Selasa, 03 Mei 2011
Menuju Manusia Ketujuh Milyar
Oleh Andi Nur Aminah
Ledakan penduduk menjelang 2030 akan menyebabkan kelangkaan pangan, air, dan energi yang luar biasa. Kondisi ini bisa memicu kerusuhan sosial dan konflik internasional.
Bumi kian padat. Pertengahan tahun ini, diprediksi jum lah penduduk bumi akan dihuni oleh tujuh miliar manusia. Sanggupkah bumi menjadi pijakan dengan kondisi air tanah kian kerontang, hutan yang semakin menggundul, es di kutub yang terus mencair, namun berbagai polutan terus menggila?
Menelusuri dokumen tentang kependudukan, tercatat pada tahun 1 Masehi, bumi dihuni oleh 200 juta manusia. Pertumbuhan terus terjadi dan menjadi 1 miliar pada 1800 Masehi. Pertambahan penduduk terus melonjak pada 1930 menjadi 2 miliar.
Dalam kurun waktu 30 tahun, jumlah penduduk bumi sudah mencapai 3 miliar jiwa (1960). Lalu 14 tahun kemudian, sudah berkembang menjadi 4 miliar (1974). Pertambahan 1 miliar penduduk, terjadi 13 tahun kemudian menjadi 5 miliar (1987). Penduduk ke-6 miliar terjadi 12 tahun kemudian (1999). Dan pada 2011 ini, jumlah manusia di bumi akan mencapai 7 miliar jiwa. Angka tersebut tentu akan terus bertambah. Diprediksi, pada 2024, jumlah penduduk dunia akan mencapai 8 miliar.
Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar jumlah penduduk dunia. Urutan pertama dan kedua, masih diduduki Cina dan India, menyusul Amerika Serikat yang mencapai 304 juta jiwa. Hasil sensus penduduk 2010 mencatat penduduk Indonesia sudah mencapai 237 juta jiwa. Angka ini pasti sudah bertambah lagi pada tahun ini.
Population Reference Bureau (PRB) AS memprediksikan, dengan laju pertumbuhan seperti sekarang ini, bumi akan menjadi rumah bagi penduduk pa da 2050 yang berjumlah 9 miliar pada tahun tersebut.
Menurut PRB, negara-negara berkembang memiliki laju penduduk yang lebih cepat daripada negara-negara maju. Di negara-negara maju, populasi terbesar akan didominasi usia rata-rata pendu duk, sedang kan jumlah tenaga kerja akan berkurang berkurang karena populasi yang menua itu.
Angka harapan hidup yang membaik ikut memberi andil dalam pertumbuhan penduduk dunia termasuk Indonesia. Perbaikan gizi dan pelayanan medis di negara-negara berkembang mengakibatkan terjadinya ledakan penduduk.
Di Indonesia, populasi usia 4-9 tahun menduduki posisi terbanyak, begitu pula usia 60 tahun ke atas. Menurut Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sonny Harry B Har madi, membengkaknya jumlah pendu duk pada usia ini akan memberikan tambahan beban kepada usia produktif yang harus menanggung anakanak dan orang tua.
Angka harapan hidup orang tua memang saat ini cukup besar dibanding tahun-tahun sebelumnya. Selain umur manusia yang relatif lebih lama, pertumbuhan penduduk pun dipastikan akan terus bertambah karena banyak sekali perempuan di seluruh dunia yang sekarang ini berada dalam usia subur. Jumlahnya di dunia mencapai 1,8 miliar.
Usia produktif melahirkan anak itu bisa dipastikan akan terus menyumbang angka pertambahan penduduk dunia, setidaknya dalam beberapa dasawarsa men datang. Satu orang perempuan memi liki dua anak saja sama dengan satu perempuan memiliki empat anak pada generasi sebelumnya.
Kekhawatiran
Bertambahnya penduduk dunia setiap tahun akan berdampak pada banyak hal. Sumber daya alam yang terus terkikis, ke butuhan air, serta pangan otomatis akan membengkak. Kondisi ini tentu saja mengundang keprihatinan. Saat ini saja, berita-berita rawan pangan di berbagai penjuru dunia sudah kerap terdengar. Beberapa tahun dari sekarang, angka orangorang yang mati kelaparan karena kekurangan pangan akan terus meningkat.
Kekhawatiran tentang ledakan penduduk sudah diutarakan sejumlah ilmuwan, di antaranya John Beddington dari Inggris menyebutkan, perubahan iklim dan ledakan penduduk menjelang 2030 akan menyebabkan terjadi kelangkaan pangan, air, dan energi yang luar biasa. Menurutnya, kondisi tersebut bisa memicu kerusuhan sosial dan konflik internasional akibat terjadinya migrasi penduduk negara-negara lain.
Kepala BKKBN, Sugiri Syarif, mengatakan upaya menyadarkan masyarakat pentingnya pengendalian pertumbuhan penduduk melalui program KB perlu digiatkan lagi. Menurutnya, dengan jumlah penduduk 237 juta jiwa saja, pemerintah sudah menghadapi banyak masalah di antaranya banyaknya subsidi yang harus disalurkan.
Menurut Sugiri, saat ini, Indonesia telah menghadapi banyak kendala dan masalah seperti sampah, banjir, kemacetan, kesulitan akses udara dan air ber sih, serta isu perubahan iklim hingga ben cana akibat perusakan alam. “Bila gejala ledakan penduduk tidak terkendali, akan terjadi kehancuran ekologi,” ujar dia.
Sedangkan terkait masalah SDM, penduduk yang padat akan berimbas pada kian menurunnya kualitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Saat ini, kata Sugiri, IPM Indonesia masih berada di urutan ke-108 dari 189 negara. Jumlah penduduk yang besar itu ditambah lagi dengan IPM yang rendah akan menjadi masalah yang kian kompleks. Terbatasnya penyediaan lapangan kerja yang tidak seimbang dengan pertumbuhan angkatan kerja bisa memicu masalah baru, salah satunya kriminalitas.
Kondisi kependudukan Indonesia, menurutnya, sudah dalam keadaan lampu kuning. Karena itu, BKKBN memiliki tugas berat untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang kini sudah mencapai 1,49 persen. Mantan kepala BKKBN periode 1980-an, Haryono Suyo no, bahkan mengatakan tugas BKKBN saat ini jauh lebih berat daripada ketika program KB mulai dicanangkan pada 1970 lalu.
Menurut Haryono, saat program KB di canangkan 30 tahun lalu, ancaman yang terjadi adalah ledakan kelahiran ba yi (baby boom). Ketika itu, populasi jumlah bayinya yang meningkat tajam. Sedangkan saat ini, jika melihat piramida kependudukan, terjadi penggelembungan di tengah, yakni di bagian usia produktif.
Menurutnya, ini akan menjadi pekerja an berat karena populasi yang banyak ada lah usia produktif. Usia-usia yang ber potensi melahirkan anak, ujar Haryono.
Beratnya tugas yang terbentang di hadapan BKKBN untuk mengatasi lampu kuning itu sudah diatasi dengan melakukan revolusi dan revitalisasi di segala lini. Kini, BKKBN telah melakukan pelatihan terhadap 35 ribu bidan dan 10 ribu lebih dokter agar mampu menjadi tenaga pelayanan di 23.500 klinik KB. Klinik ini tersebar hingga ke wilayah-wilayah terpencil, pulau-pulau terluar, dan wilayah perbatasan.
Sumber: www.republika.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar