Senin, 07 Februari 2011

Bensin Sintetik, Apaan Tuh?



Cella Energy
Perbandingan konsep bahan bakar hidrogen (bensin sintetik)Cella Energy 
dengan yang digunakan pada hidrogen sekarang ini

Makin banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Cella Energy. Pasalnya, kebutuhan energi untuk menjalankan kendaraan semakin besar. Sementara itu, energi atau kendaraan alternatif sekarang punya berbagai keterbatasan.  

Dijelaskan, bahan bakar paling ideal adalah hidrogen. Pasalnya, pembakarannya tidak menghasilkan emisi karbon. Masalahnya, mobil berbahan bakar hidrogen—umumnya masih dalam tahap konsep—punya banyak kendala. Hal yang sama juga terjadi pada kendaraan listrik. Bahkan mesin konvensional yang menggunakan bensin, diesel, dan gas harga makin mahal karena regulasi emisi yang makin ketat. 


Hidrogen

Prototipe mobil berbahan bakar hidrogen sekarang cukup rumit dan risikonya tinggi. Pasalnya, hidrogen dicairkan sampai suhu minus 253 derajat celsius. Lantas hidrogen cait itu dimampatkan ke dalam silinder atau tangki bertekanan tinggi, 10.000 psi atau 700 bar. 

Hal ini tidak hanya memusingkan produsen merancang kendaraan, tetapi juga stasiun tempat pengisian hidrogen. Butuh biaya mahal dan keterampilan khusus untuk menanganinya. 

Cara lain, menggubah hidrogen menjadi energi listrik langsung atau sel bahan bakar (FC) membutuhkan kanister metal hidrida bertekanan rendah. Problemnya, sulit dibawa-bawa. 


Hibrida dan Listrik

Bensin dan diesel? Harga bahan bakar minyak terus melambung atau tak karuan. Masalah lain, pembakaran menimbulkan emisi karbon. Dengan tuntutan emisi karbon yang makin ketat, biaya pembuatan mesin semakin mahal. Ini pula yang menyebabkan produsen terpaksa memperkenalkan mobil listrik dan hibrida.

Masalahnya, baterai lithium-ion yang digunakan mobil listrik atau hibrida (plug-in) teknologinya masih baru. Insfrastruktur tempat pengisian listrik sangat terbatas. Masalah lain, membuat mobil listrik kurang menarik—sekali isi baterai hanya bisa untuk jarak 160 kilometer. 

Padahal, berdasarkan riset, keinginan pemilik kendaraan, sekali mengisi, bisa untuk menempuh 500 km agar tidak dihinggapi fenomena kecemasan atau khawatir mogok. Kendala lain, harga mobil listrik masih mahal karena harus menggunakan komponen penggerak baru.  


Hidrogen Cella Energy

Bahan bakar yang digunakan Cella Energy basisnya adalah hidrogen. Hanya berbeda cara mengemas atau ujudnya. Hidrogen tidak lagi didinginkan atau dicairkan. Karena itu pula tidak dibutuhkan tangki tekanan tinggi.  

Cella Energy memanfaatkan kelebihan nano-struktur. Selanjutnya, hidrogen atau hidrida dikemas dengan proses coaxial electrospinning bersama mikro-serat dari polimer. Ukuran serat sepertiga puluh diameter rambut manusia. Selanjutnya, struktur bahan bakar adalah  inti hidrida dibungkus oleh polimer. Bagian luar berfungsi sebagai pengaman dan pelindungi hidrida, sekaligus sebagai filter (kimia). Karena itulah, konsep ini  dianggap 100 persen aman plus biaya produksi yang lebih murah. 

Dengan cara tersebut, pengisian ulang hidrogen dapat dilakukan dalam beberapa menit saja, seperti bensisn atau diesel. Hanya diperlukan sedikit modifikasi. Dikatakan, juga bisa digunakan kendaraan dengan sistem sel bahan bakar (hidrogen sekarang).  

Tangki untuk bahan bakar ini atau bensin sintetik ini  tetap berbentuk konvensional dan ditempatkan seperti posisi sekarang. Karena tidak memerlukan tekanan tinggi atau suhu rendah, infrastruktur yang ada sekarang bisa langsung digunakan.
Dikatakan, konsepnya sama dengan menuang aditif ke bensin. Densitas atau kandungan energi bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri!

 

Bensin Sintetik, Rp 3.500 Per Liter


 
gizmag.com
Stephen Voller memperlihatkan bensin sintetik dalam bentuk kapsul (kiri) dan strukturnya dalam ukuran nano (kanan)


Di tengah gencarnya tren perubahan alat mobilitas di seluruh dunia, dari mobil bensin ke mobil listrik, muncul harapan baru untuk mesin konvensional, yaitu ditemukan bensin sintetik. Hebatnya lagi, bensin sintetik ini lebih murah dibandingkan dengan hasil tambang, hanya Rp 3.500 per liter (1,50 dollar AS per galon).

Kelebihan lain, bensin ini bisa langsung digunakan pada mesin bensin sekarang tanpa perubahan dan tidak menimbulkan emisi karbon. Nah, tentu saja bisa dibayangkan, harapan produsen mesin konvensional bisa hidup lagi setelah terancam mobil listrik.

Bensin sintetik tersebut ditemukan oleh sebuah perusahaan asal Inggris, Cella Energy. Teknologinya dikembangkan dari material yang disebut complex hydrides. Pengembangan bensin sintetik ini telah berlangsung empat tahun  dalam program sangat rahasia di laboratorium terkenal, Rutherd Appleton Laboratory, dekat Oxford, Inggris.

Menurut Stephen Voller, CEO Cella Energy, bensin sintetik ini memiliki kandungan energi sangat tinggi dan dikemas seperti kapsul dengan teknik nanostruktur yang disebut coaxial electrospraying.

"Kami telah mengembangkan bahan bakar mikrobutiran baru yang dapat digunakan pada mesin yang sebelumnya menggunakan bensin. Dapat digunakan tanpa harus memodifikasi mesin,” papar Voller.
Dia menambahkan, karena berasal dari hidrogen, pembakarannya tidak menghasilkan emisi karbon. Riset untuk menemukan bensin ini dipimpin Profesor Stephen Bennington bekerja sama dengan para ilmuwan dari Universitas College London dan Universitas Oxford.

"Teknologi kami berasal dari material yang disebut complex hydrides, yaitu hidrogen. Dikemas seperti kapsul dengan proses unik (dipatenkan). Karena itu, penyimpanan dan penanganannya lebih mudah dan aman dibandingkan dengan bensin yang digunakan sekarang,” ujar Bennington yang menjadi Kepala Riset Cella Energy.
 
Sumber: kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails