Selasa, 23 Agustus 2011

Tafsir Surat Al-Qadr




Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
1. Sesungguhnya, Kami telah menurunkan (AL-Qur’an) pada malam qadar.
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih aik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan.
5. Sejateralah (malam itu) sampai terbit fajar.


Keutamaan Malam Al-Qadr (Malam Kemuliaan)

Allah swt mengatakan bahwa Allah mengirimkan Qur’aan selama Malam Lailatul Qadr, dan itu adalah malam yang diberkahi seperti firman Allah:
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi… (Q.S. Ad-Dukhan:3)

Ini adalah Malam Lailatul Qadr dan malam ini terjadi pada bulan Ramadhan.
Allah swt berfirman :
Bulan ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an … (Q.S. Al-Baqarah:185)

Ibn Abbas dan yang lainnya mengatakan: “Allah swt menurunkan Al-Qur’an dalam satu waktu dari Preserved Tablet (Al-Lawh Al-Mahfuz) hingga the House of Might (Baytul-Izzah), yang merupakan surga dunia. Lalu kemudian diturunkan sebagian-sebagian kepada utusan Allah swt, Rasulullah saw berdasarkan kejadian yang berlangsung selama masa dua puluh tiga tahun."

Kemudian Allah swt …….. status Malam Lailatul Qadr, yang Allah swt kaitkan dengan Qur’an, Allah swt berfirman :
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

[At-Tabari 24:531, 532, and Al-Qurtubi 20:130].

Imam Ahmad mencatat bahwa Abu Hurairah berkata : “Ketika datang bulan Ramadhan maka Nabi Muhammad saw berkata:
“Sesungguhnya bulan Ramadhan telah datang kepadamu. Ini adalah bulan yang diberkahi, dimana Alla swt mewajibkan atas kamu brepuasa. Selama bulan ini pintu surga akan dibuka, pintu neraka akan ditutup dan setan akan dibelenggu. Di dalamnya ada malam yang lebih baik dari pada malam seribu bulan. Barangsiapa melewatkannya, maka ia benar-benar celaka.”
[Ahmad 2:230. Ada saksi yang menguatkan hadis ini : Hadis Anas bin Malik di dalam buku Sunan] An Nasai mencatat hadis yang sama [An-Nasai 4:129].

Selain kenyataan bahwa ibadah selama Malam Lailatul Qadr adalah sama dengan beribadah selama seribu bulan, ini juga dinyatakan dalam dua hadis sahih dari Abu Huraitah bahwa Rasulullah saw berkata,
“Barangsiapa yang berdiri (untuk sholat) selama Malam Lailatul Qadr dengan keyakinan dan mengharapkan pahala (dari Allah swt), maka ia akan diberi ampunan atas dosa-dosanya." [Fath Al-Bari 4:294, dan Muslin 1:253]


Turunnya Para Malaikat dan Ketetapan Untuk Setiap Ibadah Selama Malam Lailatul Qadr

Allah berfirman,
Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Allah untuk mengatur semua urusan
Artinya, para malaikat turun dengan melimpah selama Malam Lailatul Qadr sebagai hak atas rahmatnya yang berlimpah. Para malaikat turun dengan membawa rahmat dan ampunan, seperti saat mereka turun ketika Al Qu’an diwahyukan, mereka berkeliling dalam lingkaran untuk berdzikir (mengingat Allah SWT) dan mereka merendahkan sayap-sayap mereka sebagai penghormatan yang tulusa kepada murid pengetahuan.

Sebagai referensi Ar-Ruh, dikatakan bahwa ini berarti malaikat JIbril, kata-kata dalam ayat ini adalah metode untuk menambahkan nama dari objek yang berbeda (dalam hal ini Jibril) yang terpisah dari kelompok umum (dalam hal ini para malaikat).

Merujuk pada keterangan Allah, dengan semua urusan.
Mujahid berkata, “Kedamaian yang meliputi semua perkara.” Sa’id bin Mansur berkata, Isa bin Yunus mengatakan kepada kami bahwa Al’mash menceritakan kepada merekan bahwa Mujahid berkata kepada keterangan Allah,
Ada kedamaian

 “Ini adalah keamanan dimana syaitan tidak dapat melakukan hal-hal yang jahat maupun yang merusak.” Qatadah dan yang lainnya telah mengatakan, “Perkara-perkara in telah ditetapkan selama bulan Ramadhan, dan waktu kematian, dan ketetapan akan diukur selama itu.”

Allah SWT berkata
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.

Lalu Allah SWT berkata,
Sejateralah (malam itu) sampai terbit fajar.

Sa’id bin Mansur mengatakan, “Hushaym menceritakan kepada kami dalam kesungguhan hati Abu Ishaq, yang menceritakan bahwa Ash-Sha’bi berdasarkan pada keterangan Allah SWT,
Dengan segala urusan, sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.

“Para malaikat memberi salam sejahtera selama Malam lailatul Qadr kepada orang-orang yang berdiam di mesjid sampai terbitnya fajr (subuh).”

Qatadah dan Ibn Zayd, keduanya mengatakan beradsarkan ketrangan Allah SWT,
Adanya kesejahteraan

“Ini artinya adanya kebaikan dan tidak ada syetan di dalamnya sampai datangnya Fajr (subuh).”


Mencari Malam Kemuliaan dan Tanda-tandanya

Keterangan ini didukung oleh apa yang Imam Ahmad catat dari Ubadah bin As-Samit bahwa Rasulullah SAW berkata,
“Malam Lailatul Qadr datang selama sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan). Barangsiapa yang berdiri untuk mengerjakan sholat malam untuk mencari pahala, maka Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang dahulu dan yang akan datang. Malam Lalilatul Qadr etrjadi pada malam ganjil : malam ke dua puluh satu atau malam ke dua tujuh, malam kedua puluh lima, atau malam terakhir dari bulan Ramadhan.”

Rasulullah saw juga mengatakan,
“Sesungguhnya, tanda-tanda Malam Lailatul Qadr adalah malam yang jernih dan bersinar seperti saat bulan terang, tranquil, tenang menyinari malam itu. Tidak terlalu dingin, juga tidak terlalu panas dan tidak ada satu bintang yang muncul sampai pagi. Tanda-tanda ini diikuti dengan terbitnya matahari dengan sinar yang lembut seperti saat bulan purnama. Setan tidak diijinkan untuk keluar (bersama matahari) pada malam itu.” [Ahmad 5:324. Riwayat Murshal].

Rangkaian riwayat ini baik. Di dalamnya disebutkan beberapa keganjilan dan beberapa kata-katanya menyebutkan objek yang terlihat.
Abu Dawud menyebutkan dalam suatu bab di bukunya Sunan yang ia beri judul, “Kitab: Penjelasan tentang Malam Lailatul Qadr yang datang setiap Ramadhan.”
Lalu ia mencatat bahwa Abdullah bin Umar mengatakan, “Rasulullah saw sedang ditanya tentang Malam Lailatul Qadr ketika aku mendengarkan dan Beliau berkata,“Datangnya setiap bulan Ramadhan.” [Abu Dawud 2:111. Riwayat ini berdsarkan Mawquf].

Orang dalam rangkaian riwayat ini adalah orang-orang yang reliable, tetapi Abu Dawud mengatakan bahwa Shu’bah dan Sufyan, keduanya meriwayatkan dari Ishaq dan keduanya mempertimbangkannya dari keterangan para Sahabat Rasulullah saw (Ibn Umar, dan selanjutnya ketrangan dari Rasulullah saw sendiri)
Telah disebutkan bahwa Abu sa’id Al-Khudri mengatakan, “Rasulullah saw melakukan Itikaf selama sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan dan kami juga beritikaf dengan Beliau." Kemudian Jibril mendatanginya, dan berkata, “Apa yang engkau cari sesungguhnya ada di hadapanmu.” Sehingga Rasulullah saw melakukan Itikaf selama pertengahan sepuluh hari terakhir Ramadhan dan kami ikut beritikaf dengan Beliau. Kemudian datang JIbril dan berkata, “ Apa yang engkau cari sesungguhnya telah dekat denganmu.’ Sehingga Rasulullah saw berdiri dan memberi khutbah di hari keduapuluh dan Beliau mengatakan,
“Barangsiapa yang melakukan Itikaf denganku, kembalilah (untuk beritikaf lagi), karena sesungguhnya aku telah melihat Malam Lailatul Qadr, dan dikarenakan aku melupakannya, dan betul bahwa itu terjadi selama sepuluh malam terakhir. Selama malam ganjil dan aku melihat diriku sendiri seperti sujud diantara lumpur dan air.”

Pada saat itu atap mesjid terbuat dari daun kurma yang kering dan kami tidak melihat sesuatu di langit (semisal awan). Tetapi seketika itu datang segumpal awan biru dan kemusian turunlah hujan. Kemudian Rasulullah saw memimpin kami untuk sholat sampai kami melihat jejak dari lumpur dan air di hadapan Rasulullah saw, seperti mimpinya.

Dalam riwayat lain ditambahkan bahwa ini terjadi pada pagi malam ke dua puluh satu (artinya di keesokan harinya). Keduanya mencatat (Al-Bukhari dan Muslim) dalam dua hadis shaih. [fath Al Bari 2:329, 318, dan Muslim 2:824].

Ash-Shafii berkata, “Hadis ini adalah hadis paling otentik dari yang telah dilaporkan.”

Juga telah disebutkan bahwa pada malam ke dua puluh tiga dalam hadis riwayat Abdullah bin Unays dalam Sahih Muslim. [Muslim 2:827].

“Carilah di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan. Di malam ke sepuluh masih terus berlangsung, di malam ketujuh masih terus berlamgsung, di malam kelia masih terus berlangsung.” [Fath al-Bari 4:306]

Banyak penjelasan hadis ini yang merujuk pada malam-malam ganjil, dan ini adalah penjelasan yang paling popular dan yang sering muncul. Telah dikatakan juga bahwa Malam Lailatul Qadr terjadi pada malam kedua puluh tujuh karena pa yang Muslim catat di dalam hadis sahih dari Ubay bin Ka’b bahwa Rasulullah saw menyebutkan bahwa terjadi di malam kedua puluh tujuh. [Muslim 2:282].

Imam Ahmad mencatat dari Zirr bahwa dia ditanya oleh Ubayy bin Ka’b, “Wahai Abu Al-Mundhir! Sesungguhnya, saudara kamu Ibn Masud mengatakan bahwa barangsiapa yang mengerjakan sholat malam sepanjang tahun maka ia akan meraih Malam Kemuliaan.”

Ubay kemudian menjawab, “Semoga Allah swt memberi ampunan kepadanya. Seharusnya ia tahu bahwa malam kemuliaan itu terjadi pada malam ke dua pulu tujuh (bulan Ramadhan).’ Lalu ia bersumpah dengan nama Allah swt. Zirr lalu berkata, “Bagaimana kamu mengetahuinya?”

Ubayy menjawab, “Dengan tanda dan indikasi yang diberikan oelh Rasulullah saw kepada kami. Terbitlah keesokan harinya tanpa sinar – maksudnya matahari.” [Ahmad 5:130] Muslim juga mencatatnya. [Muslim 2:82]

Telah dikatakan bahwa itu terjadi pada malam ke dua puluh sembilan. Imam Ahmad bin Hanbal mencatat dari ‘Ubadah bin As Samit bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang Malam Kemuliaan dan Beliau menjawab,
“Carilah di bulan Ramadhan di sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya di malam-malam ganjil, malam kedua puluh satu, atau malam kedua puluh tiga, atau malam kedua puluh lima, atau malam ke dua puluh tujuh, atau selama malam terakhir.”
[Ahmad 5:318. ada perbedaan dalam hadis ini, tetapi artinya sama dengan yang lain.]

Imam Ahmad juga mencatat dari Abu Huaraira bahwa rasulullah saw mengatakan tentang Malam Lailatul Qadr,
“Sesungguhnya, selama malam kedua puluh tujuh dan malam kedua puluh sembilan. Dan sesungguhnya, para malaikat yang turun ke bumi di malam itu lebih banyak daripada jumlah baru kerikil.” [Ahmad 2:519]

Ahmad sedang sendirian ketika meriwayatkan hadis ini dan tidak ada keraguan dalam riwayat ini.

Ar Timidzi meriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa dia berkata,
“Malam Lailatul Qadr bergerak dari tahun ke tahun sampai pada sepuluh malam terakhir.”
Ini menunjukan bahwa at-Tirmidzi menyebutkan dari Abu Qilabah juga meriwayatkannya dari Malik, Ath-Thawri, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Thar, Al-Muzani, Abu Bakr bin Khuzaymah dan lainnya. Dan ada hubngannya dari Ash-Shafi’I dan Al-Qadhi meriwayatkannya darinya, dan ini yang paling diminati. Sesungguhnya Allah SWT Maha Mengetahui.


Permohonan Selama Malam Kemuliaan

Di sarankan untuk mengucapkan permohonan (berdo’a) setiap waktu, khususnya selama bulan ramadhan, di sepuluh malam terakhir, dan selama malam-malam ganjil. Disarankan untuk mengucapkan permohonan ini sebanyak-banyaknya:
“Ya Allah! Sesungguhnya, engkau adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.”

Ini berdasarkan apa yang Imam Ahmad riwayatkan dari Aishah bahwa ia berkata “Ya Rasulullah saw! Jika kau menemukan Malam Lailatul Qadr apa yang harus kuucapkan?”
Beliau menjawab,
Katakan : ““Ya Allah! Sesungguhnya, engkau adalah Maha Pemberi Ampunan, Engkau menyukai ampunan, jadi maafkanlah aku.” [Ahmad 6:182].

At-Tirmidzi, An-Nasai dan Ibn Majah telah meriwayatkan hadis ini. At Tirmidzi berkata “Hadis ini adalah Hasan sahih.” [Tahfat Al-Ahwadhi 9:495, An-Nasai in Al-Kurba 6:218, and Ibn Majah 2:1265].

Al-Hakim meriwayatkannya dalam Mustadrak (dengan rangkain riwayat yang berbeda) dan dia mengatakan bahwa hadis ini adalah otentik berdasarkan pada kriteria dua Syekh (Al-Bukhari dan Muslim). [Al-Hakim 1:530]. An nasai juga meriwaytakannya. [An-Nasai in Al-Kubra 6:219].

Ini adalah akhir dari Tafsir Surat Lailatul Qadr dan segala puji dan rahmay hanya milik Allah SWT.

Sumber : Tafsir Ibn Kathir

http://indonesian.iloveallaah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails