SEPERTI halnya saya, mungkin anda juga sangat hafal dengan banyak foto Gedung Kembar WTC (World Trade Cantre) saat diserang gerombolan teroris pada 11 September 2001 silam. Tidak hanya foto, serangkaian video khas persitiwa itu, juga sangat familiar di mata kita, yang hingga saat ini bisa kita unduh di berbagai situs, salahsatunya youtube.
Salahsatu foto yang
menarik bagi saya, mungkin foto ledakan dahsyat di salahsatu tower,
dengan semburan api yang khas. Apalagi, dengan adanya sebuah pesawat
yang datang agak miring dari arah kiri, yang kemudian berhasil menubruk
secara tepat tower WTC hingga menyebabkan kepulan asap dan percikan api
cukup ‘indah’. Lalu, kepulan asap tebal yang terlihat dari jarak agak
jauh. Kepulan asap hitam tersebut, terbawa angin di atas lautan,
kemudian membumbung tinggi ke langit.
Tak usah saya sebutkan
foto yang lain, saya yakin anda sudah hafal dengan banyak foto proses
runtuhnya WTC yang lebih mengagumkan. Bagi yang ingin mengunduhnya, bisa
buka di sini. http://forum.kompas.com/photo-story-behind-scene/40648-%5Bfoto%5D-serangan-9-11-a.html. Namun,
ada satu foto yakni sebuah foto pasukan pemadam kebakaran yang dianggap
menjadi pahlawan dalam persitiwa itu, bahkan kemudian difilmkan oleh
Amerika.
Ribuan foto dengan
berbagai ukuran dan berbagai video dengan berbagai durasi, telah
diedarkan ke segala penjuru dan diunduh banyak orang di seluruh dunia.
Tidak ada kesulitan bagi kita—dimanapun—untuk mencari foto dan video
itu, sehingga jika boleh saya sebut, kemungkinan Amerika sengaja membuat
sedemikian rupa agar foto dan video tersebut menjadi warisan dunia yang
tidak bisa hilang oleh keterbatasan.
Meskipun masih kontroversi, namun jika anda bertanya pada orang setelah melihat foto dan video itu tentang siapa terorisnya, sepertinya
akan dijawab berseragam: ada yang menjawab Al Qaeda. Yang dimaksud
mungkin anak buah Osama Bin laden. Jika jawabannya bukan AL Qaeda,
mungkin akan dijawab “Teroris Timur Tengah”. Jika bukan itu, barangkali
jawabannya “Teroris Arab”. Yang jelas, mereka tampaknya ingin
jawab “Teroris Islam”, namun karena tidak nyaman dengan istilah itu,
mereka akan lebih enjoy dengan menjawab menggunakan berbagai topeng
pembalutnya.
Di sisi lain, ada yang
beda. Amerika pernah memimpin beberapa Pasukan Koalisi untuk menyerang
dan mengadili dunia, sangat jarang bisa kita ingat sepak terjang
kejahatannya. Di Irak misalnya. Meskipun Presiden Irak Saddam Hussen
sudah digantung di Irak, kita sangat susah menemukan bukti foto dan
video yang dapat kita simpan, saat Amerika melakukan serangan dan saat
menghancurkan kepentingan Irak. Meskipun mengakibatkan terbunuhnya
banyak orang, dalam kenyataannya opini yang berkembang dan dikembangkan,
justru bagaimana Saddam Hussen ditangkap dan diadili serta digantung,
bahkan bagaimana Saddam Hussen memerintah dengan otoriternya. Sangat
jarang ada opini yang dengan detail menjelaskan bagaimana proses
penyerangan hingga mengakibatkan matinya ribuan orang itu.
Sebaliknya, malah sebuah film bersambung pun di garap dan ditayangkan oleh TV berbayar internasional dengan judul House of Saddam. Bagi yang berlangganan HBO dan jaringannya, diseluruh dunia bisa menikmati kisah Saddam versi Amerika tersebut. Meski meskipun
telah menyebabkan terbunuhnya ratusan ribu orang di negeri itu dan juga
di berbagai belahan dunia, tidak banyak foto dan video yang bisa kita
ingat, bagaimana Amerika dan pasukan koalisinya melakukan praktek
tersebut.
Dunia pun, ternyata
ikut saja gaya Amerika. Setiap mendekati 11 September, banyak negara
yang kemudian melakukan peringatan-peringatan mengenang terjadinya
persitiwa yang lebih dikenal sebagai serangan 9/11 itu. Selain kembali
menceritakan bagaimana dahsyatnya serangan, juga dibumbui dengan
kesaksian korban dan pembaharuan data-data. Tidak lupa, foto dan video
pun kembali dipublikasikan. Termasuk Indonesia. Karena itu, media pun
ikut latah. Mendekati 11 September, hampir semua media dengan semangat
kembali mengungkit kekejaman para teroris dan berbangga dengan langkah
Amerika yang dengan gagah berani mengajak seluruh dunia memerangi
terorisme.
Tragisnya, di sisi
lain, tak ada yang pernah mengingat dan mengabadikan secara rutin,
bagaimana Amerika membantai ratusan ribu orang di negeri-negeri Islam
dengan berbagai siasat busuknya. Media-media pun, sangat jarang
mengangkat kisah kebrutalan Amerika di negeri Muslim di Timur Tengah,
apalagi mengangkatnya menjadi headline, seperti halnya saat
media massa mengangkat foto runtuhnya WTC di Amerika Serikat. Maklum,
sebagian besar media massa memang berada di kendali negara adidaya itu.
Di sinilah kehebatan
Amerika. Meskipun peristiwa di WTC tidak berlangsung berjam-jam,–seperti
halnya yang terjadi di Irak yang bertahun-tahun–, namun dokumentasi
terhadap peristiwa WTC sungguh sangat rapi dan sepertinya telah
dipersiapkan. Saking rapinya, pengambilan gambar terhadap serangan WTC
benar-benar sangat detail dan bisa diambil dari berbagai sudut, lengkap
dengan efek suara dan getarannya. Tak lupa, satelitpun mengabadikan
peristiwa tersebut dengan sangat dramatis. Seperti foto berita saya di
atas, terlihat sepulan asap membumbung ke langit dan tertangkap kamera
satelit dengan jelasnya.
Saya hanya bisa
membayangkan, bagaimana misalnya aksi Amerika brutal di berbagai negeri
Muslim juga diabadikan seperti ini? Pasti lebih menarik dan akan lebih
banyak dibanding foto-foto di lokasi WTC!
Mustofa B. Nahrawardaya
www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar