Bangunan Bale Kambang
Sebagai sebuah tempat yang dahulu merupakan kerajaan, Klungkung memiliki banyak peninggalan yang bisa kita lihat. Salah satunya adalah Kerta Gosa, sebuah bale atau bangunan yang merupakan bagian dari komplek kerajaan yang berfungsi sebagai tempat pengadilan bagi penjahat pada masa itu. Konon dibangun oleh raja pertama Klungkung pada tahun 1686, yaitu yang bernama I Dewa Agung Jambe. Sampai sekarang, perlengkapan pengadilan berupa kursi dan meja yang digunakan pada masa itu masih ada.
Selain Kerta Gosa, ada juga bale atau bangunan yang bernama Bale Kambang. Berupa bangunan yang dikelilingi oleh kolam yang bernama Taman Gili. Bale kambang ini berfungsi sebagai tempat melakukan ritual manusa yadnya (upacara yang berkaitan dengan manusia), seperti upacara potong gigi bagi putra-putri kerajaan. Di sekeliling Bale Kambang yang berupa kolam, di sebelah kanan dan kirinya terdapat barisan patung-patung yang eksotis. Barisan patung dewa di satu sisi, dan barisan patung raksasa di sisi satunya. Ini melambangkan bahwa dalam kehidupan ini selalu berisi hal-hal yang berpasangan, baik dan buruk.
Hal yang paling menarik dari kedua bangunan tersebut adalah adanya lukisan wayang di langit-langitnya. Lukisan wayang khas Kamasan, sebuah desa di Klungkung yang sebagian besar masyarakatnya adalah pelukis wayang. Lukisan-lukisan wayang di langit-langit Kerta Gosa melambangkan suatu rangkaian cerita perjalanan kehidupan yang memberi petunjuk tentang hukum karma pala atau hukum sebab akibat yang dilakoni oleh tokoh-tokoh cerita Mahabrata. Sedangkan lukisan-lukisan di Bale Kambang adalah berupa lukisan yang mengambil lakon Ramayana.
Lukisan wayang di langit-langit bangunan
Di sebelah selatan agak ke barat, tak jauh dari kedua bangunan Kerta Gosa dan Bale Kambang, terdapatlah sebuah pintu gerbang atau gapura yang oleh masyarakat Klungkung lebih dikenal dengan sebutan Pamedal Agung. Yaitu pintu gerbang yang menghubungkan komplek kerajaan dengan perumahan keluarga raja yang ada di luar gapura. Perumahan keluarga kerajaan saat ini sudah tidak ada lagi karena sudah hancur ketika perang puputan melawan penjajah Belanda pada tahun 1908 silam. Sebuah perang sampai titik darah penghabisan, yang melibatkan semua sanak keluarga sampai seluruhnya gugur. Pada peristiwa tersebutlah tahta dari raja Klungkung dan pengikut-pengikutnya berakhir.
Pintu gerbang / gapura yang disebut pamedal Agung
Museum Semara Jaya
Untuk memeperingati peristiwa perang puputan itu yang terjadi tepat pada tanggal 28 April 1908, dibangunlah sebuah monumen puputan Klungkung yang tegak berdiri di sebelah utara komplek kerajaan.
Sampai sekarang ini, setiap tanggal 28 April tetap diperingati setiap tahunnya oleh masyarakat Klungkung sebagai Hari Puputan Klungkung. Sebuah museum yang bernama Semara Jaya juga berdiri untuk menempatkan dan menghormati benda-benda peninggalan kerajaan besar tersebut.
Sumber : www.airmengalirsampaijauh.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar