Kamis, 28 Oktober 2010

Kapal Induk Sebagai Kekuatan Tempur di Laut


Dalam sejarah pertikaian di bumi ini paling tidak ada dua arena dimana para pemilik senjata telah menemukan lawan yang seimbang. Pertama, adalah perang dunia II yang meletup di Eropa pada tahun 1940-an. Lalu perang Pasifik yang pecah pada tahun yang sama.

Di kedua ajang maha dahsyat tersebut, Amerika, Jerman, Prancis, Italia, Uni Sovyet, dan Jepang telah saling menemukan lawan tanding yang sama kuat. Mereka pun bertarung dalam kadar dan porsi yang semestinya.

Dalam banyak hal, Amerika memang memiliki keunggulan dan semangat yang lebih daripada negara lain. mereka selalu ingin mengarungi lautan, menjelajahi berbagai negeri, dan mencari sumberdaya alam yang baru. Untuk itu Angkatan Bersenjata AS menaruh perhatian besar pada kesigapan angkatan laut. 20 unit kapal induk digelar lengkap dengan grup tempurnya yang terdiri dari kapal penjelajah, perusak, dan kapal selam.

Perang dan ketegangan global telah menanamkan banyak arti pada sejumlah instrument perang. Kapal iduk selajutnya disebut-sebut sebagai symbol kedigdayaan.

“Jika anda tak mampu menghadirkan kekuatan militer hingga ke garis depan, Anda tidak akan pernah memiliki pengaruh dimanapun”. Demikian kata mantan Menhan AS William Cohen dalam sebuah acara resmi di Washington. Bagi negeri sedigdaya Amerika kapal induk bukan sekedar alat perang. Ketika diplomasi tingkat tinggi terancam terganggu, kekuatan militer massif ini kadang dipakai pula untuk menekan.


Simple Deck to Nuclear Power
 
Evolusi kapal induk terbilang cepat dalam beberapa decade. Hal ini dipicu oleh situasi ketegangan dunia dengan beberapa perang besarnya. Pada tahun 1913, dijadikan sebagai tonggak dimulainya pembuatan kapal induk pengangkut pesawat. Pada tahun tersebut Inggris telah berhasil membuat HMS Hermes sebagai pendarat pesawat.

Selain itu antara tahun 1910-1913, pilot-pilot Amerika, inggris dan Jepang sesungguhnya telah melakukan berbagai pengujian penerbangan dar kapal penjelajah yang telah dimodifikasi. Salah satunya tercatat pada Mei 1912, Letnan R Gregori berhasil menerbangkan pesawat dari HMS Hibernia. Muncullah era dimana ada istilah plane goes to sea. Pada era 1914-1918 Inggris telah mengoperasikan 14 kapal induk. Antara lain Hermes, Empres dan banyak dari kelas Engadine seperti Engadine, Riviera, Ark Royal, Ben My-Chree dan lainnya. Perancis pada masa yang sama mengoperasikan lima kapal induk: Foudre, Campinas, Nord, Pas-de-Calais dan Rouen. Paman Sam baru mengoperasikan CV-1 Langley pada Maret 1922.

Antara tahun 1903-2003, beberapa rancangan dek kapal induk dapat diamati perbedaannya. Bila pada mulanya dek dibuat terpisah dua bagian ( depan dan belakang dek dipisahkan oleh island), kemudian berubah menjadi landasan lurus menyatu, hingga landasan menyamping atau bersudut (angled). Bentuk evolusi ini dapat dilihat pada geometri lima kapal induk. Yakni Furrius(1918), USS Lexington (1939), Akagi (1941), Shangri-La (1957), dan USS Nimitz (1992).



 
Nuclear Power
 
Dari berbagai upaya kerasnya, akhirnya AS berhasil membangun pencitraan kapal induk modern. Dengan sejumlah kapal induk bertenaga nuklirnya, AS pun tumbuh menjadi satu-satunya Negara penguasa lautan. Bahkan meninggalkan jauh rival sejatinya yakni Russia.

Dek besar dan daya jelajah yang tanpa batas. Itulah resep yang telah ditemukan dalam evolusi kapal induk sehingga muncul istilah super carrier. Satu yang perlu digarisbawahi, perubahan bentuk dan dimensi kapal induk tidak lepas dari penciptaan pesawat jet. Ke depan, rancangan ini akan ditambah dengan spesifikasi siluman mengiringi perkembangan teknologi radar yang semakin canggih.


Benteng baja
 
Sebagai kapal raksasa berukuran panjang sanpai 300 meter, kapal induk setara benteng. Sebagian besar komponen kapal induk terbuat dari baja yang tebal. Alasannya, baja cukup kuat menaha serangan picisan. Akan tetapi akibatnya total bobot kapal induk bisa mencapai puluhan ribu ton. Kapal induk kelas ringan, Moskwa atau Leningrad milik Russia yang membawa helicopter anti kapal selam saja, beratnya lebih dari 17.000 ton. Berat Kuznetshov pembawa Sukhoi SU-33 Flanker atau carl Vinson dan Nimitz sekitar 65.000-75.000 ton. Sebagian merupakan berat rangkaian baja yang menjadi struktur utama kapal.

Kapal induk semakin kuat pertahananya dengan kehadiran system persenjataan pertahanan diri. System ini sangat sulit ditembus. Sebai contoh, kapal induk kelas Nimitz disebut mempunyai system pertahanan diri berupa Phalanx dan Sea Sparrow, senjata mesin dan rudal anti rudal ini berfungsi mematahkan serangan rudal anti kapal yang mengincar kapal.

Pertahanan tersebut semakin kuat dengan hadirnyakapal frigat, penjelajah dan perusak serta kapal selam yang selalu mengiringi kapal induk kemanapun perginya. Masing- masing memiliki kemampuan bertahan dan serang yang mematikan.



Untuk Mengamankan Obyek Strategis
 
Mengapa Amerika Serikat lebih banyak menggelar kapal induk daripada rivalnya, Uni Sovyet ? pertanyaan ini pernah mengemuka saat perang dingin berkecamuk, dan masih terus terus bergulir setelah Uni Sovyet melebur diri jadi Russia. Jawabannya begitu dicari karena dengan sendirinya memang akan menjadi latar belakang kisah perseteruan yang paling akbar sepanjang zaman.

Bagi Sovyet, arsenal penjaga perairan paling efektif adalah armada kapal selam yang berkemampuan meluncurkan rudal balastik. Mereka memilih kapal bawah permukaan air ini karena lebih aman dari pantauan satelit mata-mata milik AS dan bisa beroperasi secara individual. Hingga 1989, Uni Sovyet diyakini memiliki sekitar 300 unit kapal selam, atau kira-kira dua kali lipat yang dimiliki AS.

Lain halnya dengan Amerika Serikat. Paman Sam lebih cenderung menaruh perhatian pada armada kapal induknya mengingat obyek strategis yang harus dijaga terpencar di berbagai Negara yang di pisah dua lautan. Obyek yang dijaga tentunya Negara-negara sahabat yang memiliki ladang minyak yang terbesar di wilayah timur tengah, serta sekutu-sekutu yang berada di wilayah Eropa dan Pasifik barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails