Vulkanologi
Vulkanologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang volkano, lava, magma, dan fenomena geologi dan geofisika yang menyertainya. Kata volkanologi berasal dari bahasa Latin, vulcan, yang merupakan Dewa Api Romawi. Gunung api adalah lubang atau rekahan pada kerak bumi yang mengeluarkan magma dan gas-gas dari dalam bumi. Aktivitas volkanik meliputi keluarnya batuan yang kemudian membentuk pegunungan atau bentuk-bentuk seperti gunung dalam waktu tertentu.
Gunung api pada umumnya ditemukan pada daerah-daerah pertemuan lempeng yang berjenis divergen atau konvergen. Pemekaran dasar samudera, contohnya Mid-Atlantic Ridge, merupakan contoh pegunungan yang disebabkan pertemuan lempeng divergen yang saling menjauh. Pegunungan sirkum pasifik merupakan salah satu contoh yang disebabkan oleh pertemuan lempeng konvergen. Gunung api juga bisa disebabkan oleh adanya pemekaran atau penipisan kerak bumi (yang biasa disebut gunung api intraplate non hotspot) seperti African Rift Valley dan Rhine Graben. Gunung api juga bisa disebabkan oleh mantle plumes tau hotspot, seperti yang terjadi di Hawaii, yang kejadiannya jauh dari batas lempeng.
Di seluruh dunia saat ini ada ~1500 gunung api, dengan rata-rata jumlah erupsi adalah 50 erupsi yang tercatat tiap tahunnya. Dari 1500 gunung api yang tersebar di seluruh dunia tersebut, terdapat 89 yang dianggap sebagai high risk volcanoes, yaitu 89 gunung api yang sangat aktif. Hampir 50%-nya, yaitu sejumlah 42 gunung api berada di Asia, sedangkan sisanya 40 di Amerika, dan 7 di Eropa.
Komposisi Lava/Magma
Komposisi lava yang dimiliki sebuah gunung api sangat menentukan bentuk dari gunung tersebut. Berdasarkan komposisinya, lava dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis:
1. Lava Felsic/Asam
Lava yang asam mengandung prosentasi silika yang tinggi yaitu >63%. Lava jenis ini cenderung sangat kental dan dikeluarkan dalam bentuk domes dan dengan aliran yang pelan. Jenis gunung api yang dibentuk oleh lava biasanya berupa stratovolkano atau dome. Karena lava ini sangat kental, maka lava ini cenderung untuk memerangkap gas-gas, yang menyebabkan magma dierupsikan dengan keras/ sangat violent.2. Lava Intermediet
Apabila magma mengandung silika sebanyak 52-63%, maka magma jenis ini disebut magma intermediet atau lava andesitik. Kebanyakan, gunung jenis ini berada di daerah zona subduksi. Contoh gunungnya adalah Gunung Merapi.3. Lava Mafic
Lava mafic merupakan lava yang mengandung komposisi silika 45-52%. Lava jenis ini cenderung kurang kental, yang bergantung pada temperaturnya. Lava ini juga biasanya memiliki temperatur lebih tinggi daripada lava felsik. Lava seperti ini bisa terbentuk pada daerah-daerah: a. Mid oceanic ridge, b. Shield vokano/perisai, baik pada kerak samudera maupun kerak benua, c. Continental flood basaltMorfologi Gunung Api
Lingkungan pembentukan gunung api, menentukan bentuk gunung api tersebut. Berdasarkan morfologinya, gunung api dibagi menjadi:
1. Strato,
contohnya gunung Fuji. Bentuk dari gunung ini memiliki slope yang curam. Kebanyakan terbentuk di daerah subduksi.2. Kaldera,
contohnya gunung Crater Lake. Gunung ini sangatlah eksplosif, dan memiliki lava berjenis riolith atau asam.3. Kubah Lava,
contohnya gunung Saint Helens. Akumulasi lava dengan viskositas tinggi pada lubang kawah.4. Perisai (shield volcano),
kebanyakan berupa gunung non eksplosif, memiliki lava basalt, dan biasanya di daerah hotspot.5. Cinder Cone (kerucut),
contohnya gunung La Poruna.Tipe Erupsi
Berdasarkan tipe erupsinya, dibagi menjadi:
1. Tipe Hawaii,
umumnya berupa lelehan lava pijar yang muncul secara simultan terjadi pada celah atau kepundan sederhana.hampir sama dengan Hawaii namun berasal dari magma yang dangkal, aktif di tepi benua atau tengah benua.
3. Tipe Plinian,
merupakan erupsi yang explosive dari magma berviskositas tinggi dan bersifat asam, material yang dihasilkan berupa batu apung dalam jumlah besar.4. Tipe Pelean dan Vulcanian,
erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik.5. Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian,
merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api dan berada di bawah permukaan laut.Volcanic Explosivity Index
Volcanic Explosivity Index (VEI) disusun oleh Chris Newhall dari USGS dan Stece Self ari Universitas Hawaii pada tahun 1982 untuk memberikan standar pengukuran dari besarnya letusan gunung api. Besar letusan dilihat dari volume produknya, ketinggian awan hasil erupsi, dan observasi kualitatif.
Bencana Gunung Api
Gunung api bisa menyebabkan bencana bagi masyarakat luas. Bencana ini disebabkan oleh produk-produk aktivitas gunung api sebagai berikut: 1. Aliran Piroklastik 2. Lahar 3. Aliran Lava 4. Tefra 5. Gas vulkanik 6. Gempa Bumi 7. Tsunami Bencana gunung api (volcanic hazard) bisa diartikan sebagai proses vulkanik yang berpotensi membahayakan. Resiko gunung api (volcanic risk) merupakan potensi kerugian atau kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh bencana gunung api pada manusia.
Badan volkanologi Indonesia membagi/mengklasifikasikan Gunung berapi di Indonesia menjadi 3 tipe utama, yaitu:
Tipe A : Pernah mengalami erupsi magmatik setidaknya 1 kali setelah tahun 1600
Tipe B : Belum mengalami erupsi magmatik setelah tahun 1600 tetapi memiliki gejala gunung api
Tipe C : Tidak diketahui pernah erupsi, tetapi memiliki gejala gunung api Semua bencana alam (natural hazard) yang ditimbulkan oleh aktivitas gunung api ini dapat menimbulkan dampak yang merugikan bagi kehidupan manusia. Bagaimanapun juga, natural hazard ini tidak dapat dihindari atau dihilangkan, tetapi kita dapat mengurangi resiko dari dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan, perlu dilakukan mitigasi bencana.
Di Indonesia, mitigasi bencana secara institusional dilaksanakan oleh DUMBG. Hal-hal yang dilakukan dalam pemitigasian bencana adalah dan tindakan preventif meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mempelajari sejarah aktivitas
2. Pemetaan dan perkiraan umur produk erupsi
3. Pemantauan gunung api, yang meliputi: a. Kegempaan b. Adanya deformasi tanah c. Adanya Gas d. Perubahan hidrologi e. Pemantauan menggunakan remote sensing
4. Membangun sistem peringatan dini (early warning system)
5. Sosialisasi dan koordinasi dengan pimpinan masyarakat setempat
6. Memperkirakan aliran lava
7. Membuat bendungan
Selain itu, badan mitigasi juga selalu memperingatkan penduduk dengan memberi status aktivitas gunung api, status tersebut memiliki tingkatan yang menunjukkan besar kecilnya kegiatan gunung api.
Tingkatannya adalah sebagai berikut:
Level I (Normal)
Level II (Waspada)
Level III (Siaga)
Level IV (Awas)
Dengan begitu, diharapkan masyarakat menjadi awas terhadap ancaman aktivitas gunung api, dan akhirnya dapat mengurangi hingga seminimal mungkin dampak potensi bencana yang ditimbulkan oleh aktivitas gunung berapi.
Mitigasi bencana gunung api :
1. Memantau kegiatan gunungapi secara menerus.
2. Menyediakan peta geologi, Peta rawasan kawan bencana (KRB), peta zona resiko
3. Sosialisiasi bahaya letusan gunungapi kepada masyarakat
4. Meningkatkan sumberdaya manusia dan pendukungnya
5. Membangun tanggul penahan lahar
6. Hindari tempat-tempat yang memiliki kecenderungan untuk dialiri lava dan atau lahar
7. Perkenalkan struktur bangunan tahan api.
Jenis-jenis mitigasi :
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana.
2. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan.
Dirangkum dari tugas vulkanologi dan berbagai sumber.
Seiful Huda
http://geoful.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar