Kebetulan hari itu
adalah hari setelah Presiden SBY mengumumkan hasil perombakan Kabinet
Indonesia Bersatu II, yang antara lain menjadikan Bapak E.E. Mangindaan
sebagai Menteri Perhubungan menggantikan Bapak Freddy Numberi.
Entah apakah Pak Makmum
jadi mengirim foto tadi ke Menteri Perhubungan yang baru atau tidak…
Yang jelas, pada hari Selasa, 2 November 2011, Pak Mangindaan
diberitakan menaiki KRL Commuter Line jurusan Tanah Abang - Parung Panjang. Pak Mangindaan menumpang kereta tersebut bersama istri dan stafnya. Kabarnya, hari itu Pak Mangindaan dan rombongan hendak meninjau pembangunan rel ganda Serpong-Maja. Pak Mangindaan dan
istri sempat berdialog dengan Kepala Stasiun Tanah Abang, masinis
kereta dan beberapa petugas, serta menanyakan kenyamanan dan keamanan
berkereta kepada sejumlah penumpang.
Mungkin juga, perjalanan tersebut merupakan tanggapan Pak Mangindaan terhadap surat dari Komunitas Penumpang KRL Jabodetabek (KRL Mania) tanggal 21 Oktober 2011 yang isinya mengajak Pak Mangindaan untuk mencoba menaiki KRL Jabodetabek, khususnya lintas Depok/Bogor pada jam sibuk.
Kemauan Pak Mangindaan
untuk langsung turun melihat situasi dan kondisi lapangan patut
diacungi jempol. Hal ini sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pelayanan angkutan umum, khususnya jaringan kereta
Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek).
Perjalanan Pak Mangindaan juga “kurang alamiah”. Pengelola kereta telah melakukan persiapan yang agak berlebihan dalam rangka memuluskan perjalanan Pak Mangindaan, hari itu Stasiun Tanah Abang mendadak terlihat lebih rapi dan bersih. Loket karcis tampak lebih kinclong. Jumlah petugas pemeriksa karcis dan penjaga keamanan bertambah. Di tepi peron ada garis tanda batas aman berdiri berwarna jingga yang catnya masih terlihat basah…
Pak Makmum mungkin kecewa. Sepertinya perjalanan Pak Mangindaan dari Tanah Abang ke Parung Panjang dengan KRL Commuter Line ini cuma sekedar isapan jempol pencitraan. Jika Pak Mangindaan berniat menemukan akar permasalahan pada jaringan kereta Jabodetabek, logikanya ia harus melihat situasi dan kondisi lapangan yang real -bukan
situasi yang dikondisikan alias dibuat-buat. Jika tidak, bagaimana
mungkin Pak Mangindaan bisa menemukan solusi yang tepat…
Lain kali, mungkin sebaiknya Pak Mangindaan
menumpang KRL -lebih afdol lagi kalau yang dinaiki adalah KRL ekonomi-
pada jam sibuk, ke arah yang penuh penumpang, tanpa pakaian dinas, tanpa
emblem menteri, tanpa pengawal, tanpa woro-woro ke pengelola kereta… Dengan begitu, Pak Mangindaan dapat melihat, mendengar dan merasakan kenyataan yang benar-benar terjadi di lapangan. Kalau beruntung, mungkin Pak Mangindaan juga dapat menikmati aroma khas KRL Jabodetabek, khususnya yang kelas ekonomi…
Himbauan ini tidak hanya ditujukan kepada Pak Mangindaan,
tetapi juga untuk segenap pemimpin alias para imam negeri ini, supaya
orang-orang seperti Pak Makmum tidak terus menerus terhimpit kesulitan.
Sumber: http://birokrasi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar