Ken Arok Raja Kerajaan Singosari, Pendiri Wangsa Rajasa (Menurunkan raja-raja Majapahit)
Ken Arok
Nama
Rajasa selain dijumpai dalam naskah sastra Nagarakretagama dan
Pararaton, juga dijumpai dalam prasasti Balawi yang dikeluarkan oleh
Raden Wijaya, pendiri Majapahit tahun 1305. Dalam prasasti itu Raden
Wijaya mengaku sebagai anggota Wangsa Rajasa.Raden Wijaya adalah
keturunan Ken Arok.
Ken Arok atau sering pula ditulis Ken Angrok
(lahir:1182 - wafat: 1227/1247), adalah pendiri Kerajaan Tumapel (yang
kemudian terkenal dengan nama Singhasari). Ia memerintah sebagai raja
pertama bergelar Rajasa pada tahun 1222 - 1227 (atau 1247)
Menurut
naskah Pararaton, Ken Arok adalah putra Dewa Brahma hasil berselingkuh
dengan seorang wanita desa Pangkur bernama Ken Ndok. Oleh ibunya, bayi
Ken Arok dibuang di sebuah pemakaman, hingga kemudian ditemukan dan
diasuh oleh seorang pencuri bernama Lembong.
Ken Arok tumbuh
menjadi pemuda yang gemar berjudi, sehingga membebani Lembong dengan
banyak hutang. Lembong pun mengusirnya. Ia kemudian diasuh oleh Bango
Samparan, seorang penjudi pula yang menganggapnya sebagai pembawa
keberuntungan.
Ken Arok tidak betah hidup menjadi anak angkat
Genukbuntu, istri tua Bango Samparan. Ia kemudian bersahabat dengan
Tita, anak kepala desa Siganggeng. Keduanya pun menjadi pasangan
perampok yang ditakuti di seluruh kawasan Kerajaan Kadiri.
Akhirnya,
Ken Arok bertemu seorang brahmana dari India bernama Lohgawe, yang
datang ke tanah Jawa mencari titisan Wisnu. Dari ciri-ciri yang
ditemukan, Lohgawe yakin kalau Ken Arok adalah orang yang dicarinya.
Merebut Tumapel
Tumapel
merupakan salah satu daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjadi akuwu
(setara camat zaman sekarang) Tumapel saat itu bernama Tunggul Ametung.
Atas bantuan Lohgawe, Ken Arok dapat diterima bekerja sebagai pengawal
Tunggul Ametung.
Ken Arok kemudian tertarik pada Ken Dedes istri
Tunggul Ametung yang cantik. Apalagi Lohgawe juga meramalkan kalau Ken
Dedes akan menurunkan raja-raja tanah Jawa. Hal itu semakin membuat Ken
Arok berhasrat untuk merebut Ken Dedes, meskipun tidak direstui Lohgawe.
Ken
Arok membutuhkan sebilah keris ampuh untuk membunuh Tunggul Ametung
yang terkenal sakti. Bango Samparan pun memperkenalkan Ken Arok pada
sahabatnya yang bernama Mpu Gandring dari desa Lulumbang (sekarang
Lumbang, Pasuruan), yaitu seorang ahli pembuat pusaka ampuh.
Mpu
Gandring sanggup membuatkan sebilah keris ampuh dalam waktu setahun. Ken
Arok tidak sabar. Lima bulan kemudian ia datang mengambil pesanan.
Keris yang belum sempurna itu direbut dan ditusukkan ke dada Mpu
Gandring sampai tewas. Dalam sekaratnya, Mpu Gandring mengucapkan
kutukan bahwa keris itu nantinya akan membunuh 7 orang, termasuk Ken
Arok sendiri.
Kembali ke Tumapel, Ken Arok menjalankan rencana
liciknya. Mula-mula ia meminjamkan keris pusakanya pada Kebo Hijo, rekan
sesama pengawal. Kebo Hijo dengan bangga memamerkan keris itu sebagai
miliknya kepada semua orang yang ia temui, sehingga semua orang mengira
bahwa keris itu adalah milik Kebo Hijo. Dengan demikian, siasat Ken Arok
berhasil.
Malam berikutnya, Ken Arok mencuri keris pusaka itu
dari tangan Kebo Hijo yang sedang mabuk arak. Ia lalu menyusup ke kamar
tidur Tunggul Ametung dan membunuh majikannya itu di atas ranjang. Ken
Dedes menjadi saksi pembunuhan suaminya. Namun hatinya luluh oleh rayuan
Ken Arok. Lagi pula, Ken Dedes menikah dengan Tunggul Ametung dilandasi
rasa keterpaksaan.
Pagi harinya, Kebo Hijo dihukum mati karena
kerisnya ditemukan menancap pada mayat Tunggul Ametung. Ken Arok lalu
mengangkat dirinya sendiri sebagai akuwu baru di Tumapel dan menikahi
Ken Dedes. Tidak seorang pun yang berani menentang kepustusan itu. Ken
Dedes sendiri saat itu sedang mengandung anak Tunggul Ametung.
Mendirikan Kerajaan Tumapel
Pada
tahun 1222 terjadi perselisihan antara Kertajaya raja Kadiri dengan
para brahmana. Para brahmana itu memilih pindah ke Tumapel meminta
perlindungan Ken Arok yang kebetulan sedang mempersiapkan pemberontakan
terhadap Kadiri. Setelah mendapat dukungan mereka, Ken Arok pun
menyatakan Tumapel sebagai kerajaan merdeka yang lepas dari Kadiri.
Sebagai raja pertama ia bergelar Sri Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi
Kertajaya
(dalam Pararaton disebut Dhandhang Gendis) tidak takut menghadapi
pemberontakan Tumapel. Ia mengaku hanya dapat dikalahkan oleh Bhatara
Siwa. Mendengar sesumbar itu, Ken Arok pun memakai gelar Bhatara Siwa
dan siap memerangi Kertajaya.
Perang antara Kadiri dan Tumapel
terjadi di dekat desa Ganter. Pihak Kadiri kalah. Kertajaya diberitakan
naik ke alam dewa, yang mungkin merupakan bahasa kiasan untuk mati.
Keturunan Ken Arok
Ken
Dedes telah melahirkan empat orang anak Ken Arok, yaitu Mahisa Wonga
Teleng, Panji Saprang, Agnibhaya, dan Dewi Rimbu. Ken Arok juga memiliki
selir bernama Ken Umang, yang telah memberinya empat orang anak pula,
yaitu Tohjaya, Panji Sudatu, Tuan Wergola dan Dewi Rambi.
Selain itu, Ken Dedes juga memiliki putra dari Tunggul Ametung yang bernama Anusapati
Kematian Ken Arok
Anusapati
merasa heran pada sikap Ken Arok yang seolah menganaktirikan dirinya,
padahal ia merasa sebagai putra tertua. Setelah mendesak ibunya (Ken
Dedes), akhirnya Anusapati mengetahui kalau dirinya memang benar-benar
anak tiri. Bahkan, ia juga mengetahui kalau ayah kandungnya bernama
Tunggul Ametung telah mati dibunuh Ken Arok.
Anusapati berhasil
mendapatkan keris Mpu Gandring yang selama ini disimpan Ken Dedes. Ia
kemudian menyuruh pembantunya yang berasal dari desa Batil untuk
membunuh Ken Arok. Ken Arok tewas ditusuk dari belakang saat sedang
makan sore hari. Anusapati ganti membunuh pembantunya itu untuk
menghilangkan jejak.
Peristiwa kematian Ken Arok dalam naskah Pararaton terjadi pada tahun 1247.
Versi Nagarakretagama
Nama
Ken Arok ternyata tidak terdapat dalam Nagarakretagama (1365). Naskah
tersebut hanya memberitakan bahwa pendiri Kerajaan Tumapel merupakan
putra Bhatara Girinatha yang lahir tanpa ibu pada tahun 1182.
Pada
tahun 1222 Sang Girinathaputra mengalahkan Kertajaya raja Kadiri. Ia
kemudian menjadi raja pertama di Tumapel bergelar Sri Ranggah Rajasa.
Ibu kota kerajaannya disebut Kutaraja (pada tahun 1254 diganti menjadi
Singasari oleh Wisnuwardhana).
Sri Ranggah Rajasa meninggal dunia
pada tahun 1227 (selisih 20 tahun dibandingkan berita dalam Pararaton).
Untuk memuliakan arwahnya didirikan candi di Kagenengan, di mana ia
dipuja sebagai Siwa, dan di Usana, di mana ia dipuja sebagai Buddha.
Kematian
Sang Rajasa dalam Nagarakretagama terkesan wajar tanpa pembunuhan. Hal
ini dapat dimaklumi karena naskah tersebut merupakan sastra pujian untuk
keluarga besar Hayam Wuruk, sehingga peristiwa pembunuhan terhadap
leluhur raja-raja Majapahit dianggap aib.
Adanya peristiwa
pembunuhan terhadap Sang Rajasa dalam Pararaton diperkuat oleh prasasti
Mula Malurung (1255). Disebutkan dalam prasasti itu, nama pendiri
Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa yang meninggal di atas takhta
kencana. Berita dalam
prasasti ini menunjukkan kalau kematian Sang Rajasa memang tidak sewajarnya.
Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai munculnya dinasti baru yaitu dinasti Rajasa atau dinasti Girindra
yang perlu Anda ketahui bahwa kekuasaan tersebut dicapai oleh Kertanegara karena tindakan politiknya seperti:
a.Kebijakan dalam negeri
1.Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.
2.Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
b.Kebijakan Luar Negeri
1.Menggalang
persatuan 'Nusantara' dengan mengutus ekspedisi tentara Pamalayu ke
Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
2.Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan kerajaan Campa.
Dari
tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, di satu sisi
Kertanegara berhasil mencapai cita-citanya memperluas dan memperkuat
Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa ancaman yang
justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yang muncul dari luar
yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol karena Kertanegara
tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan menghina utusan Kubilai-khan
yaitu Meng-chi. Dari dalam adanya serangan dari Jayakatwang (Kadiri)
tahun 1292 yang bekerja sama dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang
tidak diduga sebelumnya. Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari
di bawah kekuasaan Jayakatwang dari Kediri. Setelah Kertanegara
meninggal maka didharmakan/diberi penghargaan di candi Jawi sebagai
Syiwa Budha, di candi Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina
(Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Untuk memperjelas
pemahaman Anda, tentang candi Singosari tempat Kertanegari di muliakan,
Dalam
kitab Pararaton maupun Negara Kertagama diceritakan bahwa kehidupan
sosial masyarakat Singosari cukup baik karena rakyat terbiasa hidup aman
dan tenteram sejak pemerintahan Ken Arok bahkan dari raja sampai
rakyatnya terbiasa dengan kehidupan religius. Kehidupan religius
tersebut dibuktikan dengan berkembangnya ajaran baru yaitu ajaran
Tantrayana (Syiwa Budha) dengan kitab sucinya Tantra.
Ajaran
Tantrayana berkembang dengan baik sejak pemerintahan Wisnuwardhana dan
mencapai puncaknya pada masa Kertanegara, bahkan pada akhir pemirintahan
Kertanegara ketika diserang oleh Jayakatwang, sedang melaksanakan
upacara Tantrayana bersama Mahamantri dan pendeta terkenal.
Dalam
kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber secara jelas. Ada
kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertanian dan perdagangan
karena Singosari merupakan daerah yang subur dan dapat memanfaatkan
sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan
dan pelayaran.
Singosari banyak meninggalkan bangunan berupa
candi yang berhubungan dengan agama yaitu seperti candi Kidal, candi
Jago, candi Singosari dan patung Joko Dolok yang merupakan perwujudan
Kertanegara terletak di simpang tiga Surabaya, Jatim.
Sumber: http://amanahrakyatindonesia.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar