasah emas permata hingga pucuk. Warangka dari kayu Trembalo dengan pendok dari emas Rajawarna, buatan Penembahan Mangkurat dimasa Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dan merupakan putran dari keris milik Tumenggung Sastranegara, bupati Mancanegara.
MAHESA LAJER, lihat Kebo Lajer.
MAHESA NABRANG, dapur keris luk 15, gandiknya polos, lis-lisannya melingkar seluruh bilah. Mulai dari atas gandik sampai kebagian buntut cecak.
MAHESA NEMPUH, dapur Luk 3, ukuran bilah sedang, gadik polos, memakai pejetan dan tikel alis, greneng lengkap.
MAHESA SOKA, dapur Luk 3, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, jenggot, lambe gajahnya dua, tikel alis dan greneng. Sogokannya rangkap sampai ketengah bialah atau kepucuk.
MAHESA TEKI, lihat Kebo Teki.
MALELA KENDAGA, penamaan jenis besi bahan keris atau tosan aji lainnya yang pada permukaan eolah bertaburan kristal kecil yang mengkilap. Keristal keristal yang berkerlip akan tampak terang jika bilah keris itu akan tampak terang bila bilah keris itu dalam keadaan putih bersih. Sebagian pecinta keris membedakan Malela menjadi Pasir Malela dan Malela Kendaga, yang Pasir Malela maka kerlipnya membiaskan warna putih keperakan sedang Malale Kendaga berwarna kuning emas. Keris dengan besi ini biasanya keris lama karena pengolahan bahan pasir besi menjadi besi tidak sempurna.
MALIK, nama jenis besi bahan pembuatan tosan aji, permukaannya kasar dan warnanya hitam keabu-abuan, jika dijentik dengungnya sember, menurut para ahli tuah besi ini buruk sehingga pemiliknya sukar mencari rejeki.
MANCUNGAN, bentuk pamor yang serupa dengan Ujung Gunung hanya letaknya terbalik. Bagian yang lancip justru menghadap ke pangkal. Pamor ini pamor rekan dan pemilih, tuahnya menambah wibawa pemiliknya.
MENGKON, nama salah satu dapur tombak luk 9, tepi bilah tombak bagian bawah membentuk sudut dengan tepi menghadap kebawah, diatas bagian mentuk terdapat bungkul dan diatas bungkul terdapat ada-ada sepanjang bilah, permukaan bilah seluruhnya berbentuk nggigir sapi.
MANGKURAT (1), nama salah satu dapur lurus yang ukuran bilahnya sedang, bagian gandiknya polos, memakai pijetan, tikel alis, sogokan rangkap ukuran normal, gusen dan ri pandan.
MANGKURAT (2), salah satu dapur keris Luk 3, panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, jenggot, lambe gajah satu, pakai tikel alis, pejetannya dangkal, pakai greneng.
MANGKURAT, UKIRAN, ukiran gaya Yogyakarta, berpenampilan sedang, sesuai untuk orang baik tinggi atau pendek, juga cocok untuk orang yang lemah lembut atau kasar.
MANGLAR MUNGA, salah satu dapur luk 3 dengan panjang bilahnya sedang, gandiknya diukir dengan gajah bersayap berbadan naga dan badan ini meliuk ditengah bilah sampai keatas. Ada pula yang badannya “menghilang” ditengah bilah. Ricikan lainnya adalah ri pandan susun.
MANGUN ONENG, KANGJENG KYAI, pedang pusaka milik Kraton Yogyakarta, berdapur lameng, dibawa selalu oleh abdi dalem wanita yang senantiasa berada dibelakang raja dalam setiap upacara besar di kraton.
Kisahnya saat Pangeran Mangkubumi menjadi Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I, saat itu banyak bupati kraton Surakarta ingin bergabung antara lain Mangun Oneng dari Pati, karena dicurigai akan berkhianat maka Mangkubumi memerintahkan orang menghukum mati Mangun Oneng dengan Pedang dan kemudian menjadikan pedang tersebut pusaka kraton.
MANDRABAHNING, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur jangkung mayat, warangka Timoho dengan pendok emas, merupakan putran dari keris KK TOYATINABAN, dibuat oleh Empu Lurah Mangkudahana dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
MANGGAR, merupakan nama pamor keris, tombak atau pedang yang bentuknya menyerupai bunga kelapa dalam untaian. Pamor ini merupakan kumpulan dari bulatan lonjong kecil yang mirip dengan bulatan pamor Wiji Timun yang letaknya berserakan saling menyudut. Pamor Manggar tersusun dari pangkal sampai ujung bilah. Tergolong pamor rekan, tuahnya mudah mencari rejeki dan menonjol dipergaulan, tidak memilih dan tergolong langka, banyak dijumpai di keris buatan Madura.
MANIKEM, pamor yang gambarnya merupakan bulatan bulatan berlapis, berjajar berderetan dari pangkal sampai ujung bilah, garis tengah bulatan mencapai 1.5 – 2 cm dan tiap bulatan terdiri lebih dari 8 lapis. Bulatan satu dengan lainnya dihubungkan dengan garis garis pamor. Disukai pedagang dan pengusaha karena tuahnya gampang mencari rejeki.
MARANGI, atau mewarangi adalah pekerjaan membersihkan dan memberi warangan pada bilah keris atau tosan aji lainnya. Tujuannya untuk menampilkan gambaran pamor sekaligus menambah keawetan keris tersebut. Jika proses ini berjalan baik maka pamor akan tampak maksimal dan indah. Sebelum diwarangi, keris harus lebih dahulu dibersihkan sampai putih, disebut mutih, ini membersihkan bilah dari sisa minyak, warangan atau karat. Cara mewarangi ditiap daerah berbeda walau tujuannya sama. Sisa warangan lama dan karat dibersihkan dengan cara merendam dalam air kelapa basi (setelah disimpan sekitar 2 minggu), bisa juga dengan memakai buah mengkudu masak sekitar 15 buah. Setelah direndam, tergantung dengan tebal karat atau banyak kotoran, seringkali rendaman ini memakan waktu 1 minggu atau lebih, maka bilah dicuci dengan air jeruk nipis dicampur buah klerak atau bisa juga dengan sabun colek, dibilas, digosok dengan sikat gigi secara perlahan agar tidak merusak pamor. Proses ini diulang sampai bilah berwarna putih dan tidak ada lagi minyak atau kotoran lain menempel di bilah. Warangan yang baik adalah berupa kristal warangan alam yang berwarna jingga kemerahan, setelah dihancurkan menjadi bubuk, dicampur dengan air perasan jeruk nipis. Sering karena mendapatkan warangan susah, maka orang menggunakan arsenikum, tetapi hasilnya kurang baik.
MARAK, adalah salah satu dapur keris lurus berukuran sedang, gandik polos. Memakai sogokan didepan, greneng lengkap. Kadang disebut dapur Merak.
MARA SEBA, salah satu dapur keris lurus ukuran sedang. Gandik polos dengan pejetan, tanpa tikel alis. Memakai greneng, sogokan rangkap, ukuran normal tetapi bagian janurnya tebal sehingga jarak sogokan depan dan belakang terkesan jauh.
MASUH, tahap awal pembuatan tombak, keris dan lainnya. Bagian besi ditempa berulang kali sehingga kotoran dan kandungan karbon keluar sebagai percikan bunga api, jika sudah selesai maka besi ini menjadi besi wasuhan yang bersifat ulet, liat dan mudah dibentuk.
MAYANG MEKAR, nama pamor yang tergolong langka, tergolong pamor rekan dan bertuah dikasihi rekan sekelilingnya tetapi teramasuk pamor pemilih.
MAYAT MIRING, dapur keris lurus berukuran sedang, ganjanya agak membungkuk dan bagian gandiknya polos. Memakai gusen, sogokan belakang dan pejetan. Bila posisi bilah tidak membungkuk biasa disebut dapur MAYAT saja.
MBATOK MENGKUREB, sebutan model ganja keris yang bentuknya melengkung, dilihat dari samping seperti garis cekung. Mirip ganja sebit ron tal, bedanya pada Mbatok Mengkureb garis dibawah sirah cicak den gulu meled juga cekung.
MBUGISAN, penamaan pamor berdasarkan kesan penglihatan terhadap pamor tersebut. Pamor apapun yang ada degradasi warna antara besi dan pamor tidak jelas disebut mbugisan, ini terjadi saat dibuat suhu terlalu tinggi sehingga bahan pamor luluh kedalam bahan besinya.
MBUNTUT TUMA, salah satu dari 4 macam bentuk ujung bilah keris atau tombak, menyerupai bentuk ekor kutu rambut. Keris buatan Surakarta banyak yang ujungnya berbentuk mbuntut tuma, lagi pula bentuk ini kebanyakan hanya disukai oleh pecinta keris di daerah Surakarta.
MBUNTUT URANG, lihat buntut urang.
MEGANTARA, nama salah satu dapur keris Luk 7, model luknya menyerupai dapur Murma Malela, jarak antara luk pada bagian dekat dengan ujung bilah lebih rapat satu sama lain disbanding dengan bawahannya. Ricikan kembang kacang, lambe gajah satu, jalen dan greneng.
MEKANGKANG, nama jenis bahan besi untuk membuat keris, ada dua macam yaitu Mekangkang Lanang dan Wadon, tuah dari Mekangkang Lanang baik untuk prajurit, bisa menambah waibawa, warnanya hitam keunguan dan jika diamati teliti seakan mempunyai semacam urat urat halus tetapi kalau diraba permukaannya halus lumer dan kalu dijentik berbunyi dengung yang panjang. Untuk Mekangkang Wadon warnanya ungu tua kebiruan, pada permukaannya seolah tersebar kristal kecil yang membiaskan warna kebiruan, jika dijentik berbunyi dengung pendek. Konon baik untuk pegawai agar disayang atasan.
MELATI RINONCE, pamor yang bentuknya mirip untaian bunga melati yang diuntai dengan benang mulai ujung pangkal sampai ujung bilah, tergolong pamor rekan dan tidak memilih. Dipercaya baik untuk mencari rejaki.
MELATI RINENTENG, sebutan lain melati rinonce.
MELATI SINEBAR, pamor berbentuk kumpulan bulatan menyebar berurutan dari ujung bilah sampai pangkal, penampang bulatan terluar sekitar 1 cm, biasanya ada 6 atau 8 lapis bulatan. Bukan pamor pemilih, disukai pengusaha dan pedagang, termasuk pamor rekan.
MENDAK, perlengkapan hiasan pada sebilah keris, bentuknya seperti cincin melingkar pada pangkal pesi sebilah keris. Terbuat dari logam perak, emas atau suasa/kuningan. Seringkali ditambah permata, intan berlian atau batu mulia lainnya, harganya bisa bervariasi dan menentukan status social pemakainya.
MENDARANG, atau Mundarang, dapur keris lurus berukuran sedang. Memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan dan greneng lengkap.
MENDUNG, EMPU, empu yang hidup didaerah Blambangan pada jaman Majapahit. Tanda keris buatannya, bentuknya sedang, kesannya ramping dan manis namun keras berwibawa, besinya umumnya hitam dengan tempaan matang namun ada kesan glugut seperti berbulu halus. Jika memakai sogokan biasanya dangkal dan agak pendek. Kalau memakai luk biasanya dalam dan rengkol memberi kesan padat. Pamornya umumnya merata penuh tetapi tidak mubyar.
MESEM, keris lurus dengan panjang bilah sedang. Memakai kembang kacang, lambe gajah satu.
METUK, merupakan bagian tombak yang bentuknya seperti cincin. Letaknya tepat dibawah sor-soran. Kegunaannya untuk menahan bilah tombak apabila ada benturan masuk kedalam tangkainya. Sering dihias dengan ukiran berbagai motif seperti limaran, teratai.
MIJI TIMUN keras diujungnya, maka bilah tombak tidak, lihat Wiji Timun.
MINETTE, jenis mineral besi berwarna coklat terdiri dari trioksida besi terikat air dengan rumus kimia Fe2O3H2O.
MINYAK KERIS, campuran beberapa jenis minyak digunakan untuk pewangi dan pengawet tosan aji, umumnya campuran minyak cendana, melati, kenanga dan lainnya, sebagai pencampur umumnya minyak klentik atau sekarang banyak dipakai minyak Singer. Minyak yang kurang baik akan menyebabkan bau tengik, mengakibatkan jamur dan merusak bilah.
MLOYOGATI, EMPU, nama empu yang kurang terkenal dari Blambangan dijaman Majapahit. Kerisnya berbilah kecil agak tebal tetapi ramping. Besinya seringkali berwarna hitam kelam pada tempaannya. Banyak membuat pamor miring. Ganjanya sering model Mbatok Mengkurep, secara keseluruhan kerisnya memberi kesan tangkas, terpercaya dan manis dipandang.
MINYAK RASE, bahan pembuat minyak keris dari binatang Rase, sejenis Musang, didekat alat kelaminnya. Sudah jarang dipakai karena populasi Rase yang tinggal sedikit.
MRANGGI, orang yang punya keahlian membuat warangka keris, tombak atau sarung pedang. Biasanya juga sebagai tukang mewarangi. Ia harus bisa memahami watak pemesannya agar bentuk warangkanya sesuai dengan sifat orang tersebut. Selain itu mengetahui sifat kayu dan jenisnya agar menghasilkan bentuk warangka yang artistic, baik dan tahan lama.
MRAMBUT, bentuk pamor menyerupai garis yang membujur dari pangkal keujung bilah. Garis ini bukan garis yang utuh melainkan terputus-putus, sepintas lalu seperti pamor Adeg, bedanya pamor Adeg garisnya tidak terputus. Tuahnya menangkal segala sesuatu yang tidak diingini, pamor ini pemilih.
MRUTUSEWU, salah satu bentuk pamor dengan gambaran merupakan kumpulan garis-garis dan bulatan yang saling berdekatan sehingga tampak ruwet, sepintas mirip pamor Sisik Sewu. Tersebar dari pangkal sampai ujung bilah. Termasuk pamor mlumah, tidak pemilih dan tuahnya untuk pergaulan.
MULYAKUSUMA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta, dapur Pendawa Cinarita, luk 5 dengan warangka dari Cendana. Pendoknya jenis blewahan serta dari suasa. Keris ini didapat sebagai hadiah untuk Sri Sultan Hamengku Buwono II ketika ditawan di Pulau Penang.
MURMA MALELA, Salah satu keris dapur luk 7 dengan luk makin kearah pucuk makin rapat. Ricikannya, kembang kacang dan lambe gajah dua, tergolong dapur langka.
MUNGGUL, PAMOR, bentuknya seperti bisul, menonjol dari permukaan bilah sebesar biji kacang hijau atau lebih besar sedikit. Pamor ini sangat keras dan tidak hilang dikikir dengan kikir baja karena terbuat dari bahan titanium yang keras. Dianggap pamor yang baik dan sukar dicari, sering selain pada keris Jawa , pamor ini terdapat di badik badik buatan Bugis dan Luwu.
MUTIH KERIS, satu tahapan dari membersihkan serta mewarangi keris. Biasanya direndam air kelapa basi baru disikat perlahan lahan dilarutan jeruk nipis berkali-kali sampai sisa warangan dan minyak hilang sama sekali dan keris tampak putih seperti pisau dapur yang baru diasah.
INDEX - N
NABI SULAIMAN, nama pamor yang letaknya didaerah sor-soran, merupakan pamor titipan, pamor yang dibentuk kemudian setelah bilah keris selesai dikerjakan. Bentuk pamor menyerupai bintang segi enam, tuahnya baik terutama dalam keadaan darurat tetapi pamor ini pemilih dan katanya hanya raja atau keturunannya yang bisa memilikinya.
NAGA GAJAH, keris luk 7, gandik keris diukir kepala gajah lengkap dengan telinga dan belalai tetapi tanpa badan. Ricikan lain adalah sraweyan, ri pandan dan greneng. Kadang memakai gusen, selain itu tak ada ricikan lain. Keris ini tergolong langka, seandainya ada kemungkinan bikinan baru atau tangguh muda, adapun pecinta keris menyebutnya Naga Liman.
NAGA KIKIK, lihat GANA KIKIK.
NAGA KIKIK LUK LIMA, liaht Naga Salira.
NAGA LIMAN, lihat NAGA GAJAH.
NAGA PASA, lihat NAGA TAPA.
NAGA PENGANTEN, salah satu dapur luk 9, keris ini gandiknya kembar depan belakang dan diukir kepala Naga dengan badan saling membelit mengikuti kelokan luk pada bilah keris. Bagian ganja memakai greneng, pada umumnya dihiasi kinatah emas. Seringkali pada moncong dua Naga tersebut dijejali dengan butiran emas atau berlian. Tujuannya untuk meredam sifat galak dari penampilan Naganya.
NAGA KERAS, salah satu dapur keris luk 7, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap dan sraweyan. Ada yang mengatakan gandiknya dibuat dengan bentuk kepala Naga dengan ekornya meliuk mengikuti belokan luk sampai keujung. Keris ini memakai greneng, tetapi menurut buku lama keris ini dinamakan Naga Sasra luk 7.
NAGA PUSPITA, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, dapurnya tidak jelas, ada yang mengatakan berdapur Sengkelat tetapi ada yang mengatakan berdapur Naga Sastra. Warangkanya kayu Trembalo, pendok dari emas bertahta intan permata, dibuat di jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO II, tempat pembuatannya di Pulo Gedong, Taman Sari. Setelah selasai diberikan pada Gusti Raden Mas Surojo yang kemudian menjadi Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
NAGA, KANGJENG KYAI, salah satu Pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Pasopati, pamor Kembang Pala, warangka kayu Timoho jenis bosokan, dengan pendok Emas Rajawarna.
Dibuat di Tamanan Kraton, dimasa pemerintahan Sri Sunan HAMENGKU BUWONO I.
NAGA RANGSANG, bentuk pamor yang mirip dengan Blarak Ngirid, perbedaan hanya pada arah garis yang menyerupai daun kelapa, pada Blarak Ngirid arahnya keujung sedang Naga Rangsang sebaliknya. Tuahnya menambah wibawa, tetapi pamornya pemilih.
NAGA RANGSANG, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Jalak dengan Gandik Naga, keterangannya tidak jelas, mungkin dapurnya Naga Tapa, Warangkanya kayu Cendana, pendok dari emas bertahtakan permata, semula milik Sri Sunan HAMENGKU BUWONO I.
NAGA SALIRA, salah satu dapur keris luk 5, bentuknya ada 2 macam.
Yang pertama : Gandik keris ini diukir dengan bentuk Serigala duduk, kadang dinamakan Naga Kikik luk 5, sumber lain mengatakan mirip dengan Naga Siluman, jadi pada gandik diukir kepala Naga bukan Srigala, bedanya pada bagian badan lengkap dengan sisiknya sedang Naga Siluman tidak.
NAGASASTRA, salah satu dapur luk 13, bagian gandik diukir dengan kepala Naga sedang badan mengikuti luk ditengah bilah sampai keujung, ricikan lain kruwingan, ri pandan dan greneng, pada dapur Nagasastra yang baik biasanya dilapisi dengan logam emas (Kinatah mas), dapur Nagasastra ada yang luk nya 9 dan 11 sehingga harus disebut luknya.
NAGA SILUMAN (1), salah satu dapur keris luk 7, bagian gandik ada ukiran Naga dengan mulut menganga lalu badan naga menghilang dibagian bilah, selain itu terdapat sraweyan, ri pandan dan greneng. Dapur ini tergolong popular.
NAGA SILUMAN (2), salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilah sedang, bagian gandik diukir kepala Naga dan badan menghilang menyatu dengan bilah, ganja nya biasanya Kelap Lintah.
NAGA SINGA, lihat Singa Barong.
NAGA TAPA, salah satu dapur keris lurus dengan bilah sedang, gandik diukir Kepala Naga sedang badan Naga ditengah bilah sampai ujung. Biasanya memakai greneng lengkap, sebagian menyebutkan keris ini berdapur Naga Pasa.
NEM-NEMAN, sebutan untuk keris atau tombak yang belum lama dibuatnya, berlaku di Surakarta, Yogyakarta dan sekitar dijaman Sunan Pakubuwono IX dan X serta Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan VIII.
NGADAL METENG, penamaan terhadap bentuk permukaan bilah keris atau tombak jika permukaan itu cembung dan menyerupai punggung binatang kadal yang sedang mengandung sehingga disebut Ngadal Meteng.
NGAMAL, Pelet, lihat Nyamel, Pelet.
NGAMPER BUTA, keris luk 17, tergolong Kalawija, ukuran panjang bilahnya sedang, kembang kacang, lambe gajah satu, jalen blumbangan dan greneng lengkap. Dapur Ngamper Buto tergolong langka.
NGERON TEBU, penamaan tepi bilah yang tidak rata dan menggerigi karena penempatan bahan pamor ditepi bilah, sebagian orang mengatakan ini kurang baik karena tepinya tidak rata tapi sebgian lagi mengatakan baik. Keris ini menggunakan bahan pamor lebih banyak dibandingkan keris biasa.
NGGAJIH, penamaan pamor berdasarkan kesan penglihatan, pamor yang tampak berlemak disebut Nggajih. Jadi pamor jenis apapun kalau tampaknya berlemak disebut Nggajih seperti Ngulit Semangka Nggajih dan sebagainya.
NGGIGIR LEMBU, atau Nggigir Sapi, penamaan bentuk permukaan bilah keris atau tombak. Memakai ada-ada jelas dan disisi kiri kanan bagian ada-ada itu memberi kesan “montok”, maka permukaan bilah seperti itu dinamakan Nggigir Lembu.
NGINDEN, penampilan pamor yang seolah dapat membiaskan cahaya berkilau seperti akik.banyak dijumpai keris nem-neman buatan Surakarta.
NGINGRIM, salah satu ragam pelet pada kayu Timoho, gambaran itu berupa garis-garis pendek dan panjang bercampur sejajar tak beraturan. Warna garis itu hitam dan coklat tua diatas kayu berwarna coklat keputihan atau abu-abu, kayu ini biasanya mahal harganya.
NGLEMPUNG, jenis besi yang penampilannya mempunyai kesan padat dan matang tempaan. Besi yang nglempung seolah tidak berpori sehingga tidak gampang kropos.
NGLOLOS PUSAKA, salah satu cara melepaskan keris dari warangka dengan cara menggerakan warangka tersebut, sehingga bilah keris keluar dari warangka. Caranya dengan memegang ukiran (hulu keris) dengan tangan kanan. Tangan kiri memegang bagian pendok atau gandar keris kemudian bergerak menjauhi badan sedangkan tangan kanan tetap.
NGRING HESTI, salah satu dapur tombak lurus, bilah simetris, menyerupai dapur Baru, bagian tengah sisi bilah ada lekukan landai menyerupai pinggang,lebar bilah bagian atas pinggang lebih sempit dibandingkan bawahnya, sedikit dibagian bawah ada pudak sategal simetris di kiri, kanan sisi bilah.
NGRING SEMBEN, salah satu dapur tombak lurus, symetris, bagian atas menyerupai bentuk Daun Andong, bagian diatas mentuk ada bungkul tipis, diteruskan ada-ada sampai ujung bilah dan permukaannya berbentuk Nggigir Sapi.
NGUCENG MATI, salah satu bentuk ujung dari buntut cecak pada sebuah ganja. Ujungnya meruncing seolah merupakan ujung sumbu lilin atau lampu minyak, ganja ini banyak terdapat pada keris buatan Pajajaran, Tuban dan Madura tua.
NGUDUP GAMBIR, salah satu dari 4 macam bentuk ujung sebilah keris atau tombak, menyerupai kuncup Bunga Gambir yang belum mekar, banyak terdapat pada ujung tombak.
NGUKU BIMA, salah satu bentuk Kembang kacang, menyerupai kuku Bima dalam Wayang, bagian pangkal besar dan lebar sehingga menimbulkan kesan kokoh, sedang ujungnya meruncing tetapi tidak melingkar seperti gelung wayang.
NGULIT SEMANGKA, nama pamor yang mirip kulit semangka. Tergolong pamor tiban, tuahnya memperluas pergaulan, tergolong pamor mlumah dan cocok dipakai siapapun.
NUR, nama pamor yang berbentuk mirip hurup S terletak dibagian sor-soran. Tuahnya baik sebagai tempat bertanya, cocok untuk guru, tergolong pamor pemilih.
NGUNUS PUSAKA, salah satu cara melepas keris dari Warangkanya. Tangan kanan memegang hulu keris, tangan kiri memegang pendok atau gandarnya, kemudian tangan kanan bergerak keluar manjauhi badan sedangkan tangan kiri tetap pada tempatnya, cara ini hanya dilakukan bila akan digunakan untuk maksud yang kurang baik.
NIPIS, JERUK, jeruk yang digunakan untuk mencuci dan pembersih keris, tombak dll, ilmiahnya bernama Citrus Aurantifiola, di Jawa Tengah dan Timur disebut Jeruk Pecel.
NYAMBA, hulu keris berbentuk kepala dan tubuh tokoh wayang, kebanyakan berbahan kayu dan diukir lalu disungging. Ada juga yang berhulu tanduk, gading atau bahan logam.
NYAMEL, bentuk gambaran pellet kayu Timoho, berupa noda hitam besar (ceplok-ceplok, bhs Jawa), bentuk tak menentu tetapi mendekati bulat. Disukai walau sederhana tetapi indah.
NYEPUHI, cara yang digunakan empu agar kerisnya tidak mudah bengkok dan tidak gampang majal, keris yang sudah selesai penggarapannya dibakar lagi sampai sekitar 500 derajat C, segera dimasukan kedalam air dingin atau air ramuan atau air kembang setaman, atau dimasukan kedalam minyak baru ke air. Nyepuhi pekerjaan yang paling banyak resikonya jika gagal maka keris yang telah 99% selesai akan gagal, langsung rusak tidak bisa diperbaiki lagi.
NYUJEN, salah satu dari 4 bentuk ujung keris atau tombak, menyerupai tusukan sate, keris buatan luar Jawa banyak yang Nyujen Sate, selain Nyujen ada yang berbentuk Gabah Kopong atau Mbuntut Tuma.
INDEX - O
OGLENG, salah satu cara pemakaian keris di Jawa Tengah khususnya di daerah Surakarta. Keris diselipkan disela sabuk lontong dilipatan kedua dan ketiga dari atas, yang umum keris dicondongkan kearah tangan kanan dengan hulu dan warangka menghadap ke kiri.
INDEX - P
PAGELEN, EMPU, Empu yang hidup dijaman Pajajaran, walau karyanya indah namun disbanding empu yang lain dia kurang terkenal, mungkin karena karyanya tidak banyak. Ukuran bilahnya panjang lebar dan besar, memberi kesan gagah. Ganjanya panjang dan lurus berbentuk Ganja Wuwung, guru melednya panjang, sirah cecak agak membulat dan blumbangannya berukuran luas. Umumnya keris buatan empu ini berwarna hitam padat liat dan berkesan kering, pamornya lembut dan pandes, seolah tertancap kuat di bilah, gambar pamor sederhana, terbanyak Wos Wutah, kedudukan keris pada ganjanya tidak terlalu membungkuk. Penampilannya memberikan kesan tenang, berwibawa dan menarik hati.
PAKEM KERIS, panutan, pegangan dan rujukan segala sesuatu mengenai yang berkaitan dengan eksoteri keris, tetapi kadang ada perbedaan sedikit dari apa yang dianut oleh satu dengan yang lain.
PAKUBUWANAN, UKIRAN, model hulu keris gaya Yogyakarta, ukirannya berpenampilan “kendo” sesuai dengan orang yang berwatak sabar, lembut dan sedang tingginya.
PAMENGKANG JAGAD, adalah bilah keris yang retak terbelah dibagian tengah atau bawah, ini karena sewaktu penempaan suhunya kurang tinggi sehingga satu saat penempelan besi dan pamor akan lepas dan retak. Walau termasuk keris cacat, tetapi banyak juga yang menyukainya.
PAMETRI WIJI, organisasi pecinta budaya keris dan senjata traditional Indonesia. Di Yogya didirikan sekitar tahun 1982, di Jakarta tahun 1983 didirikan juga organisasi serupa.
PAMOR AKHODIYAT, adalah bagian kelompok pamor yang mempunyai kecerahan lebih dari yang lain, sepintas seperti lelehan putih keperakan. Ini yang terjadi karena suhu yang tepat saat penempaan.
PAMOR LULUHAN, terjadi karena proses pemanasan yang suhunya terlalu tinggi, bahan besi dan pamor menyatu terlalu erat sehingga batas besi dan pamor susah dilihat dengan mata. Yang banyak memakai pamor ini adalah keris buatan Blambangan.
PAMOR MAS KEMAMBANG, pamor yang letaknya dibagian Ganja. Bentuknya merupakan garis mendatar yang berlapis-lapis, termasuk baik tuahnya.
PAMOR MUNGGUL, pamor yang bentuknya seperti bisul, menonjol dari permukaan bilah sebesar biji kacang hijau atau lebih besar sedikit. Pamor ini sangat keras dan tidak bisa hilang walau dikikir dengan baja karena sifat bahannya sangat keras (Titanium).
PAMOR REKAN, pamor yang gambar motifnya sudah dirancang terlebih dahulu dan biasanya berdasarkan pesenan calon pemilik keris.
PAMOR SUMBER, pamor yang letaknya dibagian ganja, bentuknya bulatan berlapis-lapis, paling sedikit ada 3 lapisan. Dalam sebuah ganja, jumlah bulatan yang menyerupai “mata-kayu” itu paling sedikit 6 buah, pamor ini tergolong baik dan dicari orang.
PAMOR TIBAN, tidak direncanakan terlebih dulu, si empu hanya menempa sambil berdoa, contohnya Wos Wutah, Pandaringan Kebak, Pulo Tirto, Tunggak Semi dll.
PAMOR WINIH, pamor yang terletak dibagian ganja bentuknya berupa bulatan berlapis-lapis, paling sedikit tiga lapisan, semacam “mata-kayu”. Pamor ini tergolong baik dan dicari orang.
PANAH, senjata traditional yang dijumpai disemua daerah. Terdiri dari dua bagian yaitu busur dan anak panah. Di Indonesia biasanya busar dibuat dari kayu atau bambu sedang anak panah dari bambu, kayu atau rotan.
PANCURAN MAS, PAMOR, pamor yang gambar motifnya menempati dua pertiga bagian keris, yaitu bagian bilah dan ganja. Gambarnya berupa garis lurus mulai ujung bilah sampai pangkal yang bersinggungan dengan bagian ganja. Kemudian dibagian ganja, garis itu pecah menjadi dua, secara menyeluruh seperti lidah ular bercabang. Pamor ini dinilai baik untuk pedagang dan pengusaha.
PANDES, istilah untuk menyatakan “tertanamnya” pamor pada wilah besi. Pamor ini tampaknya seolah tertanam kuat pada bilah besi dan menyembul keluar kepermukaan dengan jelas dan tegas. Penyebutan pamor pandes biasanya hanya digunakan untuk mengamati tangguh keris, misalnya salah satu tanda keris buatan empu Ki Nom adalah, pamornya Pandes.
PANDU NAGA, nama salah satu dapur tombak luk 3. memakai gandik yang dibentuk menyerupai kepala Naga dikedua sisi didaerah sor-soran. Badan Naga mengikuti lekukan tepi bilah sesuai dengan luknya, sedang ditengah bilah diantara badan Naga tersebut berbentuk ngadal meteng. Tombak ini tergolong langka dan biasanya dari jaman Mataram Sultanagungan.
PANGERAN SEDAYU, atau PANGERAN SENDANG SEDAYU, nama seorang empu terkenal dijaman Majapahit. Kerisnya dapat ditandai dengan cirri sebagai berikut, Ganjanya tergolong Ganja Wuwung, yakni datar, namun dibagian ujung dekat buntut cecak agak melengkung kebawah. Ukuran ganja sedang, demikian pula ukuran bagian bagian ganja semua serba serasi, bagian buntut cecaknya berbentuk buntut urang. Bilahnya berukuran sedang, baik panjangnya, lebar maupun tebalnya, pendek kata semua dibuat serasi. Seluruh bagian keris, termasuk ricikannya digarap dengan cermat, rapi, ayu dan sempurna. Begitu rapinya sampai-sampai tepi bagian sogokannya mempunyai kesan tajam. Oleh kebanyakan pecinta keris, buatan Pangeran Sedayu dianggap sebagai keris yang paling sempurna dari semua keris yang ada.
Salah satu tanda paling menyolok, besinya selalu dari bahan pilihan, hitam, halus dan lumer matang tempaan. Kesannya seolah-olah besi itu selalu basah bahkan menurut pecinta keris cukup diberi minyak dua tahun sekali dan dibersihkan serta diwarangi tiap 5 tahun sekali. Pendapat ini didasarkan karena memang besi itu benar-benar tahan karat. Pamor keris ini tergolong pamor luluhan yang lembut sekali, pamor yang muncul ke permukaan bilah sedikit sekali, bahkan tidak ada yang nyata nyata muncul. Keris buatannya mempunyai penampilan tampan, tangkas, berwibawa oleh karena itu banyak diminati pejabat negara atau mereka yang tergolong pemimpin. Dan karena keindahan serta kesempurnaan garapannya maka nilai dan mas kawin keris buatan Pangeran Sedayu tergolong yang tertinggi dibandingkan yang lain.
PANGOT, salah satu senjata tradisional di Jawa dan Bali, bentuknya menyerupai pisau dapur tetapi dibentuk rapi dan indah. Punggung bilah tumpul. Pada ujung bilah bentuknya agak mencuat kebelakang. Walau dibuat dari besi baja, kadang diberi pamor. Pangot memang dibuat untuk keperluan praktis.
PANGGANG LELE, nama salah satu dapur tombak luk 3, disisi bilah yang menghadap kebawah terdapat semacam bentuk yang menyerupai jenggot. Diatas bagian mentuk terdapat bungkul yang diteruskan dengan ada-ada yang terlihat jelas sampai keujung bilah. Seluruh permukaan bilah berbentuk nggigir sapi.
PANGGANG WELUT, salah satu dapur tombak luk 5 atau 7, disisi bilah yang menghadap kebawah ada semacam bentuk yang menyerupai jenggot. Diatas begian mentuk terdapat bungkul yang dilanjutkan dengan ada-ada sampai keujung bilah. Separuh panjang tombak bagian bawah permukaannya berbentuk ngadal meteng, sedang diatasnya pipih datar saja.
PANIMBAL, salah satu dapur keris luk 9, ukuran sedang memakai kembang kacang, lambe gajah ada dua, memakai sogokan rangkap, sraweyan dan greneng. Ricikan lain tidak ada.
PANINGSET, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya, luk 13 dan berdapur Parungsari, warangka dari kayu Trembalo dengan pendok dari emas murni bertahta emas permata dikelilingi manik manik. Semula keris ini milik Pangeran Mangkukusuma yang kemudian dipersembahkan ke Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
PANIWEN, nama salah satu dapur keris luk 9, ukuran bilah sedang, memakai kembang kacang, kadang-kadang kembang kacangnya pogok, lambe gajahnya satu, selain itu sogokan nya rangkap, sraweyan dan greneng.
PANJAK, sebutan orang yang bekerja pada seorang empu. Ia merupakan tenaga kasar yang kerjanya menempa, menangani ububan dan menambah arang di perapian serta kerja kasar lainnya. Seorang panjak yang menyerap ilmu sang empu suatu saat bisa juga menjadi empu.
PANJAK SEDAYU, sebutan bagi kelompok pembantu empu Pangeran Sedayu yang juga membuat keris mirip dengan karya empu Pangeran Sedayu pada jaman Majapahit, walau belum punya nama sendiri tetapi keris buatannya cukup indah.
Keris ini berukuran bilah sedang, besinya hitam berserat, pamor sederhana, umunya Pulo Tirto atau Wos Wutah, tanda tanda lainya bagian ganja mempunyai sirah cecak yang meruncing ujungnya. Guru melednya sedang, wetengannya juga sedang. Sogokannya dalam, ujungnya agak melengkung, janurnya dibuat tajam. Kalau membuat Dha pada bagian Ron Dha, jelas dan manis sekali. Kruwingannya jelas, begitu juga kalau membuat gusen dan lis-lisan. Bagian ada-ada dibuat rapi sehingga ujung bilah. Keris buatan Panjak Sedayu mempunyai penampilan manis berwibawa tetapi tidak seanggun buatan Pangeran Sedayu.
PANJIANOM, atau Panji Nom, salah satu dapur keris lurus. Bilahnya berukuran sedang, bentuknya berkesan agak membungkuk mamakai sogokan rangkap, sraweyan dan greneng.
PANJI HARJAMANIK, KANGJENG KYAI, salah satu pusaka kraton Yogya, berdapur Pendawa Paniwen walau nama ini tidak ada dalam Pakem Dapur Keris. Warangka dari kayu Timoho dengan pendok dari emas. Merupakan putran KK. JAKATUWA, dibuat oleh empu Lurah Mangkudahana dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
PANJI WILIS, jenis hiasan emas yang ditempelkan pada bagian depan gandik keris atau sirah cecak ganja. Hiasan emas itu diukir indah, teknik pemasangan bisa kinatah atau sinarasah.
PANUNGKUP, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya, berdapur Sempana dengan luk sinarasah, warangka dari kayu Timaha, pendok emas Rajawarna, keris ini buatan Empu Lurah Supa dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dan merupakan putran KKA Panungkup.
PARANG ILANG, sejenis senjata tajam tradisional berbentuk pedang. Pembuatannya sederhana tanpa pamor, tandanya punggung bilah tumpul merupakan garis cekung. Bagian sisi yang depan membentuk garis cembung dan tajam seluruhnya, mulai bagian pangkal sampai ujung. Kegunaan untuk berburu dan merambah hutan.
PARANG LANDUNG, tergolong pedang tanpa pamor, panjang sekali sekitar 125 cm atau lebih, bagian dekat ujungnya agak lebih lebar disbanding pangkalnya. Sisi punggungnya tumpul, sedang sisi yang didepan tajam seluruhnya, biasanya untuk berburu, mencari rotan dan kadar bajanya lebih banyak dibandingkan pedang sejenis.
PARI SAWULI, pamor yang gambarnya menyerupai untaian bulir padi, tergolong tidak memilih, cocok bagi semua orang, tetapi tergolong sulit dan banyak hambatan pembuatannya.
PARUNG SARI, salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilahnya sedang, memakai kembang kacang, jenggot, sraweyan, sogokan rangkap, pejetan dan greneng, tetapi ada yang mengatakan ini dapur Sengkelat.
PASIKUTAN, atau sikutan, istilah untuk menilai gaya irama bentuk dan kesan perwatakan tosan aji, khususnya keris, biasanya sebelum ahli tangguh menentukan tangguh sebilah keris, terlebih dahulu ditentukan pasikutannya. Apakah pasikutan itu kau (janggal), wingit (angker), prigel (tangkas), sedeng (sedang), demes (rapi menyenangkan), wagu (kurang serasi), odol (kasar), kemba (hambar), tanpa semu (tidak berkesan), sereng (keras,galak), dan bagus (tampan).
Contohnya : Keris tangguh Majapahit, pasikutannya angker tapi tangkas, tangguh Blambangan, pasikutannya rapi mengesankan , tangguh Tuban pasikutannya sedang, tangguh Mataram Senapaten pasikutannya tangkas, keras tapi tampan dan sebagainya.
PASOPATI, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya sedang dan menampilkan kesan ramping, ricikannya memakai kembang kacang pogok, lambe gajahnya satu, sogokan dua, ukuran normal serta ri pandan. Kadangkala Pasopati juga memakai gusen dan lis-lisan. Nama Pasopati ini berlainan dengan senjata pusaka Arjuna.
PEDANG, Senjata tajam berbentuk pisau panjang, hampir seluruh suku bangsa mempunyai jenis pedang. Ditinjau dari bentuk mata bilahnya, ada dua macam pedang yaitu : Petama, Pedang Suduk, yaitu pedang yang memakainya dengan cara menusuk tubuh lawan. Kedua, Pedang Sabet, yaitu pedang yang memakainya dengan cara membabat tubuh lawan. Pedang di Indonesia bentuknya hampir menyerupai pedang dari daratan China dibandingakn dengan yang dari Eropa atau Arab.
PEGAT WAJA, istilah yang digunakan untuk menyatakan keadaan keris yang retak pada sisi tajam bilahnya. Keris ini tergolong cacat dan tidak begitu disukai orang karena retaknya disebabkan tidak menempel dengan sempurna saton dengan lapisan bajanya sewaktu penempaan karena suhu kurang tinggi.
PEJETAN, lih Blumbangan.
PEMAOS, LANDEYAN, tangkai tombak yang panjangnya sekitar 2.5 m, biasa digunakan prajurit jaga kraton.
PENDAWA, keris luk 5, sepintas mirip dapur keris Pulanggeni. Ukurannya sedang, gandiknya polos, memakai sogokan dua, sraweyan dan greneng lengkap.
PENDAWA CINARITA, atau Pendawa Carita nama salah satu dapur keris luk 5 memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, sraweyan, greneng, ada-ada nya jelas. Keris ini banyak dipunyai dalang dan tergolong dapur popular.
PENDAWA LARE, keris luk 5, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap, bagian ada-adanya tebal dan tampak jelas.
PENDAWA PRASAJA, nama keris luk 5, ukuran panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajahnya satu, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan.
PENDOK, lapisan pelindung bagian gandar dari warangka keris, biasanya terbuat dari logam perak, kuningn, tembaga, emas. Pendok dibuat dengan rapi dan ukiran lembut dan kadangkala diberi hiasan intan berlian atau batu mulia. Ragam ukirannya bermacam-macam, alas-alasan, semen, tamansari dsb.
PENDOK BUNTON, jenis pendok yang menutupi seluruh bagian gandar dari warangka keris. Pendok ini ada yang tanpa hiasan sama sekali, ada pula yang dihiasi ukiran dan pahatan. Pendok jenis ini disukai di Surakarta dan Yogyakarta.
PENDOK CUKITAN, pendok yang dihiasi dengan ukiran cukitan, bukan dipahat melainkan “dicukit” dengan alat yang tajam sehingga terjadi alur-alur indah seperti yang dikehendaki. Selain dipakai di Surakarta, Yogyakarta dan Madura juga di Bali.
PENDOK KEMALO, atau Kemalon, adalah pendok yang diberi warna. Bahan pendok umumnya logam murah seperti kuningan atau tembaga, warna kemalo lazim yang dipakai adalah hijau, merah, hitam dan coklat.warna itu mempunyai arti dan kedudukan si pemakai di lingkungan kraton. Pewarnaan pendok bukan dengan cat tetapi biasanya dengan bahan tradisional.
PENDOK KRAWANGAN, menyerupai pendok Buton, tetapi bagian depannya dihias dengan ukiran pahatan yang berlubang-lubang, banyak dipakai warangka dari Surakarta dan Yogya.
PENDOK SLOROK, pendok yang hanya menutup sebagian gandar dari sebuah Warangka keris. Bagian depan pendok dibuat semacam sobekan/celah selebar 1 – 2 cm untuk memperlihatkan keindahan urat kayu bahan gandarnya. Pendok Slorok disebut juga pendok Blewahan, biasa dipakai di Yogya dan Surakarta.
PENDOK TOPENGAN, pendok yang hanya menutupi sebagian dari gandar sebuah warangka keris. Bagian tengah depan dibuat celah memanjang yang gunanya memperlihatkan keindahan urat kayu gandar, banyak dipakai warangka gaya Madura.
PENDOK TRETES, pendok yang dihiasi dengan permata. Bisa Intan, Mirah, Jamrut dan dijaman dulu hanya kalangan bangsawan saja yang boleh menggunakan pendok ini.
PENGARAB-ARAB, KANGJENG KYAI, nama salah satu pedang pusaka kraton Yogyakarta. Berdapur Lameng, digunakan khusus untuk menghukum mati yang dilakukan oleh petugas disebut Abdidalem Singoranu.
PENGGING WITORADYO, nama salah satu tangguh didunia perkerisan atau tombak, biasanya berupa keris luk, bagian luknya amat rengkol, yakni lekukannya amat dalam dibanding keris biasa. Umumnya besinya matang tempaan dan mempunyai kesan lumer pandes pamornya.
PENUKUP, LANDEYAN, jenis tangkai tombak dengan panjang 195 – 225 cm, tombak dengan landeyan penukup ini dulu digunakan untuk pertempuran jarak dekat sehingga harus dilatih secara khusus untuk bisa menggunakannya.
PESI, bagian bawah yang merupakan tangkai keris. Bagian inilah yang masuk kedalam hulu dengan panjang sekitar 5 – 7 cm dengan penampang 5 – 7 mm. Di Jawa Timur disebut dengan istilah Paksi.
PINARAK, nama salah satu dapur keris lurus, bilahnya sedang dengan posisi agak membungkuk, gandiknya panjang dibelakang. Bagian depan justru tajam, menggunakan sogokan rangkap. Ricikan lain tidak ada.
PINARAN MENDANG, salah satu dapur keris lurus, sebagian menyebut Mendang Pinaran. Bilahnya berukuran sedang, gandik panjang dan polos. Sogokannya rangkap sepintas seperti Kebo Lajer.
PITRANG, PANGERAN EMPU,
PLERET, KANGJENG KYAI, Pusaka kraton Yogya berupa tombak serta dianggap paling tinggi kedudukannya, berdapur Pleret. Hanya Raja atau Pangeran Sepuh yang diijinkan mencuci atau menjamah tombak ini.
PRAMBANAN. PAMOR, batu meteor yang jatuh didaerah Prambanan pertengahan abad 18, terdiri atas dua bagian, meteor pertama diambil atas perintah Sri Paku Buwono III tanggal 13 februari 1784 dan kedua lebih besar lagi diambil atas perintah PAKU BUWONO IV pada tanggal 12 februari 1797. setelah sampai di keraton Surakarta dinamakan Kangjeng Kyai Pamor dan dipakai sebagai cadangan pembuat pamor keris/tombak.
PUCUKAN, atau Pucuk adalah bagian paling ujung atas dari sebilah keris atau tombak. Ujung itu selalu runcing, ragam bentuknya ada ngudup gambir, mbuntut tuma, anggabah kopong dan nyujen.
PUDAK SATEGAL, adalah nama salah satu bagian keris yang terletak diatas sor-soran, ditepi bilah. Terdiri dari dua bagian, didepan dan dibelakang. Pudak sategal yang ada dibagian depan bertengger diatas gandik sekitar 3,5 cm sedang dibelakang menempel di tepi bilah sekitar 6,5 cm dari ujung ganja, bentuk ricikannya menyerupai kelopak bunga dengan ujung ujung yang runcing. Selain itu Pudak sategal juga merupakan nama keris berdapur lurus dengan kembang kacang, lambe gajah satu, pejetan, kruwingan , greneng dan pudak sategal.
PUDAK SINUMPET, Pelet, gambaran pada Warangka kayu Timoho yang menyerupai pelet Tulak. Hanya garis hitam tebal ditengah, tidak hitam legam tetapi berwarna lebih muda.
PULANGGENI, dapur keris luk 5, ukurannya sedang, gandiknya polos, mempunyai sraweyan dan greneng lengkap.
PULANGGENI, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya berdapur Tilam Upih, warangkanya Kayu Trembalo, pendok dari emas dihias rinaja werdi. Dibeli Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V dari mranggi bernama Mas Darmapanembung.
PULAS, Pelet, nama gambar warangka kayu Timoho berupa bintik atau garis tebal berwarna hitam atau coklat tua atau hitam pucat. Gradasi warnanya tidak begitu kontras seperti lukisan awan atau mendung.
PULO TIRTA, nama pamor yang mirip Wos Wutah, hanya menghiasi sebagian kecil dari bilah tombak, keris. Penempatan menyebar tidak merata, mirip pulau-pulau, merupakan pamor tiban dan bertuah menambah ketrentaman dan rejeki serta baik untuk pergaulan.
PUNTING, Keris, lih Pesi.
PURBANIYAT, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, merupakan pegangan jabatan Patih kraton, semula dimiliki Kangjeng Pangeran Ageng Ario Danurejo I, setelah meninggal maka keris tersebut dikembalikan ke kraton kemudian diberikan sebagai tanda jabatan ke Patih yang baru, demikian seterusnya.
PURNAMA DADARI, lihat Wulan-wulan.
PURNAMA SADHA, lih TIMOHO.
PUSAKA, benda peninggalan nenek moyang, bisa berupa rumah, benda lainnya seperti pusaka, sehingga walau sebenarnya nilai pusaka itu biasa tetapi bagi pemiliknya nilainya tinggi sekali.
PUTRI KINURUNG, nama pamor yang bentuk gambarnya merupakan sebuah danau dengan beberapa pulau ditengahnya, banyak yang menyukainya terutama bagi pemegang uang seperti bendahara, kasir dsb, tergolong pamor tiban dan tidak pemilih.
PUTRI KINURUNG, Ukiran, model ukiran gaya Yogya sepintas seperti ukiran lainnya tetapi di bonggol dihias dengan ukiran pahat. Ukiran Putri Kinurung ini sesuai dikenakan oleh orang yang pesolek, suka mengenakan pakaian rapi dan mewah.
PUTING KERIS, lih PESI.
PUTUT, merupakan nama dapur keris lurus yang ukuran panjang bilahnya agak pendek, lebar, gandiknya diukir seperti orang duduk atau monyet duduk tanpa ricikan lain, pamornya umumnya sederhana.
PUTUT KEMBAR, salah satu dapur keris lurus, bentuk serupa dapur putut tetapi gandiknya ada dua, bentuknya agak simetris dengan kedua gandik dihias bentuk manusia atau monyet. Biasanya berpamor sederhana. Ada yang menyebut ini keris Umyang walaupun ini salah kaprah karena Empu Umyang hidup pada jaman kerajaan Pajang.
INDEX - R
RANGGA PASUNG, salah satu dapur keris yang tergolong Kalawija, luk 15, gandik polos, tikel alis dan greneng, tetapi ada yang bukan greneng melainkan tingil, keris ini tergolong langka.
RANGGA WILAH, salah satu dapur keris luk 15, memakai kembang kacang, lambe gajah satu dan greneng.
RAHTAMA, pamor yang terletak di sor-soran, tergolong pamor tiban, pada umumnya pamor ini terselip di pamor wos wutah atau ngulit semangka, tuahnya baik dimiliki oleh pengantin baru atau pasangan yang menghendaki anak yang baik berbudi luhur dan mulia.
RAJA WERDI, hiasan yang biasa diberikan pada sebuah pendok dengan cara menempelkan warna warni manik manik dan batu mulia, penempelan ini diatur rapi dan cantik disekitar tepi bagian mlewahan pendok. Pendok Raja Werdi disebut juga pendok Rinaja Warna atau Rinarja Werdi.
RAMBUT DARADAH, pamor yang hampir mirip dengan Adeg, tetapi pada jarak tertentu terdapat lekukan pinggir pamor, ia tergolong pamor miring, biasanya pamor rekan, tuahnya baik dan berjiwa kepemimpinan, pamor ini termasuk pemilih.
RANDA BESER, sebutan keris yang cacat berlobang pada bagian sor-soran nya, lubang ini terjadi bukan karena aus tetapi karena pembuatan nya ada kekeliruan. Pada umumnya lubang itu berupa celah yang terdapat pada pertemuan antara bagian bawah keris dengan bagian atas ganja. Tuahnya buruk, bisa boros, tetapi keris ini masih bisa diperbaiki oleh empu atau pengrajin keris.
RANTE, pamor yang gambarannya mirip dengan rante, berupa sederet bulatan yang berlubang ditengahnya, bulatan itu dihubungkan dengan pamor yang menyerupai garis. Tergolong pamor rekan, tidak pemilih dan tuahnya baik untuk mencari kekayaan dan tidak bersipat boros.
RARA SIDUWA, salah satu dapur keris luk 5, bentuknya khas, bagian bawah lurus dan luk nya mulai dari tengah bilah, rickan hanya pejetan serta tingil saja, dapur ini tergolong langka dan hanya terdapat pada keris tua saja.
REGOL, salah satu dapur keris lurus, panjang bilahnya sedang, mempunyai 2 buah gandik didepan dan belakang, pijetan juga dua didepan dan belakang, biasanya tidak begitu condong kedepan melainkan cenderung tegak. Keris ini mempunyai bentuk ganja yang khas.
REGOL, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Bondan, mungkin termasuk Kalawija, warangkanya dari kayu trembalo dengan pendok blewahan dari emas, keris ini duplikat K.K.A. REGOL, dibuat Empu Lurah Ngabehi Supo dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
REJENG, EMPU, hidup di Surakarta dijaman Sunan Paku Buwono V, kerisnya ditandai dengan : Ganja nya Sebit Ron Tal, sirah cicaknya meruncing bagian ujungnya, bagian gendok tidak begitu cembung dan buntut cecak tergolong model buntut urang. Ukurannya sedang tetapi agak tipis dibandingkan keris sejamannya, besi berwarna hitam dan keabu-abuan, pamornya tergolong mubyar, secara keseluruhan penampilannya kalem, sopan tapi cukup berwibawa.
REKAN, PAMOR, pamor yang sudah dirancang terlebih dahulu seperti Blarak Ngirid, Ron Genduru, Udan Mas, Kupu Tarung dlsb.
REMPELAS, DAUN, daun dari jenis pohon Ficus sp, atau dari jenis pohon Celtis rigescens Planch. Daun amplas yang telah kering digunakan untuk menghaluskan permukaan kayu warangka, ukiran, semua peralatan dari kayu.
RENCONG, senjata traditional dari ACEH.
RENGGO, salah satu dapur tombak luk 5, tombak ini memakai sapit abon dan semacam alur serupa sogokan yang mengelilingi sapit abon itu. Bilahnya tebal tetapi datar saja tanpa ada–ada, ditepi bilah yang menghadap kebawah terdapat dua tonjolan menyudut serupa lambe gajah.
RENGKOL, penamaan bagi luk keris atau tombak oleh pecinta keris di Jawa, luk yang “rengkol” artinya luk yang lekukannya amat dalam. Lawannya adalah KEMBA artinya luk nya tidak begitu nyata, kedalamannya dangkal.
RI CANGKRING, nama bagian dari warangka keris gaya Solo, Yogyakarta atau Madura. Terletak ditepi kira dan kanan bagian atas warangka baik model gayaman, branggah, ladrang atau daunan. Jadi ri cangkring merupakan bagian yang berpasangan, bentuknya merupakan tonjolan landai yang arahnya sejajar dengan letak lubang tempat pesi keris masuk warangka.
RICIKAN, adalah nama dari bagian keris, tombak atau pedang. Secara garis besar sebilah keris dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni bagian wilahan atau bilah, ganja dan pesi. Bagian wilahan atau bilah juga dibagi 3 bagian utama, sor-soran, tengah dan pucukan. Pada bagian sor-soran inilah ricikan keris banyak ditemukan.
RINAJA WARNA, lihat RAJA WERDI.
RI PANDAN, pamor yang gambarnya menyerupai duri ikan, sepintas seperti pamor Ron Genduru tetapi daunnya lebih jarang dan tipis sehingga menimbulkan kesan kurus. Tergolong pamor miring dan termasuk pamor rekan. Tuahnya menambah kewibawaan dan baik bagi prajurit tetapi pamor ini tergolong pemilih.
RONGGOWARSITO, RADEN NGABEHI, Pujangga Jawa terkenal dari kraton Surakarta, menulis buku tentang keris yang berjugul PAKEM PUSAKA.
RON DADAP, lihat GODONG DADAP.
RON GENDURU, pamor popular dan mahal harganya. Bentuknya menyerupai daun genduru, tuahnya menjadikan pemiliknya terpandang, wibawa dan pandai memimpin orang. Pamor ini tergolong pemilih dan kadang disebut juga Pamor Bulu Ayam.
RON SEDAH, lihat GODONG SEDAH.
RON TEKI, salah satu dapur keris lurus, panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah ada dua, gandiknya panjang, selain itu memakai pejetan, sogokannya satu didepan.
RON PAKIS, pamor yang menyerupai daun Pakis, tergolong pamor miring dan rekan, juga termasuk pamor popular dan mahal harganya dan sering dikacaukan namanya dengan pamor Bulu Ayam.
ROS-ROSAN TEBU, pamor yang berbentuk batang tebu yang beruas pendek. Tergolong pamor mlumah, tuahnya mudah mencari rejeki dan disegani orang, tergolong pamor rekan dan tidak memilih.
RUAS BAMBU, nama salah satu dapur keris lurus yang tepinya mempunyai ketiak-ketiak seperti pudak sategal yang bersusun dari atas kebawah. Jarak antar ruas bekisar 2.5 – 4.5 cm, biasanya jaran ruas dibagian pangkal lebih rapat dibandingkan dibagian ujung. Keris ini hanya terdapat di Bangkinang, Riau dan pada umumnya tidak berpamor serta besinya halus sekali.
RUDUS, sebutan bagi Badik di Kalimantan Timur dan Sabah, sebagian menyebut Badik Rudus.
INDEX - S
SABET PEDANG, lihat PEDANG SABET.
SABUK INTEN, salah satu dapur keris luk 11, ukuran panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah dua, sogokan rangkap, sraweyan dan ri pandan. Kadang ada yang luk 13, namun ada yang mengatakan itu adalah dapur Sengkelat.
SABUK TALI, salah satu keris luk 11, panjang bilahnya sedang, gandik polos, ricikan sederhana, sogokan hanya satu, dibagian depan saja, ukuran sogokan tidak begitu panjang , memakai tingil.
SABUK TAMPAR, salah satu keris luk 9, panjang keris sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan hanya satu didepan, sraweyan dan ri pandan. Sabuk Tampar juga ada yang luk 11, luknya rengkol (dalam), gandik polos, pejetan, sogokan satu didepan dan sraweyan.
SADA LANANG, lih SADA SALER.
SADAK, merupaka salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris dan tebal. Bentuk atas menyerupai Godong Andong, bagian tengah menyempit menyerupai pinggang. Memakai ada-ada sampai ketengah bilah, dibawah ada-ada ada bungkul, disis bilah bagian bawah disamping bungkul ada bentuk menyudut. Selain itu Sadak juga merupakan nama sejenis tosan aji berpamor yang bentuknya mirip dengan pinsil. Sebenarnya Sadak yang ini merupakan bentuk tombak pendek dengan pegangan (hulu) hanya sejengkal, dewasa ini sering dipakai sebagai isi dari tongkat komando.
SADA SALER, salah satu bentuk pamor yang berbentuk garis memujur dari pangkal keujung bilah keris. Pamor ini tidak memilih, dibeberapa tempat disebut Sada Lanang, Adeg Siji atau Sada Siji.
SALAHITA, EMPU, sering dipanggil Empu Salaita atau Empu Galaita, hidup di Tuban pada awal Kerajaan Majapahit. Kerisnya berukuran besar, panjang dan tebal memberi kesan gagah , ganjanya datar dan tergolong ganja wuwung, gandiknya membulat tebal, blumbangannya berukuran lebar, sirah cecak berbentuk membulat, mirip potongan buah Melinjo, gulu melednya jenjang dan ujung ganja berbentuk nguceng mati. Empu ini menyusun pamor dengan rumit, menyebar dipermukaan bilah, besi yang digunakan bersifat liat, padat dan memberi kesan kering. Kesannya gagah, tegas, tangguh dan meyakinkan.
SALA KETINGAL, salah satu dapur pedang yang tergolong Pedang Suduk. Panjang sekitar 85 – 95 Cm, sisi punggung terdiri dari 2 bagian, yang bawah lurus sampai dua pertiga panjang majal, kemudian sisi itu berubah bentuk cekung yang makin keujung makin tajam, pada sisi punggung yang lurus didekatnya ada kruwingan, sejajar dengan sisi pedang. Bagian ujungnya runcing, sisi pedang yang tajam, didepan, merupakan sisi lengkung yang cembung. Pedang ini sering digunakan secara praktis di pertempuran dan juga banyak yang dijadikan pusaka, hanya bentuknya lebih tipis dan berpamor yang apik.
SAMPUR, salah satu dapur keris lurus, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, jenggot, jalen, lambe gajahnya dua, tikel alis, ada-ada dan sogokannya rangkap. Selain itu memakai pudak sategal, kruwingan, sraweyan, greneng susun. Ada yang menamakan juga dapur Sinom Pudak Sategal.
SATRIYA PINAYUNGAN, nama pamor yang serupa pamor Kudung tetapi dibawahnya ada pamor lain. Pamor yang dibawah dibagian sor-soran bisa berupa Wos Wutah, Bawang Sebungkal dll. Tetapi ada yang mengatakan Pamor ini bentuknya berupa bulatan-bulatan berlapis, jumlahnya 3 buah. Letaknya berjajar dibagian sor-soran. Diatas jajaran bulatan itu ada lagi beberapa bulatan berjajar keatas. Menurut pecinta keris, kedua versi itu benar semua, pamor ini dapat menjauhkan rasa iri, dengki dari orang lain terhadap dirinya, tergolong popular dan dicari Pejabat.
SANGA-SANGA, salah satu dapur tombak luk 9, permukaan bilahnya nggigir sapi dengan ada-ada tipis sepanjang bilah. Sisi bilah diujung bawah tombak berbentuk menyudut, seluruh permukaan bilah tertutup kinatah lung-lungan. Tombak ini termasuk langka karena mungkin terlalu indah dan mahal bila diproduksi kebanyakan.
SANTAN, salah satu dapur keris luk 11, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai pejetan, tikel alis, kembang kacang, jenggot, lambe gajahnya satu, greneng dan Ron Dha nunut.
SAPIT ABON, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, pipih, tipis dan tidak memakai ada-ada. Sisi bagian tengah bilah ada lekukan dangkal dan landai menyerupai bentuk pinggang, tetapi tidak begitu ramping.ukuran bilah bagian atas pinggang lebih sempit disbanding bagian bawah. Dibagian sor-soran ada bentuk sapit abon, yaitu bentuk semacam penjepit bilah, menyerupai ada-ada besar yang terputus.
SEBIT RON, nama bagian yang permukaannya melandai dibagian belakang bagian gendok dari sebuah ganja. Sebit Ron berbeda dengan Sebit Ron Tal.
SEBIT RON TAL, salah satu bentuk ganja keris, bentuknya agak lengkung melandai. Disbanding bagian Wetengan maka bagian Sirah Cicak dan bagian Buntut Urang kedudukannya agak turun. Keris-keris buatan Mataram banyak yang memakai ganja Sebit Ron Tal.
SEDET, keris dengan luk 15, panjang bilah sedang, memakai kembang kacang, lambe gajahnya satu, pakai jalen, sogokan rangkap ukuran normal, ricikan lain greneng, ada yang memakai tikel alis, adapula yang tidak.
SEGARA MUNCAR, keris luk 9, panjang bilah sedang, kembang kacang, lambe gajah dua, jalen, jalu memet dan sogokan rangkap yang ukurannya panjang sampai sekitar pertengahan bilah, tidak memakai greneng maupun tingil tetapi memakai sraweyan.
SEGARA WEDI, nama pamor berbentuk bulatan bulatan kecil, sebgian berlapis sebagian tidak, menyebar keseluruh permukaan bilah, pamor ini menyebabkan yang punya mudah mencari rejaki dan bukan pamor pemilih.
SEGARA WINOTAN, biasa disebut juga Jangkung Mangku Negoro, nama salah satu dapur keris.ukuran bilah sedang, luk 3, memakai kembang kacang, jenggot, sogokannya rangkap ukuran normal tetapi sogokan tersebut menyatu sampai keujung bilah. Memakai kruwingan dan greneng lengkap. Di Sabah dan Serawak disebut Aliamai Lok Tiga.
SEGARA WINOTAN, PELET, gambar pada warangka Timoho, pada permukaannya tergambar dua atu tiga bintik besar berwarna hitam atau coklat tua, letaknya tidak teratur, tuahnya menambah kebijaksanaan pemiliknya.
SEKAR ANGGREK, pamor yang menyerupai untaian bungan anggrek, sepintas mirip Pamor Bunga Pala.bedanya pada Sekar Anggrek, bagian ujung bunga lebih berkembang (mekrok – jawa), tergolong pamor rekan, tuahnya mudah mencari keberuntungan.
SEKAR JANTUNG, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, sisi bilah bagian tengah melebar. Memakai pudak sategal, dan kruwingan, biasanya pudak sategalnya lebih besar dari pudak sategal keris, seluruh tepi bilah diatas pudak sategal memakai gusen dan lis-lisan. Disisi bilah bagian bawah ada bentuk menyudut, dapur ini tergolong langka.
SEKAR KOPI, pamor seperti buah buah kopi dalam untaian ranting, ditengah ada pamir yang menyerupai garis tebal dari pangkal bilah keujung, dikiri kanan garis itu ada bulatan bulatan kecil yang menggerombol terpisah pisah, setiap gerombol terdiri dari dua, tiga atau empat bulatan kecil. Tuahnya memudahkan pemiliknya mencari rejeki, sehingga banyak dicari pedagang dan pengusaha, tergolong pamor rekan.
SEKAR GLAGAH, lih Sekar Tebu.
SEKAR LAMPES, pamor keris dengan gambar menyerupai untaian bunga, mirip Sekar Anggrek dan Sekar Pala. Pamor ini tergolong rekan dan pemilih.
SEKAR MANGGAR, nama pamor yang gambarannya menyerupai untaian bunga kelapa, sepintas seperti pamor Mangar tetapi pada pamor Mangar maka “bunga kelapa” nya lebih besar dan lebih jelas, sedang pada pamor Sekar Mangar yang lebih jelas adalah gambar “untaian dan tangkainya”. Pamor ini menyebabkan terkenal dalam pergaulan, merupakan pamor tidak pemilih dan tergolong pamor rekan.
SELEH, EMPU, KI, hidup dijaman kerajaan Demak. Tanda tanda kerisnya ialah Ganjanya tipis, datar dan tergolong ganja wuwung. Gulu melednya sempit, sirah cicaknya panjang. Wetengannya ramping sekali, buntut cicaknya meruncing. Ukuran bilah kerisnya hampir serupa dengan buatan Majapahit tetapi besinya tampak seperti kurang tempaan, berpori dan agak kekuningan. Pamornya seolah hanya mengambang dipermukaan bilah, motif pamornya sederhana seperti Wos Wutah, kembang kacangnya agak kurus tetapi lingkarannya agak lebar, sogokannya biasa tetapi blumbangannya agak sempit dan dalam. Secara keseluruhan keris buatannya berkesan sederhana tapi berwibawa.
SEKAR PALA, pamor keris atau tombak, menyerupai bentuk untaian bunga pala , ia hampir mirip dengan pamor Sekar Anggrek. Tuahnya dapat menjadikan pemiliknya terkenal, biasanya dimiliki Dalang atau Pesinden.
SEKAR SUSUN, pamor yang mirip Melati Rinonce, bedanya pada Pamor Sekar Susun gambar bunganya lebih besar. pamornya tidak pemilih dan biasanya terdapat dikeris nom-noman.
SEKAR TEBU, pamor yang mirip Blarak Ngirid atau Blarak Sinered. Bedanya ujung garis pamor yang menyerupai gambar daun kelapa tidak sampai ketepi bilah, melainkan mengumpul ditengah bilah. Guratan garisnya juga lebih halus. Pamor ini tergolong pemilih, merupakan pamor Miring dan Rekan.
SELOKARANG, pamor yang gambarnya menyerupai batang karang dilaut, sepintas lalu menyerupai pamor Tunggak Semi, tetapi bagian seminya memanjang terus sampai keujung bilah, tergolong pamor Mlumah yang sukar pembuatannya. Katanya keris ini baik bagi yang ingin mencari pengikut. Biasanya dimiliki oleh pemimpin peguruan silat atau pimpinan aliran kebatinan.
SELUT, salah satu hiasan pada hulu keris (gagang keris), sebesar bola pingpong dengan garis tengah 35 – 45 mm, terbuat dari logam berukir seperti perak, emas, tembaga, kuningan dihiasi dengan intan berlian dan batu mulia lainnya., selut yang mahal bisa berharga jutaan rupiah.
SEMAR BETAK, atau SEMAR BETAK atau Semar Petak, nama salah satu dapur keris , bilahnya pendek, lebar dan lurus. Bagian sor-sorannya agak tebal, gandiknya tebal diukir kepala gajah dan dibawah gandik ada lubangnya. Dapur keris ini tergolong sederhana dan hanya ada pada keris keris tua.
SEMAR MESEM, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya pendek tetapi lebih besar dibandingkan bilah keris lain pada umumnya, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, biasanya bentuk bilah memberi kesan membungkuk. Dapur keris ini jarang terdapat di keris baru ataupun lama, tergolong amat langka.
SEMAR TINANDU, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya tergolong pendek, tipis tapi lebar dan menampilkan kesan gendut. Keris ini memakai kembang kacang bersusun dua, atas dan bawah. Selain itu ia memakai sogokan dua, ukuran normal. Gandiknya tergolong tipis dan pejetannya dangkal. Keris ini tergolong langka dan tua, dikalangan pecinta keris sering dianggap keris tindih, yakni bisa menangkal pengaruh buruk keris lain.
SEPANA KALENTANG, atau Sempana Klentang adalah nama keris luk 9, bilahnya berukuran panjang, luknya tidak dalam, memakai kembang kacang, ri pandan dan tikel alis.
SEMBUR, PELET, gambar pada warangka Timoho berupa bintik bintik kecil berwarna hitam atau coklat tua dan relatif merata dipermukaan kayu, bintik ini ada yang bentuknya bulat dan ada yang lonjong.
SEMPANA, lih Sepana,
SEPANER, nama salah satu dapur keris lurus, ada yang menyebutnya SEMPANER,
SEMPANA BENER, SUPONO BENER. Bilahnya sedang, memakai kembang kacang, tikel alis dan ri pandan. Keris ini tergolong populer dan banyak jumlahnya.
SENGKELAT, salah satu dapur keris luk 13, ukuran panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang, lambe gajah satu dan memakai jenggot. Selain itu ricikannya adalah sogokan rangkap, sraweyan, ri pandan, greneng, kruwingan. Namun ada yang menyebutkan bahwa Sengkelat tidak memakai jenggot, jika ada jenggot namanya dapur Parungsari.
SEPANG, nama salah satu dapur keris lurus, panjang bilahnya sedang, memakai kembang kacang tanpa pejetan, tanpa ricikan lainnya. Tetapi ada pendapat yang menyatakan dapur Sepang bilahnya simetris, tanpa ricikan, tanpa gandik, kadang kadang ada tingil kembar dikanan kirinya, tuahnya baik untuk membangun kerukunan suami istri.
SEPOKAL, salah satu dapur keris luk 13, ukuran bilahnya sedang dan hanya ada sraweyan saja. Bentuk keris amat sederhana.
SEPANA PANJUL, atau Sempana Panjul, nama darur luk 7, keris ini memakai kembang kacang, sraweyan, ri pandan dan greneng. Tergolong langka dan agak jarang dijumpai.
SEPANA BUNGKEM, nama salah satu dapur keris luk 7, memakai kembang kacang tetapi kembang kacangnya bungkem. Tergolong popular dan disukai oleh Jaksa atau Pembela karena katanya dapat mempengaruhi lawan bicara, tetapi karena sering dicarai maka banyak terjadi pemalsuan yang tadinya tidak bungkem dibuat menjadi bungkem dengan cara membentuk kembali kembang kacangnya menjadi bungkem.
SENGKOL, nama salah satu dapur keris luk 1, ukuran bilahnya sedang, lurus dan agak membungkuk. Ganja keris berdapur Sengkol ini polos, pejetannya dalam, pakai greneng atau tingil, luknya satu dipangkal bilah, bentuk ini tergolong aneh dan keris ini juga langka sekali.
SEPANA, atau Sempana, atau Sumpono, nama dapur keris luk 7, memakai kembang kacang, gandiknya tebal, sraweyan dan ri pandan. Keris ini banyak jumlahnya.
SETRA BANYU, EMPU, nama empu yang hidup didesa Tesih pada kerajaan Majapahit dengan tanda buatannya sebagai berikut, ganja datar, tergolong ganja wuwung, gulu melednya panjang, sirah cecaknya berukuran sedang, wetengannya montok, buntut urangnya panjang dan tipis. Secara keseluruhan bagian ganjanya agak lebih panjang dibanding dengan keris buatan Majapahit lainnya. Empu ini menyenangi pamor miring seperti Adeg, Lar Gangsir, ganggeng kanyut dan sebagainya. Ukuran bilah agak lebih panjang dari buatan dari buatan Majapahit umumnya tetapi lebar bilahnya cukup sehingga memberi kesan ramping. Kalau membuat sogokan dangkal tapi panjang, janurnya tumpul, kembang kacangnya kurus, jalennya pendek, lambe gajah panjang, bagian pejetan dibuat sempit dan dangkal, tikel alis pendek dan dangkal.
SETAN KOBER, nama keris milik Adipati Jipang, Arya Penangsang. Digunakan ketika melawan Sutawijaya, saat perutnya terkena Kyai Pleret maka ususnya yang keluar diselipkan ke kerisnya tetapi ketika terdesak maka Arya Penangsang lupa dan mencabut kerisnya sehingga usunya terburai.
SIDERIT, mineral besi terdiri dari kristal-kristal karbonat besi. Mineral ini berupa kelabu putih kekuningan, atau kecoklatan dengan permulaan yang mengkilat, rumusnya FeCO3. dalam dunia keris maka bahan ini biasa dipakai untuk batu bahan pamor yang hanya mengandung besi saja. Pada bilah keris, pamor dari bahan ini warnanya hitam dan umunya dinamakan Pamor Sanak atau Nyanak. Ada yang menyebut pamor wulung.
SIGAR JANTUNG, nama salah satu dapur keris lurus, ukuran bilahnya pendek lebar. Lurus, bagian tengah bilah bentuknya seperti jantung pisang, gandiknya tipis dan pejetannya sempit.biasanya memakai ganja iras, selain itu juga merupakan nama tombak lurus, tombaknya lebar dan pipih, bentuknya mirip melahan jantung pisang. Tombak ini biasanya sederhana sekali tanpa ada-ada, tanpa bungkul, biasanya memakai metuk iras, tombak ini tergolong langks, biasanya buatan Pajajaran dan Segaluh. Diduga dahulu dibiat bukan untuk kegunaan praktis tetapi sebagai pusaka.
SI GINJE, nama keris pusaka buatan Mataram yang kemudian menjadi milik Sultan Jambi, konon dibuat di jaman Sri Sultan Agung, besi yang untuk membuatnya diambil dari 9 tempat yang berlainan . besi bahan pembuatannya pun diambil aneka macam alat yang berbeda namun semua berawalan dengan hurup “Pa” (P). keris ini menurut cerita hanya ditempa pada hari Jum’at saja dengan setiap menempa hanya satu kali pukulan, sesudah jadi menjadi keris yang sakti dan diberikan Raja Mataram ke Raja Jambi, begitu saktinya sehingga katanya jika keris ini menyentuh daun saja maka seluruh pohon akan layu dan akhirnya tumbang.
SIKIM ACEH, Pedang khas daerah Aceh, terbuat dari besi dan baja dengan panjang sekitar 80 – 90 cm, punggung pedang ini majal sedang sisi depannya tajam seluruhnya. Bagian punggung bilah agak tebal, tetapi mulai tengah sampai tepi depannya tipis sekali. Sikim Aceh tergolong pedang sabet. Bobotnya tidak begitu berat sehingga mudah memainkannya.
SIKUNYIR, bentuk ganja yang bagian sirah cicaknya menonjol kedepan dan runcing. Penamaan ini hanya dikenal di Malaysia dan Brunei. Kata Sikunyir berasal dari Sekunar, salah satu bentuk kapal disana, bentuk sirah cicak yang tergolong Sikunyir juga hanya ada pada keris buatan Malaysia dan Brunei saja.
SILAK WAJA, merupakan salah satu tahap dalam pembuatan tosan aji, setelah selesai penempaan maka calaon keris dikikir untuk mengeluarkan pamornya, proses ini dimulai dari tepi bilah makin lama ketengah. Pekerjaan ini memerlukan pengalaman, agar dapat berhenti pada saat yang tepat. Kalau berlebihan akan banyak pamor hilang begitu sebaliknya.
SIMBAR INTEN, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Pandawa Panimbal Singa, nama ini tidak ada dalem Pakem Keris, tetapi ini yang tercantum di kraton. Warangka dari kayu Trembalo, pendoknya dari emas. Keris buatan Tamanan Surakarta ini semula milik Pangeran Mangkubumi sebelum menjadi raja kemudian diberikan ke putrinya Kangjeng Ratu Bendara, istri RM Said. Setelah bercerai, putri ini menikah dengan Kangjeng Pangeran Haryo Diponegoro sesudah itu diwarisi oleh anak angkatnya, Pangeran Mangkurat dan dikembalikan ke kraton.
SIMBANG KURUNG, sebutan pamor yang merupakan garis melintang pada gandik atau kembang kacang, tuahnya katanya mudah mencarai rejeki, dikasihi orang dan selalu selamat, pamor ini hanya ada di keris atau tombak.
SIMBANG PATAWE, sebutan bagi pamor yang menyerupai dua garis melintang pada gandik atau kembang kacang. Pamornya katanya untuk pengasihan dan dihormati orang sekitarnya.
SIMBANG RAJA, pamor yang bentuknya menyerupai tiga garis melintang pada bagian gandik atau kembang kacang, tuahnya bisa mengangkat derajat pemiliknya, disayang atasan.
SIKEP, atau Anyikep Pusaka, salah satu cara memakai keris, sebagai kelengkapan pakaian di Jawa Tengah, keris diselipkan dilipatan sabuk lontong bagian dada. Kedudukan keris miring kearah tangan kanan. Hulu dan warangkanya menghadap kebawah. Cara ini biasanya dipakai oleh ulama yang mengenakan jubah atau dalam keadaan darurat perang.
SIKI, EMPU, seorang empu hidup di Sedayu pada jaman Majapahit. Keris dan tombaknya mirip buatan Pangeran Sedayu, yang agak beda olah dan tempaan besinya tidak sehalus garapan Pangeran Sedayu. Tanda tandanya, ganjanya datar tergolong ganja wuwung, sirah cecak meruncing kecil, Gulu Melednya panjang, wetengannya kurang gemuk. Bilahnya berukuran sedang, posisinya terlalu menunduk disbanding keris Majapahit yang lainnya, besinya hitam tetapi memberi kesan kering. Pamornya rumit dan halus. Umumnya berupa Wos Wutah, Pendaringan Kbak atau sejenisnya. Kembang kacangnya menyerupai gelung wayang, jalennya kurang ramping, Bagian Dha pada Ron Dha, bentuknya agak aneh. Sogokannya dalam, panjang dan janurnya dibuat tajam. Gandiknya agak panjang dan tebal.
SIKIR, EMPU, juga dikenal Empu Ki Jikir, hidup dijaman Pajajaran. Keris buatannya pada umumnya lurus, panjang bilahnya sedang, tipis. Besinya biasanya hitam, padat dan liat. Pamornya pandes, seolah menancap kuat pada permukaan bilah. Ganjanya berukuran normal, tergolong ganja wuwung. Bagian bawahnya lurus, guru melednya panjang. Sirah cicaknya membulat, bagian blumbangannya berukuran lu
INDEX - T
TAJI AYAM, senjata tikam traditional daerah Lampung dan Bengkulu, bentuknya serupa pisau dengan bagian tajam pada dua sisi mata, ujungnya meruncing dan membengkok sehingga menyerupai bentuk taji ayam, bagian tengah bilah relatif tebal, terbuat dari besi berlapis baja, kadang kadang berpamor. Panjangnya kira kira sejengkal diberi sarung dari kayu dilapisi logam, biasanya perak. Cara memakai diselipkan dilipatan kain sarung dibagian depan. Hulunya menghadap kekanan, taji ayam dikenakan sebagai kelengkapan adat.
TAMAN BANARAN, UKIRAN, salah satu model hulu keris kraton Yogyakarta, berpenampilan agak “kendo” sehingga cocok untuk orang berwatak sabar dan lembut. Ukiran model Taman Banaran juga sesuai dipakai orang yang berperawakan sedang.
TAMBAL, pamor yang mirip goresan kuas besar dibidang lukisan, tergolong pamor rekan, sebagian masuk pamor miring dan sebagian mlumah. Tetapi pamor ini pemilih, tuahnya dapat mengangkat ke drajat lebih tinggi.
TAMAN NGABEYAN, UKIRAN, hulu keris gaya Yogyakarta berpenampilan keras, agak kenceng. Serasi bila dikenakan orang yang keras, berbadan tegap atau tinggi besar.
TAMBAHKUSUMA, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogyakarta, dapur Sengkelat, warangka dari cendana wangi, pendok dari emas blimbingan, merupakan putran dari KK Tambahkusuma, dibuat empu Supa dijaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
TANGKIS, pamor yang hanya pada salah satu sisi bilah saja tidak perduli bentuknya pamor apa, harus dilihat apakah salah satu sisi itu memang tidak ada pamornya atau karena aus, rusak. Tuahnya menangkal wabah penyakit. Selain pada keris juga ada di pedang dan tombak.
TANJEG, ilmu tradisional untuk menentukan kegunaan keris, tombak atau pusaka lainnya, ada dua macam. Pertama, melihat penampilan lahiriyah sebuah keris, baik dari pamor, besi, cara pembuatannya, bentuknya dan rabaannya. Kedua dengan mengandalkan kemampuan batin secara tradisional, cara ini hanya dapat dipelajari dengan cara tradisional antara lain dengan berpuasa, menghapalkan dan mengulang mantera tertentu dengan bimbingan orang yang menguasai ilmu tersebut. Seorang ahli tanjeg biasanya akan ditanyai apabila seseorang akan membeli atau mendapatkan sebilah keris, sebab bila dulu keris tersebut dipunyai oleh prajurit maka tidak akan cocok bila dimiliki oleh pedagang dan sebagainya.
TAPAK KUDA, hulu keris yang banyak terdapat di Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Malaysia, Brunei, bentuknya mirip ulekan cabai, dihias dengan ukiran rumit. Hulu keris ini biasanya dibuat dari kayu keras, gading atau perak. Biasanya kayu kemuning, orang Malaysia menyebutnya “Kopiah Pak Haji” karena seperti kopiah Haji.
TARIMO, lih TARIMAN.
TAYUH, ilmu yang digunakan apakah keris tersebut cocok dengan orang yang bersangkutan. Ilmu ini terutama bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan seseorang agar dia dapat menangkap kesan karakter sebilah keris dan menyesuaikan dengankesan karakter dari calon pemiliknya.
TEBU SAUYUN, nama keris luk 3, ukuran panjang bilah sedang, penempatan luk merata disepanjang bilah, gandiknya polos, memakai pejetan, sraweyan dan greneng lengkap, kadang ada yang memakai gusen.
TEJA BUNGKUS, lih SIRAT.
TEJA KINURUNG, pamor yang merupakan perpaduan Sada-saler dan Wengkon. Tuahnya baik bagi pegawai negri atau orang yang bekerja untuk negara, termasuk pamor rekan dan tidak pemilih.
TEJA KUSUMA, KANGJENG KYAI, pusaka kraton Yogya, dapur Sengkelat luk 13, warangka dari kayu Timoho, pendok dari suasa bertahtakan permata. Keris ini merupakan putran dari KK Sengkelat dibuat pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
TELAGA MEMBLENG, nama salah satu pamor yang selalu menempati bagian pejetan atau blumbangan, bentuknya menyerupai lingkaran-lingkaran berlapis menyerupai gambar peta pulau-pulau. Pamor ini tergolong tiban dan membuat pemiliknya bersifat hemat.
TEMBAROK, EMPU, empu yang tinggal di Kadipaten Blambangan pada Jaman Majapahit sekitar abad 12. tanda kerisnya, ukuran wilah sedang, kesannya ramping, padat, manis, tapi keras dan berwibawa, besinya padat, warna hitam dan matang tempaan. Pamornya kebanyakan pamor miring. Kalau membuat ganja, bagian guru melednya sempit, bagian sirah cicaknya menyudut agak meruncing, kalau membuat sogokan agak pendek disbanding ukuran normal tetapi dalamnya cukup. Bagian greneng pembuatan aksara Dho kurang lengkap sehingga terasa kurang manis, gandiknya berukuran pendek, tikel alisnya juga pendek.
TEPEN, lih Wengkon.
TIBAN, Pamor, pamor yang motifnya tidak dirancang dulu dan diserahkan kepada Tuhan YME saja.
TIKEL ALIS, adalah bagian dari keris yang berupa alur dangkal melengkung seperti alis, alur dangkal ini dimulai dari atas gandik membelok keatas sepanjang lebih kurang 35 mm.
TILAM PETAK, lih TILAM UPIH.
TILAM PUTIH, lih TILAM UPIH
TILAM SARI, nama salah satu dapur keris lurus serupa dengan Tilam Upih, ricikannya adalah : gandik polos, tikel alis, pejetan, tingil atau greneng. Beda dengan Tilam Sari, kalau Tilam Sari ada greneng atau tingil maka Tilam Upih tidak.
TILAM UPIH, salah satu dapur keris lurus dengan ukuran bilah sedang, gandiknya polos, tikel alis dan pejetan tanpa ricikan lain. Dapur ini paling banyak terdapat di Jawa.
TIMANG, adalah bagian kepala dari epek, yaitu semacam ikat pinggang yang bentuknya khas. Hampir semua pakaian adat di Jawa dan Madura menggunakan ikat pinggang epek dengan timangnya. Timang selalu dibuat dari logam, yang sederhana dari kuningan atau tembaga, sedang yang baik dari perak atau emas dan sering dihiasi ukiran indah atau intan berlian.
TIMOHO, nama sejenis kayu yang banyak digunakan untuk warangka keris atau tombak, motif dari urat kayunya mempunyai nama sendiri sendiri dan dinamakan pellet. Kayu Timoho (Kleinhovia hospita) oleh orang bali disebut Purnama Sadha, orang Lombok menyebutnya kayu Brura. Orang Jawa percaya bahwa kayu Timoho ada penunggunya sehingga untuk menebang harus memilih hari baik dan bulan baik. Warna dasar umumnya coklat kopi susu ke abu-abuan. Sedangkan warna urat kayu yang tergolong pelet coklat tua kehitaman.
TIRTADANGSA, EMPU, empu yang hidup dijaman kerajaan Surakarta, kerisnya sering disebut Tangguh Mangkubumen. Ganjanya agak melengkung dan tergolong Sebit Ron Tal, gulu melednya sempit dan lekukannya tidak begitu dalam, sirah cicaknya meruncing diujungnya, wetengannya ramping dan bagian buntut urangnya melebar pipih. Keris buatannya berukuran sedang, besinya matang tempaan, pamornya rumit, meriah dan merata diseluruh bilah, biasanya Wos Wutah atau Pendaringan Kebak. Kalau membuat Kembang Kacang seperti Gelung Wayang, sogokannya berukuran dalam dan makin meruncing kearah ujung dan didekat ujungnya agak melengkung. Janurnya menyerupai lidi dan blumbangannya luas dan lebar. Kalau keris itu tanpa kembang kacang, gandiknya miring, secara keseluruhan kerisnya memberi kesan tampan lembut dan anggun.
TITIPAN, PAMOR, pamor yang dibuat secara sengaja yang dipasang atau disusulkan setelah keris selesai dibuat. Biasanya dikerjakan empu atas pesanan sipemilik keris.
TITANIUM, unsure logam yang amat keras, tahan karat, tahan panas dan warnanya putih mengkilat, biasanya digunakan untuk Pamor, diperkirakan sudah digunakan oleh Empu sejak abad ke 10 dan mereka mendapatkannya dari meteor yang jatuh ke bumi.
TOGOK, nama salah satu dapur tombak lurus mirip dapur Baru Kalantaka. Dibagian sisi tengah bilah ada tekukan landai, bentuknya semacam pinggang tidak begitu ramping. Bagian dibawah pinggang lebih lebar dari bagian atasnya. Bilahnya tebal dan memakai ada-ada dan dibawah ada-ada ada bungkul berukuran kecil. Sisi bilah yang menghadap bilah membulat membentuk semacam separuh elips.
TOMBAK, senjata tradisional dikenal di hampir semua bangsa didunia , pada mulanya digunakan sebagai alat untuk berburu, mencari ikan atau menghadapi binatang buas, kemudian untuk berperang. Tombak terdiri dari dua bagian penting, yaitu mata tombak disebelah ujung yang runcing dan bagian tangkai atau gagang. Tangkai tombak umumnya dari kayu, bamboo atau rotan. Panjangnya bisa 40 sampai 360 cm. Mata tombak biasanya dari besi, baja dan kadang diberi pamor, bentunya bermacam-macam, ada yang pipih meruncing, kerucut memanjang, berlingir seperti buah belimbing dan panjang mata tombak antara 12 sampai 60 cm. Mata tombak di Jawa hampir semuanya berpamor dan bisa indah sekali dan seperti keris juga mempunyai nama dapur seperti Baru Kuping, Towok, Panggang Lele dan lainnya. Pada suku Jawa, tombak biasanya diletakan berdiri dengan memasukan kedalam lubang Jagrak, dipajang dibagian Pendopo, semacam ruang tamu.
TORRONGKU dan USSU, nama gunung didaerah Luwu, Sulawesi Selatan yang dikenal penghasil bahan pembuat pamor yang biasanya disebut Pamor Luwu, walau bukan batu meteorit tetapi terkenal sejak jaman Majapahit dan menjadi barang dagangan laris.
TOSAN AJI, istilah Jawa untuk segala senjata traditional yang dibuat dari besi yang dianggap sebagai pusaka.
TOTOK, nama salah satu dapur tombak lurus, bagian atas menyerupai bentuk daun andong, bagian tengahnya menyerupai pinggang. Tombak ini memakai bungkul berukuran besar dibagian atas bagian metuk. Tidak memakai ada-ada tetapi permukaan bilahnya ngadal meteng, secara keseluruhan bentuknya mirip dapur Sadak tetapi lebih tebal bilahnya.
TOYA TINABAN, KANGJENG KYAI, keris pusaka kraton Yogya, berdapur Jangkung Mayat, warangka dari kayu Timoho dengan pendok suasa bertahtakan intan. Semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO I, diserahkan ke putranya Pangeran Hangabehi dan dikembalikan ke kraton dimasa Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
TREMBALO,KAYU, sejenis pohon untuk bahan pembuatan warangka keris, Trembalo Aceh (Dysoxylum acutangulum Miq), kayu trembalo ini banyak dicari orang karena memiliki garis sejajar yang sangat indah, Trembalo Jawa (Cassia glauca L), orang sering menyebut dengan kayu Ambon.
TRIMAN, Pamor yang hanya mengumpul dibagian sor-soran saja kemudian berhenti tak ada kelanjutannya lagi. Pamor ini dinilai kurang baik untuk orang yang masih aktif bekerja karena dapat menurunkan ambisi untuk maju tetapi baik untuk yang sudah pensiun atau berusia lanjut karena dapat menumbuhkan rasa tentram. Sebagian orang menyebut juga pamor Tarima.
TRI MURDA, salah satu dapur keris luk 19, umumnya bilahnya lebih panjang dibandingkan keris biasa, ricikannya gandik polos, memakai tikel alis.
TRI SIRAH, keris dengn luk 21, tergolong kalawija, memakai kembang kacang, lambe gajah satu, sogokan rangkap ukurannya normal, memakai tikel alis dan greneng.
TRISULA, salah satu dapur tombak bercabang 3, bentuk tombak dapur Trisula banyak ragamnya, ada yang lurus, ada yang luk 3 atau 5 dan ada juga yang kombinasi. Tombak dapur ini popular dan banyak disukai.
TRIWARNA, sebutan pamor keris atau tombak yang sesungguhnya terdiri dari 3 macam nama pamor, misalnya sebilah keris dibagian bawah ada pamor Wos Wutah, ditengah menjadi pamor Adeg, ujungnya Lawe Setukal, ini yang disebut Triwarna.
TUAH, lih ANGSAR,
TUKON, lih Petukon,
TULAK, pamor keris atau tombak yang menyerupai pamor kudung, bedanya arah hadap sudut pamor, kalau pamor Kudung menghadap keujung keris maka pamor Tulak sebaliknya, pamor ini tidak pemilih dan bisa melindungi dari perbuatan jahat orang lain.
TULAK, PELET, nama gambar pada warangka kayu Timoho yang berupa garis garis tebal dari atas kebawah, berwarna hitam atau coklat tua, bagian tengahnya umumnya berwarna lebih hitam dibandingkan bagian pinggirnya.
TUMBUK, nama salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, bentuknya menyerupai dapur Kudup Melati, sisi bilah lurus tanpa pinggang tebal, memakai ada-ada, permukaan bilah bagian atas berbentuk Ngadal meteng.
TUMENGGUNG, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yagyakarta, berdapur Parungsari luk 11, menurut Pakem seharusnya Parungsari itu luk 13. Warangkanya dari kayu Timoho, pendok kemalon, warna putih dan slorok dari emas kinatah rinajawarna. Semula milik Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III dan kembali dipemerintahan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V setelah diserahkan ke seseorang bernama Mukidin.
TUMPAL KELI, pamor yang terolong langka, pamor ini menyebabkan pemiliknya disukai masyarakat, pandai bergaul, pamor ini tidak pemilih, bentuknya merupakan gabungan Kenanga Ginubah dengan Ganggeng Kanyut, karena agak mirip keduanya maka pamor ini sering dikacaukan orang.
TUMPER INAS, salah satu dapur tombak lurus, bilahnya simetris, pipih dan tebal, sisi bilah bagian tengah terdapat lekukan landai membentuk semacam pinggang yang ramping, bilah bagian atas pinggang lebih lebar dari bagian bawahnya. Ditepi bilah dibagian paling bawah terdapat satu tonjolan yang berbentuk menyudut. Tombak ini memakai pudak sategal dan kruwingan.
TUNDUNG, pamor yang menurut pecinta keris mempunyai tuah yang buruk, pemiliknya sering terusir dari suatu tempat baik dengan alas an atau tidak.
TUNGGAK SEMI, pamor yang ada hanya dibagian sor-soran dari keris, tombak atau benda pusaka lainnya. Bentuknya merupakan garis yang tak beraturan, berlapis dan pada bagian ujung bentuk itu seolah “tumbuh” lagi pamor lain seperti tunas bersemi.
TUNGGUL WULUNG, pamor yang bentuknya menyerupai gambar sederhana dari bentuk manusia, ada bagian menyerupai kepala, badan, kaki dan tangan, selalu menempati bagian sor-soran, terutama didaerah Blumbangan atau Pejetan. Menurut buku kuno dapat menolak penyakit, untuk memilikinya ada beberapa syarat berat antara lain berperilaku jujur, banyak amal dan kuat ibadahnya. Tergolong pamor tiban.
TUNGKAKAN, bentuk batas ujung belakang antara bagian ganja dan bagian wilah, jika bentuk batas itu merupakan garis lengkung, disebut Tungkakan, umumnya ada di keris nem-neman.
INDEX - U
UBUBAN, alat pompa tradisional dengan teknik sederhana berfungsi memompakan udara ke tungku perapian gunanya mengatur panas bara arang sesuai kehendak empu. Terbuat dari kayu atau batang kelapa yang dilubangi tengahnya sehingga berbentuk silinder. Penampang lobang sekitar 12 sampai 15 cm dengan tinggi sekitar 150 cm, dipasang tegak dua batang berjajar. Orang yang menjalankan duduk disebuah kursi tinggi dan disebut PANJAK.
UDAN MAS, pamor yang amat terkenal, mendatangkan rejeki dan berbakat kaya. Tergolong pamor mlumah dan rekan serta tidak pemilih, bentuknya bulatan bulatan kecil tersebar diseluruh permukaan bilah, bulatan itu terdiri dari lingkaran bersusun, paling tidak terdiri dari 3 lingkaran atau lebih, dalam perkerisan Jawa maka pamor ini yang paling baik berasal dari tangguh Pajajaran dan Tuban.
UKEL, CUNDUK, lihat Cunduk Ukel.
UKIRAN, bagian keris yang merupakan tempat pegangan tangan, diluar Jawa disebut HULU KERIS, sedang didaerah Yogyakarta dan Surakarta disebut Deder atau Dederan. Ukirannya hampir seluruhnya berbentuk manusia yang distilir halus, sebagian kecil berbentuk hewan dan tumbuhan yang distilir. Bahan biasanya dari kayu dengan urat yang bagus serta gampang dibentuk, kadang dari tanduk, gading, fosil graham gajah. Untuk kayu biasanya Timoho, Cendana, Tayuman, Kemuning atau akar jati. Ukiran atau hulu keris yang berpamor dan menyatu dengan bilah keris di Jawa Tengah dan Timur sering disebut Deder Iras, keris semacam ini biasa disebut Keris Sajen.
ULER LULUT, pamor bagaikan tubuh seekor ulat, sebetulnya merupakan gabungan bentuk bulatan-bulatan yang menempel rapat satu sama lain dari pangkal sampai ujung bilah, tergolong pamor Mlumah. Bertuah baik dan tidak memilih serta Rekan.
UMAYI, EMPU, empu terkenal di Jaman Mataram, masa Sultan Agung, ganjanya agak melengkung, tergolong Sebit Ron Tal, sirah cicak meruncing pada ujungnya, guru meled dan wetengannya berukuran sedang, kedudukan bilah terlalu tunduk kedepan bila disbanding dengan bilah lain. Besi yang digunakan kurang matang tetapi pamornya penuh dan rumit, dengan demikian mutu besi yang kurang baij itu tertutup oleh pamot yang mewah. Kembang kacangnya menyerupai gelung Wayang, jalennya terlalu menonjol, bilah selalu disertai gusen yang jelas dan rapi sampai ujung, sogokan makin keujung makin sempit. Secara keseluruhan keris buatannya Wingit berwibawa.
UMYANG, EMPU, empu kerajaan Pajang yang terkenal. Banyak yang percaya buatannya baik tuahnya, memudahkan menagih hutang dan melindungi harta kekayaan pemiliknya. Tanda tandanya, Ganjanya mendatar tergolong ganja wuwung dan ukurannya besar dan tebal, gulu melednya sempit dan agak dalam lekukannya, sirah cecak agak pendek tetapi meruncing ujungnya. Ukuran bilah agak panjang dibandingkan keris Majapahit lainnya, spadan dengan buatan Mataram, biasanya memakai Luk, jarang yang lurus. Pamor penuh merata dipermukaan , rumit dan biasanya bermotif Beras Wutah, Pendaringan Kebak atau sejenisnya. Beberapa diantaranya berbentuk “Ngeron-tebu”. Kembang kacangnya berukuran besar dan kokoh, pejetan agak dangkal tapi lebar, sogokannya dibuat dalam, panjang dan ujung agak melengkung.janurnya tajam, kruwingannya jelas dan lebar. Lambe Gajah agak panjang, tapi manis bentuknya, secara keseluruhan mulai bagian sor-soran sampai pucuk bilahnya tergolong lebar dan agak tebal. Sebagian pecinta keris di Yogyakarta dan Surakarta berpendapat tanda buatan Empu Umyang adalah : bilah berukuran sedang, tidak terlalu membungkuk, kebanyakan berupa luk dan luk pertama berbentuk aneh. Memberi kesan seperti orang kekenyangan. Karena luk pertama yang aneh maka keris ini bukan menghadap kedepan tetapi mendongak kebelakang, tetapi pendapat ini tidak banyak pengikutnya.
UNTU WALANG, pamor yang menyerupai pamor Tepen atau Wengkon, bedanya kalau wengkon garis yang menjadi “bingkai” dari tepi merupakan garis lurus sedang Untu Walang garis itu merupakan gambaran serupa mata gergaji. Pamor ini pemilih dan bertuah membuat dipercaya orang sekeliling, kata katanya banyak didengar, paling baik dipunyai guru atau pendidik. Pamor ini tergolong pamor rekan.
URAB-URAB, pamor yang mirip Jarot Asem, bedanya pada pamor ini garis pamornya lebih tebal dan nyata, pamor ini merupakan kombinasi pamor Miring dan Mlumah. Tergolong pamor pemilih, menambah kewibawaan dan sebagian orang menyebut pamor Hurap-hurap.
URUB JINGGA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka Kraton Yogyakarta. Berdapur Sengkelat luk 13, warangka dari Timoho Bosokan, pendok emas “sinasotya”, yaitu pendok emas bertahta intan. Semula milik Tumenggung Mangunnegoro kemudian diberikan ke Sri Sultan HAMENGKU BUWONO III.
URUBING DILAH, salah satu dapur keris luk satu, disebut dapur DAMAR MURUB, gandik polos memakai pejetan, tikel alis dan greneng, bilah berukuran sedang, lurus tetapi dipucuk bilah ada luk satu. Keris ini mudah dikenali dengan adanya sebuah luk diujungnya dan tergolong langka.
INDEX - W
WADUK, lih GENDOK.
WALANG SINUDUK, atau Walang Sinudukan, pamor tergolong pemilih dan pamor Rekan, pemiliknya menjadi panutan dan cocok untuk guru, pemuka masyarakat dan pemimpin agama.
WALIKUKUN, KAYU, biasa digunakan untuk gagang tombak (Landeyan), bila menebang dengan benar maka kayu ini tidak mudah patah, tetap lurus dan cukup ringan, istilah latinnya Schontenia ovata Korth.
WALULIN, jenis besi pembuat keris, tetapi sedikit sekali pengetahuan mengenai bahan ini, ada yang mengatakan besi ini agak berpori, kering dan warnanya abu-abu kehitaman.
WANA, KANGJENG KYAI, pusaka Kraton Yogyakarta, berdapur Parungsari, luk 13, Warangkanya gaya Surakarta dari kayu Trembalo dengan pendok “Salak Tinatah”. Semula milik Kiai Wanadikrama dari Kauman kemudian dibeli Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WANDA, Gaya pembuatan keris atau tombak yang dapat menimbulkan kesan (mengekspresikan) watak dan karakter tertentu, ini tidak berkaitan dengan bentuk dapur, pamor maupun tangguhnya. Misalkan keris berdapur Tilam Upih berpamor Wos Wutah dari Tangguh Mataram, ada yang berwanda Brangasan (mudah marah) maupun berwanda Kemayu (Genit). Wanda dalam dunia keris sama dengan Wanda dalam pewayangan, untuk menilai wanda diperlukan kepekaan rasa seni tinggi, dalam beberapa hal istilah wanda hampir sama dengan istilah pasikutan. Istilah Wanda dikaitkan dengan penampilan masing masing keris, sedangkan istilah pasikutan lebih banyak dikaitkan tangguh keris.
WANGKINGAN, kata lain yang lebih halus dari keris (lihat juga Duwung).
WARANGAN, bahan mineral mengandung ARSENIKUM, dipakai untuk mengawetkan keris, melapisi bilah dengan warangan disebut mewarangi atau marangi. Gambar pamor akan lebih indah dan jelas. Mewarangi keris dilakukan setelah dibersihkan dan biasanya pada bulan Suro.
Warangan alami sejak dulu berasal dari Tiongkok dan paling baik untuk mewarangi, warna nya jingga kemerahan dengan semacam alur warna merah seperti urat pada kristalnya. Warangan yang lebih rendah mutunya berwarna kuning kotor dinamakan Atal, didatangkan dari Thailand dan kurang baik untuk mewarangi.
WARANGKA, semacam pelindung, sarung atau pengaman bilah keris, tombak atau tosan aji lainnya, sebutan warangka biasanya di Jawa, Madura dan beberapa tempat lain. Didaerah lainnya disebut sarung keris. Warangka keris umumnya terbuat dari kayu, ada juga yang dibuat meter dari akar, baru terakhir sekitar 1 meter dari permukaan tanah. Untuk kalangan berada , warangka biasanya dihias dengan permata atau logam, biasanya emas, perak atau kuningan, seringkali warangkanya lebih mahal dari harga kerisnya. Jaman dulu ada larangan tak tertulis yang melarang masyarakat biasa menggunakan beberapa model warangka, misalnya warangka sunggingan alas alasan dengan dasar putih. Pendok Kemalon warna merah, pendok Tinaretes, pendok tatah dengan motif semen huk. Ada pula warangka yang dilukis (di-SUNGGING), warangka ini tidak perlu menggunakan kayu mahal, yang paling penting adalah mutu lukisan sunggingannya. Biasanya lukisan ini dikerjakan oleh penyungging wayang. Ragam bentuk warangka ada 3 macam, LADRANG, GAYAMAN dan SENDANG WALIKAT. Ketiga bentuk dasar ini dikenal di Jawa, Madura dan Bali, sedangkan daerah lain umumnya Gayaman dan Walikat saja. Bentuk dasar bisa berbeda tiap daerahnya walau sama sama, misalnya, warangka Gayaman, bahkan karean dapur yang lain bisa membuat warangka tersebut berbeda walau dari daerah yang sama. Perbedaan ke 3 macam warangka itu dikarenakan beda penggunaannya, LADRANG dibuat gagah, tampan dan bagiannya rumit, ini untuk menghadiri upacara resmi, kebesaran atau acara yang sifatnya gembira, misalnya menjadi Pengantin. Tetapi karena warangka ini mudah rusak maka biasanya untuk berperang digunakan yang lebih praktis dan sederhana yaitu LADRANG, bentuknya lebih “sportif”. Ini digunakan untuk acara umum atau sehari-hari. SENDANG WALIKAT, merupakan warangka yang paling sederhana, biasanya untuk jenis keris ukuran kecil dan pendek. Sebilah keris seringkali mempunyai lebih dari satu warangka, di Jawa biasanya disebut warangka yang tua diwayuh oleh yang muda (dimadu), kalau warangka bekas digunakan keris lain disebut warangka randan (janda).
WARU GUNUNG, KAYU, jenis kayu yang biasa digunakan untuk membuat tangkai tombak. Kayu ini tergolong murah dan banyak dipakai, istilah latinnya Hibiscus Macrophyllus Roxb.
WARU LAUT, KAYU, juga untuk tombak, walau serat seratnya kurang baik, istilah latinnya Hibiscus filiaceus. L.
WATU LAPAK, lih BATU LAPAK.
WELANGI, jenis besi pembuat keris warnanya kuning kehijauan dan tuahnya baik untuk mencari rejaki. Namum menurut buku kuno, pemilik keris ini tidak boleh menghutangkan atau membungakan uang.
WENGKON, nama pamor yang gambarannya menyerupai garis bingkai disepanjang tepi bilah keris. Pamor ini biasa juga disebut pamor Tepen atau pamor Lis-lisan. Tergolong pamor Rekan dan tuahnya membuat hemat, tahan terhadap godaan serta merupakan pamor yang tidak pemilih.
WERANI, jenis besi pembuat keris, warnanya hitam keunguan, menurut buku kuno sebagai senjata besi ini ampuh sekali.
WETENGAN, lih GENDOK.
WEWE PUTIH, KANGJENG KYAI, merupakan keris pusaka kraton Yogyakarta, berdapur Carita, warangka dari kayu Timoho, pendoknya emas murni bertahtakan intan permata. Keris ini dibeli 18 ripis oleh Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V ketika masih remaja.
WILAHAN, bagian utama dari keris selain bagian ganja dan pesi, disebut juga dengan istilah wilah, awak-awakan atau bilah.
WILUT, GANJA, salah satu bentuk ganja keris, ganja wilut bentuknya tidak datar dan tidak melengkung melainkan mirip huruf S tidur seperti ulat sedang berjalan. Ganja ini hanya terdapat pada keris dengan dapur khusus.
WINDUADI, sejenis besi pembuat keris dan tosan aji lainnya berwarna pucat dengan kristal bening keperakan menyebar dipermukaan. Menurut pecinta keris, bahan ini sangat ampuh dan kalau dibawa perang maka pembawanya tidak terlihat musuh.
WINGIT, menimbulkan kesan angker, menakutkan, bisa berarti berwibawa, menyeramkan.
WIRING DRAJIT, lih Biring Drajit.
WIRING LANANG, lih Biring Lanang.
WISA MANDRA AJI, KANGJENG KYAI, salah satu pusaka kraton Yogyakarta, dapur Sengkelat luk 13, warangka dari kayu Timoho dengan pendok blewahan dari suasa. Keris ini merupakan putran dari KK. Sengkelat dibuat Empu Lurah Supo pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WISA PRAMANA, KANGJENG KYAI, salah satu keris pusaka kraton Yogyakarta, dapur Sabuk Inten luk 11, warangka dari kayu Timaha dengan pendok dari Suasa. Dibuat atas pesanan Sri Sultan HAMENGKU BUWONO II, diselesaikan di Pulo Gedong, diberikan ke Penembahan Mangkurat kemudian diwariskan ke Tumenggung Reksanegara dan dibeli kembali oleh Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WISAPRATANDA, KANGJENG KYAI, pusak kraton Yagyakarta, dapur Jalak Sangu Tumpeng, warangka dari kayu Timoho dan pendok kemalon putih berslorok emas intan. Keris ini duplikat dari KK KOPEK, dibuat oleh Empu Lurah Mangkudahana pada jaman Sri Sultan HAMENGKU BUWONO V.
WONOAYU, tempat di Madura, asal Empu Brajaguna yang terkenal di kraton Surakarta.
WOS WUTAH, pamor yang paling banyak terdapat berupa bulatan dan garis tak beraturan, tergolong pamor tiban, pamor mlumah dan tidak memilih.
WULAN-WULAN, pamor yang berupa bulatan bulatan yang terpisah satu sama lainnya, agak mirip melati sinebar tapi ukurannya agak besar, tergolong pamor mlumah dan tidak pemilih, biasanya dimiliki pedagang atau pengusaha karena katanya pemiliknya mudah mencari rejeki.
WUNGKUL, atau Dungkul atau Bungkul, nama salah satu dapur keris lurus, bilahnya sedang gandiknya agak panjang, sogokannya satu didepan, keris ini dungkul, artinya ganja yang bentuknya seperti hurup W terbalik, tergolong langka dan biasanya keris lama.
WUWUNG (1), salah satu dapur keris luk 3, panjang bilahnya sedang. Gandiknya polos, pejetannya dangkal, khusus keris ini bagian yang tajam hanya pada satu sisi saja yaitu sisi depan sedang sisi belakang tumpul sampai sekitar tiga perempat bilah.
WUWUNG (2), nama salah satu bentuk ganja keris, pada dasarnya rata dan datar, mirip bumbungan rumah, ia tidak melengkung. Ganja ini banyak digunakan di jaman Pajajaran dan Tuban, walau bentuknya sederhana tetapi jika serasi dengan bentuk bilahnya akan tampak anggun.
INDEX - Y
YASADIPURA II, pujangga terkenal Kraton Solo. Tahun 1814 beliau menulis Serat Centini bersama RM Ranggasutrasna dan RM Sastrodipura, membahas mengenai Pakem Keris dan Tombak Jawa dibawah koordinasi Paku Buwono V, pekerjaan ini selesai tahun 1823.
YOGAPATI, pamor yang oleh banyak penggemar keris dianggap buruk, pemiliknya akan sering dirundung malang, sehingga sebaiknya dilarung atau diserahkan ke Museum saja, pamor ini terletak di sor-soran dan tergolong pamor Tiban.
YONI, semacam daya atau kekuatan gaib yang menurut ahli esoteri dianggap sebagai kekuatan yang ada pada tuah keris. Ini menunjukan ketinggian ilmu empu yang membuat.
YUYU RUMPUNG, salah satu dapur keris lurus, ada 2 versi mengenai keris berdapur ini, yang pertama, bilahnya berukuran sedang, gandiknya panjang dan diatas gandik ada kembang kacangnya berukuran kecil. Yang kedua gandiknya berada dibelakang, panjang, bilahnya agak membungkuk, ganjanya kelap lintah. Biasanya dimiliki petani dan mempunyai tuah membantu menangkal serangan hama dan menyuburkan tanaman.
Sumber: heritageofjava.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar