Ingat iklan pariwisata Malaysia yang cantik itu ? Malaysia, Truly Asia…
Banyak orang kita yang sebal melihat iklan yang bagus itu, karena banyak hal-hal yang digambarkan dalam iklan itu sebenarnya lebih banyak dijumpai di pelbagai wilayah Indonesia dari pada di Malaysia. Yah, kita selalu ‘keduluan’ oleh mereka.
Hal lain yang menyebalkan menyangkut negeri tercinta ini adalah manakala ada yang mengatakan bahwa banyak orang di Amerika atau di luar negeri yang tidak mengenal Indonesia. Katanya mereka tahu Bali, tapi Indonesia itu dimana sih…., konon tanya mereka.
Tapi perkembangan terbaru rada beda ; mempromosikan Indonesia akhir-akhir ini mestinya ibarat mendayung perahu ke hilir, yang didorong arus sungai dari belakang. Banyak kemudahan yang didapat secara gratis.
Bukan hanya akibat kedatangan Hillary Rodam Clinton, tapi terutama oleh ulah Prof. Arysio N. dos Santos yang menerbitkan buku yang menggemparkan : “Atlantis the Lost Continents Finally Found”.
Dimana ditemukannya ?
Secara tegas dinyatakannya bahwa lokasi Atlantis yang hilang sejak kira-kira 11.600 tahun yang lalu itu adalah di Indonesia (!).
Selama ini, benua yang diceritakan Plato 2..500 tahun yang lalu itu adalah benua yang dihuni oleh bangsa Atlantis yang memiliki peradaban yang sangat tinggi dengan alamnya yang sangat kaya, yang kemudian hilang tenggelam ke dasar laut oleh bencana banjir dan gempa bumi sebagai hukuman dari para Dewa. Kisah Atlantis ini dibahas dari masa ke masa, dan upaya penelusuran terus pula dilakukan guna menemukan sisa-sisa peradaban tinggi yang telah dicapai oleh bangsa Atlantis itu.
Pencarian dilakukan di samudera Atlantik, Laut Tengah, Caribea, sampai ke kutub Utara. Pencarian ini sama sekali tidak ada hasilnya, sehingga sebagian orang beranggapan bahwa yang diceritakan Plato itu hanyalah negeri dongeng semata.
Profesor Santos yang ahli Fisika Nuklir ini menyatakan bahwa Atlantis tidak pernah ditemukan karena dicari di tempat yang salah.
Lokasi yang benar secara menyakinkan adalah Indonesia, katanya. Dia mengatakan bahwa dia sudah meneliti kemungkinan lokasi Atlantis selama 29 tahun terakhir ini.
Ilmu yang digunakan Santos dalam menelusur lokasi Atlantis ini adalah ilmu Geologi, Astronomi, Paleontologi, Archeologi, Linguistik, Ethnologi, dan Comparative Mythology.
Buku Santos sewaktu ditanyakan ke ‘Amazon.com’ seminggu yang lalu ternyata habis tidak bersisa. Bukunya ini terlink ke 400 buah sites di Internet, dan websitenya sendiri menurut Santos selama ini telah dikunjungi sebanyak 2.500.000 visits.
Ini adalah iklan gratis untuk mengenalkan Indonesia secara efektif ke dunia luar, yang tidak memerlukan dana 1 sen pun dari Pemerintah RI.
Sebagaimana dapat diikuti dari websitenya, Plato menulis tentang Atlantis pada masa dimana Yunani masih menjadi pusat kebudayaan Dunia Barat (Western World).
Sampai saat ini belum dapat dideteksi apakah sang ahli falsafah ini hanya menceritakan sebuah mitos, moral fable, science fiction, ataukah sebenarnya dia menceritakan sebuah kisah sejarah. Ataukah pula dia menjelaskan sebuah fakta secara jujur bahwa Atlantis adalah sebuah realitas absolut ?
Plato bercerita bahwa Atlantis adalah sebuah negara makmur dengan emas, batuan mulia, dan ‘mother of all civilazation’ dengan kerajaan berukuran benua yang menguasai pelayaran, perdagangan, menguasai ilmu metalurgi, memiliki jaringan irigasi, dengan kehidupan berkesenian, tarian, teater, musik, dan olahraga.
Warga Atlantis yang semula merupakan orang-orang terhormat dan kaya, kemudian berubah menjadi ambisius. Para dewa kemudian menghukum mereka dengan mendatangkan banjir, letusan gunung berapi, dan gempa bumi yang sedemikian dahsyatnya sehingga menenggelamkan seluruh benua itu.
Kisah-kisah sejenis atau mirip kisah Atlantis ini yang berakhir dengan bencana banjir dan gempa bumi, ternyata juga ditemui dalam kisah-kisah sakral tradisional di berbagai bagian dunia, yang diceritakan dalam bahasa setempat.
Menurut Santos, ukuran waktu yang diberikan Plato 11.600 tahun BP (Before Present), secara tepat bersamaan dengan berakhirnya Zaman Es Pleistocene, yang juga menimbulkan bencana banjir dan gempa yang sangat hebat.
Bencana ini menyebabkan punahnya 70% dari species mamalia yang hidup saat itu, termasuk kemungkinan juga dua species manusia : Neandertal dan Cro-Magnon.
Sebelum terjadinya bencana banjir itu, pulau Sumatera, pulau Jawa, Kalimantan dan Nusa Tenggara masih menyatu dengan semenanjung Malaysia dan benua Asia.
Gambar 1 : Atlantis
Sulawesi, Maluku dan Irian masih menyatu dengan benua Australia dan terpisah dengan Sumatera dan lain-lain itu. Kedua kelompok pulau ini dipisahkan oleh sebuah
Gambar 2 : Atlantis (National Geographic Magazine)
selat yang mengikuti garis ‘Wallace’. Lihat gambar 1.
Posisi Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonis yang saling menekan, yang menimbulkan sederetan gunung berapi mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan terus ke Utara sampai ke Filipina yang merupakan bagian dari ‘Ring of Fire’.
Gunung utama yang disebutkan oleh Santos, yang memegang peranan penting dalam bencana ini adalah Gunung Krakatau dan ‘sebuah gunung lain’ (kemungkinan Gunung Toba). Gunung lain yang disebut-sebut (dalam kaitannya dengan kisah-kisah mytologi adalah Gunung Semeru, Gunung Agung, dan Gunung Rinjani.
Bencana alam beruntun ini menurut Santos dimulai dengan ledakan dahsyat gunung Krakatau, yang memusnahkan seluruh gunung itu sendiri, dan membentuk sebuah kaldera besar yaitu selat Sunda yang jadinya memisahkan pulau Sumatera dan Jawa.
Letusan ini menimbulkan tsunami dengan gelombang laut yang sangat tinggi, yang kemudian menutupi dataran-dataran rendah diantara Sumatera dengan Semenanjung Malaysia, diantara Jawa dan Kalimantan, dan antara Sumatera dan Kalimantan.
Abu hasil letusan gunung Krakatau yang berupa ‘fly-ash’ naik tinggi ke udara dan ditiup angin ke seluruh bagian dunia yang pada masa itu sebagian besar masih ditutup es (Zaman Es Pleistocene) .
Abu ini kemudian turun dan menutupi lapisan es. Akibat adanya lapisan abu, es kemudian mencair sebagai akibat panas matahari yang diserap oleh lapisan abu tersebut.
Gletser di kutub Utara dan Eropah kemudian meleleh dan mengalir ke seluruh bagian bumi yang rendah, termasuk Indonesia.
Banjir akibat tsunami dan lelehan es inilah yang menyebabkan air laut naik sekitar 130 meter diatas dataran rendah Indonesia. Dataran rendah di Indonesia tenggelam dibawah muka laut, dan yang tinggal adalah dataran tinggi dan puncak-puncak gunung berapi. Lihat Gambar 1.
Tekanan air yang besar ini menimbulkan tarikan dan tekanan yang hebat pada lempeng-lempeng benua, yang selanjutnya menimbulkan letusan-letusan gunung berapi selanjutnya dan gempa bumi yang dahsyat.. Akibatnya adalah berakhirnya Zaman Es Pleitocene secara dramatis.
Dalam bukunya Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarang.
Lokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.
Plato juga menyebutkan bahwa luas benua Atlantis yang hilang itu “….lebih besar dari Lybia (Afrika Utara) dan Asia Kecil digabung jadi satu…”. Luas ini persis sama dengan luas kawasan Indonesia ditambah dengan luas Laut China Selatan.
Menurut Profesor Santos, para ahli yang umumnya berasal dari Barat, berkeyakinan teguh bahwa peradaban manusia berasal dari dunia mereka. Tapi realitas menunjukkan bahwa Atlantis berada di bawah perairan Indonesia dan bukan di tempat lain.
Santos telah menduga hal ini lebih dari 20 tahunan yang lalu sewaktu dia mencermati tradisi-tradisi suci dari Junani, Roma, Mesir, Mesopotamia, Phoenicia, Amerindian, Hindu, Budha, dan Judeo-Christian.
Walau dikisahkan dalam bahasa mereka masing-masing, ternyata istilah-istilah yang digunakan banyak yang merujuk ke hal atau kejadian yang sama.
Santos menyimpulkan bahwa penduduk Atlantis terdiri dari beberapa suku/etnis, dimana 2 buah suku terbesar adalah Aryan dan Dravidas.
Semua suku bangsa ini sebelumya berasal dari Afrika 3 juta tahun yang lalu, yang kemudian menyebar ke seluruh Eurasia dan ke Timur sampai Auatralia lebih kurang 1 juta tahun yang lalu.
Di Indonesia mereka menemukan kondisi alam yang ideal untuk berkembang, yang menumbuhkan pengetahuan tentang pertanian serta peradaban secara menyeluruh. Ini terjadi pada zaman Pleistocene.
Pada Zaman Es itu, Atlantis adalah surga tropis dengan padang-padang yang indah, gunung, batu-batu mulia, metal berbagai jenis, parfum, sungai, danau, saluran irigasi, pertanian yang sangat produktif, istana emas dengan dinding-dinding perak, gajah, dan bermacam hewan liar lainnya. Menurut Santos, hanya Indonesialah yang sekaya ini (!).
Ketika bencana yang diceritakan diatas terjadi, dimana air laut naik setinggi kira-kira 130 meter, penduduk Atlantis yang selamat terpaksa keluar dan pindah ke India, Asia Tenggara, China, Polynesia, dan Amerika.
Suku Aryan yang bermigrasi ke India mula-mula pindah dan menetap di lembah Indus. . Karena glacier Himalaya juga mencair dan menimbulkan banjir di lembah Indus, mereka bermigrasi lebih lanjut ke Mesir, Mesopotamia, Palestin, Afrika Utara, dan Asia Utara.
Di tempat-tempat baru ini mereka kemudian berupaya mengembangkan kembali budaya Atlantis yang merupakan akar budaya mereka.
Catatan terbaik dari tenggelamnya benua Atlantis ini dicatat di India melalui tradisi-tradisi cuci di daerah seperti Lanka, Kumari Kandan, Tripura, dan lain-lain. Mereka adalah pewaris dari budaya yang tenggelam tersebut.
Suku Dravidas yang berkulit lebih gelap tetap tinggal di Indonesia.
Migrasi besar-besaran ini dapat menjelaskan timbulnya secara tiba-tiba atau seketika teknologi maju seperti pertanian, pengolahan batu mulia, metalurgi, agama, dan diatas semuanya adalah bahasa dan abjad di seluruh dunia selama masa yang disebut Neolithic Revolution.
Bahasa-bahasa dapat ditelusur berasal dari Sansekerta dan Dravida. Karenanya bahasa-bahasa di dunia sangat maju dipandang dari gramatika dan semantik.
Contohnya adalah abjad. Semua abjad menunjukkan adanya “sidik jari” dari India yang pada masa itu merupakan bagian yang integral dari Indonesia.
Dari Indonesialah lahir bibit-bibit peradaban yang kemudian berkembang menjadi budaya lembah Indus, Mesir, Mesopotamia, Hatti, Junani, Minoan, Crete, Roma, Inka, Maya, Aztek, dan lain-lain.
Budaya-budaya ini mengenal mitos yang sangat mirip. Nama Atlantis diberbagai suku bangsa disebut sebagai Tala, Attala, Patala, Talatala, Thule, Tollan, Aztlan, Tluloc, dan lain-lain.
Itulah ringkasan teori Profesor Santos yang ingin membuktikan bahwa benua atlantis yang hilang itu sebenarnya berada di Indonesia.
Di bawah ini saya kutipkan 24 syarat Atlantis (di mana saja di seluruh dunia) hasil kesepakatan para peneliti Atlantis dari 15 negara yang berkumpul di Pulau Milos, Yunani, dari 11 hingga 13 Juli 2005. Mereka bertukar pikiran mengenai keberadaan Benua Atlantis.
Selama konferensi dengan judul “Hipotesis Atlantis – Mencari Benua yang Hilang”, para spesialis dalam bidang arkeologi, geologi, volkanologi dan ilmu-ilmu lain memperesentasikan pandangannya tentang keberadaan Atlantis, waktu menghilangnya, penyebabnya, dan kebudayaannya.
Berdasarkan kepada tulisan Plato, peserta konferensi akhirnya setuju pada 24 kriteria yang secara geografis harus memenuhi persyaratan keberadaan lokasi Atlantis, yaitu:
1. Metropolis Atlantis harus terletak di suatu tempat yang tanahnya pernah ada atau sebagian masih ada.
2. Metropolis Atlantis harus mempunyai morfologi yang jelas berupa selang-seling daratan dan perairan yang berbentuk cincin memusat.
3. Atlantis harus berada di luar Pilar-pilar Hercules.
4. Metropolis Atlantis lebih besar dari Libya dan Anatolia, dan Timur Tengah dan Sinai (gabungan).
5. Atlantis harus pernah dihuni oleh masyarakat maju/beradab/cerdas (literate population) dengan ketrampilan dalam bidang metalurgi dan navigasi.
6. Metropolis Atlantis harus secara rutin dapat dicapai melalui laut dari Athena.
7. Pada waktu itu, Atlantis harus berada dalam situasi perang dengan Athena.
8. Metropolis Atlantis harus mengalami penderitaan dan kehancuran fisik parah yang tidak terperikan (unprecedented proportions).
9. Metropolis Atlantis harus tenggelam seluruhnya atau sebagian di bawah air.
10. Waktu kehancuran Metropolis Atlantis adalah 9000 tahun Mesir, sebelum abad ke-6 SM.
11. Bagian dari Atlantis berada sejauh 50 stadia (7,5 km) dari kota.
12. Atlantis padat penduduk yang cukup untuk mendukung suatu pasukan besar (10.000 kereta perang, 1.200 kapal, 1.200.000 pasukan)
13. Ciri agama penduduk Atlantis adalah mengurbankan banteng-banteng.
14. Kehancuran Atlantis dibarengi oleh adanya gempa bumi.
15. Setelah kehancuran Atlantis, jalur pelayaran tertutup.
16. Gajah-gajah hidup di Atlantis.
17. Tidak mungkin terjadi proses-proses selain proses-proses fisik atau geologis yang menyebabkan kehancuran Atlantis.
18. Banyak mata air panas dan dingin, dengan kandungan endapan mineral, terdapat di Atlantis.
19. Atlantis terletak di dataran pantai berukuran 2000 X 3000 stadia, dikelilingi oleh pegunungan yang langsung berbatasan dengan laut.
20. Atlantis menguasai negara-negara lain pada zamannya.
21. Angin di Atlantis berhembus dari arah utara (hanya terjadi di belahan bumi utara)
22. Batuan Atlantis terdiri dari bermacam warna: hitam, putih, dan merah.
23. Banyak saluran-saluran irigasi dibuat di Atlantis.
24. Setiap 5 dan 6 tahun sekali, penduduk Atlantis berkurban banteng.
Terlepas dari benar atau tidaknya teori ini, atau dapat dibuktikannya atau tidak kelak keberadaan Atlantis di bawah laut di Indonesia, teori Profesor Santos ini sampai saat ini ternyata mampu menarik perhatian orang-orang luar ke Indonesia.
Teori ini juga disusun dengan argumentasi atau hujjah yang cukup jelas.
Kalau ada yang beranggapan bahwa kualitas bangsa Indonesia sekarang sama sekali “tidak meyakinkan” untuk dapat dikatakan sebagai nenek moyang dari bangsa-bangsa maju yang diturunkannya itu, maka ini adalah suatu proses maju atau mundurnya peradaban yang memakan waktu lebih dari sepuluh ribu tahun.
Contoh kecilnya, ya perbandingan yang sangat populer tentang orang Malaysia dan Indonesia; dimana 30 tahunan yang lalu mereka masih belajar dari kita, dan sekarang mereka relatif berada di depan kita.
Allah juga berfirman bahwa nasib manusia ini memang Dia pergilirkan. Yang mulia suatu saat akan menjadi hina, dan sebaliknya. Profesor Santos akan terus melakukan penelitian lapangan lebih lanjut guna membuktikan teorinya. Kemajuan teknologi masa kini seperti satelit yang mampu memetakan dasar lautan, kapal selam mini untuk penelitian (sebagaimana yang digunakan untuk menemukan kapal ‘Titanic’), dan beragam peralatan canggih lainnya diharapkannya akan mampu membantu mencari bukti-bukti pendukung yang kini diduga masih tersembunyi di dasar laut di Indonesia.
Apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan bangsa Indonesia ?
Bagaimana pula pakar Indonesia dari berbagai disiplin keilmuan menanggapi teori yang sebenarnya “mengangkat” Indonesia ke posisi sangat terhormat : sebagai asal usul peradaban bangsa-bangsa seluruh dunia ini ?
Coba dong beri pula perhatian yang memadai.
Atau coba kita renungkan penyebab Atlantis dulu dihancurkan : penduduk cerdas terhormat yang berubah menjadi ambisius serta berbagai kelakuan buruk lainnya (mungkin ‘korupsi’ salah satunya seperti sekarang ini korupsi bank century lewat BI yg didiamkan saja malah KPK terus di Gembosi). Nah, salah-salah Indonesia sang “mantan Atlantis” ini bakal kena hukuman lagi nanti kalau tidak mau berubah seperti yang ditampakkan bangsa ini secara terang-terangan sekarang ini.
Khususnya bagi warga Minang, ada juga ‘utak-atik’ yang bisa dilakukan.
Santos mengatakan berdasarkan penelitiannya bahwa berbagai kisah tentang negara bak ‘surga’ yang kemudian menjadi hilang, bencana banjir besar, letusan gunung berapi, dan gempa dahsyat ditemui pada kisah-kisah berbagai bangsa di seluruh dunia. Kisah ini mirip satu dengan lainnya.
Apa pula kata Tambo Minangkabau tentang ranah Minang zaman baheula ?
“….Pada maso sabalun babalun balun, urang balun pinangpun balun, samaso tanah ameh ko sabingkah jo Simananjuang, kok gunuang baru sabingkah batu, tanah darek balun lai leba……, lah timbua gunung Marapi” (Pada masa serba belum, orang belum pinangpun belum, semasa tanah emas ini masih menyatu dengan Semenanjung, gunung baru sebingkah batu, tanah daratan belum lebar, sudah timbul gunung Merapi). Ada lagi “…waktu bumi basintak naiak, lauik basintak turun…” (Sewaktu daratan bergerak naik, laut bergerak turun).
‘………Samaso tanah ameh sabingkah jo Simananjuang’ , ini adalah masa sewaktu Atlantis masih exist.
Salah satu contoh Menhir di Mahat
Menhir is a historical building which is called a dead stone. Usually used as a spirit ancestor veneration by the people who embrace the era of stone animism belief. Menhir (standing stone) was
built in various forms in accordance with the purpose of worship as people in those times believed that the spirit of the ancestors have a strong influence on community life. Therefore menhir built in accordance with the purpose of worship to be conducted. Menhir monuments as ancient history is evidence of the value of life that has developed in the first.
Mahat is also known site will be the era of rock called the Menhir. Menhir in Mahat few in number and location of more than 200 units. Karna the Menhir, Nagari this could be rated in the Old nagari Payakumbuh. Nagari old who used to be taboo is still thick and restrictions. Thick will still rule in a very traditional junjung layer by high society. Small still remember the time I go west kesurau beramai busy. Parents prayer in congregation in mosques and holy verse resonance routine reads the Koran at night. I feel mengasyikan home mengaji busy road beramai the torch lighting from coconut leaves tied. (Listarik signed in 1997). Candaan home mengaji will usually frighten each other lurid stories stories. For example the story of haunted places that will be passed. Hantu perlintasan place or places perlintasan wild animals such as Pigs forest or relax. And exhilaration after mengaji satisfaction is withdrawn will be the beautiful little Pertemanan time.
About ghost stories and haunted places are not longer in the era of foreign first. But now the era of talking about whether the ghost is still reliable? Karna generation is now growing in the era of technology and the mind of a logical view of the far future technology updates. Place was considered to be haunted is to be changed to housing residents. Large trees are no longer in tebang for a development. The road was quiet and dark now change to the way a noisy motor will roar and the car lights and lighting the way home and every street corner that will be prone to accidents. Pitopang for the tribe, the Blood scattered on arrival in arrival in the home or the home page is not as strange premonition that he (supernatural Being) has come. However, since the technology is entering the increasingly rare.
A custom in some villages nagari mahat if the Night takbiran diadakanlah an event “Badikia” in the mosque. “Badikia” the sentence of God melafazkan while accompanied by tambourine wasp. Usually, this event starts at 9 or 10 at night. This event is also in selingi eat rice with sticky rice is cooked by the mother deliberately mother near the mosque. Ditengan event “Badikia” about 11 hours with the sound dikejutkan replication “Badikia” which sounded gemanya by many villagers. Originally People “Badikia” in the mosque does not sound too off echo reply “badikia” enough nerindingkan bulu rome. Long run, but the sound of replication “badikia” increasingly loud voice accompany ‘Badikia “in the mosque. Echo boom tambourine sounded loud over the sound person “badikia” in the hard mesjid.Semakin “badikia” in the mosque also be hard sahutannya. Participants’ Badikia “uproar in the mosque. There are mosques disuatu initiative of the “badikia” 12 hours of the night they karna “badikia” semakain also hard to hear the sound of “Badikia” from the hill reel. Youth is more fun in the shop merinding mother and mother who want to cook in the kitchen of fear. Sound source Gempar karna “badikia” the voice gemanya rival ‘badikia “in the mosque came from Tebing that seems to be as being where” Bunian “in the language known as Jin. That place called “Hill reel.” Youth who was sitting there dikedai not dare return to the fear karna hear sound echo wasp tambourine and drum of the “Bukit reel.” Sound is heard until the morning. Started about 11 pm and ended at the morning feast of Idul Fitri day 04: 30. Strange and rare occurrence that a public discussion topic. Perhaps also often used to hear the sound of the voice and Gong talempong from a trusted place where the community as a place to stay being bunian and they do not feel strange hearing. Usually the trust I hear a local landmark is something going to happen. Whether good or bad events only people who know that dituakan. And now, right at takbiran and ended dipagi Idul Fitri, the incident occurred again. Be strange indeed if in this sense but the actual incident that occurred at Takbiran. Precisely tuesday night, 30 September and ended early morning prayer Idul Fitri, 1oktober 2008. Believe or not is only logical mind each of us can answer it.
Konon kabarnya pula, sejumlah menhir yang berjumlah 800an buah di Mahat posisinya menghadap kearah matahari terbit, atau kearah Timur.
Arah Timur dari Mahat adalah arah lokasi Atlantis versi Santos yang tenggelam oleh tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa bumi.Arah Timur dari Mahat adalah arah lokasi Atlantis versi Santos yang tenggelam oleh tsunami, banjir, letusan gunung berapi dan gempa bumi. Pulau Sumaterapun ternyata tertulis dalam kisah Atlantis, yang disebut sebagai Taprobane.
Dulu Taprobane ini diartikan sebagai Ceylon, tapi kalau melihat ukuran besarnya tidak syak lagi bahwa Taprobane adalah Sumatera yang dikisahkan kaya dengan emas, batuan mulia, dan beragam binatang termasuk gajah.
Itulah kira-kira teori Santos secara sangat ringkas.
Bagi yang berminat untuk membaca lebih jelas, dapat langsung ke website Profesor Santos http://atlan. org/ atau membeli bukunya yang disebutkan diatas ke penerbit ‘Amazon.com’ (kalau sudah ada terbitan barunya).
Jelas sudah bangsa Indonesia jauh lebih hebat dibandingkan bangsa Yahudi, Arab, Eropa dan semua bangsa karena alasan inilah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam warna kulit dan amat sangat besar jika bersatu sangat ditakuti dan menjadi super power dunia.
Tambahan informasi mengenai Menhir di Mahat :
Nagari Mahat yang terletak di lembah yang luas dikelilingi bukit-bukit kecil memunyai luas 22.633 km2. Nagari Mahat terletak di Kecamatan Bukit Barisan, Kab. Lima Puluh Kota, Sumatra Barat. Nagari adalah sebuah istilah untuk menyebutkan suatu desa di Minangkabau. Nagari asal usulnya bermula dari Taratak – Dusun – Koto – Nagari.
Taratak adalah tempat awal oleh nenek moyang Minangkabau menetap. Dusun, masyarakatnya yang berkembang kemudian dengan adanya adat, kehidupan masyarakat mulai tersusun, aturan tersebut disebut dusun artinya tersusun. Koto, setelah dusun berkembang karena bertambahnya populasi masyarakat maka timbullah pemikiran untuk meningkatkan adat atau aturan masing-masing dusun, berbagai pemikiran kelompok dapat satu kato berarti satu kata mufakat, maka daerah ini dinamakan sakato, kemudian berdirilah beberapa Koto. Nagari, daerah yang terdiri dari beberapa koto diberi batas atau dipagari karena tiap nagari memiliki aturan adat sendiri, dari kata pagar tersebut muncul istilah nagari.
Di Nagari Mahat banyak ditemukan tinggalan arkeologis, di antaranya menhir, batu dakon, lumpang batu, dan balai-balai batu. Temuan menhir paling dominan yaitu ±800 buah dari berbagai bentuk, ukuran, dan motif hias. Situs-situs megalitik Mahat di antaranya situs Koto Tinggi, Padang Ilalang, Koto Gadang, Ronah, Ampang Gadang, dan lain-lain.
Penentuan tipologi menhir yang beragam di Nagari Mahat dilihat dari variabel-variabel atribut. Variabel tersebut adalah teknologi, bentuk, ukuran, dan pola hias. Teknologi pembuatan menhir di Nagari Mahat dilakukan melalui proses anostractive technology, yakni berupa proses pembentukan hasil melalui pengurangan volume bahan (proses sentrifugal) sehingga menghasilkan bentuk menhir yang sangat beragam. Keragaman nampak pada bentuk ujung atas menhir, bentuk badan seperti hulu pedang, gagang golok, buaya, serta biji-bijian, sedangkan dari arah lengkungan menhir, keseluruhan menhir melengkung ke arah tenggara kecuali di Situs Padang Ilalang, orientasi lengkungannya ke selatan dengan ukuran berkisar antara 30-400 cm.
Penggolongan menhir berdasarkan ukuran apabila dikaitkan dengan pola hias, dapat dikatakan bahwa pola hias menhir hanya terdapat pada menhir yang berukuran sedang dan besar, sedangkan menhir yang termasuk ke golongan berukuran kecil tidak ditemukan pola hias. Secara artefaktual dapat dikatakan bahwa menhir ditinjau berdasarkan ukuran menunjukkan perbedaan ada dan tidaknya hiasan. Perbedaan dimaksudkan sebagai pertanda perbedaan status sosial bagi orang-orang yang dimakamkan di daerah tersebut. Motif hias tersebut adalah pucuak rabuang (segitiga), sulur, jalo/ula gerang (sulur ganda), dan garis.
Masyarakat Mahat sekarang yang mayoritas memeluk agama Islam, menganggap menhir yang ada di sekitarnya itu disebut sebagai batu urang saisuak (batu orang dahulu kala), fungsinya sebagai nisan kuburan (mejan) orang-orang masa lalu. Selain dianggap sebagai nisan kuburan, ada juga yang dianggap sebagai batas tanah atau dalam istilah lokal disebut dengan lantak tanah, dan ada juga menyebutkan menhir sebagai lambang pesukuan. Umumnya mejan-mejan dan lantak tanah tersebut dianggap sebagai suatu yang dikeramatkan dan angker untuk didekati. Bahkan ada yang beranggapan menhir-menhir ini dapat mendatangkan bencana seperti sakit dan sebagainya jika benda tersebut didekati atau dijamah; dengan kata lain bahwa daerah di sekitar menhir adalah tempat sakral. Menurut masyarakat setempat, tinggalan megalitik seperti punden ini, yang berada di Situs Koto Gadang, dulu difungsikan sebagai tempat barundiang datuak-datuak, yakni tempat perundingan kepala suku atau tetuah adat. Perundingan yang dimaksud adalah dalam berbagai hal yang berkaitan dengan keputusan adat istiadat atau apa pun yang berkenaan dengan masalah kesejahteraan masyarakat di Nagari Mahat. Oleh sebab itu punden tersebut disebut sebagai balai-balai batu, dalam bahasa Minangkabau balai berarti tempat pertemuan atau perkumpulan.
Namun seiring berjalannya waktu, terutama setelah kuatnya ajaran Islam di Nagari Mahat, semua mitos itu tidak dihiraukan lagi oleh beberapa kelompok masyarakat. Peninggalan megalitik di Nagari Mahat berupa menhir hampir mengalami kehancuran dan kepunahan. Beberapa menhir yang sudah roboh sengaja dijadikan untuk memenuhi keperluan lain seperti pondasi jembatan, batas lahan pertanian, dan lain-lain. Semenjak tahun 1980, barulah situs-situs di Nagari Mahat mendapat perhatian dan perlindungan dari pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Batusangkar. Semenjak itu masyarakat baru mengetahui tentang arti pentingnya tinggalan-tinggalan megalitik terutama menhir yang sangat beragam di nagari mereka.
Tambahan foto-foto MENHIR :
Kualifikasi Santos dapat dilihat sebagai berikut :
Curriculum Vitae
PERSONAL DATA
- Name: Arysio Nunes dos Santos
- Nationality: Brazilian
- Place of Birth: Belo Horizonte – Minas Gerais (BRAZIL)
- Birth Date: 24 of February, 1937
- Civil Status: Married
- Current Job : Professor of Nuclear Engineering – Escola de Engenharia da Universidade Federal de Minas Gerais (UFMG) – Departamento de Engenharia Nuclear
- Fields of Specialization: Eletronics – Instrumentation and Control – Physical Chemistry – Nuclear Physics – Nuclear Engineering – Relativity and Cosmology – Cryptography
- Hobbies and Amateur Specialties: Archeology – Atlantis – Mythology – Linguistics, Ethnology – Occultism – Alchemy (with published books in Portuguese now being translated into English). Boasts of having proved the reality of the Universal Flood and of having discovered Eden’s and Atlantis’ true site in the now sunken Austronesian continent, to the east of Indonesia, in what is nowadays the shallows of the South China Sea. For further details visit our Internet Homepage at “http://www.atlan.org“
- Associated Researcher of the Institute for Radioactive Research (Instituto de Pesquisas Radioativas, now named CDTN/CNEN) ( from 1959-1974)
- Professor of the Chemical Department (Departamento de Química do ICEX/UFMG)
- Free-Docent Professor of the Physics Institute of the State University of Campinas (São Paulo) ( Professor Livre-Docente MS-4, Instituto de Física da Universidade Estadual de Campinas (UNICAMP) – (1974 – 1978)
- Technological Engineer of the Federal University of Minas Gerais State (Engenheiro Tecnologista – TC-605-21-A, Efetivo do Quadro Único de Pessoal da UFMG)
- Consultant Engineer in Instrumentation and Control of the Fundação de Tecnologia Industrial do MIC – (1979-1989)
- Consultant Engineer in Control and Instrumentation of Chemical Processes of the Fundação CETEC (Centro Tecnológico de Minas Gerais) – (1979-1989)
- President-Director (CEO) of GDS – Tecnologia de Sistemas Ltda. (1982 to Present). Our firm specializes in the development of computerized systems for special applications)
- Member of the Technical Panels for the Yearly Meetings of the Brazilian Society for the Progress of Science (Painéis Técnicos Anuais da Sociedade Brasileira para o Progresso da Ciência) – (1982- 1994)
- Organizer and Coordinator of the Course for Technicians in Radioprotection of the Depto. de Engenharia Nuclear da UFMG, for the Comissão Nacional de Energia Nuclear.
- Dean (Coordinator) of the Post-Graduation Course in Nuclear Science and Technology of the Department of Nuclear Engineering of the Universidade Federal de Minas Gerais (Curso de Mestrado em Ciências e Técnicas Nucleares do Depto. de Engenharia Nuclear da UFMG).
- Inventor and Co-Industrializer of the Thermo-Compensated Automatic Densimeter for the Brazilian Fuel Alcohol Program used by Petrobrás and other Fuel Companies of Brazil for the prevention of frauds and the control of the quality of the fuel.
- Inventor and Industrializer of the SACID Process for the Automatic Fingerprint Identification developed by the GDS Systems Technology for the Police Department of Rio de Janeiro State (Brazil)
- Inventor and Co-Industrializer of the Process for the Safe Access to Cellular Telephones developed by the GDS Systems Technology (presently being industrialized and marketed internationally in collaboration with Telemig Telecomunicações de Minas Gerais SA.)
- Process for the Absolutely Safe Encrypting of Data Transmitted or Stored in Computers and Similars.
- Process for the Absolutely Safe Encrypting of Credit Cards and Similars
- Process for the Safe Access to Cellular and Fixed Line Telephones
- Process to Render Checks and Similar Documents Fraud Proof
- Process to Render Tickets, Passes, Passports and Similar Documents Fraud Proof
- Process to Render Invoices and Similar Documents Fraud Proof
- Process for the Automatic Control and Billing in Public Parking Lots and Streets
- Several other Patents on Sundry Processes and Instrumentation
GRADUATION
- Electronic Engineer – Instituto Tecnológico de Aeronáutica (ITA) – (1955-1959)
- Post-Graduation Course in Nuclear Engineering (EE/UFMG – 1959-1961)
- Master in Nuclear sciences and Techniques (EE/UFMG – 1963)
- Master of Science (Physics) – Washington University – USA – (1963-1964)
- Philosophy Doctor (Physics) Washington University – St. Louis (MO) USA -1964-1968
- Doctorate and Free-Docency by Public Contest in Physical Chemistry at the Instituto de Ciências Exatas da Universidade Federal de Minas Gerais (1972-1974)
- Free-Docent by Public Contest and Examination (Instituto de Ciências Exatas da Univ. Federal de Minas Gerais – 1974).
- M.Sc. e Ph.D. (Nuclear Physics) (Washington Univ. St. Louis-MO-USA – 1963-1968)
- Master in Nuclear Sciences and Technology- IPR/UFMG – 1960
- Electronics Engineer (ITA – 1959)
- Medal of Paragon Professor (Universidade Federal de Minas Gerais – 1973).
- Member, Brazilian Physical Society (Sociedade Brasileira de Física, 1968 to present).
- Medal of Pioneer in Nuclear Engineering (CDTN/CNEN – 1988)
- Fellow, Atomic Energy Agency (1962-1966)
- Fellow of the Brazilian National Energy Commission (CNEN-1959-1961)
- Research Assistant (Nuclear Physics) (Washington University – 1963-1967)
- Technological Engineer (Inst. For Radioactive Research (IPR) – (1960- 1969)
- Professor of the Post-Graduate Nuclear Engineering Course – IPR/UFMG – (1963-1968)
- Senior Engineer-Scientist – Institute for Radioactive Research-IPR/CNEN – (1969-1974)
- Professor of the Post-Graduation Course in Nuclear Science and Engineering at the Federal University of Minas Gerais(CCTN/UFMG) – (Curso de Mestrado em Ciências e Técnicas Nucleares) (1968-1994)
- Consultant Engineer in Instrumentation and Control of the Fundação de Tecnologia Industrial of the Ministry of Industry and Commerce (MIC) – (1979-1989)
- Consultant Engineer in Control and Instrumentation of Chemical Processes of the Fundação CETEC (Centro Tecnológico de Minas Gerais) – (1979-1989)
- Technologist Engineer – TC-605-21-A – Location: Instituto de Ciências Exatas da UFMG – Department of Chemistry (Licenced)
- Manager Professor of the Laboratory of Instrumental Physical Chemistry – (1974-1975)
- Coordinator (Dean) of the Masters Course in Nuclear Sciences and Engineering of the Engineering School of the Federal university of Minas Gerais (1986-1992)
- Member of the Consulting Committee on Nuclear Fuels of the Brazilian National Energy Commission (1971-1974)
- Chief of the Research Group in Nuclear and Physical measurements of the Institute for Radioactive Research of the Brazilian Nuclear Commission (1971-1974)
- Coordinator (Dean) of the Course for the Formation and Qualification of Technicians in Radioprotection of the Nuclear Engineering Dept. of the Federal University of Minas Gerais (1992-1995)
- Fellow of International Atomic Energy Agency (Vienna) 1963/1966.
- Research Assistant – Washington Univ. 1964/1967.
- Fellow of the Brazilian National Energy Commission (CNEN) -1959-1961.
- Introduction to Electronics Laboratory- ITA – (1956-1958)
- Lab Course in Atomic and Nuclear Physics-Escola de Engenharia da UFMG (1959-1962)
- Introduction to Modern Physics – Escola de Engenharia da UFMG – (1960-1962)
- Teaching Assistant of Introduction to Modern Physics – Washington University – (1962-1966)
- Eletronics for Scientists – Washington Univ. 1964/1966
- Seminar on Theoretical Nuclear Physics – Washington Univ. 1966/1968
- Atomic and Nuclear Physics (Theory) – Curso de Mestrado em Ciências e Técnicas Nucleares do Inst. de Pesquisas Radioativas da UFMG – 1968/1970
- Laboratory Course on Radiation Detection – Curso de Mestrado em Ciências e Técnicas Nucleares do Inst. de Pesquisas Radioativas da UFMG – 1971/1979)
- Introduction to Modern Physics- Curso de Mestrado em Ciências e Técnicas Nucleares do Inst. de Pesquisas Radioativas da UFMG – 1979/1989)
- Laboratory Course on Modern Physics – Instituto de Ciências Exatas da UFMG – (1969/1973)
- Course for the Formation of Nuclear Research Reactor Operators (for Furnas Centrais Elétricas do Brasil S.A.) – 1972-1975
- Laboratory Course in Modern Instrumental Physical Chemistry – Deptº de Química do Inst. de Ciências Exatas da UFMG – 1974/1975
- Class Notes for Fis 301 – Laboratory Course on Introduction to Electricity and Magnetism at the Instituto de Física da Univ. Estadual de Campinas (UNICAMP) – 1975-1978.
- Several other Course Notes for the Comissão Nacional de Energia Nuclear, for the Universidade Estadual de Campinas and the Federal University of Minas Gerais on Radiological Protection, Radioisotope Applications in Industry and in Medicine, Radiochemistry, Nuclear Instruments and Methods, Physical Measurements, etc..
- “Processo de Deteção de Nêutrons de 14 Mev” – Collaboration: C.A.F.Alvim da Silva. XXII Reunião Anual da SBPC – Salvador, 1970.
- “Cálculos Térmicos e Elétricos para o Loop Térmico e Recomendações de Projeto” – Nota Interna DCM #037/71- 1971.
- “Ante-Projeto de Sistema de Alimentação do Loop Térmico” – Nota Interna DCM #048/69 – 1969.
- “A Simple and Reliable Cyclotron Beam Monitor” (em colaboração). Nuclear Instruments and Methods 78, 124 (1967)
- “Especificação do Sistema de Regulação e Alimentação Elétrica” do Loop Térmico. Nota Interna DCM 026/72 – 1972.
- “Implantação de Tecnologia Brasileira de Instrumentação e Controle Nucleares” – Projeto em colaboração com J.B. Siqueira para o IPR/CNEN
- “A Precise 14 MeV Neutron Detector – Nuclear Instr. and Methods 105, no 2, pg. 289, Dec. 1972 (in collaboration).
- “A Correction of Self-Absorption Effects in Activation Analysis for Oxygen with 14 MeV Neutrons – Anal. Chem. Acta – Vol. 63 – pg. 359 (1973), (in collaboration).
- “Curso de Treinamento de Operadores em Reatores de Pesquisa (CTORP)” (em colaboração) IPR-CBTN – Abril 1974 – Coordenação e Redação dos Livros de Teoria e de Experimentos. Internal Publication. Four Volumes, Several Editions.
- Curso de Deteção de Radiações – IPR/CCTN – Nota Interna # 34/72- 1972.
- Análise Instrumental de Silício, Ferro e Fósforo por Ativação com Nêutrons de 14 MeV – Nota SAI-21-CDTN #021/73 – Jan. 73.
- Perturbação do Fluxo Térmico da Mesa Giratória do Reator – IPR-R1 Devido a Absorvedores de Bromo – Congresso SBPC – 1970 (in collaboration).
- Dosagem da Água Pesada – Nota Interna IPR 1972 – (in collaboration)
- Calibração do Sistema de Deteção do TP-2 – Nota Interna GIC-003/73.
- Proposal of an Experiment to Test Einstein’s Theory of Relativity (Proposta de um Experimento para Testar a Relatividade de Einstein)- Nota Interna ICEX #014/73 – 1973.
- Cosmological Red-Shifts of Gravitational Origin? - Nota Interna s/no- 1973.
- Corrosão e Proteção na Subcrítica CAPITU -. Nota Interna DCM-007/72
- Projeto e Construção de Contadores Proporcionais. Nota Interna DCM-017/711971.
- Medidas de Condutividade Térmica de Refratários – Nota Interna DCM-014/73-1973.
- A New Fast Physical Method for the Routine Analysis of Minerals of Uranium and Thorium (Novo Método de Dosagem de Minérios de Urânio e Tório para Análises de Rotina em Larga Escala – (Confidential Document for CNEN).
- A New Method for Enriching Uranium With Laser Light (Confidential Document for CNEN)
- Novo Método de Análise Isotópica do Urânio (Confidential Document for CNEN).
- Dosagem do Urânio por Fluorescência X com Radioisótopos (Confidential Document for CNEN)
- Método de Prospecção Hidrogeoquímica do Urânio (Confidential Document for CNEN).
- Projeto de Enriquecimento Isotópico do Urânio – Programa Brasileiro IPR/CNEN – 1970-1974 (Confidential Document for CNEN).
- Dispositivo Preciso para a Medida de Altas Pressões (Patent IPR/CNEN).
- A New Instrumental Method for Analysis of Rare Earth Elements (Submitted to Nuclear Instr. an Methods).
- A Quantum Mechanical Solution of Zeno’s Paradox (Published in Manuscript, a Review of Philosophy and Epistemology, II:1 (l978), 81-103
- A Crucial Experiment to Test Einstein’s Special Relativity Theory. (Submitted to II Nuovo Cimento).
- A Note on the Meaning of the Kennedy-Thorndyke Experiment. (Submitted to Am. J. Phys.).
- Condenser Protection Against Reverse Currents in Megawatt Laser Pulse Circuits (to be submitted to J. Sci. Instr.)
- Optimum Discrimination Against Noise and Background in Pulse Counting Circuits (to be submitted to Nuclear Instr. and Methods).
- Are Quasars Simulacra? (submitted to Nature).
- A Precise Apparatus for the Determination of the Volume of Irregularly Shape Solids ( em colaboração) – (submitted to J. Sci. Instr.)
- Member of Sociedade Brasileira de Física (1968 to present)
- Congresso Inter-Americano de Energia Nuclear – Quitandinha 1969.
- XXII Annual Symposium of SBPC – Salvador, 1970, and subsequent ones.
- Member of Mission of Brazilian CNEN to Italy (Italian CNEN) 1972.
ORIENTATION OF MASTERS’ AND DOCTORS’ THESES
- Análise de Rotina de Urânio e Tório pelo Método de Nêutrons Retardados (Mestre em Ciências) – G.A.C. Tupynambá – 1969 – CCTN.
- Perturbação do Fluxo de Nêutrons Térmicos na Mesa Giratória do Reator IPR-R1 devido a Detetores de Bromo – (Mestre em Ciências) – J.M. de Lima – 1970 – CCTN/UFMG.
- Monitor de Alta Seletividade para Nêutrons de 14 MeV – (Mestre em Ciências) – C.A.F. Alvim de Silva – 1970. CCTN/UFMG.
- Análise de Oxigênio com Nêutrons de 14 MeV (Mestre em Ciências) J.A.L. Horta – 1971 – CCTN/UFMG.
- Medidores de Vazão com saída elétrica (Mestre em Ciências) – E.E.V.P. Machado – 1972 – CCTN/UFMG.
- Fonte Estabilizada para Detetores Nucleares (Mestre em Ciências) H.P. Pedrosa – 1972 – CCTN/UFMG.
- Análise de Espectros (Mestre em Ciências) – H. Gomes – 1973 – CCTN/UFMG.
- Medidas de Potência e Correntes Elétricas por Efeito Hall (Mestre em Ciências) – A. M. Hermeto – CCTN/UFMG – 1973.
- Técnica de Coincidência 4p b -g para Calibração Absoluta de Padrões Radioativos (Mestre em Ciências) F.M.B. de Morais – CCTN/UFMG – 1975.
- Detector de Grande Área para Monitoração de Partículas Alfa (Mestre em Ciências) – H.R. Vianna – CCTN/UFMG – 1975.
- J. H. Gerken Sobrinho – Projeto, Construção e Calibração de Espectrômetro de Massa – CCTN/UFMG – 1975.
- S. T. Máximo – Método de Dosagem de Elementos Traços para a Prospecção Hidro-Geoquímica Baseado em Troca Iônica – ICEX – UFMG – 1975
- G.A.C. Tupynambá – CCTN/UFMG – 1969 – Master’s Degree
- C.C. Murta – CCTN/UFMG – 1970 – Master’s Degree
- J.M. de Lima – CCTN/UFMG – 1970 – Master’s Degree
- J.A.L. Horta – CCTN/UFMG – 1971 – Master’s Degree
- H. P. Pedrosa – CCTN/UFMG – 1972 – Master’s Degree
- C. A. F. Alvim da Silva – CCTN/UFMG – 1970 – Master’s Degree
- E.E.V.P. Machado – CCTN/UFMG – 1972 – Master’s Degree
- Harry Gomes – CCTN/UFMG – 1973 – Master’s Degree
- Perpétua Athayde Soares – CCTN/UFMG – 1974 – Master’s Degree
- Nádia Selmi-Dei Meinberg – CCTN/UFMG – 1974 – Master’s Degree
- F. M. Borges de Morais – CCTN/UFMG – 1975 – Master’s Degree
- H.R. Vianna – CCTN/UFMG – 1975 – Master’s Degree
- J.H. Gerken Sobrinho – CCTN/UFMG – 1975 – Master’s Degree
- C. V. Bonfati – Universidade Estadual de Campinas (Unicamp) – 1978 – Doctor’s Degree
- Participation in Several Examining Committees for Professoral Contests at the UFMG for Chairs in Disciplines Ministered by the Dept. of Nuclear Engineering.
- Participation in the Design and Construction of the 60 MeV AVF Cyclotron of the Washington University (Saint Louis, MO, USA) – 1963/1968 – Research Assistant and Group Member – The Cyclotron was built and operated as part of the work for my Doctorate in Nuclear Physics.
- Isotopic Enrichment of Uranium and Thorium by Photochemical Methods- IPR/CNEN – 1969/1974 and Unicamp – 1975-1982. The method was implement and used as standard by the Brazilian National Commission for Nuclear Energy (CNEN)
- Development and Implementation of Fast Automatic Method of Assaying Uranium and Thorium Minerals for Geochemical Prospection – IPR – 1968/1974 – This research was done by a group under my command confidentially for Brazilian National Commission for Nuclear Energy (CNEN). The method was implement and used as standard and was used for several million individual analyses of geochemical samples in the Triga Reactor, and resulted in the finding of ample supplies of these ores.
- Measurement and Interpretation of the Nuclear Structure of Light Nuclides Excited by Alpha Particles from the 60 MeV Cyclotron at the Washington University, St. Louis (MO – USA) as thesis work for the partial fullfilment of my Ph.D. program (1965/1967).
- Research and Development of Physico-Chemical Methods of Analysis for the Geochemical Prospection of Minerals at the Part per Billion Level. The process was developed, implemented and utilized in routine prospection of the rarer metals.
- New Method of Rare Earth Assaying by the Escape X-Rays of Xenon – Departamento de Química do ICEX – UFMG (1974). Research done for the Free-Docency Thesis, in partial fullfilment for this Post-Doctoral, Full Professor Degree.
- Preliminary Design and Specifications of the CT-1 Thermal Loop of 350 KVA for the simulation of the thermal behavior of Nuclear Reactors – IPR – 1969-1970. The Thermal Loop was designed and implemented successfully.
- Geochemical and Hydrogeochemical Prospection of Minerals with 14 MeV Neutron Tubes. Group Manager and Coordinator. Departamento de Química do ICEX/UFMG. (1972-1984)
- Physico-Chemical Analysis by Positronium Annihilation. Coordinator – Departamento de Química do ICEX/UFMG. (1972-1984)
- Determination of Bonding Chemical Shifts by X-Ray Spectrometry – Departamento de Química do ICEX/UFMG. (1972-1984)
- Assembly, Commissioning and Maintainance of the Instrumentation and the Experiments for the Course on Modern Physical Chemistry (Responsible for the Experimental Part) Departamento de Química do ICEX/UFMG. (1972-1984).
- Assembly, Commissioning and Maintainance of the Heavy Organic Molecule Mass Spectrometer (Responsible for the Analytical Services of same) – Departamento de Química do ICEX/UFMG. (1972-1984).
(As Free-Docent Professor of the Physics Institute – Department of Quantum Electronics)
- Uranium Isotopic Enrichment with Lasers (Sub-Chief of Group)
- Non-Destructive Assay of Oils in Single Cereal Grains by Nuclear Magnetic Resonance
- Design and Development of Electronic Instrumentation for Lasers
- Design and Construction of Laser Powered Saccharimeter for the Brazilian Fuel Alcohol Program. The Instrument was developed and patented, an a functional prototype was built.
- Theoretical and Experimental Research in Relativity and Cosmology (In collaboration with Prof. Waldyr Rodrigues and other members of the Mathematics Department)
- Coordinator and Organizer of the Electronics Laboratory of the Instituto de Física.
- Professor of Fis 301 – Lab Course in Introduction to Electricity and Magnetism I
- Professor of Fis 302 – Lab Course in Introduction to Electricity and Magnetism II
- Professor of Term 102 – Introductory Thermodynamics (I)
- Professor of Term 202 – Intermediate Thermodynamics (II)
- Professor of Term 302 – Advanced Thermodynamics (III)
- Professor of Fis 302 – Lab Course in Introduction to Electricity and Magnetism II
- Professor of Seminar Course in Advanced Quantum Electronic
Tidak ada komentar:
Posting Komentar