Sabtu, 02 Oktober 2010

Sejarah Teh di Indonesia






 
 
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1684, berupa biji teh dari jepang yang dibawa oleh seorang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. 
Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta. setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit Teh dari Jepang. 
Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Usaha perkebunan Teh pertama dipelopori oleh Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh pada tahun 1828, yang kemudian menaruh landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa  dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah
 
 
 
Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, Teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stetsel ). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan Teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta.  Teh dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam tahun 1835. Teh jeis Assam mulai masuk ke Indonesia (Jawa) dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh Assam tersebut ke Indonesia, secara berangsur tanaman teh China diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. 
Pada tahun 1910 mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Perkebunan teh paling banyak ditemui di India, Cina dan Srilanka. Tahun 1999, panen teh dunia dihasilkan di India (sekitar 30%), Cina (23,5%), Srilanka (9,5%), Kenya (7,5%), Indonesia (5%) dan Turki (4%). 75 % dari hasil panen teh ini dibuat menjadi teh hitam (teh yang difermentasi), 25%-nya menjadi teh hijau (teh tanpa fermentasi) dan sisanya menjadi teh Oolong (teh yang setengah difermentasi). Jenis teh hijau awalnya dikembangkan untuk keperluan sendiri di Cina, Jepang dan Indonesia, kemudian dieksport ke negara-negara Islam. Sejak beberapa tahun yang lalu, jenis teh ini digemari pula di Eropa. 
Daun teh yang dipetik dengan tangan saat panen umumnya pucuk-pucuk daun teh muda dan dua daun berikutnya. Panen tidak dilakukan sekaligus, melainkan dengan interval waktu antara 10 sampai 14 hari. Daun-daun teh yang sudah dipetik tidak bisa bertahan lama dan harus segera diolah. Saat pengolahan inilah dibedakan jenis teh menjadi teh hitam dan teh hijau. Teh hitam dibuat dengan proses pelayuan, penggulungan, fermentasi, pengeringan dan penyaringan/penyortiran. 
Pertama-tama, daun-daun teh ini disimpan dalam keadaan kering selama 8 sampai 12 jam untuk proses pelayuan. Saat proses pelayuan ini, daun-daun tersebut akan kehilangan kandungan air sebesar 40%. Pada saat penggulungan, kerangka-kerangka daunnya akan hilang dengan bantuan silinder penggulung. Cairan sel akan muncul lewat bantuan kandungan asam di udara dan dimulailah proses fermentasi. Proses fermentasi ini berlangsung selama 2 sampai 3 jam. 
Daun-daun ini kemudian disebarkan di atas meja dan dilembabkan. Kualitas teh yang akan dihasilkan kemudian tergantung pada proses fermentasi ini. Akhir dari proses fermentasi ini dikenali lewat wangi dan warna daun teh yang berubah menjadi merah perunggu. Kemudian teh ini dikeringkan dengan suhu sekitar 85 derajat celcius sampai berwarna gelap, selanjutnya disortir berdasarkan jenis daunnya. 
 
Dari proses penyortiran ini dikenal teh jenis Flowery Orange Pekoe (hanya pucuk daunnya), Orange Pekoe (pucuk dan daun teratas), Pekoe Souchong (daun kedua), Souchong (hasil dari penyortiran daun terkasar). Selanjutnya masih dikenal jenis Broken Teas yang berasal dari daun-daun teh yang pecah saat proses penggulungan, antara lain jenis Broken Orange Pekoe, juga jenis Fannings dan Dust, yang berasal dari serpihan-serpihan daun dan biasanya digunakan untuk membuat teh celup. Jenis teh hijau dibuat dengan proses penguapan atau pemasakan, penggulungan dan pengeringan. Setelah dipetik, daun-daun teh ini diuapkan sebentar dengan uap air panas atau dimasak diatas api dengan menggunakan panci besar. Proses ini dibuat untuk menghindari fermentasi dan untuk mempertahankan warna daun. Darjeeling adalah jenis teh hitam yang terkenal, yang namanya diambil dari nama sebuah kota di daerah Bengali Selatan (India). Perkebunan Darjeeling terletak di ketinggian 2000 m dari atas laut di sebelah selatan pegunungan Himalaya. Di daerah ini tumbuh tanaman teh terbaik dan termahal di dunia. Untuk teh jenis ini dikenal dua jenis teh lainnya, yaitu Darjeeling yang dipanen di awal tahun (first flush) dengan hasil air teh yang berwarna terang, ringan dan wangi. Jenis selanjutnya adalah Darjeeling yang dipanen pada musim panas (second flush) dengan hasil air teh yang lebih pekat dan kental. Selanjutnya adalah jenis Assam, yang berasal dari nama sebuah provinsi di India juga dekat pegunungan Himalaya. 
Di daerah perbukitan di provinsi ini terdapat rangkaian perkebunan teh terbesar di dunia. Teh Assam berwarna gelap, pekat dan kental. Terdapat pula jenis Dooars yang berasal dari sebuah provinsi di India sebelah barat Assam yang menghasilkan teh jenis yang hampir sama dengan teh Assam. Di Srilanka, perkebunan teh baru dikembangkan pada tahun 1867 setelah wabah pes kopi menyerang. Teh hitam dari Srilanka ini berasa agak pahit dan airnya berwarna keemasan. Sedangkan perkebunan teh di Indonesia kebanyakan berada di Provinsi Jawa Barat dan terbentang di dataran tinggi pegunungan di daerah Puncak, Sukabumi, Pangalengan, Ciwidey dan Subang. Air teh hitam dari Jawa ini berwarna terang dan rasanya agak manis. Namun, perkebunan teh di Indonesia juga bisa ditemui di Sumatera dan Sulawesi. Pucuk-pucuk daun dan daun teh mengandung 1% - 5 % koffein (dulunya dikenal dengan sebutan tein), sedikit Theophyllin (alkaloid dalam daun teh, dengan nama kimia: 1,3-Dimethylxanthin, yang mengandung zat sejenis koffein. Dalam bidang kedokteran digunakan sebagai bahan untuk meringankan serangan asthma akut dan melancarkan air seni) dan Theobromin (nama kimianya: 3,7-Dimethylxanthin, yang juga berguna untuk merangsang pengeluaran air seni), minyak eter, dan 7% - 12% zat warna asam coklat (Gerbsäuren). Dalam dua menit pertama penyeduhan, 75% koffein yang terkandung dalam teh akan terekstrasi dengan Theobromin dan Theophyllin. Pada proses selanjutnya akan terlihat proses pewarnaan air, saat zat warna asam coklat tadi bereaksi dengan koffein dan biasanya membentuk lapisan tipis di permukaan air. 
Gabungan koffein dan zat warna asam coklat ini akan diserap oleh tubuh dan pengaruh koffeinnya akan tetap tinggal dalam tubuh. Inilah yang membuat teh bisa membawa pengaruh menenangkan. Teh hitam mengandung fluor yang bisa mengganti mineral dan memperkuat permukaan gigi (Kariesprophylaxe) Beberapa jenis teh sudah diolah dan ditambah dengan zat pewangi dan perasa. Earl Grey Tee, contohnya, mengandung minyak Bergamotte dan jeruk sitrus, sedangkan teh melati mengandung kelopak bunga melati. 
Tumbuhan teh kemungkinan besar berasal dari Assam (India) dan Yunnan (Cina Selatan). Tulisan pertama tentang teh berasal dari buku berbahasa Cina Ben-cao sekitar tahun 2700 SM. Sekitar tahun 500 M, teh dibawa ke Jepang (bukti tertulis pertama berasal dari tahun 729 M). Sejak itu di Jepang berkembang upacara minum teh di biara-biara Zen. Ritual upacara persiapan minum teh sampai saat ini berkembang sebagai ajang latihan menuju jalan pencerahan. Teh diperkenalkan pertama kali ke Eropa oleh pedagang-pedagang Arab. Mulai tahun 1610 kapal-kapal dagang Belanda membawa teh dari Jepang dan Cina. Tahun 1669 bangsa Inggris mendirikan East India Company dengan tujuan perdagangan teh. Di awal abad ke-19 para Teeclipper berlayar mengelilingi Afrika menuju Eropa. Saat Terusan Suez dibuka pada tahun 1869, jarak perjalanan bisa diperpendek sekitar 7000 km. Mulai abad ke-17 teh dibawa lewat jalan darat dari Cina ke Eropa lewat Rusia. Teh yang dibawa oleh karavan-karavan Rusia kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan teh yang dibawa lewat laut dan sudah tersimpan di ruang lembab dan bau. 
Kaum imigran Inggris membawa teh ke New England dan menjadikannya minuman yang digemari, terutama di kalangan masyarakat golongan atas, yang rutin mengadakan Tea Party. Pada tahun 1760 teh menempati posisi ketiga barang yang dieksport ke New England. Ketika Inggris menaikkan pajak teh untuk menutupi krisis keuangan yang melanda negara ini setelah perang tujuh tahun, timbul kerusuhan di Amerika sebagai koloni Inggris yang puncaknya terjadi di Boston dan dilakukan oleh orang-orang Freemason yang berpakaian seperti orang Indian Mohikan. Mereka merampok kapal-kapal East India Company yang berlabuh di pelabuhan Boston dan melemparkan 342 peti teh ke laut. 
Kejadian yang dalam sejarah dikenal sebagai „Boston Tea Party“ ini menjadi pemicu perang kemerdekaan Amerika pada tahun 1775-1783, di saat Amerika berusaha melepaskan diri dari Inggris. Saat ini negara pengimport teh terbesar adalah Inggris, Jepang, Pakistan, USA dan Mesir. Jerman mengimport teh terutama dari India, Srilanka, Indonesia dan Kenya. Di Jerman sendiri pada tahun 1999 sekitar 29 liter teh diminum oleh setiap satu orang Jerman.* Bayangkan betapa banyaknya orang yang minum teh di dunia dan betapa banyaknya teh yang diminum di dunia. Di Indonesia teh pun sudah menjadi kultur tersendiri dan memiliki sejarah panjang yang tak kalah panjangnya dengan sejarah teh di dunia. Mungkin juga sepanjang sejarah peradaban manusia.  
 
Sumber: travelouge.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails