Miris sekali rasanya melihat tayangan TV One kemarin dimana keluarga Muslim di Amerika Serikat mengalami dikskriminasi yang menyakitkan! Anak-anak muslim dimanapun mereka sekolah dicap sebagai teroris! Sewaktu masuk sekolah mereka ditanya kamu orang apa dan agamamu apa? Orang-orang yang ditanya ini biasanya adalah orang-orang yang bertampang Arab atau mungkin dari namanya yang dicurigai sebagai Muslim. Semua ini akibat dari peristiwa 11/9 yang terjadi 10 tahun yang lalu yang sangat dibesar-dibesarkan oleh media setempat dari tahun ke tahun!
Padahal kalau kita melihat realita sebenarnya, amat
sangat kecil kemungkinan pelaku tragedi “Black September” tsb adalah
Muslim atau orang Arab! Dari hasil penelusuran orang-orang yang langsung
menyelidiki di tempat lokasi kejadian, maka besar kemungkinan pelakunya
justru adalah orang dalam Pemerintahan yang mempunyai akses ke
gedung-gedung yang diledakkan. Ini disebabkan karena berdasarkan hasil
penyelidikan bahwa ternyata gedung-gedung tsb telah ditanamkan bom yang
terstruktur rapi sebelum ditabrak pesawat dan ada gedung yang meledak
tanpa ditabrak pesawat. Hal yang sungguh sangat mustahil bila dilihat dari sisi keamanan gedung secara khusus dan keamanan negara AS secara umum.
Untuk lebih jelasnya, silakan lihat tayangan video berikut:
Ironisnya, sepuluh tahun terakhir inilah (setelah
kejadian tragedi 9/11) yang mengakibatkan terjadinya radikalisme pemuda,
pelaksanaan operasi-operasi syahid terhadap AS dan sekutunya, dan
mendorong kaum Muslimin untuk lebih menggali pemahaman yang mendasar dan
tanpa kompromi.
Fakta Ilmiah di Balik Tragedi WTC di Amerika
Yang masih menganggap dan berpendapat
bahwa tragedi pemboman World Trade Center, 11 September 2001 10 tahun
yang lalu, dilakukan oleh Osama bin Laden atau oleh kaum teroris dalam
hal ini Umat Islam, adalah sebuah KEBODOHAN, korban permainan informasi.
Konspirasi Yahudi di balik peristiwa itu kini terungkap sudah oleh
ahli-ahli fisika dan intelijen Amerika sendiri. Apakah mungkin gedung
yang disangga baja itu meleleh hanya karena api? Mengapa jet-jet tempur
AS tidak mengudara? Siapa sesungguhnya dalang di balik Tragedi 11
September?
Jika selama ini opini dunia seolah
digiring oleh pemerintahan Bush untuk meyakini Tragedi WTC didalangi
oleh Osama, maka ada sisi lain yang tentu pantas untuk disimak. Ini
setidaknya pendapat banyak kalangan, mengapa misteri Tragedi 11
September perlu kembali diperbincangkan setelah 10 tahun berlalu? Ada
empat hal penting yang mendasarinya.
Pertama, Prof Dr Morgan Reymonds (guru besar pada
Texas University, USA) menyatakan ”Belum ada bangunan…baja…ambruk hanya…
oleh kobaran api”.
Kedua, Michael Meacher (mantan Menteri Lingkungan
Inggris, 1997 – 2003) berpendapat ”…perang melawan terorisme…
dijadikan…tabir kebohongan guna mencapai tujuan-tujuan strategis
geopolitik AS”.
Ketiga, Prof Dr Steven E Jones (guru besar fisika
pada Birgham Young University, USA) membeberkan hasil risetnya
”…bahan-bahan peledak telah diletakkan…di bangunan WTC”.
Profesor Steven E. Jones dari Brigham
Young University, Utah, yang melakukan penelitian dari sudut teori
fisika mengatakan bahwa kehancuran dahsyat seperti yang dialami Twin
Tower serta gedung WTC 7 hanya mungkin terjadi karena bom-bom yang sudah
dipasang pada bangunan-bangunan tersebut. Teori fisika Jones tersebut
tentunya sangat bertentangan dengan hasil penelitian FEMA, NIST dan 9-11
Commision bahwa penyebab utama keruntuhan gedung-gedung tersebut adalah
api akibat terjangan pesawat dengan bahan bakar penuh. Dalam kertas
kerjanya berjudul “Why Indeed Did the WTC Buildings Collapse?” dan
dipublikasikan harian Deseret Morning News yang terbit di Salt Lake City
dalam situsnya awal November lalu, Ilmuwan dari Departerment of Physic
and Astronomy, Brigham Young University itu menguraikan secara ilmiah
penyebab sesungguhnya dari kehancuran tersebut. Pihak Brigham Young
University sendiri sebelumnya mengatakan bahwa isi dari kertas kerja
tersebut sepenuhnya tanggung jawab penulis, bukan sebagai pandangan
pihak universitas. “Saya mengimbau dilakukan suatu investigasi secara
serius atas hipotesa bahwa gedung WTC 7 dan Menara Kembar WTC runtuh
bukan hanya oleh benturan (pesawat) dan kebakaran, tapi juga karena
bahan peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya,” kata Jones.
Detik-detik keruntuhan Menara Kembar WTC, dan juga gedung WTC 7
didekatnya, disaksikan jutaan pasang mata baik secara langsung maupun
melalui siaran “live” televisi di seluruh dunia. Sepuluh tahun telah
berlalu dan berbagai peristiwa penting pun terjadi terkait dengan
tragedi “September hitam” tersebut, di antaranya berupa perubahan
kebijakan politik luar negeri AS dan serangan terhadap Afghanistan, Irak
dan Libya. Jones sendiri dalam kertas kerjanya tidak menyorot soal
politik dan aksi terorisme, tapi ia memfokuskan pada teori fisika atas
keruntuhan gedung-gedung tersebut. Ia tidak mau berspekulasi mengenai
bagaimana bom itu dipasang dan siapa yang melakukannya.
Dalam paper yang juga dipublikasikan
pada pertengahan November lalu oleh situs harian Deseret Morning News
yang terbit di Salt Lake City, Jones satu persatu mencoba memberi
keyakinan bahwa tidak mungkin hanya api yang memporakporandakan gedung
berkonstruksi baja tersebut. Menurut teori Prof Jones, simetrikal dan
cepatnya keruntuhan gedung-gedung tersebut membuktikan bawa penjelasan
resmi FEMA, NIST dan 9-11 Commission yang kini sudah menjadi pegangan
publik pada umumnya adalah salah. “Fakta sebenarnya, tampaknya ada bahan
peledak yang sudah ditempatkan sebelumnya pada tiga gedung di Ground
Zero itu,” ujar ilmuwan yang mengambil spesialisasi metal-catalysed
fussion, archaeometeri dan solar enegy tersebut. Sebelum dan sesudah
peristiwa WTC belum pernah ada gedung berkerangka baja yang hancur total
karena kebakaran. Namun bahan peledak dapat dengan efektif memotong
tiang-tiang baja,” katanya. Gedung WTC 7, yang tidak ditabrak pesawat,
runtuh pada petang hari 11 September 2001 dalam 6,6 detik atau hanya 0,6
detik lebih lama dari perjalanan jatuhnya sebuah benda dari puncak
gedung 47 lantai itu ke tanah. “Dimana faktor kelambatan yang harus
terjadi karena kekekalan gaya gerak, yang merupakan hukum dasar
fisika?,” katanya. Dengan demikian muncul hipotesa penghancuran lewat
ledakan, termasuk pada bagian bawah dan tiang-tiang baja penyangga,
sehingga jatuhnya mendekati kecepatan benda jatuh bebas. Puing-puing
bekas gedung itu , memperkuat dugaan kehancuran akibat ledakan karena
sebagian besar materi gedung menjadi seperti bubuk. “Bagaimana kita bisa
yakin pada kejanggalan ini selain kerena bahan peledak?,” katanya.
Lelehan logam yang ditemukan direruntuhan WTC bisa sebagai akibat suatu
reaksi suhu tinggi dari bahan ledakan yang biasa digunakan seperti
thermite. Gedung yang jatuh bukan oleh ledakan tidak cukup punya energi
langsung untuk mengakibatkan lelehan metal dalam jumlah besar.
Argumentasi lainnya, untuk menguapkan struktur baja penyangga diperlukan
api dengan temperatur mendekati 5.000 derajat Fahrenheit, sementara
barang-barang kantor dan minyak diesel yang terbakar tidak bisa mencapai
suhu sepanas itu. Api yang disebabkan oleh bahan bakar jet dari pesawat
tersebut paling lama hanya beberapa menit, dan selanjutnya api dari
materi kantor akan membakar kemana-mana dalam 20 menit. Pendapat Jones
yang kontroversial ini juga menarik perhatian jaringan televisi MSNBC
yang 16 November lalu mengundangnya untuk menjadi pembicara dalam suatu
wawancara yang dipandu Tucker Carlson. “Yang saya lakukan adalah
menghadirkan bukti, ini suatu hipotesa yang harus diuji. Ada perbedaan
besar dengan yang sudah disimpulkan, dan saya hanya ingin
mengklarifikasi,” kata Jones dalam wawancara tersebut. Wawancara dalam
program “The Situation” MSNBC itu sendiri hanya berlangsung enam menit
sehingga tidak banyak waktu untuk Jones menjelaskan lebih jauh mengenai
teorinya. Carlson mengaku bahwa ia banyak mendapat respon dari pemirsa
mengenai acara tersebut, yang umumnya memuji atas keberaniannya
menghadirkan Jones dalam program itu. Ada juga pemirsa melalui e-mail
yang memprotes karena sempitnya waktu yang disediakan untuk Jones
menjelaskan soal konspirasi, katanya. Meskipun memakai dasar-dasar ilmu
alam, pandangan Jones memang merupakan hal yang sangat sensitif, karena
bisa berpengaruh pada hal-hal lainnya di balik tragedi yang menewaskan
ribuan jiwa tersebut. Menurut Deseret Morning News, Jones juga akan
mempublikasikan teorinya itu dalam bentuk buku berjudul “The Hidden
History of 9/11″.
Dugaan bahwa serangan 9/11 merupakan
rancangan AS banyak mengemuka setelah para ahli melakukan pengamatan dan
analisa terhadap foto, rekaman video, dan pernyataan saksi mata pada
saat kejadian. Salah satu hasil penelitian dirilis oleh Dave von Kleist,
penyiar TV dan radio, dan William Lewis, sutradara film documenter,
dalam situs mereka ‘911 In Plane Site’. Mereka meneliti
keanehan-keanehan serangan 9/11 baik terhadap WTC maupun markas
Pentagon. Gedung WTC, pagi 11 September 2001, ditabrak oleh 2 pesawat
Boeing 767. Menurut laporan AS, 2 pesawat itu bersama 2 pesawat lainnya
(yang menyerang Pentagon dan yang jatuh di Pennsylvania) merupakan
pesawat komersial berpenumpang yang dibajak 19 orang Timur Tengah.
Penerbangan bernomor 11 (Flight 11) menabrak menara utara WTC pukul 8.46
dan penerbangan 175 (Flight 175) menabrak menara selatan pukul 9.02.
Inilah keanehan-keanehan seputar peristiwa tersebut:
Selama ini yang kita mendengar bahwa yang menabrak
WTC adalah pesawat komersial yang dibajak. Sebuah pesawat komersial
tentu mempunyai jendela di samping kursi penumpang. Marc Bernback,
karyawan Fox News, menyatakan pada acara live TV bahwa pesawat yang ia
lihat menghantam menara selatan (Flight 175) terbang begitu rendah
sehingga ia bisa menyatakan bahwa pesawat komersial itu tak punya
jendela. Pernyataan ini diulangi 2 kali dalam wawancara yang sama. Ia
juga menyinggung bahwa, “Tampaknya pesawat itu tidak berasal dari
sekitar sini” sambil berspekulasi bahwa pesawat itu berasal dari
pangkalan militer –bukan bandara komersial. Kru 911 in Plane Site
kemudian menemukan foto Boeing 767 versi militer. Angkatan Udara AS
membeli pesawat ini untuk mengganti pesawat KC-130. Pesawat ini
betul-betul tidak mempunyai jendela penumpang! Yang mengejutkan, pesawat
ini berfungsi sebagai tanker pembawa bahan bakar. Inikah pesawat yang
menabrak menara selatan WTC?
Masih dengan Flight 175. Jika rekaman video diputar
dengan kecepatan 2% dari kecepatan normal, akan terlihat sesaat sebelum
pesawat menubruk gedung muncul kilatan cahaya merah terang dari samping
kanan hidung pesawat. Beberapa orang menduga bahwa itu hanyalah
pantulan sinar matahari. Namun, secara fisika, pantulan hanya dapat
dilihat dari satu sudut pandang. Jika kita bergerak menjauh dari posisi
di mana pantulan muncul, pantulan tersebut tak akan terlihat lagi.
Ternyata, kilatan ini tertangkap oleh 4 kamera yang berada pada posisi
berbeda. Spekulasi lain adalah kilatan tersebut berasal dari lampu tanda
akan mendarat yang berada di sisi bawah tiap sayap pesawat. Pada saat
itu, cahaya kuat tersebut terpancar di permukaan dinding gedung. Dugaan
ini terbantahkan dengan rekaman-rekaman video lain. Dalam rekaman video
dari sisi bawah pesawat, kita mempunyai pandangan jelas terhadap sisi
lain pesawat. Ternyata, di sisi kiri pesawat tak ada kilatan serupa.
Kilatan merah tersebut hanya muncul di sisi kanan pesawat. Apakah fungsi
kilatan cahaya tersebut? Bagaimana dengan menara pertama (Flight 11)?
Jika rekaman kejadian tabrakan menara pertama diperlambat, kita akan
melihat kilatan sesaat yang cukup besar terjadi hanya sesaat sebelum
pesawat tersebut menabrak sisi luar gedung. Kilatan tersebut tampak
seperti ledakan asap putih yang besar dan padat. Dugaan sementara dari
kejadian ini adalah dinding luar menara sedang mengalami penghancuran
sehingga muncul bola kabut raksasa yang berisi debu dan
serpihan-serpihan gedung. Tapi, ketika video tersebut diputar dalam
gerak lambat secara terbalik dari akhir ke awal, akan terlihat sangat
jelas bahwa pesawat berada dalam jarak cukup jauh dari gedung sebelum
letusan itu terjadi. Apa yang menyebabkan kilatan putih ini?
Fox News, CNN, MSNBC, dan jaringan berita lainnya
menyediakan rekaman video live dari para saksi mata yang mengklaim bahwa
mereka mendengar ledakan-ledakan lain yang keluar dari dalam dan
sekitar WTC setelah kedua pesawat itu menabrak kedua menara. Saksi mata
ini terdiri dari polisi, petugas pemadam kebakaran, reporter, pebisnis
yang sedang berada di sekitar tempat kejadian. Dalam “The Filmmaker’s
Commemorative Edition”, sebuah film tentang regu pemadam kebakaran New
York, pemadam kebakaran lain memperingatkan dengan jelas tentang
kemungkinan peledak peruntuh yang sedang dipasang di menara selatan dan
utara WTC, “Lantai demi lantai gedung itu runtuh. Sepertinya mereka
mempunyai detonator yang biasa dipasang untuk meruntuhkan sebuah
gedung.” Para reporter membuat perbandingan tentang bagaimana kedua
menara jatuh dengan cara sebagaimana sebuah bangunan sengaja
diruntuhkan. Satu per satu reporter melaporkan, “Kami mendengar sebuah
ledakan keras”, “Kami melaporkan ledakan kedua”, “Kami melaporkan
ledakan keempat sekarang”, “Puncak gedung baru saja meledak”, ”Kami
mendengar ledakan sangat keras, sebuah ledakan, tidak jelas mengapa
ledakan itu terjadi.” Apakah WTC tidak hanya ditabrak pesawat? WTC
sengaja diruntuhkan? Siapa yang bisa memasang peledak-peledak peruntuh
gedung di WTC?
Jika pesawat yang menabrak WTC bukan pesawat komersial, bagaimana dengan penumpang kedua pesawat komersial no 175 dan no 11? 911
In Plane Site menulis, “Jika kamu mempunyai anggaran tak terhingga,
kamu dapat membuat orang berbicara apapun, melakukan apa pun, dan pergi
ke manapun –dan tak ada yang berkata bahwa itu merupakan pilihan.”
Apakah sebenarnya yang terjadi pada pagi 11 September 2001 di WTC? Tak
banyak yang tahu. Cuma, yang timbul di hati warga AS setelah melihat
analisa Dave VonKleist, mereka merasa pemerintah AS menutup-nutupi
sesuatu. Mereka merasa pemerintah AS mengkhianati mereka. Penelitian
yang dilakukan oleh 911 In Plane Site –dan selain mereka- memberi sisi
pandang lain bahwa masih ada fakta yang tidak terungkap dan ditutupi
oleh AS.
Berikut link-link lain yang sangat bagus dan
menarik yang semakin membuktikan bahwa ada fitnah dan konspirasi besar
di balik peristiwa 11/9:
Mattula Ada
www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar