Jumat, 29 Oktober 2010

Prosesi Pernikahan Adat Jawa

A. UPACARA SIRAMAN.
Upacara siraman dilaksanakan satu hari sebelum upacara ijab. Pelaksanaannya biasanya pagi hari sekitar pukul 10.00. Namun, upacara ini sekarang kerap dilakukan sore hari sekitar pukul 16.00. Ini karena alasan praktis, agar setelah siraman dapat langsung dilanjutkan dengan upacara midodareni.
Upacara siraman sampai saat ini tetap dianggap penting dan dilakukan secara sungguh-sungguh. Karena upacara ini merupakan persiapan lahir dan batin bagi kedua calon pengantin sebelum menjalani upacara puncak perkawinan mereka. Pembersihan badan calon pengantin mengandung makna pembersihan batin mereka pula.
Di dalam adat masyarakat Jawa – juga di dalam aneka macam agama yang dianutnya – upacara perkawinan dipandang bukan hanya sebagai peristiwa yang bersifat administratif dan sosial, melainkan sakral atau suci dan religius. Maka kebersihan lahir dan batin pelakunya dinilai sangat penting.
Menurut mitos, upacara ini merupakan langkah persiapan dalam menyambut Sang Bidadari yang akan turun untuk menyaksikan putrinya yang akan melangsungkan pernikahan.
1. Perlengkapan Upacara Siraman
Perlengkapan yang perlu dipersiapkan untuk upacara ini meliputi:
a.
Air bersih atau air dari sumber
 
Air bersih yang digunakan untuk nyirami atau memandikan calon pengantin. Pembesihan badan ini melambangkan pembersihan rohani agar calon pengantin menjadi bersih lahir dan batin.
b. Bunga Sritaman.
 
Bunga Sritaman adalah bunga bunga taman yang indah, seperti kenanga, kanthil, melati, dan mawar.Bunga ini ditaburkan dalam air, sehingga air menjadi harum. Calon pengantin yang disirami air ini tubuhnya menjadi harum. Secara simbolis namanya pun menjadi semerbak.
 
c.
Sepasang kelapa hijau.
 
Sepasang kelapa hijau ini sebagian sabutnya diikat menjadi satu kemudian dimasukkan kedalam air yang ditaburi kedalam siraman. Makna kedua kelapa hijau yang sabutnya diikat menjadi satu itu adalah harapan agar calon pengantin dikemudian hari dapat selalu hidup rukun yang dikatakan orang tua-tua seperti mimi lan mintuna, dan berdaya guna bagaikan buah kelapa.
d. Alas duduk.
 
Alas duduk calon pengantin ini dibuat bagus, dan terdiri dari:
- Sehelai kain motif yuyu sekandang, yaitu kain lurik tenun coklat bergaris- garis benang emas.
- Sehelai kain motif pulo watu, yaitu kain lurik putih bergaris-garis atau lerek merah hitam.
 
Alas duduk semacam itu dimaksudkan untuk tolak bala atau penolak balik terhadap mara bahaya. Selain itu, dimaksudkan agar calon pengantin dapat mengatasi segala tantangan yang akan dihadapi dalam hidupnya
e. Konyoh panca warna.
 
Konyoh adalah sejenis param atau bedak basah yang dibuat dari tepung beras di campur kencur, sejenis tanaman untuk jamu tradisional. Konyoh ini berwarna-warni. Warnanya lima macam, yakni merah, putih, kuning, hijau, dan biru.
Karena terdiri dari lima macam warna maka disebut Konyoh manca atau panca warna. Konyoh ini berfungsi sebagai sabun yang dapat menjadikan tanam- tanaman bersih dan bersinar sebagaimana cahaya yang berwarna-warni.
f. Air asem, santen kanil, dan londho merang.
 
Air asem, santen kanil, (air perahan parutan kelapa yang kental) dan londho merang (air abu batang padi) digunakan sebagai sampo pelembut untuk membersihkan rambut waktu upacara siraman atau sesudahnya.
g. Klenthing atau kendi yang berisi air bersih.
 
Klenthing atau kendi yang berisi air bersih digunakan sebagai tanda penutup dalam mengakhiri upacara siraman.
Sajen.
Sajen adalah sajian yang dipersembahkan kepada kekuatan gaib/roh dalam suatu upacara. Sajian dalam upacara siraman ini banyak macamnya, yaitu;
 
1) Satu cething tumpeng robyong
Cething adalah sejenis bakul yang dibuat dari anyaman bambu.Tumpeng adalah nasi yang dibentuk seperti kerucut untuk keselamatan, dsb. Tumpeng robyong merupakan tumpeng yang lauknya terdiri dari sayur-sayuran rebus seperti kacang panjang, kangkung, kol, yang dilengkapi dengan bumbu anyep-anyepan.
 
2) Satu cething tumpeng gundhul
Tumpeng gundhul merupakan tumpeng yang lauknya terdiri atas goreng- gorengan, antara lain: peyek gereh ( ikan asin pethek ) peyek teri, peyek kacang, dan peyek tholo.

 
3) Satu tampah jajan pasar, yang terdiri dari:
- buah-buahan, berbagai palawija rebus, dan bermacam macam makanan rakyat tradisional
- satu sisir pisang raja dan pisang pulut
- sebuah kelapa yang dihilangkan sabutnya
- gula jawa setangkep atau satu tangkup
- empluk, sejenis gerabah kecil-kecil untuk mainan anak-anak, berisi berbagai bumbu pawon (bumbu dapur) beras, dan telur ayam, mentah serta sisir dan cermin
- jlupak, yaitu pelita yang menggunakan minyak kelapa dan kapas
- bunga telon (kanthil, melati, dan kenanga), disertai uang recehan
- kinang, sekapur sirih.
 
4) Satu tampah jenang
Jenang yang disajikan berwarna-warni: merah, putih, palang, baro-baro (putih ditengahnya merah, diberi gula kelapa), lirit (separo merah separo putih).

 
5) Ayam jantan hidup dan masih muda.
Semua perlengkapan tersebut diatas harus sudah disiapkan sebelum upacara siraman, diletakkan dikamar mandi atau tempat siraman.
 
2. Pelaksanaan Upacara Siraman.
Setelah segala perlengkapan disiapkan dan calon pengantin sudah siap dengan busana siraman berupa kain pasatan dan kain putih polos (mori), upacara dapat dimulai.
Tahap-tahap upacara :
1)
Calon pengantin yang mengenakan pasatan dan kain busana siraman dengan rambut yang terurai, dijemput oleh orangtuanya dan diantar ketempat upacara mereka diikuti oleh para pinisepuh serta pembawa pakaian yang membawa seperangkat kain yang terdiri dari sehelai motif grompol, sehelai kain motif nogosari serta perlengkapan berbusana lainnya yang ditaruh teratur pada baki kain beserta perlengkapannya itu nantinya dipergunakan setelah upacara selesai. Sesampai ditempat upacara,calon pengantin dipersilahkan duduk ditempat yang telah disediakan.
2) 
Orangtua calon pengantin – ayah terlebih dahulu, kemudian ibu – mengawali menyiram atau megguyur calon pengantin dengan air bersih yang sudah ditaburi bunga siraman dan dimaksudkan dua kelapa hijau yang diikat sabut didalamnya.
 
Sebelumnya boleh diawali dengan doa menurut agama atau kepercayaan masing-masing (doa tidak perlu diucapkan). Pada waktu mengguyur dapat disertai dengan memberi konyoh manca warna, serta londho merang, kemudian diakhiri dengan guyuran tiga kali di kepala. Sesudah itu disusul oleh pinisepuh. Tidak ada ketentuan mengenai jumlah orang yang memandikan . Makin banyak makin baik, asalkan jumlahnya ganjil, dengan juru paes yang muloni. Muloni dalam hal ini ada kaitannya dengan wulu atau wudlu, yaitu kegiatan membersihkan muka, tangan, dan kaki sebelum sembahyang.
3) 
Juru paes atau petugas lainnya mengakhiri upacara ini dengan muloni. Caranya sebagai berikut:
- Setelah juru paes mencuci rambut dan membersihkannya dengan tapis, sungguh-sungguh bersih, juru paes mengambil kendi yang berisi air sumber. Air dari kendi diguyurkan ke kepala calon pengantin tiga kali.
- Kemudian, calon pengantin harus mengambil sikap tangan seperti kalau orang akan menyucikan diri sebelum sembahyang. Juru paes menuangkan air kendi ke tangan calon pengantin agar digunakan untuk berkumur sampai tiga kali.
- Selanjutnya, air dituangkan lagi untuk membersihkan wajah, leher, dan terakhir kaki. Masing-masing juga tiga kali.
- Setelah air kendi habis, juru paes mengucapkan kata-kata, Wis pecah pamore, sambil memecahkan kendi di depan calon pengantin.
 
Selanjutnya calon pengantin meneruskan mandi dan keluar dari tempat mandi dengan mengenakan kain motif grompol dan tutup badan kain nogosari. Didampingi orangtuanya, calon pengantin menuju kamar pengantin diikuti para pinisepuh.
Upacara Siraman ini berlaku baik untuk calon pengantin pria maupun wanita. Pelaksanaannya biasanya dirumah masing-masing. Jika Siraman calon pengantin pria dilaksanakan ditempat calon pengantin wanita, calon pengantin wanita yang lebih dahulu dari calon pengantin pria. Perlengkapan upacaranya cukup satu perangkat sebagaimana dipaparkan didepan. Tentu saja kain yang digunakan pada waktu mandi tidak sama, tetapi motifnya serupa.
B. UPACARA NGERIK.
 
Upacara ngerik merupakan langkah lanjut dari siraman yang juga mempunyai tujuan utama agar calon pengantin bersih lahir dan batin. Dalam upacara ini yang dibersihkan adalah sebagian rambut halus yang tumbuh di bagian dahi, supaya penampilan pengantin nantinya tampak cemerlang (semeblak, jawa).
1. Perlengkapan upacara ngerik
Perlengkapan upacara ngerik pada dasarnya sama dengan siraman. Perlengkapan khusus yang harus disediakan adalah ratus, kain motif truntum, baju kebaya biasa, gondhel atau pisau cukur, cermin yang ditutup, dan handuk.
2. Pelaksanaan upacara ngerik.
1)
Setelah calon pengantin wanita duduk pada tempat yang telah disediakan, rambutnya diratus. caranya sebagai berikut :
- Pengratusan (anglo kecil tempat bara) setelah diisi dengan bara api, kemudian di taburi ratus sehingga menyebarkan asap yang berbau harum.
- Dari belakang rambut calon pengantin diangkat dan pengratusan digerak-gerakan dibawahnya ; rambut diasap-asapi diusahakan agar pengasapannya merata.
- Bagian atas kepala calon pengantin ditutup handuk, agar sewaktu rambutnya diratus, asapnya tidak menyebar kesana kemari, tapi hanya mengenai rambut sehingga harumnya lebih meresap.
2)
Calon pengantin digambar. Caranya sebagai berikut. Pemaes menentukan bentuk paes yang terdiri dari penunggul, penitis, pengapit, dan godheg. Selanjutnya ia membuat cengkorongan paes berdasarkan bentuk-bentuk paes sesuai dengan gaya yang diinginkan. Penentuan bentuk dan pembuatan cengkorongan paes ini dikerjakan dengan pensil dan hasil akhirnya berupa gambar samar-samar atau tipis. Tujuannya adalah agar pada waktu menghilangkan rambut halus, pengerikan dapat dilakukan tepat menurut gambaran paes yang diinginkan.Rambut halus yang dihilangkan hanya rambut halus yang tumbuh di luar cengkorongan
3)
Calon pengantin dihalub-halubi atau dikerik. Caranya sebagai berikut. Rambut halus yang tumbuh di bagian luar cengkorongan paes dihilangkan.Dengan kata lain, rambut halus yang ada di bagian kalenan, yaitu daerah-daerah di antara penunggul dan pengapit, antara pengapit dan penitis, serta antara penitis dan godheg, dengan hati-hati dihilangkan. Cara menghilangkannya: rambut-rambut halus dikerik mengikuti arah batas cengkorongan paes; mulai dari penunggul, pengapit, penitis, dan akhirnya godheg. Selain itu, daerah sekitar alis juga dikerik. Lebih-lebih apabila bentuk alis calon pengantin kurang baik. Untuk itu juru paes harus membentuknya supaya tampak indah.
 
4)
Calon pengantin dirias samar-samar dan disanggul. Bentuk sanggul boleh model ukel tekuk atau model ukel kondhe.
Calon pengantin mengenakan busana polos, dalam arti tidak memakai perhiasan apa pun. Kain yang dikenakan adalah kain dengan motif truntum, dan baju yang dikenakan baju kebaya biasa.
5)

 
C. UPACARA MIDODARENI
Pada dasarnya upacara midodareni adalah acara tirakatan atau wungon, yaitu duduk-duduk sambil berbincang-bincang pada malam hari, pada waktu orang punya hajatan. Tirakatan juga mengandung unsur permohonan, doa kepada Tuhan agar pernikahan yang dilaksanakan mendapatkan anugerah-Nya. Tirakatan ini disebut midodareni karena ada kaitannya dengan cerita rakyat Joko Tarub, yang mengisahkan seorang bidadari atau widodari ( Jawa ) bernama Nawang Wulan. Dewi Nawang Wulan yang turun ke bumi bersama bidadari-bidadari lainnya tidak dapat terbang kembali ke surga, karena pakaiannya disembunyikan oleh Joko Tarub, sewaktu mereka mandi-mandi di suatu telaga. Konon Dewi Nawang Wulan menikah dengan Joko Tarub dan dikaruniai seorang puteri bernama Dewi Nawangsih. Pada suatu saat, karena Joko Tarub melanggar pantangan untuk tidak membuka tutup dandang penanak nasi, Dewi Nawang Wulan terlepas dari ikatan nasibnya dan dapat terbang kembali ke surga.
Dikisahkan pula bahwa Dewi Nawang Wulan akan hadir pada malam sebelum perkawinan putrinya, Dewi Nawangsih. Dewi Nawang Wulan akan memberikan doa restu dan mempercantik wajah Dewi Nawangsih. Itu sebabnya, malam menjelang hari perkawinan disebut malam midodareni yaitu malam kedatangan Dewi Nawang Wulan yang akan merestui dan mempercantik calon pengantin sebagaimana ia lakukan terhadap Dewi Nawangsih.
Pada malam itu, menurut tradisi, calon tidak boleh tidur sebelum pukul dua belas malam, dan tidak boleh keluar dari pedaringan-kamar pengantin.
Dimanakah midodareni ini dilaksanakan? Umumnya upacara ini dilaksanakan di tempat calon pengantin wanita. Seandainya calon pengantin pria sudah tinggal di rumah calon pengantin wanita, maka yang pria tidak boleh bertemu dengan yang wanita, apalagi tinggal bersama di dalam satu kamar.
1. Perlengkapan Upacara Midodareni.
Menurut cerita perlengkapan upacara midodareni adalah perlengkapan yang dipesan oleh Dewi Nawang Wulan kepada Nawangsih untuk menyambut kehadirannya pada malam perkawinaan putrinya itu. Perlengkapan yang dimaksud meliputi:

1) Sepasang kembar mayang dan sepasang buah kelapa muda yang masih ada sabutnya. Kembar mayang adalah hiasan janur (daun kelapa muda) yang dibuat sepasang.
2) 
Sepasang klemuk. Klemuk adalah sejenis gerabah- yang diisi dengan bumbu pawon (dapur), biji-bijian, serta empon-empon, dan ditutup dengan kain motif bangun tulak.
3)
Sepasang kendi yang diisi dengan air bersih. Paruh kendi ditutup dengan daun dhadhap srep yang bertemu ruasnya.
4)
Sesajian yang terdiri dari:
- nasi gurih dengan lauk sambel pecel, sambel pencok, recek, dan lalaban
- sepasang ingkung ayam atau ayam yang dimasak secara utuh
- rujak degan ( kelapa muda )
- air kopi dan air teh tanpa gula
- jlupak (pelita) yang diisi dengan sumbu kapas
- roti tawar
- gula jawa satu tangkup.
5) Kamar pengantin yang dihias dengan :
- mayang jambe
- tujuh macam kain motif letrek
- sirih ayu yang dihias dengan kapur sirih
- ukup, yaitu wangi wangian yang diramu dari serai, irisan pandan, parutan kencur, parutan laos, parutan jeruk purut dan bunga kenanga, yang dicampur jadi satu serta diberi minyak wangi dan ditata diatas baki serta diletakkan dikolong tempat tidur, meja, dsb.
2. Pelaksanaan Upacara Midodareni.
Setelah semua perlengkapan tersedia, jalannya upacara adalah sebagai berikut :
1.
Calon pengantin mengenakan busana dengan kain motif truntum dengan baju kebaya biasa, sanggul ukel tekuk atau ukel konde, dan tidak memakai perhiasan (aksesori).
2. 
Calon pengantin tinggal di kamar pengantin yang dihias dan dilengkapi dengan aneka perlengkapan midodareni, termasuk sajen dan kembar mayang. Calon pengantin ditemani oleh para sesepuh. Kesempatan ini merupakan kesempatan baik bagi orang tua-tua untuk memberikan wejangan atau nasihat. Pemingitan ini berlangsung dari sekitar pukul enam sore hingga sekitar pukul dua belas malam.
3.
Diluar kamar pengantin dapat diadakan upacara serah terima calon pengantin pria dari keluarganya kepada keluarga calon pengantin wanita. Dapat pula malam itu dipergunakan untuk memanjatkan doa atau sembahyangan bersama menurut kepercayaan atau agama masing-masing. Sesudahnya, orangtua-tua, para tamu, teman-teman calon pengantin melanjutkan kegiatan dengan jagongan, yaitu duduk-duduk berbincang-bincang bersama sambil bermain kartu, catur, dan sebagainya sebagai salah satu kegiatan agar tetap terjaga sampai pukul dua belas malam.
4.
Pada pukul dua belas malam calon pengantin keluar dari kamar pengantin bersamaan dengan dikeluarkannya sajen-sajen dan makan bersama dengan keluarga serta para tamu yang hadir pada waktu itu. Kembar mayang dan buah kelapa dikeluarkan. Pada saat upacara panggih
 
 
D. UPACARA IJAB.
Upacara ijab atau akad nikah merupakan upacara yang bersifat administratif dan religius, dalam arti bahwa upacara ini dilaksanakan atas dasar hukum yang berlaku-baik hukum negara ataupun hukum agama. Pelaksanaannya dapat di rumah mempelai wanita di kantor urusan agam di gereja dan sebagainya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Pada dasarnya upacara ijab adalah :
a.
ikrar dari kedua pengantin kepada yang maha kuasa, yang disaksikan oleh umum dan diwakili oleh pejabat yang berwenang, oleh orangtua, dan oleh saudara-saudara mempelai isi ikrar antara lain :
1. berjanji akan saling mengasihi dan mancintai, sebagi istri yang baik.
2. berjanji akan bertanggung jawab memenuhi kewajibannya sebagai suami istri yang baik.
3. berjanji akan bertanggung jawab terhadap anak-anak hasil perkawinan mereka.
b.
pernyataan resmi bahwa dalam perkawinan ini tidak ada paksaan dari siapapun.
1. Perlengkapan Upacara Ijab.
Dalam tradisi jawa pada umumnya tidak ada perlengkapan berupa sesajen dan sebagainya untuk upacara ini, kecuali di lingkungan kraton.
Perlengkapan yang disediakan adalah perlengkapan yang berkaitan dengan urusan administrasi dan keagamaan.
2. Pelaksanaan Upacara ijab
Khusus untuk upacara ini dalam tradisi jawa pada umumnya tidak ada petunjuk langkah-langkah yang bersifat simbolis dan sakral sebagai mana pada upacara upacara yang lain seperti siraman, ngerik, midodareni, dan panggih.
Jalannya upacara ini mengikuti kententuan negara atau agama yang berlaku.


 
E. UPACARA PANGGIH
Upacara panggih dalam perkaiwanan adat jawa menjadi puncak dari rangkaian upacara adat yang mendahuluinya. Upacara ini dalam arti luas meliputi upacara.
- penyerahan sanggan
keluarnya pengantin wanita yang didahului kembar mayang.
- balang balangan suruh.
- wijikan dan memecah telur
- masak menuju perkawinan
- tampa kaya
- dahar klimah
- penjemputan besan dan sungkeman
Upacara panggih yang bernafaskan adat ini biasanya dikaitkan dengan acara andrawina, atau pesta resepsi.

1. Perlengkapan upacara panggih.
Sebagaimana upacara adat lainnya, untuk upacara ini dibutuhkan beberapa perlengkapan yang mempunyai makna simbolis. Perlengkapan tersebut adalah :
a.
Untuk upacara balang-balang suruh yang dilanjutkan dengan wijikan dan memecah telur :
1. tuju lintingan daun sirih yang diikat dengan benang.
2. sepasang kembar mayang.
3. sanggan yang terdiri dari pisang raja satu tangkup, benang lawe, dan sirih ayu yang disusun dalam baki atau tembor
4. ranu pada, yaitu sejenis nampan untuk upacara wijikan.
5. bokor air sritaman yaitu bokor yang diisi air dan ditaburi bunga sritaman
6. telur ayam kampung yang dimasukkan ke dalam bokor tersebut.
 
b.
Untuk upacara tampa kaya
1) kain mori putih: 25 cm x 25 cm
2) kaya, yang terdiri dari aneka biji-bijian, antara lain: biji jagung, kedelai, gabah padi yang masih berkulit, beras, dll;uang recehan dari logam dari yang paling kecil sampai yang paling besar, berjumlah genap; dlingo bengle dan bunga telon.
c.
Untuk upacara dhahar klimah:
1) piring kosong dan serbet
2) nasi kuning dengan lauk : hati ayam, pindang asap, telur dadar, kedelai, dan uler- uleran
3) minuman teh
 
Selain perlengkapan adat seperti diatas, orang tua pengantin hendaknya mengenakan busana mataraman, atau busana adat Yogyakarta. Kain yang dikenakan motif truntum, yang mempunyai makna agar rejekinya terus mengalir. Selain itu, juga dikenakan sindur, yaitu kain mori yang diberi warna merah muda dengan pinggiran putih digunakan untuk ikat pinggang, dsb. Sindur menjadi tanda bahwa orang yang mengenakannya adalah orang yang mempunyai hajatan. Untuk ibu pengantin, sindur dipakai diluar stagen seperti memakai angkin, sedangkan untuk ayah pengantin, sindur dipakai di luar baju.
 
2. Pelaksanaan Upacara Panggih
Langkah-langkah upacara panggih adat Yogyakarta sebagai berikut.
1)
Pengantin pria yang didampingi penganthi (pendamping) pria dan diikuti oleh para pengombyong atau pengiring sampai di tempat upacara. Kedatangan pengantin pria ini disambut dengan gending bindri. Formasi iring- iringannya demikian: pembawa sanggan berada paling depan diikuti oleh pengantin pria yang didampingi oleh dua pendamping pria, kemudian para pengiring.
2)
Rombongan pengantin pria berhenti pada tempat yang ditentukan biasanya didepan tarub, hiasan janur pada pintu gerbang tempat resepsi. Pembawa sanggan yang terdiri dari dua orang ibu didampingi seorang ibu pembawa sanggan, langsung masuk kedalam. Sanggan diserahkan kepada ibu pengantin wanita yang telah siap di tempat yang ditentukan. Penyerahan sanggan ini mengandung maksud memberi tahu bahwa pengantin pria sudah datang, dan memohon agar pengantin wanita dibawa keluar untuk segera diadakan upacara panggih.
3)
Setelah sanggan diterima pengantin wanita dibawa keluar dengan didahului keluarnya sepasang kembar mayang yang dibawa oleh dua orang ibu. Keluarnya pengantin pria ini diiringi dengan gendhing ladrang pengantin. Kemudian kembar mayang dibawa keluar melewati sisi kanan dan kiri pengantin pria, dan langsung dibuang dijalan simpang empat. Formasi iring-iringan pengantin wanita sebagai berikut: pembawa kembar mayang berada paling depan. Kemudian, dibelakangnya diikuti oleh sepasang patah. Selanjutnya, pengantin wanita yang didampingi oleh penganthi putri Terakhir domas, yang berfungsi sebagai pengiring pengantin, menempati urutan dibelakang pengantin.
4)
Setelah kedua pengantin sampai didepan tarup, tanpa perlu diberi aba-aba langsung dilaksanakan upacara balang-balangan suruh. Caranya : pengantin pria dan pengantin wanita saling melempar dengan tangan kanan dan kiri. Pengantin pria melempar empat kali, sedangkan pengantin wanita hanya tiga kali.
5)
Selanjutnya pengantin pria dan wanita mendekat pada ranu pada untuk memulai upacara wijikan. Caranya kedua alas kaki pengantin pria dilepas, kemudian kedua kaki di masukkan kedalam ranu pada. Pengantin wanita berjongkok didepan pengantin pria dan membasuh kedua kakinya sekurang-kurangya sampai 3 kali guyuran, kemudian pengantin wanita memberihkannya. Selanjutnya, pengantin pria kembali mengenakan alas kaki.
6)
Upacara wijikan dilanjutkan dengan upacara memecah telur. Kedua pengantin berdiri saling berhadapan juru paes mengambil telur dari bokor air sritaman.Telur tadi disentuhkan pada dahi pengantin pria kemudian pada dahi pengantin wanita, seterusnya dibanting di ranu pada. Sampai disini upacara balang-balangan suruh, wijikan, dan memecah telur selesai. Ketiganya menggunakan tempat yang sama yaitu didepan tarub.
7)
Kedua mempelai berdiri berdampingan dengan kelingking tangan kiri pegantin pria dikaitkan dengan kelingking tangan kanan pengantin wanita. Dalam posisi kelingking terkait, kedua pengantin berjalan menuju pelaminan atau singgasana pengantin disini orangtua pengantin wanita sudah siap menunggu. Urutannya : patah berada paling depan. Dibelakangnya pengantin berdua yang didampingi pendamping putri yang mengambil posisi pada sisi kanan dan kiri mempelai di belakangnya lagi baru para pengiring pengantin wanita dan pria.
8)
Setelah kedua mempelai duduk disinggasana pengantin, upacara tampa kaya dimulai. Sebaiknya pelaksanaan upacara ini menunggu habisnya gending boyong atau puspo warno. Jalannya upacara tampa kaya : pengantin wanita mengambil kain mori yang sudah di siapkan dan membukanya diatas pangkuan. Pengantin putra berdiri dan mengambil kaya kemudian menuangkannya sedikit demi sedikit termasuk kain pembungkus kaya. Kedalam mori di pangkuan pengantin wanita harus diusahakan jangan sampai ada kaya yang jatuh konon bila ada yang jatuh menandakan bahwa ekonomi rumah tangga mereka akan boros. Setelah selesai, pengantin wanita mengikat kain mori yang sudah berisi kaya tersebut dan menitipkannya kepada ibunya.
9) 
Upacara dahar klimah yang dilaksanakan sebagai berikut. Juru paes menyerahkan nasi kuning kepada pengantin pria dan piring kosong kepada pengantin wanita. Sesudah mencuci tangan, pengantin pria mengambil nasi kuning tersebut dengan cara dikepal sebanyak tiga kali, tiap kali ditaruh dipiring kosong yang dipegang pengantin wanita. Selanjutnya kedua pengantin wijik atau cuci tangan. Pengantin wanita kemudian memakan nasi kepalan yang ada dipiringnya. Apa yang diperbuat pengantin pria ? pengantin pria tidak ikut makan tapi hanya diam memperhatikan. Setelah upacara ini selesai, kedua mempelai minum bersama.
10) 
Sampai sejauh ini pengantin pria, tampaknya belum terlibat. Memang, menurut adat jawa sampai upacara dahar klimah orang tua pengantin pria belum hadir. Ini termasuk tantangan baru sekarang orangtua pengantin wanita menjemput orangtua pengantin pria atau besan. Penjemputan besan ini dilakukan dipintu gerbang atau tarub. Mereka salng berjabat tangan kemudian masuk ketempat pahargyan. Dalam pahargyan agung yang banyak dihadiri tamu, sebaiknya ibu berjalan berdampingan dengan ibu, dan bapak dengan bapak. Sewaktu akan duduk, orangtua pengantin wanita mengantarkan besan duduk disebelah kiri pengantin wanita, baru orangtua pengantin wanita duduk disebelah kanan pengantin pria.
11)
Upacara berikutnya menunjukkan sikap hormat dan sujud kedua mempelai kepada orangtua mereka-upacara sungkem bagaimanakah upacara sungkem itu? Umumnya sungkem dilakukan sebagai berikut ; Pengantin setelah berlutut atau jongkok didepan orantuanya, menyembah. Kemudian kedua tangan pengantin, menyangga lutut kanan orangtuanya dan mencium lutut tersebut. Kedua tangan orangtua ditumpangkan pada bahu pengantin untuk memberi berkat. Terakhir, pengantin menyembah lagi.
 
Langkah-langkahnya demikian : Petugas mengambil keris pengantin pria kedua pengantin pria berdiri dan menuju ketempat orang tua pengantin wanita duduk pengantin wanita mendahului sungkem kepada orang tuanya, sementara itu pengantin pria berdiri dibelakangnya. Pengantin wanita kemudian bergeser sungkem kepada ibunya. Saat itu, pengantin pria sungkem, pada ayah mertuanya. 
Berikutnya pengantin pria bergeser sungkem kepada ibu mertuanya sementara pengantin wanita sudah berdiri dibelakang pengantin pria yang sedang sungkem. Setelah selesai, mempelai berdua pindah ketempat orangtua pengantin pria. Disini juga sungkem dengan urut-urutan seperti pada waktu sungkem kepada orangtua pengantin wanita. Setelah semua berlalu keris dipasang lagi dipinjam pengantin pria. Selanjutnya kedua mempelai kembali duduk di pelaminan.
Selama upacara panggih ini paling baik hanya diiringi gending-gending seperti puspo warno atau boyong..
 
Sumber: www.tjokrosuharto.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails