Ilmuwan Indonesia menciptakan pemindai empat dimensi pertama di dunia. Laboratoriumnya hanya ruko sederhana. Sangat diperlukan untuk industri perminyakan. Teknologi tersebut adalah teknologi ECVT (electrical capacitance volume tomography). ECVT adalah sistem pemindai berbasis medan listrik statis yang mampu menghasilkan citra obyek volumetrik dan real time (seketika). Pada dasarnya, teknologi ECVT adalah teknologi scanning atau fotokopi yang bisa melihat secara real time dan 3 dimensi gerak bahan di dalam boiler, reaktor industri, pipa, dsb, meskipun bertekanan dan bersuhu tinggi. Teknologi ECVT bisa diterapkan di berbagai bidang mulai dari bidang industri, kedokteran, pertambangan, proses kimia, body scan untuk keperluan security, pencitraan aktifitas di dalam gunung berapi atau semburan lumpur panas, dll.
Teknologi tersebut kini dipakai oleh Badan Antariksa Amerika Serikat atau National Aeronautics and Space Administration (NASA). “Guna penerapan pada pemindaian obyek dielektrika pada saat misi antariksanya,” demikian tulis editorial jurnal Industrial and Engineering Chemistry Research edisi Januari 2009, yang diterbitkan oleh American Chemical Society. NASA, dalam jurnalnya yang dipublikasikan di Measurement Science and Technology yang terbit di Inggris, menyatakan telah memanfaatkan teknologi ECVT untuk memindai keberadaan air di permukaan luar pelapis sistem pelindung panas pada dinding pesawat ulang-aliknya. Teknologi ECVT mampu menghasilkan citra volumetrik dan real time dari konsentrasi air yang terakumulasi pada dinding luar pesawat ulang-alik.
Adalah Dr. Warsito yang menemukan dan mengembangkan teknologi ECVT ini. Ilmuwan muslim dari Indonesia ini juga sebagai pemilik paten ECVT yang didaftarkan di dokumen paten AS. Dr. Warsito meraih gelar pendidikan S1 s.d S3 di Shizuoka University, Jepang. Dia adalah Ketua Masyarakat Ilmuwan dan Teknolog Indonesia (MITI) dan Ketua Dewan Penasehat Institute for Science and Technology Studies (Istecs). Pernah meraih penghargaan Tokoh Muda Indonesia (Gatra, 2003) dan meraih penghargaan Yang Mengubah Indonesia (Tempo, 2006). Dr. Warsito mengembangkan teknologi ECVT di Center for Tomography Research Laboratory (CTECH Labs), sebuah laboratorium pada ruang berukuran 5 x 8 meter di sebuah ruko berlantai dua di Tangerang. CTECH boleh saja disebut laboratorium “kelas ruko”, tapi karya yang dihasilkannya sungguh “berkualitas ekspor”. Betapa tidak, CTECH di bawah pimpinan Warsito berhasil menciptakan alat pemindai empat dimensi (4D) pertama di dunia. Karyanya itu diluncurkan pertama kali di Koffolt Laboratories, Department of Chemical and Biomolecular Engineering, Ohio State University, Columbus, Ohio, Amerika Serikat, November lalu.
Bangsa Indonesia harus bangga dengan temuan yang bisa diaplikasikan langsung secara luas di dunia industri ini. Temuan atas teknologi pencitraan secara 3 dimensi sempat menjadi headlines di media electronik maupun cetak yang menyangkut sains dan teknologi di seluruh dunia belum lama ini. Berita yang pertama kali dirilis oleh Ohio State Research News pada tanggal 27 Maret 2006 itu kemudian dikutip oleh ScienceDaily (AS), Scenta (Inggris), Chemical Online, Electronics Weekly dan hampir seluruh media pemberitaan iptek di segala bidang dari energi, kedokteran, fisika, biologi, kimia, industri, elektronika hingga nano-teknologi dan antariksa di seluruh dunia.
Sosok Dr. Warsito M.Eng Sang Penemu ECVT
Dr. Warsito M.Eng merupakan ilmuwan yang menekuni bidang teknologi tomografi yaitu teknologi untuk memindai berbagai macam objek dari tubuh manusia, proses kimia, industri perminyakan, reactor nuklir, hinga perut bumi. Dari hasil risetnya ia berhasil menemukan teknologi tomografi medan listrik tiga dimensi atau electrical capacitance volume tomography (ECVT).
Penemuannya ini dipatenkan di Amerika dan lembaga paten internasional PTO/WO tahun 2006. Temuan Warsito diperkirakan akan mengubah drastis perkembangan riset dan teknologi di berbagai bidang. Teknologi temuannya telah digunakan oleh NASA (Lembaga Antarikas Amerika Serikat) untuk memindai obyek dielektrika pada pesawat ulang-alik selama misi ke antariksa.
Warsito lahir di Solo, Surakarta, Jawa Tengah, pada tanggal 16 Mei 1967. Ia merupakan anak keenam dari 8 bersaudara yang terlahir dari keluarga petani. Warsito menempuh pendidikan dari SD Sampai SMA di Karanganyar Solo. Setelah selesai dari SMAN 1 Karanganyar, Solo pada tahun 1986, ia melanjutkan ke UGM selama satu bulan. Karena mendapatkan beasiswa ke Jepang, ia mengundurkan diri UGM dan melanjutkan S-1 nya di Tokyo international Japanese School, Tokyo dan lulus tahun 1988.
Kemudian ia melanjutkan S-2 di Shizouka University, B. Eng, Chemical Engineering, dan lulus tahun 1992. Warsito mendapatkan gelar M.Eng di Universitas yang sama, Shizouka University, pada tahun 1994. Pada 1997 Warsito berhasil menuntaskan PhD-nya di kampus yang sama dengan disertasi tentang tomografi ultrasonik. Ia kemudian diangkat menjadi staf peneliti (riset) selama 2 tahun dan asisten dosen selama 2 tahun di universitas yang sama.
Warsito memulai research tomograi ini sejak tahun 1991 ketika masih menjadi mahasiswa S1. Ketika itu Warsito mengembangkan teknologi tomografi ini dengan harapan dapat dikembangkan pada dunia kedokteran, teknologi untuk diagnosa yang murah dan aman (scanner 4 dimensi untuk ibu hamil yang merupakan update dari USG).
Kemudian Warsito berangkat ke Amerika Serikat dan bertemu dengan Professor L. S. Fan. Keduanya bekerja sama di laboratorium milik Ohio State University dengan merintis teknologi tomografi baru berbasis medan listrik statis. Sistem pemindai atau scanner (ECVT) yang dikembangkan oleh Warsito ini mirip dengan CT Scan dan MRI untuk melihat apa yang terjadi di dalam tubuh manusia. Tapi, perangkat ini lebih canggih karena pasien tak perlu masuk ke dalam tabung seperti alat MRI yang cuma menampilkan gambar dua dimensi, gambar yang dihasilkan dari ECVT ini berbentuk tiga dimensi.
Saat ini Dr. Warsito telah membangun pusat riset dan produksi system tomografi 4D yang pertama di dunia yang berpusat di Tangerang, Banten. Meskipun masih berskala kecil, produk institusinya 100% diproduksi didalam negeri dengan melibatkan ilmuwan lokal dan telah mulai di pasarkan di Amerika Serikat. Institusi yang dibangunnya juga telah menjadi standar bagi teknologi tomografi volumetric dan yang berkaitan yang dikembangkan di seluruh dunia dan dipublikasikan di dua jurnal internasional terkemuka yaitu Measurement Science and Technology (UK) dan IEE Sensors Journal (AS). Disamping itu, pada tahun 2007 Warsito mendirikan institusi riset dalam ilmu tomografi yang diberi nama Edwar Technology.
Pada tahun 2005, Warsito pulang ke Indonesia dan dipilih menjadi ketua MITI (Masyarakat dan Ilmuwan Teknologi Indonesia). Selama menjabat sebagai ketua umum MITI, Warsito telah membangun jaringan MITI di seluruh Indonesia dan luar negeri. Program utama yang dilancarkan MITI adalah meningkatkan kualitas akademis dan kemampuan riset mahasiswa Indonesia, serta membantu pengembangan SDM mahasiswa melalui program pengiriman mahasiswa untuk belajar ke luar negeri.
Serangkaian penghargaan pun telah diraih oleh lelaki murah senyum ini. Pada tahun 1985, Warsito sempat meraih Baiquni Award bidang sains dan matematika dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Tahun 2002 ia dianugerahi American Institute of Chemist Foundation Outstanding Post-doctoral Award. Ia juga menjadi lulusan terbaik bidang kimia di Universitas Shizouka. Berkat segudang prestasinya itu, Warsito termasuk ke dalam 16 ilmuwan Indonesia yang diberi kesempatan unjuk gigi di depan Douglas D Osheroff, peraih Nobel Fisika 1996 yang ketika itu berkunjung ke Indonesia.
Sumber: www.engineeringtown.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar