Kamis, 27 Oktober 2011
Sekolah Berembel-embel 'Standar Internasional' Boroskan Uang Negara
Sekolah pemerintah berembel-embel standar internasional dianggap memboroskan keuangan negara. Sebab, biaya yang dikeluarkan APBN jauh di atas sekolah standar nasional, meski jumlah sekolah 'standar internasional' jauh lebih sedikit.
Menurut rencana anggaran 2012 bidang pendidikan yang dikutip Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (FITRA), alokasi anggaran pada tahun 2012 sebesar Rp 242 miliar (sekolah standar internasional), dan Rp 108 miliar untuk sekolah standar.
"Pemerintah SBY memang tidak adil, dan sangat diskirminasi dalam menerapkan kebijakan anggaran pendidikan untuk masyarakat. Untuk sekolah 'orang-orang kay'” yang bernama sekolah dasar bertaraf internasional, pemerintah SBY menyediakan alokasi anggaran untuk satu SD sebesar Rp 306 juta untuk satu sekolah. Sedangkan, pendidikan untuk sekolah 'orang-orang miskin', yang bernama sekolah dasar bertaraf nasional, pemerintah SBY hanya menyediakan alokasi anggaran sebesar Rp 216 juta untuk SD," kata Kordinator Investigasi dan Advokasi FITRA, Uchok Sky Khadafi kepada wartawan, Kamis (27/10/2011).
Akibat diskriminasi anggaran tersebut, banyak sekolah standar nasional berlomba-lomba menaikan standar bukan karena mengejar kualitas melainkan supaya mendapat anggaran lebih banyak.
"Akibatnya Pemda berlomba-lomba membuat sekolah yang bertaraf internasional (SBI/RSBI) agar mendapat alokasi anggaran berbentuk 'block grant' dari pemerintah pusat. Dan, hal ini akan mengakibatkan pemda lebih mengutamakan memberikan alokasi anggaran (APBD) untuk sekolah bertaraf internasional dan mengabaikan sekolah-sekolah yang sangat terpencil yang sebetulnya sangat membutuhkan," tukas Uchok.
FITRA pun meminta DPR untuk merevisi komposisi anggaran tersebut di sisa akhir pembahasan RAPBN 2012.
"Mumpung masih ada waktu dan RAPBN 2012 belum disyahkan, kami meminta DPR menghapus alokasi anggaran untuk sekolah-sekolah bertaraf internasional agar tidak ada lagi ketidakadilan dan diskrimanasi bagi orang-orang miskin yang hanya mampu menyekolahkan anaknya pada sekolah standar nasional," desak FITRA.
Sumber: http://forum.detik.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar