 
 Heboh-heboh WikiLeaks di penghujung tahun 2010 ini,  menjadi fenomena bagi zaman kebebasan. Sebagian orang berpendapat,  kemunculan WikiLeaks merupakan bentuk dari radikalisme kebebasan.  Sebagian lain menilai, ini merupakan kebebasan yang sejati. Seperti  halnya Lehman Brothers dan skema ponzinya Madoff, WikiLeaks merupakan  produk dari liberalisme.
Sejarah telah mencatat, sejak satu abad lampau Amerika dan  konco-konconya di Eropa, merupakan promotor terpenting dari program  demokratisasi dan liberalisasi ke seluruh dunia. Tidak ada satupun  negara yang alpa dan absen dari mega-proyek tersebut. Tak terkecuali  negara-negara komunis dan kerajaan-kerajaan yang tertutup. Dalam proyek  ini Barat meminta (bahkan memaksa) negara-negara lain, agar melakukan  transparansi dan kebebasan. Satu abad berlalu, dunia benar-benar  menjalankan kebebasan itu : liberalisasi ekonomi, liberalisasi  informasi, dan liberalisasi agama.
Kebebasan menurut tafsir Barat adalah sesuatu yang tidak  harus di kontrol oleh negara. Yang segalanya harus berlangsung secara  natural dan tidak ada satupun intervensi. Kaidah invisible hand,  diyakini akan menciptakan keseimbangan dan memperbaiki yang salah.  Mazhab ini, yang di dunia ekonomi didengung-dengungkan oleh Adam Smith,  harus berlaku pula pada urusan yang lain, utamanya dalam hal kebebasan  informasi. Julian Assange, jurnalis kelahiran Townsville, Australia,  mungkin tak pernah serius mempelajari teori liberalisasi pasarnya Adam  Smith. Namun Assange yang merupakan anak zaman kebebasan pasar, turut  pula merasakan nikmatnya hidup di alam bebas. Dan bersama para peretas (hacktivist)  lainnya, dia mengomandani pembentukan WikiLeaks, sebuah situs pembocor  informasi nirlaba yang berkedudukan di Swedia.

Ruang kerja  WikiLeaks di Swedia
Tak banyak orang yang tahu, siapa otak dan darimana sumber  dana pembuatan situs nakal tersebut. Namun beberapa intel Barat  menuding, salah satu dari negara anggota BRIC (Brazil, Rusia, India, dan  Cina) menjadi dalang dari kemunculan website ini. Berdasarkan  situs resmi WikiLeaks (http://www.wikileaks.org), organisasi ini  didirikan oleh pembangkang politik Cina, dan juga jurnalis,  matematikawan, serta teknolog asal Australia, Amerika Serikat, Taiwan,  dan Afrika Selatan. Melihat beragamnya kebangsaan pendiri WikiLeaks,  kita mungkin bersepakat bahwa proyek ini merupakan proyek pembebasan  internasional. Dan bukan proyek satu per-satu negara, seperti yang  selama ini disangkakan Barat. Menurut Assange, di kemudian hari  proyeknya ini tidak sebatas pada pembocoran informasi rahasia negara,  namun juga akan berkembang kepada pengungkapan informasi-informasi  korporasi.
Terlepas dari apa tujuan dan misi Assange mendirikan  WikiLeaks, kehadirannya telah memberikan cakrawala baru bagi masyarakat  internasional. Dari beberapa informasi yang telah dirilis, kita jadi  tahu siapa sebenarnya Singapura, sebuah negara kecil dengan congkak yang  luar biasa. Info mengenai desakan Saudi dan Mesir kepada Amerika untuk  menginvasi Iran. Atau berita tentang dukungan Pakistan terhadap  pemerintahan Taliban di Afghanistan. Tidak hanya itu, informasi  WikiLeaks yang juga mengungkap kehidupan pribadi orang-orang besar, juga  menambah pengetahuan kita. Seperti yang diberitakan baru-baru ini,  mengenai kehidupan pangeran Saudi yang acapkali mabuk-mabukan dan sering  berzina.

Julian Assange, pendiri  WikiLeaks, dalam sorotan pers
Kini eksistensi WikiLeaks sedang mendapatkan cobaan.  Pendirinya Julian Assange, dihadapkan ke pengadilan atas tuduhan  pemerkosaan. Sebagian orang menduga, penangkapan Assange merupakan  rekayasa Barat untuk mengucilkannya. Karena Barat, dan Amerika pada  khususnya, merupakan pihak yang paling dirugikan dengan pembocoran ini.  Bagaimana tidak, dengan bocornya informasi-informasi strategis Amerika,  semakin menguatkan dugaan selama ini. Bahwa negara Paman Sam itu berada  dibalik serangkaian aksi politik di sejumlah negara. Konsekuensi hal ini  adalah, Amerika akan dituding sebagai negara pembuat makar dan menjadi  pihak yang paling bertanggung jawab atas segala kekusutan masalah dunia.
Pada akhirnya bak senjata makan tuan. Kebebasan yang  didengung-dengungkan oleh Amerika selama ini, kini menjadi bumerang bagi  dirinya sendiri.
 
 
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar