Kamis, 29 September 2011
Metode Hisab Dapat Satukan Kalender Hijriyah Internasional
Ketua Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar menyatakan, dengan banyaknya metode yang ada dalam penentuan awal bulan Hijriyah, Muhammadiyah sampai saat ini masih konsisten dalam menggunakan metode hisab wujudul hilal yang memang sudah lama dipegang Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Hijriyah.
Menurut Syamsul Anwar pada acara Konsolidasi Nasional Muhammadiyah, penggunaan metode hisab wujudul hilal sudah tepat, karena hanya dengan metode tersebut, penyatuan kalender Hijriyah secara Internasional dapat dilakukan.
“Penggunaan metode rukyat pada akhirnya membelah dunia menjadi dua wilayah waktu, dan tidak dapat dilakukan pada wilayah dunia bagian utara atau selatan, yang selama enam bulan matahari dapat bersinar tanpa henti,” jelasnya, Rabu (28/09).
Penggunaan metode hisab imkanur rukyat yang ditawarkan pemerintah, menurut Syamsul, banyak memiliki kelemahan. Di antara kelemahan tersebut adalah kebimbangan dalam memutuskan ketika ada kesaksian bahwa hilal dapat disaksikan ketika di bawah 2 derajat, dan sebaliknya apabila dalam situasi ketinggian hilal sudah dua derajat atau lebih, tapi tidak satu pun saksi yang dapat melihat, hal tersebut dapat menjadi masalah.
Apabila menggunakan metode penentuan awal bulan Hijriyah yang ditawarkan pemerintah, maka dalam 18 tahun mendatang untuk Idul Adha, akan terjadi 10 kali perbedaan dengan Arab Saudi. “Akan lebih banyak perbedaan lagi dalam penetapan Idul Adha dengan Arab Saudi selama 18 tahun mendatang, yakni 14 kali apabila menggunakan metode imkanur rukyat 4 derajat yang ditawarkan Thomas Djamaluddin,” jelasnya.
Sedangkan dengan metode hisab wujudul hilal yang diterapkan Muhammadiyah, kemungkinan perbedaan selama 18 tahun mendatang mengenai penetapan Idul Adha dengan Arab Saudi adalah empat kali, sehingga lebih mendekati .
Sumber: www.hidayatullah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar